19 Gambar 2.5. Penyusunan ikan dengan cara Bulking dan Shelfing
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
Gambar 2.6. Penyusunan ikan dengan cara Boxing
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
2.1.2.7 Pembekuan Ikan
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah yaitu jauh dibawah titik rendah ikan. Seperti pendinginan, pembekuan
bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku
dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Pada prakteknya sangan sulit untuk membekukan seluruh cairan di
dalam tubuh ikan karena sebagian cairan itu mempunyai titik beku yang sangat rendah yaitu antara -55°C sampai dengan -65°C. pada umumnya pembekuan
sampai -12°C atau -30°C dianggap telah cukup, tergantung pada jangka waktu yang direncanakan. Alat yang digunakan untuk membekukan ikan disebut freezer.
Berdasarkan alat yang dipakai cara pembekuan dibagi menjadi 5 golongan sebagai berikut :
20 Tabel 2.2. Alat Pembekuan Ikan
Nama Alat Pembeku Ikan Cara Pembekuan
Sharp freezer Meletakkan ikan di atas rak yang terbuat
dari pipa-pipa dingin
Multi plate freezer Menjepitkan ikan di antara plat-plat dingin
Air blast freezer Meniupkan udara dingin secara kontinyu
ke arah ikan
Immersion freezer Mencelupkan ikan ke dalam cairan dingin
Spray freezer Menyemprot ikan dengan cairan dingin
Sumber: Penanganan Hasil Perikanan
2.1.2.8 Komponen – Komponen Iklim
Suatu bangunan tidak hanya ditinjau dari aspek bentuk saja, tetapi keberadaan ruang sebagai wadah kegiatan perlu dilihat keberlangsungannya.
Dalam hal ini, apakah ruang yang terbentuk dapat menjamin terpenuhnya kebutuhan-kebutuhannya secara fisik agar kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya
dapat terselenggara secara baik dan nyaman, sehingga pemakai merasa “nyaman” secara thermal didalamnya. Kreteria-kreteria kenyamanan ini sangat dipengaruhi
oleh kondisi iklim setempat dan komponen-komponen iklim yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan tersebut seperti :
1. Pancaran radiasi matahari Energi surya merupakan penyebab utama dari semua perubahan dan
pergerakan di dalam atmosfir, serta mempengaruhi kecepatan transpirasi atau kehilangan air di udara yang menyebabkan rendahnya kelembaban.
Hilangnya energi maksimun dicapai saat langit cerah pada siang hari, kira- kira sampai pukul 3.00 siang, lebih banyak energi diterima dari surya daripada
diradiasikan dari bumi, sehingga udara dipermukaan bumi suhunya terus naik sampai pukul 2.00 – 4.00 siang.
Radiasi Matahari tidak saja memberikan panas tetapi juga pencahayaan untuk ruang-ruang interior bangunan. Pencahayaan alami ini memberi manfaat
21 psikologi di samping kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk
pencahayaan buatan. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut, dan uap air
dan dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada di sekitar bangunan.
Gambar 2.7. Sistem Pencahayaan
Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan
Kuantitas dan kualitas pencahayaan alami siang hari dalam ruang
ditentukan oleh ukuran dan orientasi bukaan jendela, tingkat transmisi cahaya dari kaca jendela, pantulan dari bidang-bidang dalam ruang dan permukaan outdoor
dan halangan oleh teritisan dan peohonan di sekitar bangunan.
Gambar 2.8. Kuantitas dan Kualitas Pencahayaan Alami Siang Hari
Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan
22 Gambar 2.9. Proses pencahayaan dalam ruangan
Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan 2. Temperatur dan perubahan temperatur
Panas tertinggi dicapai setelah 2 jam setelah tengah hari, karena saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang sudah tinggi.
Sehingga pertambahan panas terbesar terdapat pada facade barat daya atau barat laut tergantung musim dan garis lintang dan facade barat. Sebagai patokan
temperatur tertinggi sekitar 1 – 2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dan temperatur terendah sekitar 1 – 2 jam sebelum matahari terbenam.
Sebanyak 43 radiasi matahari dipantulkan kembali ke angkasa, dan 57 diserap, yaitu 14 atmosfir dan 43 permukaan bumi. Sebagian besar radiasi
yang diserap dipantulkan kembali ke udara, terutama setelah matahari terbenam.
Bagian dari radiasi panas atau radiasi matahari yang tidak dipantulkan oleh sebuah bahan, tetapi diserap, akan memanaskan bahan tersebut. Pada bangunan,
23 panas yang diterima akan mendesak kedalam ruangan dan mengalir ke dalam
ruangan melalui atap dan dinding.
Tabel. 2.3. Nilai-nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan dan Jenis Permukaan
BAHAN KONDISI
PERMUKAAN PENYERAPAN
PEMANTULAN
Aluminium Dipoles
10 - 30 90 - 70
Foil 35 - 40
65 - 60 Dioksida
40 - 65 60 - 35
Perunggu 50 - 55
50 - 45
Cat Aluminium
25 - 55 75 - 45
Kuning 50
50 Abu – Abu Muda
70 - 80 30 - 20
Hijau Muda 50 - 60
50 - 40 Merah Muda
65 - 75 35 - 25
Hitam 85 - 95
15 - 5 Putih Berkilat
20 - 30 80 - 70
Putih Kapus 10 - 20
90 - 80 Semen
Biru atau Putih 40 - 60
60 – 40 Asbes
Slate 80 - 95
20 - 5 Lama
70 - 85 30 -15
Aspal Bitmen Felt
85 - 95 15 - 5
Beton 60 - 70
40 -30 Genteng
Merah 60 - 75
40 -35 Tanah
Ladang 70 - 85
30 - 15 Rumput
80 20
Kayu Pinus atau Baru
40 - 60 60 - 40
Kayu Keras 85
15 Kaleng
Tembaga Baru
25 - 30 75 - 70
Pudar 65
35 Marmer
Putih 40 - 50
60 - 50 Pasir
Putih 40
60 Perak
70 - 90 30 - 10
Slate Abu - Abu
75 - 90 25 - 10
24 Batu
Batu Karang 80 - 85
20 -15 Besi
Galvanisasi Baru
65 - 70 35 - 30
Pudar 90 - 95
10 - 5 Air
Danau atau Laut 90 - 95
10 - 5 Bata
Merah 60 - 75
40 - 25
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
3. Presipitasi curah hujan Peresapan air pada material bangunan akan mengakibatkan keroposnya
material, bahkan timbulnya keropos pada material logam. Maka orientasi bangunan yang tepat terhadap arah angin untuk melindungi banguan dari
perembesan air.
4. Kelembaban udara Fluktuasi kadar kelembaban udara tergantung pada perubahan temperatur
udara, semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap air. Kelembaban absolut adalah kadar air dari udara, dan sering disebut
sebagai “tekanan uap air”.
Udara ini telah jenuh, artinya tidak dapat menyerap air lagi jika dalam temperatur tertentu tekanan uap air maksimum telah tercapai. Semakin tinggi
kadar kelembaban udara, semakin sukar iklim tersebut ditoleransi. Peningkatan ini terjadi oleh kombinasi antara temperatur tinggi.
5. Gerakan udara dan arah angin Angin dan pengudaraan ruang secara terus menerus mempersejuk iklim
ruangan. Tiupan angin diukur dengan nilai ms meter perdetik. Udara yang bergerak menghasilkan penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut
terjadi proses penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia. Semakin besar kecepatan udara, semakin besar panas yang hilang. Dengan demikian juga
dapat digunakan angin untuk mengatur udara di dalam ruang. Fungsi daripada pergerakan udara adalah :
- Mempercepat kehilangan panas melalui perbesaran permukaan
25 - Mempercepat kehilangan panas secara konveksi
- Mempercepat penguapan - Pada kelembaban tinggi perlu sekali bantuan angin untuk kondisi panas
Angin dan pergerakan udara dalam bangunan Ashrae, 1989, mencakup : - Pengudaraan alami dalam bangunan, merupakan aliran udara masuk dan
keluar di dalam bangunan yang terjadi secara dirancangan. - Penyusupan udara infiltrasi adalah merupakan aliran udara masuk dan
keluar di dalam bangunan yang terjadi karena secara tidak dirancang. Pergerakan udara dari dalam ke luar mempunyai syarat-syarat tertentu
sehingga terjadinya pengaliran udara dapat berlangsung secara baik, seperti adanya bukaan pada kedua sisi ruangan yang saling berhadapan. Dan adanya
perbedaan besaran luasan bukaan agar terjadi perbedaan tekanan udara dimasing- masing bukaan sehingga memungkinkan pengaliran udara dengan lancar.
Gambar 2.10 Pergerakan Udara pada Lubang Ventilasi
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Kecepatan aliran udara mempengaruhi penyegaran udara. Jikalau lubang
masuk udara lebih besar daripada lubang keluarnya, maka kecepatan aliran udara akan berkurang a, sebaliknya kalau lubang keluar udara lebih besar, kecepatan
aliran udara akan makin kuat b.
26 a
b Gambar 2.11. Aliran Udara
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Pemanfaatan pohon serta semak – semak merupakan cara alamiah untuk memberi perlindungan terhadap sinar matahari maupun untuk menyegarkan dan
menyalurkan aliran udara, terutama pada gedung yang rendah.
Angin yang menerpa sebuah bangunan akan membentuk daerah bertekanan tinggi pada sisi hulu angin Gambar 2.12. Atas dasar kejadian tersebut
angin berhembus mengelilinggi bangunan dan membentuk daerah bertekanan rendah pada sisi samping dan sisi hilir angin Gambar 2.13. Memperhatikan
bahwa aliran udara tidak selalu mencari jalan terpendek Gambar 2.14.
Gambar 2.12 Bila angin menerpa sebuah bangunan, maka terbentuk sebuah daerah bertekanan tinggi pada sisi hulu angin
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
27 Gambar 2.13 Angin berhembus mengelilingi bangunan bertekanan rendah
terbentuk pada sisi samping dan sisi hilir angin
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Gambar 2.14 Aliran udara tidak mencari jalan terpendek
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Kondisi tekanan yang berbeda pada kedua sisi lubang masuk aliran udara, akan membelok mencari jalan lain. Berarti bergesernya lubang masuk udara pada
satu sisi mengubah kondisi tekanan masing–masing.
Gambar 2. a Gambar 2. b
Gambar 2.15 Kondisi tekanan tidak sama pada kedua sisi lubang masuk aliran udara membelok mencari jalan
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
28
2.1.3 Studi Kasus Lapangan 2.1.3.1 Pasar Ikan Higienis PIH Mina Rejomulyo, Semarang