PUSAT PERDAGANGAN IKAN DI REMBANG.
TUGAS AKHIR
PUSAT PERDAGANGAN IKAN
DI REMBANG
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir (Strata = 1)
Diajukan oleh:
LILI INDAH ARYANI
0851010027
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2 0 1 2
(2)
TUGAS AKHIR
PUSAT PERDAGANGAN IKAN
DI REMBANG
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir (Strata = 1)
Diajukan oleh:
LILI INDAH ARYANI
0851010027
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2 0 1 2
(3)
ii
TUGAS AKHIR
PUSAT PERDAGANGAN IKAN
DI REMBANG
Dipersiapkan dan Disusun Oleh:
LILI INDAH ARYANI
0851010027
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Tanggal : 23 November 2012
Pembimbing Utama : Penguji I :
Ir. Syaifuddin Zuhri, MT. Ir. Eva Elviana, MT.
NIP. 1962 1019 1994 03 1 00 1 NPT. 3 6604 94 0032 1
Pembimbing Pendamping : Penguji II
Ir. Erwin Djuni Winarto, MT. Mohammad Pranoto, ST., MT.
NPT. 3 6506 99 0166 1 NPT. 3 7312 06 0215 1
Penguji III
Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT.
NPT. 3 6706 94 0034 1 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S-1) Tanggal : 27 November 2012
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Ir. Naniek Ratni Jar., M.Kes.
(4)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ditujukan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “PUSAT PERDAGANGAN IKAN DI REMBANG” ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur di Surabaya.
Bersama ini penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Naniek Ratni. JAR, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Tekni Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT. selaku Ketua Progdi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.
3. Dyan Agustin, ST., MT dosen pengampu Tugas Akhir, terima kasih banyak atas bimbingannya.
4. Lily Syahrial, ST., MT. selaku dosen wali.
5. Ir. Syaifuddin Zuhri, MT. selaku dosen pembimbing utama, terima kasih banyak atas bimbingannya serta membantu saya dari awal penyusunan dari seminar sampai masa tugas akhir.
6. Ir. Erwin Djuni Winarto, MT. selaku dosen pembimbing pedamping, yang membimbing tugas akhir, terima kasih atas bimbingannya.
7. Ir. Eva Elviana, MT. ; Mohammad Pranoto, ST., MT. ; Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT., selaku dosen penguji. Terima kasih atas semua kritik dan sarannya.
8. Segenap dosen jurusan Arsitektur UPN Veteran Jawa Timur, atas segala macam ilmu yang sudah diberikan kepada saya.
(5)
v
9. Kedua orang tua saya, Bapak Mashadi Charis dan Ibu Lasmini yang selalu mendukung, menyemangati dan selalu mendoakan dalam penyusunan tugas akhir saya. Terima kasih atas segalanya.
10. Ketiga kakak saya, Mbak Rya, Mbak Iing, Mbak Irma, terima kasih telah banyak mendukung saya, dan mendoakan saya, love u so much all..:*
11. Special thanks part I for Syahfitri, teman terbaikku dari awal sampai sekarang, terima kasih telah banyak membantu saya dalam segala hal, menemaniku di Studio meskipun terkadang saya paksa anaknya ikut ngampus, pokoknya thanks for everything…
12. Special thanks part II for I Indah Rahmawati, Savitri Kusuma Wardhani, Lucky Murdiyono, Septafian Adhe Permana, yang telah membantu dan menemaniku di Ruang Studio.
13. Special thanks part III for Rizki Septia Maharani, terima kasih telah membantu saya dalam membuat banner dan juga meminjamkan bajunya. 14. Special thanks part IV for Rama, terima kasih telah membantu saya dalam
ngeprint laporan dan portofolio tugas akhir saya.
15. Special thanks part V for Salsabila aliase Bila, terima kasih telah mengantarkanku ke tempatE mas Anton.
16. Special thanks part VI for Mas Fajrul dan Rafles yang telah membantuku dalam hal nge-render.
17. Teman-teman angkatan 2008 dan teman-teman penghuni studio tugas akhir, yang selalu mendukung saya, Vitri, Bila, Umar, Kiki, Achi, Adhe, Aryani, Syah, Reza, Lucky, Eka, Chris, Rama, Yan Ardhi, Saughi, Tama, Syarief, Asro, Fajrul, Syahreal, mbak Novi, mas Yanuar, mbak Erna, mas Negro, mas Buyung, Mas Nyambek, Mas Bayu, Mas Yuda dan saya tidak bisa menyebutkan satu-satu, terima kasih telah memberi semangat dan membantu menyelesaikan Tugas Akhir saya.
18. Temanku yang di Rembang, Niken Prabaningrum dan Dewi Kartikasari terima kasih buat supportnya.
(6)
vi
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan proposal tugas akhir ini. Semoga Proposal Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, dan bisa didapatkan hasil yang maksimal nantinya.
Surabaya, 18 Desember 2012
(7)
iii
PUSAT PERDAGANGAN IKAN DI REMBANG
Lili Indah Aryani0851010027
ABSTRAKSI
Rembang yang terletak di jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) merupakan salah satu daerah yang penyuplai hasil perikanan di Jawa Tengah. Potensi perikanannya yang semakin berkembang pesat menjadikan perikanan sebagai lahan bisnis yang sangat menjanjikan.
Pada Pusat Perdagangan Ikan ini merupakan suatu wadah yang berfungsi untuk memasarkan, meningkatkan mutu/kualiatas ikan, dan melakukan transaksi jual beli ikan baik berupa produk ikan hidup, ikan segar, maupun ikan olahan yang berkualitas dengan konsep penjualan modern serta memberikan layanan dan informasi kepada pembeli.
Lokasi Pusat Perdangan Ikan laut ini berada di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai tepatnya di desa Tasikagung dan bersebelahan dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tasikagung. Selain itu, lokasi site berada tepat di jalur Pantura yang merupakan posisi strategis di perbatasan utara Jawa Tengah – Jawa Timur.
Pusat Perdagangan Ikan Laut ini dirancang dengan menggunakan tema “Responsive to Environment” ” atau Respon/Tanggap Terhadap Lingkungan, hal ini maksudnya ialah. suatu bentuk arsitektural yang mampu merespon/tanggap (responsive) terhadap lingkungan sekitar, atau mewujudkan elemen-elemen
arsitektural yang mampu merespon lingkungan site yang berada di laut, sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi para pengguna. Dari tema ini, maka akan menghadirkan sebuah konsep yang dapat menampilkan citra suatu bangunan dan tetap berusaha memberikan kenyamanan, kedinamisan antara obyek rancangan.
Kata kunci : pusat perdagangan, ikan segar, ikan hidup, ikan olahan,
(8)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAKSI... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran ... 3
1.3. Batasan dan Asumsi ... 3
1.4. Tahapan Perancangan ... 4
1.5. Sistematika Laporan ... 5
BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN ... 7
2.1. Tinjauan Umum Perancangan... 7
2.1.1. Pengertian Judul ... 7
2.1.2. Studi Literatur ... 8
2.1.3. Studi Kasus Lapangan ... 28
2.1.3.1. Pasar Ikan Higienis (PIH) Mina Rejomulyo, Semarang 28 2.1.3.2. Pasar Ikan Higienis (PIH) Gedebage, Kota Bandung .... 32
2.1.4. Analisa Hasil Studi ... 40
2.2. Tinjauan Khusus Perancangan ... 41
2.2.1. Penekanan Perancangan ... 41
(9)
viii
2.2.3. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 42
2.2.4. Perhitungan Luasan Ruang ... 44
2.2.5. Program Ruang ... 48
BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN ... 51
3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 51
3.2. Penetapan Lokasi ... 53
3.3. Kondisi Fisik Lokasi ... 53
3.3.1. Existing Site ... 53
3.3.2. Aksesibilitas ... 54
3.3.3. Potensi Lingkungan ... 55
3.3.4. Infrastrultur Kota ... 55
3.3.5. Peraturan Bangunan Setempat ... 56
BAB IV ANALISA PERANCANGAN... 57
4.1. Analisa Site ... 57
4.1.1. Analisa Aksesibilitas ... 57
4.1.2. Analisa Iklim ... 59
4.1.3. Analisa Lingkungan Sekitar ... 66
4.1.4. Analisa Zoning ... 68
4.2. Analisa Ruang ... 68
4.2.1. Organisasi Ruang ... 68
4.2.2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi ... 69
4.2.3. Diagram Abstrak ... 70
4.3. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan ... 71
4.3.1. Analisa Bentuk Massa Bangunan ... 71
4.3.1. Analisa Tampilan ... 71
BAB V KONSEP RANCANGAN... 73
5.1 Tema Rancangan ... 73
(10)
ix
5.1.2. Penentuan Tema Rancangan ... 74
5.2 Konsep Rancangan ... 74
5.2.1. Teori Metafora ... 74
5.2.2. Konsep Zonning ... 75
5.2.3. Konsep Orientasi Massa Bangunan ... 76
5.2.4. Konsep Sirkulasi ... 77
5.2.5. Konsep Bentuk Massa Bangunan ... 80
5.2.6. Konsep Tampilan ... 80
5.2.7. Konsep Ruang Luar ... 81
5.2.8. Konsep Ruang Dalam ... 82
5.2.9. Konsep Struktur dan Material ... 83
5.2.10. Konsep Utilitas ... 83
5.2.10.1. Konsep Penyediaan Air Bersih ... 83
5.2.10.2. Konsep Pembuangan Air Kotor dan Kotoran ... 84
5.2.10.3. Konsep Pembuangan Air Hujan ... 85
5.2.10.4. Konsep Pencegah Kebakaran ... 85
5.2.10.5. Konsep Pembuangan Limbah Ikan ... 85
5.2.11. Konsep Mekanikal Elektrikal ... 86
5.2.11.1. Konsep Penghawaan ... 86
5.2.11.2. Konsep Pencahayaan ... 87
5.2.11.3. Konsep Jaringan Listrik dan Genset ... 88
5.2.11.4. Konsep Jaringan Telekomunikasi ... 89
5.2.11.5. Konsep Intalasi Penangkal Petir ... 89
BAB VI APLIKASI RANCANGAN... 90
6.1. Aplikasi Zonning ... 90
6.2. Aplikasi Orientasi Massa bangunan ... 91
6.3. Aplikasi Entrance ... 92
6.4. Aplikasi Sirkulasi Bangunan ... 93
6.5 Aplikasi Massa Bangunan ... 94
(11)
x
6.7. Aplikasi Tampilan Bangunan ... 95
6.8. Aplikasi Ruang Dalam ... 96
6.9. Aplikasi Ruang Luar ... 97
6.10. Aplikasi Sistem Pencahayaan ... 99
6.11. Aplikasi Sistem Penghawaan ... 100
6.12. Aplikasi Sistem Pembuangan Limbah ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
(12)
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1 Produksi Ikan per Kecamatan se-Kabupaten Rembang ... 2
Tabel 1.2 Prosentase Produksi Ikan per Kecamatan se-Kabupaten Rembang 2 Tabel 2.1 Daya simpan ikan pada berbagai suhu ... 16
Tabel 2.2 Alat Pembekuan Ikan ... 20
Tabel 2.3 Nilai-nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan dan Jenis Permukaan ... 23
Tabel 2.4 Analisa Hasil Studi ... 40
Tabel 2.5 Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang ... 43
Tabel 2.6 Perhitungan Luas Ruang ... 45
Tabel 2.7 Program Ruang ... 49
Tabel 3.1 Produksi Ikan Tiap TPI se-Kabupaten Rembang (kg) ... 52
Tabel 4.1 Penilaian Pemilihan Entrance ... 58
Tabel 4.2 Data Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knot) Pada Tahun 2010 Di Kabupaten Rembang ... 61
Tabel 4.3 Penggolongan Data Kecepatan Arah Angin Pada Tahun 2010 di Kabupaten Rembang ... 65
Tabel 4.4 Prosentase Data Kecepatan Arah Angin Pada Tahun 2010 di Kabupaten Rembang ... 65
(13)
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1.1 Bagan Tahapan Perancangan ... 5
Gambar 2.1 Meja Pajangan Ikan dengan Kotak Pendingin dan Salurannya ... 8
Gambar 2.2 Tempat Display yang Berada Di Tengah ... 9
Gambar 2.3 Akomodasi Pemakai Bertubuh Besar dan Kecil yang Berjalan Menghadap Depan pada Sebuah Koridor atau Llintasan Selebar 96 inci (243,8 cm) ... 10
Gambar 2.4 Cara Pendinginan ikan ... 17
Gambar 2.5 Penyusunan Ikan dengan Cara Bulking dan Shelfing ... 19
Gambar 2.6 Penyusunan Ikan dengan Cara Boxing ... 19
Gambar 2.7 Sistem Pencahayaan ... 21
Gambar 2.8 Kuantitas dan Kualitas Pencahayaan Alami Siang Hari ... 21
Gambar 2.9 Proses Pencahayaan dalam Ruangan ... 22
Gambar 2.10 Pergerakan Udara pada Lubang Ventilasi ... 25
Gambar 2.11 Aliran Udara ... 26
Gambar 2.12 Bila Angin Menerpa Sebuah Bangunan, Maka Terbentuk Sebuah Daerah Bertekanan Tinggi pada Sisi Hulu Angin ... 26
Gambar 2.13 Sebuah Daerah Bertekanan Tinggi pada Sisi Samping dan Sisi Hilir Angin ... 27
Gambar 2.14 Aliran Udara Tidak Mencari Jalan Terpendek ... 27
Gambar 2.15 Kondisi Tekanan tidak sama pada Kedua Sisi Lubang Masuk Aliran Udara Membelok Mencari Jalan ... 27
Gambar 2.16 Instalasi Pengolahan Air Limbah ... 30
Gambar 2.17 PIH Mina Rejomulyo ... 31
Gambar 2.18 Area Penjualan PIH Mina Rejomulyo... 32
Gambar 2.19 Site Plan PIH Mina Rejomulyo ... 32
(14)
xiii
Gambar 2.21 Tampak Depan PIH Gedebage Bandung ... 36
Gambar 2.22 Tampak samping kiri PIH Gedebage Bandung ... 36
Gambar 2.23 Tampak samping kanan PIH Gedebage Bandung ... 36
Gambar 2.24 Tampak belakang PIH Gedebage Bandung ... 37
Gambar 2.25 Denah Lantai 1 PIH Gedebage Bandung ... 37
Gambar 2.26 Denah Lantai 2 PIH Bandung ... 38
Gambar 2.27 Interior PIH Gedebage Bandung ... 39
Gambar 3.1 Peta lokasi ... 54
Gambar 3.2 Aksesibilitas ... 54
Gambar 4.1 Titik Pemilihan Entrance ... 57
Gambar 4.2 Arus Kendaraan Menuju Site ... 58
Gambar 4.3 Analisa Orientasi matahari ... 59
Gambar 4.4 Analisa Angin... 60
Gambar 4.5 Analisa Curah Hujan ... 66
Gambar 4.6 Analisa Kebisingan ... 67
Gambar 4.7 Analisa View ... 67
Gambar 4.8 Analisa Zoning ... 68
Gambar 4.9 Organisasi Ruang ... 69
Gambar 4.10 Hubungan Antar Ruang... 69
Gambar 4.11 Alur Sirkulasi ... 70
Gambar 4.12 Diagram Abstrak ... 70
Gambar 4.13 Proses Ide Bentuk Massa Bangunan ... 71
Gambar 5.1 Konsep Zonning ... 76
Gambar 5.2 Orientasi Massa Bangunan ... 77
Gambar 5.3 Sirkulasi Kendaraan ... 78
Gambar 5.4 Skema Sirkulasi Pengunjung... 79
Gambar 5.5 Skema Sirkulasi Pengelola ... 79
Gambar 5.6 Skema Sirkulasi Karyawan ... 79
Gambar 5.7 Proses Bentuk Massa Bangunan ... 80
Gambar 5.8 Pembelokkan Angin pada Bidang Lengkung ... 80
(15)
xiv
Gambar 5.10 Entrance... 82
Gambar 5.11 Signage dan Sclupture ... 82
Gambar 5.12 Konsep Penataan Display ... 82
Gambar 5.13 Konsep Pencahayaan dalam Ruangan ... 83
Gambar 5.14 Skema Tahapan Sistem Penyediaan Air Bersih ... 84
Gambar 5.15 Skema Tahapan Sistem Pembuangan Air Kotor/Kotoran ... 84
Gambar 5.16 Skema Tahapan Sistem Pembuangan Air Hujan ... 85
Gambar 5.17 Penampungan Limbah dengan Sistem Teknologi Biofilter ... 86
Gambar 5.18 Skema Tahapan Sistem Pembuangan Limbah ... 86
Gambar 5.19 Konsep Penghawaan Alami ... 87
Gambar 5.20 Pencahayaan Bangunan ... 88
Gambar 5.21 Secondary Skin ... 88
Gambar 5.22 Skema Proses Genset ... 88
Gambar 5.23 System Penangkal Petir S.E.S ... 89
Gambar 6.1 Zonning Horizontal dan Vertikal ... 90
Gambar 6.2 Zonning Ruang ... 91
Gambar 6.3 Orientasi Massa Bangunan ... 92
Gambar 6.4 Main Entrance ... 92
Gambar 6.5 Sirkulasi pada Bangunan ... 93
Gambar 6.6 Massa Bangunan Single Building... 94
Gambar 6.7 Bentuk Bangunan ... 94
Gambar 6.8 Fasade Bangunan ... 95
Gambar 6.9 Interior Ruang Penjualan Ikan Hidup ... 96
Gambar 6.10 Interior Ruang Penjualan Ikan Segar ... 96
Gambar 6.11 Interior Ruang Penjualan Ikan Olahan ... 97
Gambar 6.12 Plasa / RTH ... 97
Gambar 6.13 Taman dan Kolam Air Mancur ... 98
Gambar 6.14 Bidang – Bidang Vertikal dan Jalan Setapak ... 98
Gambar 6.15 Area Parkir ... 99
Gambar 6.16 Seclupture Dan Signage ... 99
(16)
xv
Gambar 6.18 Penghawaan Bangunan ... 101 Gambar 6.19 Proses Pembuangan Limbah ... 102
(17)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Berita Acara Sidang Lisan Lampiran Gambar
Lampiran Foto Maket
Surat Tugas Pembimbingg Skripsi Kartu Asistensi Tugas Akhir Daftar Revisi Sidang Tugas Akhir
(18)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Rembang merupakan kabupaten yang terletak di Pantai Utara Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah sekitar 1.014 km2 dengan panjang garis pantai 62,5 km. 35% dari luas wilayah Kabupaten Rembang merupakan kawasan pesisir seluas 355,95 km2. Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang, 6 diantaranya berada di tepi laut. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan.
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang tahun 2010 bahwa Kabupaten Rembang memiliki sektor-sektor yang berpotensi untuk dapat dikembangkan, di antaranya pertambangan, kehutanan, pariwisata, pertanian, perikanan, perdagangan dan perindustrian. Dari sektor-sektor tersebut, perikananlah yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Rembang.
Sebagaimana yang telah diketahui, daerah produksi perikanan di Indonesia terpencar dan berjauhan dengan daerah-daerah pusat konsumsi. Ciri-ciri demikian mengharuskan adanya proses pengumpulan produk dari unit-unit usaha perikanan untuk disalurkan ke pasar-pasar eceran di daerah konsumen. Sementara itu tempat yang menjadi ajang transaksi banyak dijumpai di pasar-pasar ikan yang terkesan kotor, tidak tertata rapi serta kurang nyaman sehingga menimbulkan bau dan aroma yang tidak sedap yang pada gilirannya tempat seperti ini tidak menarik untuk didatangi masyarakat dan minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan tidak meningkat. Masyarakat (khususnya masyarakat dengan kelas ekonomi menengah dan menengah ke atas) lebih memilih untuk membeli ikan di pasar swalayan karena masyarakat sekarang lebih memilih kualitas ikan yang dibeli.
Kabupaten Rembang sendiri dalam 5 tahun terakhir ini merupakan daerah yang dapat berkembang khususnya di Kecamatan Rembang. Ini terbukti karena 6 kecamatan dari 14 kecamatan di Kabupaten Rembang yang berada di sekitar kawasan pesisir kabupaten Rembang yang di dalamnya termasuk Kaliori,
(19)
2
Rembang, Lasem, Sluke, Kragan, dan Sarang. Dari 6 kecamatan tersebut, Rembang-lah yang merupakan daerah potensial bagi aktivitas industrial, perdagangan dan jasa dalam bidang perikanan yang sangat prospektif, karena Rembang merupakan daerah terbesar produksi hasil perikanan di Kabupaten Rembang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2, dimana produksi ikan di Kecamatan Rembang selalu besar dibandingkan dengan produksi ikan di kecamatan lain.
Tabel 1.1. Produksi Ikan per Kecamatan se-Kabupaten Rembang
Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010
Kaliori 10.312 9.230 2.870 3.088 10.260
Rembang 26.797.780 15.695.572 21.248.034 20.180.683 20.262.721
Lasem - 1.300 - - -
Sluke 33.443 6.516 6.954 3.067 9.066
Kragan 4.577.009 5.676.687 5.390.655 8.196.006 6.486.399
Sarang 6.470.217 5.338.907 7.979.458 12.064.730 8.266.140
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang, 2011
Tabel 1.2. Prosentase Produksi Ikan per Kecamatan se-Kabupaten Rembang
Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010
Kaliori 0,03% 0,03% 0,01% 0,01% 0,03%
Rembang 70,73% 58,72% 61,36% 49,89% 57,84%
Lasem - 0,01% - - -
Sluke 0,09% 0.02% 0,02% 0,01% 0,03%
Kragan 12,08% 21,24% 15,57% 20,26% 18,51%
Sarang 17,08% 19,97% 23,04% 29,83% 23,59%
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang, 2011
Rembang yang terletak di jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) merupakan salah satu daerah yang penyuplai hasil perikanan di Jawa Tengah. Potensi perikanannya yang semakin berkembang pesat menjadikan perikanan sebagai
(20)
3
lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Oleh sebab itu, maka perlu adanya suatu suatu wadah yang berfungsi untuk memasarkan, meningkatkan mutu/kualiatas ikan, dan melakukan transaksi jual beli ikan dalam skala retail. Di pusat perdagangan ini, jenis ikan yang dipasarkan adalah jenis ikan hidup, ikan segar, maupun ikan olahan, namun dengan konsep yang modern agar dapat memberikan layanan dan informasi kepada konsumen secara optimal.
1.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan
Tujuan dirancangnya Pusat Perdagangan Ikan Laut di Rembang adalah:
1. Meningkatkan persepsi masyarakat terhadap perdagangan ikan yang dulu kotor dan bau menjadi berkesan (image) tidak bau, bersih, dan berkualitas
2. Meningkatkan kualitas dan jenis produk ikan yang diperdagangkan tetap segar dan bermutu baik.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah:
1. Menciptakan Pusat Perdagangan Ikan Laut yang terpadu, bersih, dan tidak bau, 2. Merancang perdagangan ikan dengan konsep modern dan proses penangan
ikan yang benar.
1.3 Batasan dan Asumsi Perancangan
Dalam perencanaan dan perancangan Pusat Perdagangan Ikan Laut memiliki batasan fungsi yaitu suatu sarana pemasaran atau suatu wadah proses jual beli yang dapat menjual berbagai jenis ikan laut dalam skala retail baik berupa produk ikan hidup, ikan segar, maupun ikan olahan, yang mampu memberikan standart teknis mutu dan higienis yang maksimal serta terkontrol dengan konsep yang modern. Selain itu, pusat perdagangan ikan ini diperuntukan oleh masyarakat umum baik strata ekonomi menengah maupun strata ekonomi menengah ke atas. Tempat ini beroperasi antara jam 7.00 sampai jam 18.00 WIB.
Pusat perdagangan ikan laut ini diasumsikan milik swasta, karena diharapkan swasta mampu mengembangkan wadah kegiatan tersebut.
(21)
4
1.4 Tahapan Perancangan
Menjelaskan dan menguraikan tentang langkah-langkah yang diterapkan dalam menyelesaikan tugas akhir, mulai tahap interprestasi judul, pengumpulan data, analisa data, penyusunan konsep rancangan, sampai pada tahap terbentuknya gambar rancangan (final design).
Di dalam merencanakan dan menyelesaikan perancangan tugas akhir ini dilakukan beberapa langkah. Pertama-tama diawali dengan gagasan ide dalam pemilihan judul, dimana judul tersebut kemudian diinterpretasikan untuk dicari makna/artinya. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat diperoleh dari studi literature, studi internet, dan studi observasi. Setelah data terkumpul, kemudian mencari studi kasus dan studi literaturnya. Setelah itu, dianalisis studi ruangnya, kemudian studi lokasinya. Steleah studi ruang dan studi lokasi terlaksana barulah ke tahapan analisa perancangan. Namun dalam mengerjakan analisa perancangan tidak lupa melakukan feed back control
terhadap studi ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan tahapan perancangan di bawah ini.
(22)
5
Gambar 1.1. Bagan Tahapan Perancangan
1.5 Sistematika Laporan
Sistematika penyusunan dari laporan ini disusun dalam 4 bab pokok bahasan antara lain :
Bab I : Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang latar belakang timbulnya obyek perancangan yang diperjelas dengan data-data yang diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan sasaran perancangan dimana dalam perancangan tersebut memiliki batasan dan asumsi. Setelah itu, disusunlah langkah-langkah perancangan yang dituangkan ke dalam bentuk tahap perancangan dan diakhiri sistematika laporan.
Analisa Perancangan Studi Lokasi Studi Ruang
Studi Literatur Komplikasi dan analisa data
Studi Kasus
Pengumpulan data Interpretasi Judul
Gagasan ide pemilihan Judul
- studi literature - studi internet - studi observasi
Feed back control
Feed back control
(23)
6
Bab II : Tinjauan Obyek Perancangan, bab ini berisi tinjauan umum dan tinjauan khusus perancangan. Untuk tinjauan umum sendiri berisi pengertian judul, studi literatur, studi kasus dan analisa hasil studi. Sedangkan tinjaun khusus terdiri dari penekanan perancangan, lingkup pelayanan, aktifitas dan kebutuhan ruang, perhitungan luasan ruang, serta program ruang.
Bab III : Tinjauan lokasi perancangan, bab ini berisi latar belakang lokasi, penetapan lokasi dan kondisi fisik lokasi. Untuk kondisi lokasi terdiri dari sub subbab aksesibilitas, potensi lingkungan dan infrastruktur kota.
Bab IV : Analisa Perancangan, bab ini berisi beberapa sub bab, antara lain : analisa site, analisa ruang serta analisa bentuk dan tampilan. Analisa site terdiri dari sub subbab aksesibilitas, analisa iklim dan lingkungan sekitar. Analisa ruang terdiri dari sub subbab organisasi ruang, hubungan ruang dan sirkulasi serta diagram abstrak. Sedangkan analisa bentuk dan tampilan terdiri dari sub subbab analisa bentuk massa bangunan dan analisa tampilan bangunan.
(24)
7
BAB II
TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum Perancangan
Tinjauan umum obyek rancangan berisi tentang hal-hal yang bersifat umum, dalam hal ini bisa menjelaskan tentang pengertian judul obyek yang diambil dari beberapa studi kasus dan literatur. Hasil akhir yang diperoleh merupakan gambaran umum dari permasalahan dan penyelesaian obyek yang akan dirancang.
2.1.1 Pengertian Judul
Menurut Poerwadarminta (1979), judul yang diajukan dalam rancangan ini, yaitu “Pusat Perdagangan Ikan di Rembang” dapat diuraikan menurut definisi sebagai berikut:
Pusat : (1) tempat yang letaknya di bagian tengah; (2) titik yang di tengah-tengah benar (dalam bulatan bola, lingkaran, dsb)
Perdagangan : Perihal dagang; urusan dagang; perniagaan
Ikan : Binatang bertulang belakang yang hidup dalam air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, biasanya tubuhnya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan adanya dengan menggunakan sirip.
Di : Kata depan untuk menandai tempat
Rembang : Sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota) Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia.
Sehingga dari jabaran tiap-tiap kata tersebut dapat dirangkum makna atau pengertian dari “Pusat Perdagangan Ikan di Rembang”, yaitu suatu pusat kegiatan perdagangan ikan yang ada di Rembang. Wadah ini merupakan sebuah sarana yang memperjualbelikan dan memperdagangkan beberapa jenis ikan baik berupa
(25)
8
produk ikan hidup, ikan segar, maupun ikan olahan, yang berkualitas dengan konsep penjualan modern serta memberikan layanan dan informasi kepada pembeli.
2.1.2 Studi Literatur
2.1.2.1 Spesifikasi Dan Ketentuan Teknis
Display Ikan
Untuk pajangan, ikan disimpan di tempat dingin, jika perlu disimpan sepanjang malam di ruang pendingin sedangkan untuk ikan beku harus disimpan di lemari pembekunya. Sedangkan untuk tempat penjualan harus dirancang dengan peralatan pengaturan aliran udara. Dinding-dinding dan lantai-lantai harus mudah dicuci.
Gambar 2.1. Meja pajangan ikan dengan kotak pendingin dan salurannya
(26)
9
Gambar 2.2. Tempat display yang berada di tengah
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, 2003
Gambar di atas adalah tentang berbagai jarak bersih yang diperlukan untuk sebuah unit tempat display barang. Ruang sebesar 30 ici (76,2 cm), di sisi lain dari konter tersebt harus sesuai untuk kegiatan pembeli berkaitan dengan gerakan gerakan mengambil barang dari tempat display tersebut. Rentang tubuh maksimal atau lebar kereta yang lebih besar, harus menjadi ukuran kunci atau ukuran pokoknya.
Sirkulasi Manusia
In Cm
A B C D E F G H I J
32 36 maks
60 63 maks 15 maks
108 30 43 48 maks30 – 32
81,3 91,4 maks
152,4 160 maks 38,1 maks
274,3 76,2 121,9 121,9 maks 76,2 – 81,3 maks
(27)
10
Gambar 2.3. Akomodasi pemakai bertubuh besar dan kecil yang berjalan menghadap depan pada sebuah koridor atau lintasan selebar 96 inci (243,8 cm)
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, 2003
Gambar di atas adalah untuk menunjukan beberapa gagasan tentang hubungan fisik antara dimensi manusia dan lebar koridor yang berkaitan dengan jumlah lajur yang dapat diakomodasi. Baris yang terdiri dari tiga orang yang bersisian ini didasarkan pada data peresntentil ke-95 dari rentang tubuh maksimal kelompok orang yang megenakan pakaian. Sedangkan baris baris yang terdiri dari empat orang yang bersisian didasarkan pada data persentil ke 5 kelompok pengukuran yang sama.
2.1.2.2 Standart Teknis
Gudang Beku (cold storage)
Gudang beku adalah ruangan bisa berbentuk persegi panjang, kubus dll. sebagai tempat untuk menyimpan hasil perikanan yang bersuhu rendah (beku) dalam rangka mempertahankan kesegaran ikan.
Persyaratan teknis gudang beku didasarkan pada persyaratan teknis pembekuan dan bangunan yang ada dengan memperhatikan fungsi dari masing-masing pekerjaan sebagai sarana untuk menyimpan hasil perikanan beku. Suhu ruang pembekuan maksimum -25°C. Tebal dinding ruang pembekuan minimal 10 cm. Ukuran ruang minimal (P X L X T) : 7
X 7 X 4 meter.
In Cm A B C D E F G H 4,5 32 1,6 24 96 30 36 120 11,4 81,3 4,1 61 243,8 76,2 91,4 304,8
(28)
11
Peti Pendingin Ikan (cool box)
Peti pendingin ikan adalah wadah yang dipergunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil perikanan baik di atas kapal maupun di darat dan distribusi.
Persyaratan teknis peti pendingin ikan (cool box) harus mempunyai daya insulated yang baik sesuai fungsinya guna menghambat panas dari luar ke dalam peti sehingga es tidak dapat mencair dan mutu ikan bisa dipertahankan. Bahan insulated yang baik adalah polyurethane yang bagian luarnya dilapisi dengan kayu dan fibre glass atau plastic. Ketebalan dinding peti minimal 5 cm.
Pengadaan Alat Angkut Berpendingin
Alat angkut berpendingin adalah alat yang dipergunakan sebagai saran transportasi hasil perikanan yang dilengkapi dengan alat refrigerasi sesuai dengan fungsinya guna mempertahankan suhu dingin produk dalam rangka mempertahankan mutu kesegaran ikan,
Persyaratan teknis alat angkut berpendingin adalah alat angkut berupa mobil (truck) yang dilengkapi dengan refrigerated yang suhunya bisa atur sampai suhu -20 °C, dinding ruang penyimpanan harus mempunyai insulated yang baik (polyurethane) dengan ketebalan dinding minimal 10°C.
2.1.2.3 Teknologi Penanganan Ikan Hidup
Pemasaran ikan hidup telah lama dikenal di beberapa daerah di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Teknologi yang banyak diterapkan adalah transportasi ikan hidup sistem basah, yaitu pengangkutan ikan dengan menggunakan air sebagai media. Dalam hal ini air ditempatkan pada wadah pengangkut dengan sitem tertutup atau sistem terbuka. Pada pengangkutan jarak jauh sebaiknya dilengkapi dengan aerator untuk memungkinkan terjadinya suplai oksigen. Selain itu ikan hidup juga dapat ditransportasikan dengan menempatkan ikan di dalam kantung plastik berisi air dan kemudian diinjeksikan oksigen serta ditutup atau diikat rapat-rapat.
(29)
12
Saat ini pemasaran ikan bernilai ekonomis tinggi dalam keadaan hidup juga telah dikembangkan, seperti untuk lobster, ikan kerapu dan udang. Selain ditransportasikan dengan sistem basah produk tersebut juga dapat ditransportasikan dengan sistem kering. Media transportasi yang dapat digunakan untuk transportasi ikan hidup sistem kering adalah serbuk gergaji, kertas koran, serutan kayu, karung goni dan pasir, tetapi ternyata serbuk gergaji merupakan penghambat panas terbaik.
Secara anatomi, pada saat udang dalam keadaan tanpa air, pada rongga karapas masih mengandung air, sehingga masih mampu menyerap oksigen yang terdapat pada air dalam rongga karapas. Dengan memanfaatkan sifat fisiologis yang unik tersebut, maka krustasea dapat diangkut dengan menggunakan sistem kering. Krustasea yang diimotilisasi dengan penurunan suhu bertahap sampai 14 – 15o C dapat ditransportasikan dengan sistem kering selama 19 jam untuk udang dan 25 – 40 jam untuk lobster.
Ikan laut memiliki ketahanan hidup tidak sebaik ikan air tawar. Ikan laut dipasarkan dalam keadaan hidup umumnya hanya yang bernilai ekonomis tinggi, seperti ikan kerapu. Terdapat tiga teknologi yang memungkinkan dikembangkan untuk mengangkut ikan tanpa media air, yaitu:
- mengangkut ikan pada keadaan dingin (anabiosis) tanpa air
- membuat kondisi sekeliling ikan lembab dan kondisi ini akan melindungi kulit ikan dari kekeringan
- memingsankan ikan
Untuk ikan kerapu, sebelum dikemas ikan harus diimotilisasi, yaitu dengan menempatkan ikan pada air bersuhu 16,5o – 17,5oC. Dalam keadaan
imotil, ikan kerapu dibungkus dengan kertas koran, kemudian ditempatkan dalam kotak stirofom dengan menggunakan serbuk gergaji dingin sebagai medianya. Stirofom berukuran 30 cm x 40 cm x 30 cm dapat mengangkut 4 kg ikan. Dengan cara ini ikan kerapu dapat bertahan dalam keadaan hidup paling tidak selama 10 jam.
(30)
13
Kepiting, kerang dan tiram juga dipasarkan dalam keadaan hidup, tetapi penanganan dan transportasi komoditas tersebut lebih mudah dibandingkan dengan lobster, udang dan ikan kerapu.
2.1.2.4 Teknologi Penanganan Ikan Segar
Ikan termasuk komoditas yang cepat rusak dan bahkan lebih cepat dibandingkan dengan daging hewan lainnya. Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan dan pemanenan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi biologis ikan, serta teknik penanganan dan penyimpanan di atas kapal. Oleh karena itu, segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan pendinginan atau pembekuan.
Pada prinsipnya pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Melalui pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak dihentikan. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerasi, es, slurry ice (es cair), dan air laut dingin (chilled sea water). Cara yang paling mudah dalam mengawetkan ikan dengan pendinginan adalah menggunakan es sebagai bahan pengawet, baik untuk pengawetan di atas kapal maupun setelah di daratkan, yaitu ketika di tempat pelelangan, selama distribusi dan ketika dipasarkan. Penyimpanan ikan segar dengan menggunakan es atau sistem pendinginan yang lain memiliki kemampuan yang terbatas untuk menjaga kesegaran ikan, biasanya 10–14 hari.
Yang pertama perlu diperhatikan di dalam penyimpanan dingin ikan dengan menggunakan es adalah berapa jumlah es yang tepat digunakan. Es diperlukan untuk menurunkan suhu ikan, wadah dan udara sampai mendekati atau sama dengan suhu ikan dan kemudian mempertahankan pada suhu serendah mungkin, biasanya 0o C. Perbandingan es dan ikan yang ideal untuk penyimpanan
dingin dengan es adalah 1 : 1. Hal lain yang juga perlu dicermati di dalam pengawetan ikan dengan es adalah wadah peng-es-an yang ideal harus mampu mempertahankan suhu tetap dingin, kuat, tahan lama, kedap air, dan mudah dibersihkan.
(31)
14
Cara pengawetan ikan yang lain adalah dengan pembekuan. Untuk mendapatkan umur simpan yang panjang ikan harus dibekukan dengan menggunakan alat pembeku dan kemudian disimpan beku dalam cold storage.
2.1.2.5 Teknologi Pengolahan
Pengelompokan produk perikanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dapat dibedakan atas produk tradisional dan produk modern atau produk siap masak dan produk siap saji/siap konsumsi.
1. Teknologi Pengolahan Produk Tradisional
Hasil produk pengolahan tradisional seperti ikan asin, ikan asap, petis dan kerupuk ikan. Jenis teknologi pengolahan yang digolongkan pada kelompok ini, meliputi:
Teknologi pengasinan, menghasilkan produk ikan asin kering.
Teknologi fermentasi, menghasilkan berbagai jenis produk ikan fermentasi, seperti ikan peda, jambal roti, kecap ikan, terasi, ikan tukai, bekasang, bekasam, naniura, picungan dan cincaluk.
Teknik pemindangan, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemindangan garam dan pemindangan air – garam. Sekarang telah berkembang teknologi bandeng presto atau teknologi pindang bandeng duri lunak. Salah satu kelemahan dari produk pindang adalah umur simpannya yang relatif pendek, sekitar 3-4 hari, tetapi pindang bandeng presto yang dikemas dengan baik dalam kondisi vakum dapat mencapai lebih dari satu bulan.
Teknologi pengasapan, sering dikombinasikan dengan pengeringan sinar matahari dan atau perlakuan pendahuluan dengan penggaraman. Suhu pengasapan bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung permintaan konsumen dan tipe unit pengasapan yang digunakan. Tetapi sebagian besar produk diolah menggunakan pengasapan panas (hot smoking), yaitu suhu pengasapan menyebabkan produk yang diolah masak. Sekarang telah dikembangkan teknologi pengasapan dengan menggunakan
(32)
15
asap cair (cuka kayu). Dari kombinasi teknologi pengasapan dan pengeringan dapat dihasilkan produk ikan kayu arabushi yang selama ini diekspor ke Jepang. Saat ini telah berkembang produk camilan ikan siap konsumsi, misalnya ikan balita goreng, ikan saluang goreng, serta ikan gerang dan keripik ikan segar.
2. Teknologi Produk Olahan Non-Tradisional
Banyak jenis teknologi pengolahan yang dapat digolongkan pada kelompok ini, mulai dari teknologi yang sederhana sampai yang memerlukan peralatan yang relatif canggih.
Teknologi pembekuan, telah dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai jenis produk yang dipasarkan dan disimpan dalam keadaan beku dengan bahan mentah ikan atau udang. Produk ikan dapat dipasarkan beku dalam bentuk ikan utuh yang telah disiangi, loin, fillet dan lain-lain yang pada umumnya dari ikan laut.
Teknologi pengalengan, sebagai cara pengawetan ikan untuk jangka waktu yang panjang. Bahan mentah ikan kaleng yang digunakan di Indonesia adalah tuna, cakalang dan lemuru.
Teknologi surimi dan teknologi daging lumat memungkinkan diterapkan untuk pemanfaatan ikan bernilai ekonomis rendah. Surimi adalah produk setengah jadi yang diolah dengan melumatkan daging ikan, kemudian dicuci dengan air dingin untuk menghilangkan sifat organoleptis yang kurang menarik dan setelah itu dipisahkan airnya. Surimi merupakan teknologi pengolahan ikan yang secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat Jepang dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Surimi dan daging lumat merupakan produk setengah jadi yang dapat diolah menjadi berbagai jenis produk, seperti bakso, sosis, nugget, burger, sate lilit, otak-otak, dan pempek.
3. Teknologi Pengolahan Makro dan Mikro Alga
Makro alga yang banyak terdapat di perairan Indonesia adalah rumput laut. Rumput laut berdasarkan fikokoloid yang dikandungnya dapat dibedakan
(33)
16
atas agarofit (penghasil agar-agar), karaginofit (penghasil karaginan) dan alginofit (penghasil alginat).
Salah satu jenis mikro alga yang telah dimanfaatkan untuk keperluan manusia adalah spirulina. Spirulina dapat digunakan sebagai bahan makanan kesehatan yang dapat langsung dimakan dengan cara membuatnya dalam bentuk jus yang dicampur dengan buah-buahan.
4. Teknologi Pengolahan Produk Fortifikasi
Protein ikan dapat difortifikasikan dalam bentuk daging lumat atau tepung ikan mutu pangan, dan protein hidrolisat. Sedangkan lemak dapat ditambahkan dalam bentuk minyak ikan, konsentrat asam lemak omega-3 dan tepung minyak ikan.
2.1.2.6Pendinginan Ikan
Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan, pengangkutan maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain. Dengan mendinginkan ikan sampai sekitar 0° C kita dapat memperpanjang masa kesegaran (daya simpan, shelf-life) ikan sampai 12-18 hari sejak saat ikan
ditangkap dan mati, tergantung pada jenis ikan dan cara penanganan. Pengaruh pendinginan terhadap mutu ikan dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1. Daya simpan ikan pada berbagai suhu
Ikan yang disimpan pada Tidak layak dimakan lagi sesudah
16° C 11° C 5° C 0° C
1-2 hari 3 hari 5 hari 14-15 hari
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
Kelebihan cara pendinginan adalah sifat asli ikan masih dapat dipertahankan. Ikan dengan sifat asli (tekstur, rasa, bau, dsb) terutama jenis-jenis
(34)
17
ikan tuna, tenggiri, bawal, kakap dan lemuru, dsb dapat dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi. Selain itu pendinginan adalah cara yang murah, cepat, dan efektif. Pendinginan dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara berikut
1. Pendinginan dengan es
2. Pendinginan dengan es kering 3. Pendinginan dengan air dingin 4. Pendinginan dengan udara dingin
Cara pendinginan dengan es batu ada 2, yaitu:
a. Tumpukan, es batu ditebarkan ke dasar wadah peyimpanan ikan hingga membentuk lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan dicampurkan ke dalam wadah tersebut. Pada lapisan ikan yang paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara disekitarnya.
b. Berlapis, es batu ditebarkan di dasar wadah penyimpanan hingga membentuk lapisan stebal 5 cm. Selanjutnya di atas lapisan es batu tersebut disusun ikan secara teratur dengan bagian perut menghadap ke bawah agar cairan es batu yang meleleh tidak tergenang di bagian perut ikan. Pada bagian atas ditaburkan kembali nes batu sehingga membentuk lapisan setebal 7 cm, selanjutnya wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara luar.
(a) Cara Tumpukan (b) Cara Berlapis Gambar 2.4. Cara Pendinginan ikan
(35)
18 Cara penyusunan ikan ada 3 sebagai berikut :
1. Bulking
Bulking diartikan bahwa ikan dan es disusun selapis demi selapis dalam sebuah wadah. Dasar wadah diberi lapisan es setebal 5 cm. Tebal antara lapisan ikan dan lapisan es sebaiknya sama dan usahakan agar setiap tubuh ikan terbungkus oleh es sehingga lebih cepat dingin. Bila jumlah ikan yang didinginkan sangat banyak sebaiknya wadah dilengkapi dengan sekat hidup (sekat yang mudah dibongkar pasang) terbuat dari kayu. Pada setiap dasar sekat sebaiknya diberi lapisan plastik agar cairan es batu tidak jatuh ke lapisan ikan di bawahya tetapi mengalir ke dasar melalui sisi wadah.
2. Shelfing
Prinsip kerja ini sama dengan bulking yang dilengkapi dengan sekat hidup. Jarak antar sekat sekitar 20 cm dan setiap sekat hanya menampung 1 lapis ikan. Cara ini hanya digunakan untuk ikan berukuran besar karena dianggap menghabiskan banyak waktu,tenaga, dan tempat. Namu mutu ikan dapat lebih baik karena kehilangan berat akibat tekanan lebih sedikit jika dibandingkan dengan cara bulking.
3. Boxing
Penyusunan ikan menggunakan kotak atau boks yang terbuat dari kayu, aluminium, atau plastik. Ikan disusun di dalam kotak kemudian dicampur dengan es batu secukupnya. Keuntungan cara ini jika dibandingkan dengan dua cara penyusunan ikan lain yaitu ikan tidak banyak mengalami luka, tingkat kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan, penyususnan dan pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat.
(36)
19
Gambar 2.5. Penyusunan ikan dengan cara Bulking dan Shelfing
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
Gambar 2.6. Penyusunan ikan dengan cara Boxing
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
2.1.2.7Pembekuan Ikan
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah yaitu jauh dibawah titik rendah ikan. Seperti pendinginan, pembekuan bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Pada prakteknya sangan sulit untuk membekukan seluruh cairan di dalam tubuh ikan karena sebagian cairan itu mempunyai titik beku yang sangat rendah yaitu antara -55°C sampai dengan -65°C. pada umumnya pembekuan sampai -12°C atau -30°C dianggap telah cukup, tergantung pada jangka waktu yang direncanakan. Alat yang digunakan untuk membekukan ikan disebut freezer. Berdasarkan alat yang dipakai cara pembekuan dibagi menjadi 5 golongan sebagai berikut :
(37)
20
Tabel 2.2. Alat Pembekuan Ikan
Nama Alat Pembeku Ikan Cara Pembekuan
Sharp freezer Meletakkan ikan di atas rak yang terbuat dari pipa-pipa dingin
Multi plate freezer Menjepitkan ikan di antara plat-plat dingin Air blast freezer Meniupkan udara dingin secara kontinyu
ke arah ikan
Immersion freezer Mencelupkan ikan ke dalam cairan dingin Spray freezer Menyemprot ikan dengan cairan dingin
Sumber: Penanganan Hasil Perikanan
2.1.2.8Komponen – Komponen Iklim
Suatu bangunan tidak hanya ditinjau dari aspek bentuk saja, tetapi keberadaan ruang sebagai wadah kegiatan perlu dilihat keberlangsungannya. Dalam hal ini, apakah ruang yang terbentuk dapat menjamin terpenuhnya kebutuhan-kebutuhannya secara fisik agar kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya dapat terselenggara secara baik dan nyaman, sehingga pemakai merasa “nyaman” secara thermal didalamnya. Kreteria-kreteria kenyamanan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim setempat dan komponen-komponen iklim yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan tersebut seperti :
1. Pancaran radiasi matahari
Energi surya merupakan penyebab utama dari semua perubahan dan pergerakan di dalam atmosfir, serta mempengaruhi kecepatan transpirasi atau kehilangan air di udara yang menyebabkan rendahnya kelembaban.
Hilangnya energi maksimun dicapai saat langit cerah pada siang hari, kira-kira sampai pukul 3.00 siang, lebih banyak energi diterima dari surya daripada diradiasikan dari bumi, sehingga udara dipermukaan bumi suhunya terus naik sampai pukul 2.00 – 4.00 siang.
Radiasi Matahari tidak saja memberikan panas tetapi juga pencahayaan untuk ruang-ruang interior bangunan. Pencahayaan alami ini memberi manfaat
(38)
21
psikologi di samping kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk pencahayaan buatan. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut, dan uap air dan dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada di sekitar bangunan.
Gambar 2.7. Sistem Pencahayaan
Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan
Kuantitas dan kualitas pencahayaan alami siang hari dalam ruang ditentukan oleh ukuran dan orientasi bukaan jendela, tingkat transmisi cahaya dari kaca jendela, pantulan dari bidang-bidang dalam ruang dan permukaan outdoor dan halangan oleh teritisan dan peohonan di sekitar bangunan.
Gambar 2.8. Kuantitas dan Kualitas Pencahayaan Alami Siang Hari
(39)
22
Gambar 2.9. Proses pencahayaan dalam ruangan Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan 2. Temperatur dan perubahan temperatur
Panas tertinggi dicapai setelah 2 jam setelah tengah hari, karena saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang sudah tinggi. Sehingga pertambahan panas terbesar terdapat pada facade barat daya atau barat laut (tergantung musim dan garis lintang) dan facade barat. Sebagai patokan temperatur tertinggi sekitar 1 – 2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dan temperatur terendah sekitar 1 – 2 jam sebelum matahari terbenam.
Sebanyak 43% radiasi matahari dipantulkan kembali ke angkasa, dan 57% diserap, yaitu 14% atmosfir dan 43% permukaan bumi. Sebagian besar radiasi yang diserap dipantulkan kembali ke udara, terutama setelah matahari terbenam.
Bagian dari radiasi panas atau radiasi matahari yang tidak dipantulkan oleh sebuah bahan, tetapi diserap, akan memanaskan bahan tersebut. Pada bangunan,
(40)
23
panas yang diterima akan mendesak kedalam ruangan dan mengalir ke dalam ruangan melalui atap dan dinding.
Tabel. 2.3. Nilai-nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan dan Jenis Permukaan
BAHAN PERMUKAAN KONDISI PENYERAPAN % PEMANTULAN %
Aluminium
Dipoles 10 - 30 90 - 70
Foil 35 - 40 65 - 60
Dioksida 40 - 65 60 - 35
Perunggu 50 - 55 50 - 45
Cat
Aluminium 25 - 55 75 - 45
Kuning 50 50
Abu – Abu Muda 70 - 80 30 - 20
Hijau Muda 50 - 60 50 - 40
Merah Muda 65 - 75 35 - 25
Hitam 85 - 95 15 - 5
Putih Berkilat 20 - 30 80 - 70
Putih Kapus 10 - 20 90 - 80
Semen Biru atau Putih 40 - 60 60 – 40
Asbes Slate 80 - 95 20 - 5
Lama 70 - 85 30 -15
Aspal Bitmen Felt 85 - 95 15 - 5
Beton 60 - 70 40 -30
Genteng Merah 60 - 75 40 -35
Tanah Ladang 70 - 85 30 - 15
Rumput 80 20
Kayu Pinus atau Baru 40 - 60 60 - 40
Kayu Keras 85 15
Kaleng
Tembaga Pudar Baru 25 - 30 65 75 - 70 35
Marmer Putih 40 - 50 60 - 50
Pasir Putih 40 60
Perak 70 - 90 30 - 10
(41)
24
Batu Batu Karang 80 - 85 20 -15
Besi
Galvanisasi Pudar Baru 65 - 70 90 - 95 35 - 30 10 - 5
Air Danau atau Laut 90 - 95 10 - 5
Bata Merah 60 - 75 40 - 25
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
3. Presipitasi (curah hujan)
Peresapan air pada material bangunan akan mengakibatkan keroposnya material, bahkan timbulnya keropos pada material logam. Maka orientasi bangunan yang tepat terhadap arah angin untuk melindungi banguan dari perembesan air.
4. Kelembaban udara
Fluktuasi kadar kelembaban udara tergantung pada perubahan temperatur udara, semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap air. Kelembaban absolut adalah kadar air dari udara, dan sering disebut sebagai “tekanan uap air”.
Udara ini telah jenuh, artinya tidak dapat menyerap air lagi jika dalam temperatur tertentu tekanan uap air maksimum telah tercapai. Semakin tinggi kadar kelembaban udara, semakin sukar iklim tersebut ditoleransi. Peningkatan ini terjadi oleh kombinasi antara temperatur tinggi.
5. Gerakan udara dan arah angin
Angin dan pengudaraan ruang secara terus menerus mempersejuk iklim ruangan. Tiupan angin diukur dengan nilai m/s (meter perdetik). Udara yang bergerak menghasilkan penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut terjadi proses penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia. Semakin besar kecepatan udara, semakin besar panas yang hilang. Dengan demikian juga dapat digunakan angin untuk mengatur udara di dalam ruang.
Fungsi daripada pergerakan udara adalah :
(42)
25
- Mempercepat kehilangan panas secara konveksi - Mempercepat penguapan
- Pada kelembaban tinggi perlu sekali bantuan angin untuk kondisi panas Angin dan pergerakan udara dalam bangunan (Ashrae, 1989), mencakup :
- Pengudaraan alami dalam bangunan, merupakan aliran udara masuk dan keluar di dalam bangunan yang terjadi secara dirancangan.
- Penyusupan udara (infiltrasi) adalah merupakan aliran udara masuk dan keluar di dalam bangunan yang terjadi karena secara tidak dirancang.
Pergerakan udara dari dalam ke luar mempunyai syarat-syarat tertentu sehingga terjadinya pengaliran udara dapat berlangsung secara baik, seperti adanya bukaan pada kedua sisi ruangan yang saling berhadapan. Dan adanya perbedaan besaran luasan bukaan agar terjadi perbedaan tekanan udara dimasing- masing bukaan sehingga memungkinkan pengaliran udara dengan lancar.
Gambar 2.10 Pergerakan Udara pada Lubang Ventilasi
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Kecepatan aliran udara mempengaruhi penyegaran udara. Jikalau lubang masuk udara lebih besar daripada lubang keluarnya, maka kecepatan aliran udara akan berkurang (a), sebaliknya kalau lubang keluar udara lebih besar, kecepatan aliran udara akan makin kuat (b).
(43)
26
a b
Gambar 2.11. Aliran Udara
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Pemanfaatan pohon serta semak – semak merupakan cara alamiah untuk memberi perlindungan terhadap sinar matahari maupun untuk menyegarkan dan menyalurkan aliran udara, terutama pada gedung yang rendah.
Angin yang menerpa sebuah bangunan akan membentuk daerah bertekanan tinggi pada sisi hulu angin (Gambar 2.12). Atas dasar kejadian tersebut angin berhembus mengelilinggi bangunan dan membentuk daerah bertekanan rendah pada sisi samping dan sisi hilir angin (Gambar 2.13). Memperhatikan bahwa aliran udara tidak selalu mencari jalan terpendek (Gambar 2.14).
Gambar 2.12 Bila angin menerpa sebuah bangunan, maka terbentuk sebuah daerah bertekanan tinggi pada sisi hulu angin
(44)
27
Gambar 2.13 Angin berhembus mengelilingi bangunan bertekanan rendah terbentuk pada sisi samping dan sisi hilir angin
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Gambar 2.14 Aliran udara tidak mencari jalan terpendek
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Kondisi tekanan yang berbeda pada kedua sisi lubang masuk aliran udara, akan membelok mencari jalan lain. Berarti bergesernya lubang masuk udara pada satu sisi mengubah kondisi tekanan masing–masing.
Gambar 2. a Gambar 2. b
Gambar 2.15 Kondisi tekanan tidak sama pada kedua sisi lubang masuk aliran udara membelok mencari jalan
(45)
28
2.1.3 Studi Kasus Lapangan
2.1.3.1Pasar Ikan Higienis (PIH) Mina Rejomulyo, Semarang A. Lokasi
PIH Mina Rejomulyo berlokasi di Jalan Pengapon No. 8, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Lokasi PIH Mina Rejomulyo sangat strategis dalam pemasaran, karena tempat tersebut bersebelahan dengan sentra Pasar Ikan Rejomulyo atau biasa dikenal dengan Pasar Kobong. Dari seluruh kota/kabupaten mengenal Pengapon sebagai lokasi penjualan hasil laut. PIH Mina Rejomulyo Semarang dibangun di atas lahan seluas 14.000 m².
B. Aspek Kuantitas 1) Kondisi Umum
Pasar Ikan Higienis (PIH) Mina Rejomulyo merupakan pasar modern khusus ikan yang dirancang sebagai pusat perdagangan hasil perikanan dengan jaminan standar mutu produk sesuai dengan syarat kesehatan, higienitas bahan pangan serta syarat sanitasi lingkungan. Produk ikan yang dijual di PIH Mina Rejomulyo meliputi produk ikan segar, ikan hidup, ikan beku, ikan olahan baik skala retail maupun grosir dan sentra ikan hias serta dilengkapi dengan ruang resto dan pondok makan terbuka yang menyajikan hidangan dari bahan ikan dan sejenisnya.
2) Kepemilikan
PIH Mina Rejomulyo ini merupakan milik pemerintah. Hal ini dinyatakan pada Peraturan Walikota Semarang Nomor 5 tahun 2006. Diamana peraturan tersebut menyatakan bahwa PIH Mina Rejomulyo Semarang merupakan asset Pemerintah Kota Semarang yang pengelolaannya secara khusus dilaksanakan oleh Unit Pengelola yang dipimpin oleh seorang Kepala PIH Mina Rejomulyo, yang berada dan
(46)
29
bertanggungjawab penuh kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang.
3) Aktivitas
Aktivitas perdagangan di PIH Mina Rejomulyo ini dimulai pukul 07.00 - 16.00 WIB dan dibuka setiap hari.
4) Fasilitas
Fasilitas-fasilitas yang ada di PIH Mina Rejomulyo Semarang adalah:
Los ikan segar & ikan hidup sebanyak 22 unit, yang terdiri dari :
Ukuran 3,0 X 2,5 m, 1 unit;
Ukuran 3,0 X 3,0 m, 14 unit;
Ukuran 5,0 X 2,5 m, 6 unit;
Ukuran 3,0 X 4,0 m, 1 unit;
Ukuran 5,0 X 2,5 m, 6 unit.
Los ikan olahan sebanyak 14 unit, yang terdiri dari : ukuran 3,0 X 2,0 m, 1 unit;
ukuran 3,0 X 2,5 m, 11 unit;
ukuran 2,5 X 4,5 m, 2 unit.
ruang resto seluas 200 m² yang mempunyai view ke arah pantai Semarang,
area gazebo seluas 150 m² yang berada di teras gedung untuk resto terbuka,
hall pameran seluas 50 m² untuk berbagai kegiatan promosi dan eksebisi,
ruang yang luas bersih dan tertutup, pendingin ruangan (air conditioner), air bersih dari sumur artetis & PDAM, listrik PLN dan Genset,
(47)
30
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), laboratorium Pengawasan Mutu Ikan, ruang Pendingin (cold room),
urinior / toilet yang representatif.
Gambar 2.16. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Sumber : google (http://www.semarang.go.id/cms/peluang-usaha/rejomulyo/peluang_usaha.htm)
Pengoperasian PIH Mina Rejomulyo dimaksudkan untuk terselenggaranya pemasaran hasil perikanan yang bermutu tinggi, pengembangan kerjasama dan peluang usaha di lingkungan PIH Rejomulyo.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka masyarakat yang berminat berusaha di bidang perdagangan ikan segar, ikan hidup, dan ikan olahan serta perusahaan yang mempunyai program promosi maupun eksebisi terhadap produknya diberi kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas PIH Mina Rejomulyo dengan sistem sewa dengan biaya yang relatif terjangkau.
C. Aspek Kualitas 1) Tampilan
Bangunan PIH Mina Rejomulyo ini merupakan bangunan dengan 2 lantai. Pada fasad bangunan PIH Mina Rejomulyo ini terlihat pengolahan pada bagian entrance, Dimana pada bagian tersebut dibuat
(48)
31
penonjolan dan warna yang digunakan pun adalah warna biru dan merah sehingga dapat terlihat dengan jelas kalau pada bagian tersebut merupakan pintu masuk ke gedung.
Gambar 2.17. PIH Mina Rejomulyo
Sumber : google (http://www.semarang.go.id/cms/peluang-usaha/rejomulyo/peluang_usaha.htm)
2) Interior
Jika dilihat pada gambar 2.9, lantainya sudah berkeramik dan untuk ruangan penjualan ikannya berupa kios-kios yang ditujukan bagi para pedagang agar dapat berjualan di tempat itu dengan sistem sewa. Kios-kios tersebut diberi pembatas berupa sekat dimana sesuai ukuran yang telah ditetapkan.
(49)
32
Los Retail Ikan Hidup Los Retail Ikan Olahan Gambar 2.18. Area Penjualan PIH Mina Rejomulyo
Sumber : google (http://www.semarang.go.id/cms/peluang-usaha/rejomulyo/peluang_usaha.htm)
3) Pola Tatanan Massa
Gambar 2.19 Site Plan PIH Mina Rejomulyo
Sumber : google earth
Jika dilihat pada gambar site plannya, PIH Mina Rejomulyo memiliki dua massa (tatanan massa) dengan bentuk dasar pada PIH-nya adalah melengkung dan bentuk persegi panjang untuk IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
2.1.3.2Pasar Ikan Higienis (PIH) Gedebage, Kota Bandung A. Lokasi
PIH Gedebage yang berdiri diatas tanah seluas 5.000 meter persegi dengan luas bangunan hanya 1.850 meter persegi ini berlokasi di Jalan
(50)
33
Sukarno Hatta Bandung. PIH Gedebage merupakan pasar ikan higienis pertama di Kota Bandung. Lokasi PIH ini sangat strategis yaitu satu hamparan dengan Pasar Induk Gedebage yang menempati bagian terdepan.
B. Aspek Kuantitas 1) Kondisi Umum
PIH ini diharapkan dapat memudahkan para pembeli memperoleh ikan segar tanpa menggunakan formalin. Selain dapat membeli dalam skala grosir dan eceran, PIH juga menerima ikan dari petambak ikan atau dari nelayan asalkan ikan tersebut masih dalam keadaan segar dan tidak menggunakan formalin, sehingga hal tersebut harus diteliti dengan ketat.
Konsep yang ditawarkan PIH Gedebage adalah menampilkan sejumlah produk perikanan dengan mutu yang baik dan kenyamanan berbelanja, sekaligus menambah wacana masyarakat bahwa pasar ikan tidak selalu identik dengan kotor, bau tidak sedap, dan becek yang terkadang dikerubuti lalat.
Jenis produk yang dipasarkan juga seyogianya sangat variatif, yakni berbagai macam ikan laut dan ikan tawar yang berupa ikan segar, ikan hidup, ikan olahan tidak beku, dan ikan olahan beku. Ikan yang dijual seperti Kakap merah, Bawal, Tenggiri, Cumi, dan lain-lain menyesuaikan dengan permintaan pasar.
Sistem belanja di PIH ini seperti di supermarket/swalayan. Sehingga belanja ikan tetap nyaman tanpa harus pakai sepatu boot. Sayangnya PIH baru bisa menampung ikan 5-10 ton per hari sedangkan kebutuhan ikan di Kota Bandung mencapai 100 ton. Selain itu, di PIH sendiri bisa menampung tenaga kerja sampai 40 orang.
Ikan yang dijual di PIH 70% didatangkan dari daerah Jawa Barat seperti Pelabuhan Ratu, Pangandaran, dan 13 tempat pelelangan ikan di Kab. Indramayu. Sedangkan 30% ikan sisanya berasal dari daerah Jawa Tengah seperti Jepara, Juana, Pati, Semarang, Kendal, Kab. Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes. Meskipun jarak pengambilannya jauh, ikannya tersebut tetap tidak pakai formalin karena
(51)
34
PIH menyimpan ikan di suhu minus 15o C sehingga ikan bisa tahan tiga
hari.
Dalam menjaga mutu, terutama aspek kesegaran, mereka selalu mengganti es dua kali sehari. Terkadang ikan segar yang pada hari itu tidak terjual akan diolah menjadi masakan siap saji. Dengan demikian, PIH juga menjajakan produk praktis, seperti bandeng presto, bandeng asap, belut asap, tumis cumi asin, dan balado ikan asin. Selain itu, pasar modern juga menyediakan fasilitas untuk membakar atau menggoreng ikan secara gratis.
2) Kepemilikan
PIH Kota Bandung keberadaannya saat ini masih memerlukan penanganan saksama. Menurut penuturan Tono Rusdiantono selaku Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung, bahwa proses untuk menjalankan PIH tersebut sangat panjang dan cukup berat. Oleh sebab itu, selama 6 tahun terbengkalai, akhirnya membuat terobosan dengan cara kerjasama dengan perusahaan swasta untuk mengelola PIH. PIH Kota Bandung ini sudah resmi dibuka sejak tanggal 18 Maret 2010 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri.
3) Aktivitas
Aktivitas perdagangan di PIH Mina Rejomulyo ini dimulai pukul 08.00 – 21.00 WIB dan dibuka setiap hari.
4) Fasilitas
Area penjualan ikan segar seluas 576 m2
Ruang pameran seluas 648 m2
Area bongkar muat barang seluas 24 m2 Ruang pengelola seluas 18 m2
Gudang pendingin seluas 16 m2 Ruang chiller seluas 20 m2
(52)
35
Laboratorium seluas 20 m2 Ruang AHU seluas 10 m2
Ruang MEE seluas 12 m2 Ruang kontrol seluas 6 m2 Ruang alat roli seluas 9 m2 Gudang troli seluas 18 m2 Gudang seluas 6,6 m2 Ruang sampah seluas 12 m2 Janitor seluas 6 m2
Toilet
C. Aspek Kualitas 1) Tampilan
Jika dilihat pada gambar tampak bangunan di bawah maka bangunan tersebut memiliki 2 lantai. Jenis atap yang digunakan adalah atap datar dan lengkung. Warna cat biru yang diterapkan pada bangunan
Gambar 2.20 Tampilan PIH Gedebage Bandung
(53)
36
Gambar 2.21 Tampak Depan PIH Gedebage Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
Gambar 2.22 Tampak samping kiri PIH Gedebage Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
Gambar 2.23. Tampak samping kanan PIH Gedebage Bandung
(54)
37
Gambar 2.24. Tampak belakang PIH Gedebage Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
2) Denah
Fasilitas-fasilitas yang ada pada PIH Gedebage Bandung dapat dilihat pada gambar 2.25 dan 2.26.
Gambar 2.25. Denah Lantai 1 PIH Gedebage Bandung 15
16 14
1 2
4 2
3 3
11
6 7
5
10 9
8
13 12
17 17
(55)
38
Sumber: PIH Gedebage Bandung
Keterangan :
1: Area penjualan ikan segar 2 : Area bongkar muat barang 3 : Gudang pendingin
4 : Ruang chiller
5 : Ruang pembuatan es 6 : Laboratorium
7 : Ruang AHU 8 : Ruang MEE 9 : Ruang kontrol
10 : Ruang alat roli 11 : Ruang mesin chiller 12 : Ruang mesin chiller AC 13 : Gudang troli
14 : Gudang 15 : Janitor
16 : Ruang sampah 17 : Toilet
Gambar 2.26. Denah Lantai 2 PIH Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
3
2
1
2 3
(56)
39
Keterangan :
1 : Ruang pameran 2 : Ruang pengelola 3 : Gudang
4 : Toilet
3) Interior
Jika dilihat pada gambar 2.26 terlihat kalau PIH Gedebage telah dirancang dengan sistem yang modern. Penataan ikan telah dikelompokkan sesuai jenisnya masing-masing, sehingga pembeli mudah untuk mencari ikan yang dituju. Kebersihan ruangannya pun sangat terjaga sehingga para pembeli tidak usah takut akan pasar ikan yang kotor, becek dan bau.
Gambar 2.27 Interior PIH Gedebage Bandung
(57)
40
2.1.4 Analisa Hasil Studi
Dari hasil studi pada dua obyek bangunan di atas, didapatkan hasil kajian dari kedua obyek tersebut. Untuk lebih jelas, perbandingan studi bangunan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Analisa Hasil Studi
Aspek PIH Mina Rejomulyo Semarang PIH Gedebage Bandung Lokasi bersebelahan dengan sentra
Pasar Ikan Rejomulyo bersebelahan dengan Pasar Induk Gedebage
Jam buka Setiap hari pada pukul 07.00
– 16.00 WIB Setiap hari pada pukul 08.00 – 21.00 WIB
Ikan yang
dijual produk ikan segar, ikan hidup, ikan beku, ikan olahan, ikan hias
ikan laut dan ikan tawar yang berupa ikan segar, ikan hidup, ikan olahan tidak beku, dan ikan olahan beku
Failitas Los ikan segar & ikan hidup
Los ikan olahan
ruang resto
area gazebo
hall pameran
pendingin ruangan (air conditioner),
air bersih dari sumur artetis & PDAM,
listrik PLN dan Genset,
tempat parkir yang luas,
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
laboratorium Pengawasan Mutu Ikan,
ruang Pendingin (cold room),
urinior / toilet yang representatif.
Area penjualan ikan segar
Ruang pameran Area bongkar muat barang Ruang pengelola Gudang pendingin
Ruang chiller
Ruang pembuatan es
Laboratorium
Ruang AHU
Ruang MEE
Ruang kontrol
Ruang alat roli
Gudang troli
Gudang
Ruang sampah
Janitor
Toilet
Tampilan Menganut gaya arsitektur
(58)
41
Aspek PIH Mina Rejomulyo Semarang PIH Gedebage Bandung Interior berkeramik dan pemberian
sekat untuk area penjualan yang ditujukan untuk persewaan.
Penataan ikan seperti di swalayan/supermarket dan kebersihan ruangannya sangat terjaga sehingga tidak terlihat kotor, becek dan bau.
Sumber : Analisa Penulis, 2011
Dari perbedaan-perbedaan kedua hasil studi tersebut, maka Pusat Perdagangan Ikan ini juga akan berada dekat dengan sumber ikan, dengan bentuk bangunan tatanan massa.
2.2 Tinjauan Khusus Perancangan 2.2.1 Penekanan Perancangan
Pusat Perdagangan Ikan memiliki titik penekanan obyek rancangan yang berupa tatanan massa (massa bangunan kompleks). Hal ini dikarenakan, aturan pemerintah yang menetapkan ketinggian bangunan di area tersebut tidak dimungkinkan jika dibuat single building.
2.2.2 Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan yang difokuskan untuk pembangunan Pusat Perdagangan Ikan ini adalah para konsumen. Konsumen yang dimaksudkan ini adalah para pedagang atau pengusaha olahan ikan, dimana mereka dapat membeli ikan dalam skala besar maupun eceran. Selain itu, juga tersedia tempat pernyewaan bagi para pedagang ikan yang ingin menjual ikannya.
Ikan yang dijual di pusat perdagangan ini adalah ikan segar, ikan hidup, ikan olahan. Jenis ikan yang dijual adalah :
Layang
Bawal Hitam
Kembung
Selar
Tembang/Jui
Tongkol
Tenggiri
(59)
42
Gulamah/Tiga waja
Ekor kuning
Swanggi/demang k.
Kwee
Kurisi
Beloso/Balak
Kerapu
Pari/pe
Teri
Rajungan
Udang, dll Ikan olahan yang dijual:
Petis
Kerupuk
Terasi
Tepung ikan
Ikan asin
Presto
Ikan kaleng
Ikan asap,dll Ikan hidup yang dijual :
Kerapu
Kakap
Bandeng
Lele
Patin
Udang
Kepiting, dll
2.2.3 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
Untuk mengetahui aktifitas dan kebutuhan ruang yang dibutuhkan, harus didasarkan pada pengguna bangunan Pusat Perdagangan Ikan, yaitu:
Pembeli/Konsumen
Adalah masyarakat baik dari strata menengah maupun dari strata menengah ke atas dimana mereka datang ke pusat perdagangan ikan dengan tujuan membeli ikan dalam jumlah retail. Namun tidak dipungkiri pembeli juga bisa membeli ikan dalam bentuk grosir.
(60)
43
Pengelola
Adalah orang yang melakukan kegiatan seperti mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam bangunan tempat perdagangan ikan serta mengatur jalannya kegiatan tersebut.
Barang Jualan
Ikan juga merupakan produk utama yang akan diperjualbelikan di tempat perdagangan ini sekaligus juga merupakan pemakai bangunan, karena luasan ruang sangat ditentukan jenis-jenis dan jumlah yang akan diperdagangkan.
Dengan diketahuinya para pengguna bangunan, maka aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh para pengguna bangunan tersebut dapat dijabarkan dalam tabel 2.5.
Tabel 2.5. Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang
Aktifitas Pelaku Ruang/Fasilitas Kebutuhan Fasilitas Utama
Aktifitas membeli
Pemotongan ikan
penimbangan
Transaksi pembayaran
Pembeli
Pengelola Tempat penjualan ikan Tempat pemotongan ikan
Tempat penimbangan
Kasir
Fasilitas Penunjang
memarkir kendaraan
transisi kegiatan antar bagian unit kegiatan
makan/minum
menjual pernak-pernik laut
peribadatan
Buang air besar dan kecil
Pembeli
Pengelola Tempat parkir Hall/Lobby
Plaza
Restaurant
Kios pernak-pernik laut
Musholla
Toilet
Fasilitas Pengelola
Menerima tamu
Aktifitas yang berhubungan dengan administrasi
Bagian operasional
Pengelola/
Karyawan Ruang tamu Receptionist
Ruang administrasi
(61)
44
Bagian promosi
Bagian perawatan, pemeliharaan alat dan bangunan
pengembangan dan evaluasi
memimpin dan menjalankan perusahaan
divisi sekretaris
divisi bendahara
penyimpanan berkas
penyediaan makanan/ minuman dan sistirahat
Peribadatan
Buang air kecil dan besar
Ruang pemasaran
Ruang teknis
Ruang rapat
Ruang direktur
Ruang General Manajer
Ruang sekretaris
Ruang bendahara
Ruang arsip
Pantry dan Ruang istirahat
Musholla
Toilet
Fasilitas Penerimaan Ikan
Menaruh barang bawaan
Aktifitas keamanan
Aktifitas bongkar muat
Pemilahan ikan
Pencucian ikan
Pembuatan es
penyimpanan ikan
Pengaturan suhu ruang
Pengemasan ikan
Meneliti ikan
Penyimpanan alat troli
Pengelola/
Karyawan Ruang karyawan dan Loker
Ruang jaga
Loading dock
Ruang Sortir
Ruang pencucian ikan
Ruang pembuat es
cold storage
Ruang penyimpanan ikan hidup
Ruang AHU
Ruang Pengepakan
Laboratorium
Gudang troli
Fasilitas Servis
Suply air bersih
Suply listrik
Penyimpanan peralatan
Pengelola Ruang pompa
Ruang PLN dan trafo
Ruang genset
Ruang panel
Gudang alat
Sumber : Analisa penulis, 2011
2.2.4 Perhitungan Luasan Ruang
Perhitungan luasan ruang disusun berdasarkan jumlah dan standar satuan terkecil dari masing-masing aktifitas, serta prasarana yang dibutuhkan pada masing-masing ruang tersebut. Untuk menentukan besaran ruang masing-masing
(62)
45
fasilitas kelompok kegiatan yang ada tersebut, digunakan standar dari literatur meliputi Neufert Architect Data (NAD), Asumsi (AS), dan Studi Banding (SB). Perhitungan perluasan ruang tersebut telah secara jelas diuraikan dan dihitung pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.6. Perhitungan Luas Ruang
Fasilitas Ruang Kapasitas Ruang Sumber Perhitungan Luas (m2) FASIKITAS UTAMA
Area Penjualan
Area penjualan ikan
segar 1 unit AS 500 m2/unit 500 Area penjualan ikan
hidup 1 unit AS 400 m2/unit 400 Area penjualan ikan
olahan 1 unit AS 400 m2/unit 400 Kasir 3 unit AS 3 m2/unit 18
Tempat Keranjang 3 unit AS 4 m2/unit 12
Tempat penimbangan 3 unit AS 4 m2/unit 12
Tempat pemotongan 4 unit AS 3 m2/unit 12
Jumlah 1354
Sirkulasi 30% 406,2
Total 1760,2
FASILITAS PENERIMAAN IKAN Area Penerimaan Ikan
Loading dock 1 unit NAD 80 m2/unit 80
Ruang sortir 1 unit AS 120 m2/unit 120
Ruang penyimpanan
es 1 unit AS 15 m2/unit 15 Ruang Cold Storage 2 unit AS 35 m2/unit 70
Ruang Storage ikan
hidup 1 unit AS 100 m2/unit 100 Ruang Pencucian
Ikan 1 unit AS 30 m2/unit 30 Ruang Pengepakan 1 unit AS 100 m2/unit 100
Ruang Karyawan 30 orang NAD 2 m2/orang 60
Loker 30 orang NAD 0,6 m2/orang 18
Ruang Registrasi 1 unit NAD 15 m2/unit 15
Ruang Keamanan 1 unit NAD 12 m2/unit 12
Ruang timbang 1 unit AS 2 m2/unit 2
Laboratorium 1 unit AS 20 m2/orang 20
Ruang AHU 1 unit AS 15 m2/unit 15
Ruang Mesin 1 unit AS 20 m2/unit 20
Gudang troli 1 unit AS 20 m2/unit 20
Janitor 1 unit AS 7 m2/unit 7
(63)
46
Fasilitas Ruang Kapasitas Ruang Sumber Perhitungan Luas (m2)
4 unit Ur = 0,8 m²/unit 3,2 Toilet Wanita 4 unit 3 unit NAD Wc = 2 mWs = 1m22/unit /unit 8 3
Jumlah 727,2
Sirkulasi 30% 218,16
Total 945,36
FASILITAS PENGELOLA Kantor Pengelola
R. Tunggu Tamu 5 orang AS 3 m2/orang 15
R. Receptionist 1 orang NAD 4 m2/orang 4
R. Direktur 1 orang NAD 25 m2/orang 25
R. General Manajer 1 orang NAD 20 m2/orang 20
R. Sekretaris 1 orang NAD 15 m2/orang 15
R. Bendahara 1 orang NAD 15 m2/orang 15
R. Staff Pemeliharaan 4 orang NAD 4 m2/orang 16
R. Staff Teknis 4 orang NAD 4 m2/orang 16
R. Staff Lab 2 orang NAD 4 m2/orang 8
R. Staff Pemasaran 6 orang NAD 4 m2/orang 24
R. Personalia 4 orang NAD 4 m2/orang 16
R. Administrasi 8 orang NAD 4 m²/orang 32 R. Rapat 10 orang NAD 2 m2/orang 20
R. Arsip 1 unit NAD 9 m2/unit 9
R. Istirahat karyawan 6 orang NAD 4 m2/orang 24
Pantry 1 unit AS 12 m2/unit 12
Janitor 1 unit SB 7 m2/unit 7
Gudang 1 unit AS 9 m2/unit 9
Musholla 24 orang NAD 1 m2/unit 24
Toilet Pria 2 unit NAD Wc = 2 m
2/unit 4
3 unit Ws = 1 m2/unit 3
4 unit Ur = 0,8 m²/unit 3,2 Toilet Wanita 3 unit 3 unit NAD Wc = 2 mWs = 1m22/unit /unit 6 3
Jumlah 330,2
Sirkulasi 30% 99,06
Total 429,26
FASILITAS PENUNJANG Area Penunjang
Hall 1 unit AS 50 m2/unit 50
Kios pernak-pernik
laut 3 unit AS 12 m2/unit 36 ATM Centre 2 unit SB 2 m2/unt 4
Jumlah 90
Sirkulasi 30% 27
Total 117
Restaurant
Loading dock 1 unit NAD 30 m2/unit 30
Gudang bahan 2 unit AS 20 m2/unit 40
(1)
98
menjadi barier angin, mengingat lokasi site yang berada di dekat tepi laut.
Gambar 6.13 Taman dan Kolam Air Mancur Sumber : Gambar Tugas Akhir, tahun 2012
Sebagai menunjuk jalan, pada ruang luar dihadirkan bidang – bidang vertikal dan jalan setapak yang mengarah pada entrence bangunan. Selain itu
bidang – bidang vertikal ini sebagai pengganti selasar. 6.10
6.11
Gambar 6.14 Bidang – Bidang Vertikal dan Jalan Setapak Sumber : Gambar Tugas Akhir, tahun 2012
Lahan parkir antara mobil dan motor diletakkan terpisah, Selain itu area parkir pengelola dan pengunjung juga dibedakan, are parkir pengelola di rancang terletak di samping site untuk memudahkan pencampaian ke pintu masuk pengelola dan karyawan yang bersifat private. Sedangkan area parkir pengunjung terletak di area depan site untuk memudahkan pencampaian ke pintu masuk utama. Sedangkan untuk loading dock diletakkan di belakang site, selain agar
tidak mengganggu kenyamanan pengunjung serta memudahkan keluar masuknya mobil pengangkut.
(2)
99 6.12
6.13 6.14
Gambar 6.15 Area Parkir Sumber : Gambar Tugas Akhir, tahun 2012
Pemberian Signage pada depan jalansebagi penegas fumgsi bangunan,
selain itu penempatan Seclupture Ikan sebagai simbol bangunan yang diletakkan
di area pintu masuk merupakan open gate bangunan.
6.15
Gambar 6.16 Seclupture Dan Signage Sumber : Gambar Tugas Akhir, tahun 2012 6.10 Aplikasi Sistem Pencahayaan
Bangunan yang menghadap ke arah barat dan timur diberi seceondary skin
maupun sun screen yang berfungsi untuk menghambat radiasi panas atau radiasi
(3)
100
Gambar 6.17 Pencahayaan Bangunan Sumber : Gambar Tugas Akhir, tahun 2012 6.11 Aplikasi Sistem Penghawaan
Pergerakan udara yang dilakukan secara kontinyu di dalam ruangan dapat menghasilkan penyegaran yang baik. Untuk menghasilkan penyegaran yang baik maka dilakukan cross ventilasi dimana pada gambar dibawah lubang masuk udara lebih kecil daripada lubang keluar karena untuk menghasilkan kecepatan aliran udara yang keluar lebih besar sehingga bau di dalam ruangan dapat diminimalisir.
(4)
101
Gambar 6.18 Penghawaan Bangunan Sumber : Gambar Tugas Akhir, tahun 2012 6.12 Aplikasi Sistem Pembuangan Limbah
Limbah yang berasal dari ikan dibawa ke STP (Sawage Treatment Plant),
tetapi sebelum ke STP limbah ikan ditampung dulu di bak kontrol untuk proses pengendapan lemak, kemudian endapan yang sudah tanpa lemak tersebut diteruskan ke STP untuk ditreatment dan kemudian setelah cukup kadarnya bisa dibuang ke saluran kota yang kemudian ke laut. Apabila air kotor yang mengandung endapan lemak tersebut disalurkan langsung STP tanpa melalui bak kontrol terlebih dahulu maka bakteri pengurai di STP akan mati akibat kekurangan oksigen akibat permukaan tertutup dengan lemak.
(5)
102
Gambar 6.19 Proses Pembuangan Limbah Sumber : Gambar Tugas Akhir, tahun 2012
G r a r a s e t r a p
(6)
103
DAFTAR PUSTAKA
Lippsmeier, Georg (1994), “Bangunan Tropis”, Erlangga : Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan (2011), “Profil potensi Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang 2010”, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang : Rembang.
Zelnik, Martin, et all. (2003), “Dimensi Manusia dan Ruang Interior”, Erlangga, Jakarta
Zuhri, Syaifuddin (2006), “Sains Arsitektur 1”,FTSP Press : Surabaya. Anggriani, Niniek (2006), “Eko Arsitektur”. FTSP Press : Surabaya.
Ching, F.D.K. (2000), “Arsitektur Bentuk. Ruang dan Tatanan”, Erlangga: Jakarta Antoniades, Anthony C (1990), ”Poethic of Architecture”.
Rahadini, Ari. (2010). “Membangun Rumah Sehat Hemat Energi”. Kawan Pustaka : Semarang.
Ernst, Neufert (1995), “Data Arsitek Edisi Edisi Kedua Jilid 1”, Erlangga: Jakarta. Ernst, Neufert (1994), “Data Arsitek Edisi 33 Jilid 2”, Erlangga : Jakarta.
Ernst, Neufert (1992), “Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2”, Erlangga : Jakarta. Adawyah, Rabiatul (2007), “Pengolahan dan Pengawetan Ikan”, Bumi Aksara:
Jakarta.
Bappeda Kabupaten Rembang (2007), “RTRW Kabupaten Rembang”.
BPS (Badan Pusat Statistik) Rembang (2010), “Data Kecepatan dan Arah Angin”. www.googleearth.com
http://www.semarang.go.id/cms/peluang-usaha/rejomulyo/peluang_usaha.htm http://eproc2010.bandung.go.id/action/file/download/id/5640
Masyamsir, “Penanganan Hasil Perikanan”. pdf.
Prihatmaji, Yulianto P., et all, “Perancangan Pasar Ikan Higienis (PIH) di Rembang (Pendekatan Karakteristik Budaya Berdagang Masyarakat Pesisir)”. pdf.