Alat Tata Cara Penelitian 1. Pengambilan sampel

E. Alat

Spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lamda 20; pH meter Metrohm 632; timbangan BP 160 P, scaltec SBC 22, dan precision balance model GB-3002 Mettler Toledo; mikropipet 10-100 l, 100-1000 l Acura 825, Socorex; mikropipet 0,5-5,0 ml Socorex; tabung reaksi bertutup Pyrex-Germany; vaccum rotaevaporator Buchi rotaevaporator; waterbath Abo-Tech; blender, dan alat-alat gelas yang lazim.

F. Tata Cara Penelitian 1. Pengambilan sampel

Diambil 100 bungkus sampel teh hijau merk X dari satu perusahaan teh di Yogyakarta dengan nomor batch yang sama. Seluruh sampel kemudian diambil 80 80 bungkus berdasarkan tabel Krecjie Sugiyono, 2005. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan random numbers table lampiran 8.

2. Pembuatan serbuk teh hijau

Diambil 20 bungkus 1800 g teh hijau, dihomogenkan, digiling dan dihaluskan menggunakan blender. Serbuk yang didapat kemudian diayak dengan ayakan nomor mesh 12 sampai 50 derajat halus serbuk 418. Serbuk yang digunakan adalah serbuk yang berada di atas ayakan nomor mesh 50 dan di bawah ayakan nomor mesh 12. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Preparasi sampel a. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau

Pembuatan fraksi etil asetat dan fraksi air diawali dengan pembuatan ekstrak etanol teh hijau menggunakan metode penyarian remaserasi Anonim, 1986. Serbuk teh hijau sebanyak 300 g dimaserasi dengan cara direndam dalam 1 liter etanol 70 selama 24 jam di dalam bejana bertutup. Maserat yang didapat disaring, filtrat dikumpulkan. Ampas dimaserasi lagi dengan 500 ml etanol 70 selama 24 jam, kemudian disaring, filtrat dikumpulkan, ampas dimaserasi lagi, demikian seterusnya sampai filtrat hasil penyaringan jernih. Seluruh filtrat hasil remaserasi dicampur dan diuapkan pelarutnya dengan rotaevaporator sampai kental. Ekstrak kental yang didapat diuapkan di atas penangas air hingga diperoleh ekstrak kering.

b. Pembuatan fraksi etil asetat dan fraksi air

Ekstrak etanol kering hasil remaserasi ditimbang sebanyak 75 g dan dilarutkan dalam 150 ml air, kemudian difraksinasi dengan 100 ml kloroform menggunakan corong pisah, dengan pengulangan 6 kali. Fraksi air A 1 yang didapat kemudian dikumpulkan dan difraksinasi dengan 50 ml etil asetat menggunakan corong pisah dengan pengulangan 12 kali sampai fraksi etil asetat jernih untuk mendapatkan jumlah senyawa terlarut dalam fraksi etil asetat yang optimum. Fraksi etil asetat dan fraksi air A 2 yang diperoleh kemudian dikumpulkan, lalu diuapkan menggunakan rotaevaporator hingga kental. Sisa penguapan diuapkan lagi di atas waterbath hingga kering, lalu disimpan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI desikator. Serbuk yang diperoleh kemudian ditimbang, dihitung rendemennya, dan digunakan sebagai sampel untuk uji penangkapan radikal hidroksil menggunakan metode deoksiribosa. Proses preparasi sampel dapat dilihat pada gambar 9. Filtrat dikumpulkan Filtrat dikumpulkan 300 g serbuk teh hijau Ekstrak kering Fraksi air A 2 Dimaserasi dengan 1000 ml etanol 70 , disaring Residu dimaserasi dengan 500 ml etanol 70 , disaring diulangi sampai filtrat jernih Residu dibuang Dievaporasi Dilarutkan dalam 150 ml air Difraksinasi dengan 100 ml kloroform 6 kali Fraksi kloroform Fraksi air A 1 Ditimbang 75 g ekstrak kering Difraksinasi dengan etil asetat 50 ml 12 kali Fraksi etil asetat Diuji aktivitas penangkapan radikal hidroksilnya dengan metode deoksiribosa Dibuang Gambar 9. Skema tata cara preparasi sampel ekstraksi dan fraksinasi

4. Persiapan uji penangkapan radikal hidroksil a. Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7,4

Ditimbang seksama sebanyak 1,4196 g Na 2 HPO 4 kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 500,0 ml sehingga dicapai kadar 20 mM. Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,6805 g KH 2 PO 4 kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 250,0 ml sehingga dicapai kadar 20 mM. Kedua larutan tersebut dicampur sampai didapat larutan bufer fosfat dengan pH 7,4.

b. Pembuatan larutan deoksiribosa 2,5 mM

Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,02012 g 2-deoksi-D-ribosa, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 15 mM. Dari larutan tersebut diambil 4,2 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai 25,0 ml, sehingga didapat kadar 2,5 mM.

c. Pembuatan reagen Fenton

Reagen Fenton yang digunakan terdiri dari FeCl 3 1 mM, EDTA 1 mM, H 2 O 2 20 mM, dan Vitamin C 1 mM. 1. Larutan FeCl 3 1 mM Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,01352 g FeCl 3 . 6 H 2 O, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 5 mM. Dari larutan tersebut diambil 2,0 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 1 mM. 2. Larutan EDTA 1 mM Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,01861 g Na 2 EDTA. 2 H 2 O, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 5 mM. Dari larutan tersebut diambil 2,0 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 1 mM. 3. Larutan H 2 O 2 20 mM Diambil 0,091 ml H 2 O 2 30 , kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 80 mM. Dari larutan tersebut diambil 2,5 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 20 mM. 4. Larutan Vitamin C 1 mM Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,01761 g vitamin C, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai kadar 10 mM. Dari larutan tersebut diambil 1,0 ml dan dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml, sehingga diperoleh kadar 1 mM.

d. Pembuatan larutan TCA 5

Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 1,25 g TCA, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 25,0 ml sehingga dicapai kadar 5 bv.

e. Pembuatan larutan TBA 1

Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 0,25 g TBA, dimasukkan ke dalam beakerglass 100 ml dan ditambah akuades secukupnya, kemudian dipanaskan di atas hot plate hingga seluruh TBA larut. Setelah itu, dilarutkan dalam akuades sampai 25,0 ml sehingga dicapai kadar 1 bv.

f. Pembuatan larutan uji fraksi etil asetat 1 mgml

Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 10 mg serbuk fraksi etil asetat, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai konsentrasi 1 mgml.

g. Pembuatan larutan uji fraksi air 1 mgml

Ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 10 mg serbuk fraksi air, kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 10,0 ml sehingga dicapai konsentrasi 1 mgml.

5. Penentuan operating time OT

Diambil 600 l larutan deoksiribosa 2,5 mM, dimasukkan dalam tabung reaksi bertutup, kemudian ditambah dengan 300 l FeCl 3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H 2 O 2 20 mM, 4,2 ml bufer fosfat pH 7,4, dan 300 l vitamin C 1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 dan 1,0 ml TBA 1 , dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit sampai terbentuk kromogen MDA- TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum teoritis  maks teoritis 532 nm selama 60 menit.

6. Penentuan panjang gelombang maksimum

 maks Diambil 100, 300, dan 600 l larutan deoksiribosa 2,5 mM, dimasukkan dalam tabung reaksi bertutup, kemudian masing-masing ditambah dengan 300 l FeCl 3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H 2 O 2 20 mM, bufer fosfat pH 7,4 penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume larutan deoksiribosa yang ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml, dan 300 l vitamin C 1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 dan 1,0 ml TBA 1 , dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit, sampai terbentuk kromogen MDA- TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 400-600 nm selama operating time.

7. Pembuatan larutan kontrol

Diambil 600 l deoksiribosa 2,5 mM, dimasukkan dalam tabung reaksi bertutup, kemudian ditambah dengan 300 l FeCl 3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H 2 O 2 20 mM, 4,2 ml bufer fosfat pH 7,4, dan 300 l vitamin C 1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 dan 1,0 ml TBA 1 , dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit sampai terbentuk kromogen MDA- TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi selama operating time .

8. Uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat

Diambil fraksi etil asetat 1 mgml dengan volume 200, 400, 600, 800, dan 1000 l, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Ke dalam tiap-tiap tabung tersebut kemudian ditambah dengan 600 l deoksiribosa 2,5 mM, 300 l FeCl 3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H 2 O 2 20 mM, bufer fosfat pH 7,4 penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume larutan fraksi etil asetat yang ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml, dan 300 l vitamin C 1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 dan 1,0 ml TBA 1 , dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit, sampai terbentuk kromogen MDA-TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi selama operating time .

9. Uji penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi air

Diambil fraksi air 1 mgml dengan volume 200, 400, 600, 800, dan 1000 l, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Kemudian ke dalam tiap-tiap tabung tersebut ditambah dengan 600 l deoksiribosa 2,5 mM, 300 l FeCl 3 1 mM, 300 l EDTA 1 mM, 300 l H 2 O 2 20 mM, bufer fosfat pH 7,4 penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume larutan fraksi air yang ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml, dan 300 l vitamin C 1 mM. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Setelah itu ditambah 1,0 ml TCA 5 dan 1,0 ml TBA 1 , dipanaskan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI waterbath pada suhu 80 C selama 30 menit, sampai terbentuk kromogen MDA- TBA yang berwarna merah muda, kemudian didinginkan, dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi selama operating time .

G. Analisis Data

Dokumen yang terkait

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer Kombinasi β-Siklodekstrin dan Polivinil Pirolidon Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

1 12 76

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus Altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer Kombinasi β-Siklodekstrin dan Hidroksi Propil Metilselulosa Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

1 12 70

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode Deoksiribosa dan penetapan kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun jambu mete (Anacardium occidentale L.).

3 9 129

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode deoksiribosa dan penetapan kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak etanol buah jambu mete (Anacardium occidentale L.).

0 2 108

Uji aktivitas antioksidan dengan metode spektrofotometri visibel menggunakan deoksiribosa dan penentuan kadar flavonoid total fraksi etil asetat buah ketapang [Terminilia catappa L.].

4 22 122

Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh ekstrak etanol teh hijau dan teh hitam dengan metode deoksiribosa.

0 2 95

EFEK FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL A

0 0 6

Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh ekstrak etanol teh hijau dan teh hitam dengan metode deoksiribosa - USD Repository

0 0 93

Uji antioksidan fraksi etil asetat dan fraksi air ekstrak etanol teh hijau melalui penangkapan radikal hidroksil dengan metode deoksiribosa - USD Repository

0 0 90

Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil fraksi etil asetat ekstrak metanolik alga coklat sargassum hystrix v. buxifolium [chauvin] j. argardh dengan metode deoksiribosa - USD Repository

0 0 111