5 Anggota kelompok yang terlalu banyak cenderung akan makin
banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
6 Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin
banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok Sanjaya, 2008
Dari keempat faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut, semuanya digunakan dalam penelitian ini karena untuk
mencapai keberhasilan belajar dibutuhkan peran guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana yang mendukung khususnya dalam
pelaksanaan permainan estafet kelereng, peran siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran dan lingkungan siswa yang meliputi kelompok
diskusi yang mendukung.
B. Motivasi dalam Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat digunakan sebagai daya penggerak dari
dalam diri dan daya subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Motif juga diartikan sebagai suatu kondisi
intern. Berawal dari kata “motif” itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif akan aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald dalam Santrock 2009, motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian
tersebut memiliki arti:
a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia. b.
Motivasi ditandai dengan munculnya feeling afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi,
dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c.
Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan suatu respon dari suatu aksi yakni
tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya
unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan terhubung pada persoalan kejiwaan, perasaan, dan juga emosi untuk
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu demi mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses pembelajaran apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki
penyebabnya. Penyebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada masalah pribadi dan lain-lain. Hal
ini berarti dalam diri anak tidak terjadi peruahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memliki kebutuhan atau
tujuan belajar. Perlu dilakukan upaya untuk menemukan penyebabnya kemudian mendorong siswa tersebut untuk mau melakukan pekerjaan
yang seharusnya dilakukan yakni belajar, dengan kata lain siswa perlu diberikan rangsangan atau dorongan agar tumbuh motivasi pada dirinya.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual. Peranannya yang khas yaitu untuk penumbuh gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil
belajar akan optimal jika ada motivasi belajar yang tepat. Melihat hal tersebut maka kegagalan belajar siswa belum tentu merupakan kesalahan
pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu memberikan semangat dan kegiatan siswa untuk
belajar. Tugas guru adalah bagaimana mendorong siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi Santrock, 2009.
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
a. Mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ditargetkan.
Motivasi dalam hal ini memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Disamping itu ada pula fungsi-fungsi motivasi yang lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik
Santrock, 2009.
3. Perspektif akan Motivasi
a. Perspektif ilmu perilaku, menitikberatkan penghargaan dan hukuman
eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi siswa. Insentif adalah stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat
memotivasi perilaku seorang siswa. Insentif dapat menambah minat atau rangsangan kepada kelas serta mengarahkan perhatian pada
perilaku yang tepat dan menjauhi perilaku yang tidak tepat. Insentif yang digunakan guru di kelas termasuk nilai numerik dan huruf yang
memberikan umpan balik mengenai kualitas kerja siswa. Insentif lainnya termasuk memberikan pengakuan kepada siswa, sebagai
contoh dengan memamerkan hasil kerja mereka, memberi mereka sertifikat prestasi, menempatkan mereka pada daftar nama
kehormatan, dan secara verbal menyebutkan pencapaian mereka. b.
Perspektif humanistis, menekankan pada kapasitas siswa untuk tumbuh dan memiliki nasib mereka sendiri serta kualitas-kualitas
positif seperti bersikap sensitif pada orang lain. Perspektif ini dikaitkan dengan keyakinan menurut Abraham Manslow dalam
Santrock 2009 bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut
hierarki kebutuhan Manslow, kebutuhan individu harus dipuaskan dalam urutan berikut:
1 Fisiologis: lapar, haus, tidur.
2 Rasa aman: memastikan kelangsungan hidup, seperti
perlindungan dari perang dan kriminal. 3
Cinta dan rasa memiliki: keamanan, afeksi, dan perhatian dari orang lain.
4 Harga diri: merasa senang terhadap diri sendiri.
5 Aktualisasi diri: mewujudkan potensi diri.
Jadi menurut pandangan Manslow, siswa harus memuaskan kebutuhan mereka akan makanan sebelum mereka dapat berprestasi.
Abraham Manslow mengembangkan hierarki kebutuhan manusia untuk memperlihatkan bagaimana kita harus memuaskan kebutuhan dasar
tertentu sebelum kita dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.
c. Perspektif kognitif, menekankan bahwa pemikiran siswa
mengarahkan motivasi mereka. Minat ini berfokus pada gagasan- gagasan seperti motivasi internal siswa untuk berprestasi, atribusi
mereka persepsi mengenai penyebab kegagalan atau keberhasilan, khususnya persepsi bahwa usaha merupakan faktor penting dalam
prestasi, dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungannya secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan
pentingnya penempatan tujuan, perencanaan, dan pemantauan kemajuan menuju suatu sasaran. Selanjutnya perspektif kognitif
tentang motivasi cocok dengan gagasan R. W, White dalam Santrock 2009, yang menggagas konsep motivasi kompetensi, gagasan
bahwa orang termotivasi untuk menangani lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara
efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal ini karena mereka termotivasi secara internal untuk berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan. Konsep motivasi kompetensi menjelaskan