Preparasi Sampel 1. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau

B. Pembuatan Serbuk Teh Hijau

Pembuatan serbuk bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan simplisia sehingga akan mengoptimalkan proses penyarian. Sampel teh hijau yang sudah dipilih diserbuk dengan menggunakan blender, kemudian diayak dengan derajat halus serbuk 418 menggunakan ayakan dengan nomor mesh 12 sampai 50. Derajat halus serbuk tersebut dipilih berdasarkan ketentuan umum Materia Medika Indonesia 1989 jilid V, yang menyatakan jika tidak dinyatakan lain maka simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk 418. Nilai 418 ini menunjukkan jumlah lubang tiap cm dihitung searah panjang kawat. Konversi derajat halus serbuk ke nomor ayakan dilakukan dengan mengalikannya dengan 1 inci 2,54 cm. Dalam penelitian ini seharusnya digunakan ayakan dengan nomor mesh 10 sampai 45, namun karena keterbatasan alat maka nomor mesh yang digunakan adalah nomor mesh yang mendekati yaitu 12 sampai 50.

C. Preparasi Sampel 1. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau

Pembuatan fraksi etil asetat dan fraksi air didahului dengan proses penyarian yang dilakukan dengan metode remaserasi Anonim, 1986. Metode remaserasi dipilih sebagai metode penyarian pada penelitian ini dengan alasan simplisia yang digunakan dalam hal ini teh hijau tidak keras, disamping itu metode remaserasi relatif mudah dikerjakan dan membutuhkan peralatan yang sederhana. Pada penelitian ini penyarian ditujukan untuk mengambil flavonoid dari serbuk teh hijau, karena diketahui bahwa senyawa aktif yang berperan sebagai antioksidan dalam teh hijau adalah flavonoid Hartoyo, 2003. Digunakan etanol 70 sebagai pelarut untuk menyari flavonoid dalam serbuk teh hijau, dengan alasan flavonoid teh hijau berada dalam vakuola sel sehingga diperlukan penyari yang bersifat relatif hidrofilik untuk menyarinya. Pelarut alkoholik terutama etanol merupakan pelarut pilihan untuk mengekstraksi flavonoid secara optimal, selain itu etanol tidak beracun, netral, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol dengan kadar lebih dari 20 . Selama proses maserasi, zat aktif dalam serbuk teh hijau akan berdifusi keluar dari sel karena adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di luar sel. Difusi ini terus berlangsung sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif dalam sel dengan penyari di luar sel. Maserasi yang berulang remaserasi akan mengambil flavonoid secara bertahap sehingga penyarian menjadi lebih optimal. Dari hasil ekstraksi menggunakan etanol 70 didapatkan ekstrak etanol dengan berat ekstrak kering sebesar 108,39 g dan rendemen sebesar 36,13 .

2. Fraksinasi ekstrak etanol teh hijau

Etanol merupakan pelarut universal yang dapat menyari banyak senyawa dalam tumbuhan, sehingga dimungkinkan selain flavonoid terdapat senyawa lain yang ikut tersari walaupun mungkin hanya dalam jumlah yang kecil. Zat-zat pengotor seperti lemak dan klorofil dinilai akan mengganggu analisis spektrofotometri yang akan dilakukan. Untuk menghilangkan zat pengotor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terutama lemak dan klorofil tersebut dilakukan fraksinasi menggunakan kloroform yang bersifat non polar. Fraksinasi dengan kloroform menghasilkan fraksi berair yang bebas lemak dan klorofil. Selain itu kloroform juga akan menyari senyawa selain flavonoid seperti alkaloid, terpena, dan xantofil. Fraksi air A 1 yang didapat dimungkinkan berisi flavonoid baik dalam bentuk aglikon maupun dalam bentuk glikosida terikat dengan gula. Fraksinasi dengan etil asetat terhadap fraksi air A 1 akan memisahkan dua jenis flavonoid tersebut. Masing-masing jenis flavonoid tersebut akan terdistribusi ke dalam salah satu pelarut sesuai dengan sifat kelarutan dan polaritasnya. Etil asetat mempunyai polaritas yang lebih rendah dari air, dengan demikian pada saat fraksinasi flavonoid yang berbentuk aglikon akan lebih terdistribusi ke dalam fraksi etil asetat, sedangkan flavonoid yang terikat dengan gula akan lebih terdistribusi ke dalam fraksi air. Hal ini dikarenakan flavonoid yang berbentuk aglikon bersifat kurang polar dibandingkan flavonoid yang terikat gula. Berat serbuk kering fraksi etil asetat yang diperoleh adalah 11,52 g dengan rendemen sebesar 5,54 , sedangkan berat serbuk kering fraksi air adalah 21,83 g dengan rendemen sebesar 10,5 .

D. Penentuan Operating Time OT

Dokumen yang terkait

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer Kombinasi β-Siklodekstrin dan Polivinil Pirolidon Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

1 12 76

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus Altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer Kombinasi β-Siklodekstrin dan Hidroksi Propil Metilselulosa Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

1 12 70

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode Deoksiribosa dan penetapan kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun jambu mete (Anacardium occidentale L.).

3 9 129

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode deoksiribosa dan penetapan kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak etanol buah jambu mete (Anacardium occidentale L.).

0 2 108

Uji aktivitas antioksidan dengan metode spektrofotometri visibel menggunakan deoksiribosa dan penentuan kadar flavonoid total fraksi etil asetat buah ketapang [Terminilia catappa L.].

4 22 122

Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh ekstrak etanol teh hijau dan teh hitam dengan metode deoksiribosa.

0 2 95

EFEK FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL A

0 0 6

Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh ekstrak etanol teh hijau dan teh hitam dengan metode deoksiribosa - USD Repository

0 0 93

Uji antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak etanol teh hijau melalui penangkapan radikal hidroksil dengan metode deoksiribosa - USD Repository

0 0 90

Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil fraksi etil asetat ekstrak metanolik alga coklat sargassum hystrix v. buxifolium [chauvin] j. argardh dengan metode deoksiribosa - USD Repository

0 0 111