7
BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum Perancangan
Tinjauan umum obyek rancangan berisi tentang hal-hal yang bersifat umum, dalam hal ini bisa menjelaskan tentang pengertian judul obyek yang
diambil dari beberapa studi kasus dan literatur. Hasil akhir yang diperoleh merupakan gambaran umum dari permasalahan dan penyelesaian obyek yang
akan dirancang.
2.1.1 Pengertian Judul
Menurut Poerwadarminta 1979, judul yang diajukan dalam rancangan ini, yaitu
“Pusat Perdagangan Ikan di Rembang” dapat diuraikan menurut
definisi sebagai berikut: Pusat
: 1 tempat yang letaknya di bagian tengah; 2 titik yang di
tengah-tengah benar dalam bulatan bola, lingkaran, dsb
Perdagangan : Perihal dagang; urusan dagang; perniagaan
Ikan : Binatang bertulang belakang yang hidup dalam air,
berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, biasanya tubuhnya bersisik, bergerak dan menjaga
keseimbangan adanya dengan menggunakan sirip.
Di : Kata depan untuk menandai tempat
Rembang : Sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat
pemerintahan ibu kota Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia.
Sehingga dari jabaran tiap-tiap kata tersebut dapat dirangkum makna atau pengertian dari “Pusat Perdagangan Ikan di Rembang”, yaitu suatu pusat kegiatan
perdagangan ikan yang ada di Rembang. Wadah ini merupakan sebuah sarana yang memperjualbelikan dan memperdagangkan beberapa jenis ikan baik berupa
8 produk ikan hidup, ikan segar, maupun ikan olahan, yang berkualitas dengan
konsep penjualan modern serta memberikan layanan dan informasi kepada pembeli.
2.1.2 Studi Literatur 2.1.2.1 Spesifikasi Dan Ketentuan Teknis
Display Ikan
Untuk pajangan, ikan disimpan di tempat dingin, jika perlu disimpan sepanjang malam di ruang pendingin sedangkan untuk ikan beku harus disimpan
di lemari pembekunya. Sedangkan untuk tempat penjualan harus dirancang dengan peralatan pengaturan aliran udara. Dinding-dinding dan lantai-lantai harus
mudah dicuci.
Gambar 2.1. Meja pajangan ikan dengan kotak pendingin dan salurannya
Sumber : Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1 Neufert, 1995
9 Gambar 2.2. Tempat display yang berada di tengah
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, 2003
Gambar di atas adalah tentang berbagai jarak bersih yang diperlukan untuk
sebuah unit tempat display barang. Ruang sebesar 30 ici 76,2 cm, di sisi lain dari konter tersebt harus sesuai untuk kegiatan pembeli berkaitan dengan gerakan
gerakan mengambil barang dari tempat display tersebut. Rentang tubuh maksimal atau lebar kereta yang lebih besar, harus menjadi ukuran kunci atau ukuran
pokoknya.
Sirkulasi Manusia
In Cm
A B
C D
E F
G H
I J
32 36 maks
60 63 maks
15 maks 108
30 43
48 maks30 – 32
81,3 91,4 maks
152,4 160 maks
38,1 maks 274,3
76,2 121,9
121,9 maks 76,2
– 81,3 maks
10 Gambar 2.3. Akomodasi pemakai bertubuh besar dan kecil yang berjalan
menghadap depan pada sebuah koridor atau lintasan selebar 96 inci 243,8 cm
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, 2003
Gambar di atas adalah untuk menunjukan beberapa gagasan tentang
hubungan fisik antara dimensi manusia dan lebar koridor yang berkaitan dengan jumlah lajur yang dapat diakomodasi. Baris yang terdiri dari tiga orang yang
bersisian ini didasarkan pada data peresntentil ke-95 dari rentang tubuh maksimal kelompok orang yang megenakan pakaian. Sedangkan baris baris yang terdiri dari
empat orang yang bersisian didasarkan pada data persentil ke 5 kelompok pengukuran yang sama.
2.1.2.2 Standart Teknis
Gudang Beku cold storage Gudang beku adalah ruangan bisa berbentuk persegi panjang,
kubus dll. sebagai tempat untuk menyimpan hasil perikanan yang bersuhu rendah beku dalam rangka mempertahankan kesegaran ikan.
Persyaratan teknis gudang beku didasarkan pada persyaratan teknis pembekuan dan bangunan yang ada dengan memperhatikan fungsi dari
masing-masing pekerjaan sebagai sarana untuk menyimpan hasil perikanan beku. Suhu ruang pembekuan maksimum -25°C. Tebal dinding
ruang pembekuan minimal 10 cm. Ukuran ruang minimal P X L X T : 7 X 7 X 4 meter.
In Cm
A B
C D
E F
G H
4,5 32
1,6 24
96 30
36
120 11,4
81,3 4,1
61 243,8
76,2 91,4
304,8
11 Peti Pendingin Ikan cool box
Peti pendingin ikan adalah wadah yang dipergunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil perikanan baik di atas kapal maupun di
darat dan distribusi.
Persyaratan teknis peti pendingin ikan cool box harus mempunyai daya insulated yang baik sesuai fungsinya guna menghambat panas dari
luar ke dalam peti sehingga es tidak dapat mencair dan mutu ikan bisa dipertahankan. Bahan insulated yang baik adalah polyurethane yang
bagian luarnya dilapisi dengan kayu dan fibre glass atau plastic. Ketebalan dinding peti minimal 5 cm.
Pengadaan Alat Angkut Berpendingin Alat angkut berpendingin adalah alat yang dipergunakan sebagai
saran transportasi hasil perikanan yang dilengkapi dengan alat refrigerasi sesuai dengan fungsinya guna mempertahankan suhu dingin produk dalam
rangka mempertahankan mutu kesegaran ikan,
Persyaratan teknis alat angkut berpendingin adalah alat angkut berupa mobil truck yang dilengkapi dengan refrigerated yang suhunya
bisa atur sampai suhu -20 °C, dinding ruang penyimpanan harus mempunyai insulated yang baik polyurethane dengan ketebalan dinding
minimal 10°C.
2.1.2.3 Teknologi Penanganan Ikan Hidup
Pemasaran ikan hidup telah lama dikenal di beberapa daerah di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Teknologi yang banyak diterapkan adalah transportasi
ikan hidup sistem basah, yaitu pengangkutan ikan dengan menggunakan air sebagai media. Dalam hal ini air ditempatkan pada wadah pengangkut dengan
sitem tertutup atau sistem terbuka. Pada pengangkutan jarak jauh sebaiknya dilengkapi dengan aerator untuk memungkinkan terjadinya suplai oksigen. Selain
itu ikan hidup juga dapat ditransportasikan dengan menempatkan ikan di dalam kantung plastik berisi air dan kemudian diinjeksikan oksigen serta ditutup atau
diikat rapat-rapat.
12 Saat ini pemasaran ikan bernilai ekonomis tinggi dalam keadaan hidup
juga telah dikembangkan, seperti untuk lobster, ikan kerapu dan udang. Selain ditransportasikan dengan sistem basah produk tersebut juga dapat
ditransportasikan dengan sistem kering. Media transportasi yang dapat digunakan untuk transportasi ikan hidup sistem kering adalah serbuk gergaji, kertas koran,
serutan kayu, karung goni dan pasir, tetapi ternyata serbuk gergaji merupakan penghambat panas terbaik.
Secara anatomi, pada saat udang dalam keadaan tanpa air, pada rongga karapas masih mengandung air, sehingga masih mampu menyerap oksigen yang
terdapat pada air dalam rongga karapas. Dengan memanfaatkan sifat fisiologis yang unik tersebut, maka krustasea dapat diangkut dengan menggunakan sistem
kering. Krustasea yang diimotilisasi dengan penurunan suhu bertahap sampai 14 – 15
o
C dapat ditransportasikan dengan sistem kering selama 19 jam untuk udang dan 25 – 40 jam untuk lobster.
Ikan laut memiliki ketahanan hidup tidak sebaik ikan air tawar. Ikan laut dipasarkan dalam keadaan hidup umumnya hanya yang bernilai ekonomis tinggi,
seperti ikan kerapu. Terdapat tiga teknologi yang memungkinkan dikembangkan untuk mengangkut ikan tanpa media air, yaitu:
- mengangkut ikan pada keadaan dingin anabiosis tanpa air - membuat kondisi sekeliling ikan lembab dan kondisi ini akan melindungi
kulit ikan dari kekeringan - memingsankan ikan
Untuk ikan kerapu, sebelum dikemas ikan harus diimotilisasi, yaitu dengan menempatkan ikan pada air bersuhu 16,5
o
– 17,5
o
C. Dalam keadaan imotil, ikan kerapu dibungkus dengan kertas koran, kemudian ditempatkan dalam
kotak stirofom dengan menggunakan serbuk gergaji dingin sebagai medianya. Stirofom berukuran 30 cm x 40 cm x 30 cm dapat mengangkut 4 kg ikan. Dengan
cara ini ikan kerapu dapat bertahan dalam keadaan hidup paling tidak selama 10 jam.
13 Kepiting, kerang dan tiram juga dipasarkan dalam keadaan hidup, tetapi
penanganan dan transportasi komoditas tersebut lebih mudah dibandingkan dengan lobster, udang dan ikan kerapu.
2.1.2.4 Teknologi Penanganan Ikan Segar
Ikan termasuk komoditas yang cepat rusak dan bahkan lebih cepat dibandingkan dengan daging hewan lainnya. Kecepatan pembusukan ikan setelah
penangkapan dan pemanenan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi biologis ikan, serta teknik penanganan dan penyimpanan di
atas kapal. Oleh karena itu, segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan pendinginan atau pembekuan.
Pada prinsipnya pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Melalui
pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak dihentikan. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerasi,
es, slurry ice es cair, dan air laut dingin chilled sea water. Cara yang paling mudah dalam mengawetkan ikan dengan pendinginan adalah menggunakan es
sebagai bahan pengawet, baik untuk pengawetan di atas kapal maupun setelah di daratkan, yaitu ketika di tempat pelelangan, selama distribusi dan ketika
dipasarkan. Penyimpanan ikan segar dengan menggunakan es atau sistem pendinginan yang lain memiliki kemampuan yang terbatas untuk menjaga
kesegaran ikan, biasanya 10–14 hari.
Yang pertama perlu diperhatikan di dalam penyimpanan dingin ikan dengan menggunakan es adalah berapa jumlah es yang tepat digunakan. Es
diperlukan untuk menurunkan suhu ikan, wadah dan udara sampai mendekati atau sama dengan suhu ikan dan kemudian mempertahankan pada suhu serendah
mungkin, biasanya 0
o
C. Perbandingan es dan ikan yang ideal untuk penyimpanan dingin dengan es adalah 1 : 1. Hal lain yang juga perlu dicermati di dalam
pengawetan ikan dengan es adalah wadah peng-es-an yang ideal harus mampu mempertahankan suhu tetap dingin, kuat, tahan lama, kedap air, dan mudah
dibersihkan.
14 Cara pengawetan ikan yang lain adalah dengan pembekuan. Untuk
mendapatkan umur simpan yang panjang ikan harus dibekukan dengan menggunakan alat pembeku dan kemudian disimpan beku dalam cold storage.
2.1.2.5 Teknologi Pengolahan
Pengelompokan produk perikanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dapat dibedakan atas produk tradisional dan produk modern atau
produk siap masak dan produk siap sajisiap konsumsi.
1. Teknologi Pengolahan Produk Tradisional Hasil produk pengolahan tradisional seperti ikan asin, ikan asap, petis
dan kerupuk ikan. Jenis teknologi pengolahan yang digolongkan pada kelompok ini, meliputi:
Teknologi pengasinan, menghasilkan produk ikan asin kering. Teknologi fermentasi, menghasilkan berbagai jenis produk ikan fermentasi,
seperti ikan peda, jambal roti, kecap ikan, terasi, ikan tukai, bekasang, bekasam, naniura, picungan dan cincaluk.
Teknik pemindangan, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemindangan garam dan pemindangan air – garam. Sekarang telah
berkembang teknologi bandeng presto atau teknologi pindang bandeng duri lunak. Salah satu kelemahan dari produk pindang adalah umur simpannya
yang relatif pendek, sekitar 3-4 hari, tetapi pindang bandeng presto yang dikemas dengan baik dalam kondisi vakum dapat mencapai lebih dari satu
bulan.
Teknologi pengasapan, sering dikombinasikan dengan pengeringan sinar matahari dan atau perlakuan pendahuluan dengan penggaraman. Suhu
pengasapan bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung permintaan konsumen dan tipe unit pengasapan yang digunakan. Tetapi
sebagian besar produk diolah menggunakan pengasapan panas hot smoking, yaitu suhu pengasapan menyebabkan produk yang diolah masak.
Sekarang telah dikembangkan teknologi pengasapan dengan menggunakan
15 asap cair cuka kayu. Dari kombinasi teknologi pengasapan dan
pengeringan dapat dihasilkan produk ikan kayu arabushi yang selama ini diekspor ke Jepang. Saat ini telah berkembang produk camilan ikan siap
konsumsi, misalnya ikan balita goreng, ikan saluang goreng, serta ikan gerang dan keripik ikan segar.
2. Teknologi Produk Olahan Non-Tradisional Banyak jenis teknologi pengolahan yang dapat digolongkan pada
kelompok ini, mulai dari teknologi yang sederhana sampai yang memerlukan peralatan yang relatif canggih.
Teknologi pembekuan, telah dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai
jenis produk yang dipasarkan dan disimpan dalam keadaan beku dengan bahan mentah ikan atau udang. Produk ikan dapat dipasarkan beku dalam
bentuk ikan utuh yang telah disiangi, loin, fillet dan lain-lain yang pada umumnya dari ikan laut.
Teknologi pengalengan, sebagai cara pengawetan ikan untuk jangka waktu yang panjang. Bahan mentah ikan kaleng yang digunakan di Indonesia
adalah tuna, cakalang dan lemuru.
Teknologi surimi dan teknologi daging lumat memungkinkan diterapkan untuk pemanfaatan ikan bernilai ekonomis rendah. Surimi adalah produk
setengah jadi yang diolah dengan melumatkan daging ikan, kemudian dicuci dengan air dingin untuk menghilangkan sifat organoleptis yang kurang
menarik dan setelah itu dipisahkan airnya. Surimi merupakan teknologi pengolahan ikan yang secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat
Jepang dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Surimi dan daging lumat merupakan produk setengah jadi yang dapat diolah menjadi berbagai
jenis produk, seperti bakso, sosis, nugget, burger, sate lilit, otak-otak, dan pempek.
3. Teknologi Pengolahan Makro dan Mikro Alga Makro alga yang banyak terdapat di perairan Indonesia adalah rumput laut.
Rumput laut berdasarkan fikokoloid yang dikandungnya dapat dibedakan
16 atas agarofit penghasil agar-agar, karaginofit penghasil karaginan dan
alginofit penghasil alginat.
Salah satu jenis mikro alga yang telah dimanfaatkan untuk keperluan manusia adalah spirulina. Spirulina dapat digunakan sebagai bahan makanan
kesehatan yang dapat langsung dimakan dengan cara membuatnya dalam bentuk jus yang dicampur dengan buah-buahan.
4. Teknologi Pengolahan Produk Fortifikasi Protein ikan dapat difortifikasikan dalam bentuk daging lumat atau
tepung ikan mutu pangan, dan protein hidrolisat. Sedangkan lemak dapat ditambahkan dalam bentuk minyak ikan, konsentrat asam lemak omega-3 dan
tepung minyak ikan.
2.1.2.6 Pendinginan Ikan
Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan,
pengangkutan maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain. Dengan mendinginkan ikan sampai sekitar 0° C kita dapat memperpanjang
masa kesegaran daya simpan, shelf-life ikan sampai 12-18 hari sejak saat ikan ditangkap dan mati, tergantung pada jenis ikan dan cara penanganan. Pengaruh
pendinginan terhadap mutu ikan dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1. Daya simpan ikan pada berbagai suhu
Ikan yang disimpan pada Tidak layak dimakan lagi sesudah
16° C 11° C
5° C 0° C
1-2 hari 3 hari
5 hari
14-15 hari
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
Kelebihan cara pendinginan adalah sifat asli ikan masih dapat dipertahankan. Ikan dengan sifat asli tekstur, rasa, bau, dsb terutama jenis-jenis
17 ikan tuna, tenggiri, bawal, kakap dan lemuru, dsb dapat dipasarkan dengan harga
yang cukup tinggi. Selain itu pendinginan adalah cara yang murah, cepat, dan efektif. Pendinginan dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-
cara berikut 1. Pendinginan dengan es
2. Pendinginan dengan es kering 3. Pendinginan dengan air dingin
4. Pendinginan dengan udara dingin Cara pendinginan dengan es batu ada 2, yaitu:
a. Tumpukan, es batu ditebarkan ke dasar wadah peyimpanan ikan hingga
membentuk lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan dicampurkan ke dalam wadah tersebut. Pada lapisan ikan yang paling atas ditutupi dengan hancuran es
setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara disekitarnya.
b. Berlapis, es batu ditebarkan di dasar wadah penyimpanan hingga membentuk lapisan stebal 5 cm. Selanjutnya di atas lapisan es batu tersebut disusun ikan
secara teratur dengan bagian perut menghadap ke bawah agar cairan es batu yang meleleh tidak tergenang di bagian perut ikan. Pada bagian atas ditaburkan
kembali nes batu sehingga membentuk lapisan setebal 7 cm, selanjutnya wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara luar.
a Cara Tumpukan b Cara Berlapis
Gambar 2.4. Cara Pendinginan ikan
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
18 Cara penyusunan ikan ada 3 sebagai berikut :
1. Bulking Bulking diartikan bahwa ikan dan es disusun selapis demi selapis dalam
sebuah wadah. Dasar wadah diberi lapisan es setebal 5 cm. Tebal antara lapisan ikan dan lapisan es sebaiknya sama dan usahakan agar setiap tubuh ikan
terbungkus oleh es sehingga lebih cepat dingin. Bila jumlah ikan yang didinginkan sangat banyak sebaiknya wadah dilengkapi dengan sekat hidup
sekat yang mudah dibongkar pasang terbuat dari kayu. Pada setiap dasar sekat sebaiknya diberi lapisan plastik agar cairan es batu tidak jatuh ke lapisan
ikan di bawahya tetapi mengalir ke dasar melalui sisi wadah.
2. Shelfing Prinsip kerja ini sama dengan bulking yang dilengkapi dengan sekat
hidup. Jarak antar sekat sekitar 20 cm dan setiap sekat hanya menampung 1 lapis ikan. Cara ini hanya digunakan untuk ikan berukuran besar karena
dianggap menghabiskan banyak waktu,tenaga, dan tempat. Namu mutu ikan dapat lebih baik karena kehilangan berat akibat tekanan lebih sedikit jika
dibandingkan dengan cara bulking.
3. Boxing Penyusunan ikan menggunakan kotak atau boks yang terbuat dari kayu,
aluminium, atau plastik. Ikan disusun di dalam kotak kemudian dicampur dengan es batu secukupnya. Keuntungan cara ini jika dibandingkan dengan dua
cara penyusunan ikan lain yaitu ikan tidak banyak mengalami luka, tingkat kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan, penyususnan dan
pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat.
19 Gambar 2.5. Penyusunan ikan dengan cara Bulking dan Shelfing
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
Gambar 2.6. Penyusunan ikan dengan cara Boxing
Sumber : Penanganan Hasil Perikanan
2.1.2.7 Pembekuan Ikan
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah yaitu jauh dibawah titik rendah ikan. Seperti pendinginan, pembekuan
bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku
dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Pada prakteknya sangan sulit untuk membekukan seluruh cairan di
dalam tubuh ikan karena sebagian cairan itu mempunyai titik beku yang sangat rendah yaitu antara -55°C sampai dengan -65°C. pada umumnya pembekuan
sampai -12°C atau -30°C dianggap telah cukup, tergantung pada jangka waktu yang direncanakan. Alat yang digunakan untuk membekukan ikan disebut freezer.
Berdasarkan alat yang dipakai cara pembekuan dibagi menjadi 5 golongan sebagai berikut :
20 Tabel 2.2. Alat Pembekuan Ikan
Nama Alat Pembeku Ikan Cara Pembekuan
Sharp freezer Meletakkan ikan di atas rak yang terbuat
dari pipa-pipa dingin
Multi plate freezer Menjepitkan ikan di antara plat-plat dingin
Air blast freezer Meniupkan udara dingin secara kontinyu
ke arah ikan
Immersion freezer Mencelupkan ikan ke dalam cairan dingin
Spray freezer Menyemprot ikan dengan cairan dingin
Sumber: Penanganan Hasil Perikanan
2.1.2.8 Komponen – Komponen Iklim
Suatu bangunan tidak hanya ditinjau dari aspek bentuk saja, tetapi keberadaan ruang sebagai wadah kegiatan perlu dilihat keberlangsungannya.
Dalam hal ini, apakah ruang yang terbentuk dapat menjamin terpenuhnya kebutuhan-kebutuhannya secara fisik agar kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya
dapat terselenggara secara baik dan nyaman, sehingga pemakai merasa “nyaman” secara thermal didalamnya. Kreteria-kreteria kenyamanan ini sangat dipengaruhi
oleh kondisi iklim setempat dan komponen-komponen iklim yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan tersebut seperti :
1. Pancaran radiasi matahari Energi surya merupakan penyebab utama dari semua perubahan dan
pergerakan di dalam atmosfir, serta mempengaruhi kecepatan transpirasi atau kehilangan air di udara yang menyebabkan rendahnya kelembaban.
Hilangnya energi maksimun dicapai saat langit cerah pada siang hari, kira- kira sampai pukul 3.00 siang, lebih banyak energi diterima dari surya daripada
diradiasikan dari bumi, sehingga udara dipermukaan bumi suhunya terus naik sampai pukul 2.00 – 4.00 siang.
Radiasi Matahari tidak saja memberikan panas tetapi juga pencahayaan untuk ruang-ruang interior bangunan. Pencahayaan alami ini memberi manfaat
21 psikologi di samping kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk
pencahayaan buatan. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut, dan uap air
dan dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada di sekitar bangunan.
Gambar 2.7. Sistem Pencahayaan
Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan
Kuantitas dan kualitas pencahayaan alami siang hari dalam ruang
ditentukan oleh ukuran dan orientasi bukaan jendela, tingkat transmisi cahaya dari kaca jendela, pantulan dari bidang-bidang dalam ruang dan permukaan outdoor
dan halangan oleh teritisan dan peohonan di sekitar bangunan.
Gambar 2.8. Kuantitas dan Kualitas Pencahayaan Alami Siang Hari
Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan
22 Gambar 2.9. Proses pencahayaan dalam ruangan
Sumber : Ilustrasi Konstruksi Bangunan 2. Temperatur dan perubahan temperatur
Panas tertinggi dicapai setelah 2 jam setelah tengah hari, karena saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang sudah tinggi.
Sehingga pertambahan panas terbesar terdapat pada facade barat daya atau barat laut tergantung musim dan garis lintang dan facade barat. Sebagai patokan
temperatur tertinggi sekitar 1 – 2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dan temperatur terendah sekitar 1 – 2 jam sebelum matahari terbenam.
Sebanyak 43 radiasi matahari dipantulkan kembali ke angkasa, dan 57 diserap, yaitu 14 atmosfir dan 43 permukaan bumi. Sebagian besar radiasi
yang diserap dipantulkan kembali ke udara, terutama setelah matahari terbenam.
Bagian dari radiasi panas atau radiasi matahari yang tidak dipantulkan oleh sebuah bahan, tetapi diserap, akan memanaskan bahan tersebut. Pada bangunan,
23 panas yang diterima akan mendesak kedalam ruangan dan mengalir ke dalam
ruangan melalui atap dan dinding.
Tabel. 2.3. Nilai-nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan dan Jenis Permukaan
BAHAN KONDISI
PERMUKAAN PENYERAPAN
PEMANTULAN
Aluminium Dipoles
10 - 30 90 - 70
Foil 35 - 40
65 - 60 Dioksida
40 - 65 60 - 35
Perunggu 50 - 55
50 - 45
Cat Aluminium
25 - 55 75 - 45
Kuning 50
50 Abu – Abu Muda
70 - 80 30 - 20
Hijau Muda 50 - 60
50 - 40 Merah Muda
65 - 75 35 - 25
Hitam 85 - 95
15 - 5 Putih Berkilat
20 - 30 80 - 70
Putih Kapus 10 - 20
90 - 80 Semen
Biru atau Putih 40 - 60
60 – 40 Asbes
Slate 80 - 95
20 - 5 Lama
70 - 85 30 -15
Aspal Bitmen Felt
85 - 95 15 - 5
Beton 60 - 70
40 -30 Genteng
Merah 60 - 75
40 -35 Tanah
Ladang 70 - 85
30 - 15 Rumput
80 20
Kayu Pinus atau Baru
40 - 60 60 - 40
Kayu Keras 85
15 Kaleng
Tembaga Baru
25 - 30 75 - 70
Pudar 65
35 Marmer
Putih 40 - 50
60 - 50 Pasir
Putih 40
60 Perak
70 - 90 30 - 10
Slate Abu - Abu
75 - 90 25 - 10
24 Batu
Batu Karang 80 - 85
20 -15 Besi
Galvanisasi Baru
65 - 70 35 - 30
Pudar 90 - 95
10 - 5 Air
Danau atau Laut 90 - 95
10 - 5 Bata
Merah 60 - 75
40 - 25
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
3. Presipitasi curah hujan Peresapan air pada material bangunan akan mengakibatkan keroposnya
material, bahkan timbulnya keropos pada material logam. Maka orientasi bangunan yang tepat terhadap arah angin untuk melindungi banguan dari
perembesan air.
4. Kelembaban udara Fluktuasi kadar kelembaban udara tergantung pada perubahan temperatur
udara, semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap air. Kelembaban absolut adalah kadar air dari udara, dan sering disebut
sebagai “tekanan uap air”.
Udara ini telah jenuh, artinya tidak dapat menyerap air lagi jika dalam temperatur tertentu tekanan uap air maksimum telah tercapai. Semakin tinggi
kadar kelembaban udara, semakin sukar iklim tersebut ditoleransi. Peningkatan ini terjadi oleh kombinasi antara temperatur tinggi.
5. Gerakan udara dan arah angin Angin dan pengudaraan ruang secara terus menerus mempersejuk iklim
ruangan. Tiupan angin diukur dengan nilai ms meter perdetik. Udara yang bergerak menghasilkan penyegaran terbaik karena dengan penyegaran tersebut
terjadi proses penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia. Semakin besar kecepatan udara, semakin besar panas yang hilang. Dengan demikian juga
dapat digunakan angin untuk mengatur udara di dalam ruang. Fungsi daripada pergerakan udara adalah :
- Mempercepat kehilangan panas melalui perbesaran permukaan
25 - Mempercepat kehilangan panas secara konveksi
- Mempercepat penguapan - Pada kelembaban tinggi perlu sekali bantuan angin untuk kondisi panas
Angin dan pergerakan udara dalam bangunan Ashrae, 1989, mencakup : - Pengudaraan alami dalam bangunan, merupakan aliran udara masuk dan
keluar di dalam bangunan yang terjadi secara dirancangan. - Penyusupan udara infiltrasi adalah merupakan aliran udara masuk dan
keluar di dalam bangunan yang terjadi karena secara tidak dirancang. Pergerakan udara dari dalam ke luar mempunyai syarat-syarat tertentu
sehingga terjadinya pengaliran udara dapat berlangsung secara baik, seperti adanya bukaan pada kedua sisi ruangan yang saling berhadapan. Dan adanya
perbedaan besaran luasan bukaan agar terjadi perbedaan tekanan udara dimasing- masing bukaan sehingga memungkinkan pengaliran udara dengan lancar.
Gambar 2.10 Pergerakan Udara pada Lubang Ventilasi
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Kecepatan aliran udara mempengaruhi penyegaran udara. Jikalau lubang
masuk udara lebih besar daripada lubang keluarnya, maka kecepatan aliran udara akan berkurang a, sebaliknya kalau lubang keluar udara lebih besar, kecepatan
aliran udara akan makin kuat b.
26 a
b Gambar 2.11. Aliran Udara
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Pemanfaatan pohon serta semak – semak merupakan cara alamiah untuk memberi perlindungan terhadap sinar matahari maupun untuk menyegarkan dan
menyalurkan aliran udara, terutama pada gedung yang rendah.
Angin yang menerpa sebuah bangunan akan membentuk daerah bertekanan tinggi pada sisi hulu angin Gambar 2.12. Atas dasar kejadian tersebut
angin berhembus mengelilinggi bangunan dan membentuk daerah bertekanan rendah pada sisi samping dan sisi hilir angin Gambar 2.13. Memperhatikan
bahwa aliran udara tidak selalu mencari jalan terpendek Gambar 2.14.
Gambar 2.12 Bila angin menerpa sebuah bangunan, maka terbentuk sebuah daerah bertekanan tinggi pada sisi hulu angin
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
27 Gambar 2.13 Angin berhembus mengelilingi bangunan bertekanan rendah
terbentuk pada sisi samping dan sisi hilir angin
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Gambar 2.14 Aliran udara tidak mencari jalan terpendek
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
Kondisi tekanan yang berbeda pada kedua sisi lubang masuk aliran udara, akan membelok mencari jalan lain. Berarti bergesernya lubang masuk udara pada
satu sisi mengubah kondisi tekanan masing–masing.
Gambar 2. a Gambar 2. b
Gambar 2.15 Kondisi tekanan tidak sama pada kedua sisi lubang masuk aliran udara membelok mencari jalan
Sumber : Bangunan Tropis, 1994
28
2.1.3 Studi Kasus Lapangan 2.1.3.1 Pasar Ikan Higienis PIH Mina Rejomulyo, Semarang
A. Lokasi
PIH Mina Rejomulyo berlokasi di Jalan Pengapon No. 8, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Lokasi PIH Mina
Rejomulyo sangat strategis dalam pemasaran, karena tempat tersebut bersebelahan dengan sentra Pasar Ikan Rejomulyo atau biasa dikenal dengan
Pasar Kobong. Dari seluruh kotakabupaten mengenal Pengapon sebagai lokasi penjualan hasil laut. PIH Mina Rejomulyo Semarang dibangun di atas
lahan seluas 14.000 m².
B. Aspek Kuantitas 1 Kondisi Umum
Pasar Ikan Higienis PIH Mina Rejomulyo merupakan pasar modern khusus ikan yang dirancang sebagai pusat perdagangan hasil
perikanan dengan jaminan standar mutu produk sesuai dengan syarat kesehatan, higienitas bahan pangan serta syarat sanitasi lingkungan.
Produk ikan yang dijual di PIH Mina Rejomulyo meliputi produk ikan segar, ikan hidup, ikan beku, ikan olahan baik skala retail maupun grosir
dan sentra ikan hias serta dilengkapi dengan ruang resto dan pondok makan terbuka yang menyajikan hidangan dari bahan ikan dan
sejenisnya.
2 Kepemilikan
PIH Mina Rejomulyo ini merupakan milik pemerintah. Hal ini dinyatakan pada Peraturan Walikota Semarang Nomor 5 tahun 2006.
Diamana peraturan tersebut menyatakan bahwa PIH Mina Rejomulyo Semarang merupakan asset Pemerintah Kota Semarang yang
pengelolaannya secara khusus dilaksanakan oleh Unit Pengelola yang dipimpin oleh seorang Kepala PIH Mina Rejomulyo, yang berada dan
29 bertanggungjawab penuh kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kota Semarang.
3 Aktivitas Aktivitas perdagangan di PIH Mina Rejomulyo ini dimulai pukul 07.00 -
16.00 WIB dan dibuka setiap hari.
4 Fasilitas
Fasilitas-fasilitas yang ada di PIH Mina Rejomulyo Semarang adalah:
Los ikan segar ikan hidup sebanyak 22 unit, yang terdiri dari :
Ukuran 3,0 X 2,5 m, 1 unit; Ukuran 3,0 X 3,0 m, 14 unit;
Ukuran 5,0 X 2,5 m, 6 unit; Ukuran 3,0 X 4,0 m, 1 unit;
Ukuran 5,0 X 2,5 m, 6 unit.
Los ikan olahan sebanyak 14 unit, yang terdiri dari :
ukuran 3,0 X 2,0 m, 1 unit; ukuran 3,0 X 2,5 m, 11 unit;
ukuran 2,5 X 4,5 m, 2 unit.
ruang resto seluas 200 m² yang mempunyai view ke arah pantai
Semarang,
area gazebo seluas 150 m² yang berada di teras gedung untuk resto terbuka,
hall pameran seluas 50 m² untuk berbagai kegiatan promosi dan
eksebisi,
ruang yang luas bersih dan tertutup,
pendingin ruangan air conditioner,
air bersih dari sumur artetis PDAM,
listrik PLN dan Genset,
tempat parkir yang luas,
30
Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL,
laboratorium Pengawasan Mutu Ikan,
ruang Pendingin cold room,
urinior toilet yang representatif.
Gambar 2.16. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Sumber : google http:www.semarang.go.idcmspeluang- usaharejomulyopeluang_usaha.htm
Pengoperasian PIH Mina Rejomulyo dimaksudkan untuk
terselenggaranya pemasaran hasil perikanan yang bermutu tinggi, pengembangan kerjasama dan peluang usaha di lingkungan PIH
Rejomulyo.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka masyarakat yang berminat berusaha di bidang perdagangan ikan segar, ikan hidup, dan ikan olahan
serta perusahaan yang mempunyai program promosi maupun eksebisi terhadap produknya diberi kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas PIH
Mina Rejomulyo dengan sistem sewa dengan biaya yang relatif terjangkau.
C. Aspek Kualitas 1 Tampilan
Bangunan PIH Mina Rejomulyo ini merupakan bangunan dengan 2 lantai. Pada fasad bangunan PIH Mina Rejomulyo ini terlihat
pengolahan pada bagian entrance, Dimana pada bagian tersebut dibuat
31 penonjolan dan warna yang digunakan pun adalah warna biru dan merah
sehingga dapat terlihat dengan jelas kalau pada bagian tersebut merupakan pintu masuk ke gedung.
Gambar 2.17. PIH Mina Rejomulyo
Sumber : google http:www.semarang.go.idcmspeluang- usaharejomulyopeluang_usaha.htm
2 Interior
Jika dilihat pada gambar 2.9, lantainya sudah berkeramik dan untuk ruangan penjualan ikannya berupa kios-kios yang ditujukan bagi
para pedagang agar dapat berjualan di tempat itu dengan sistem sewa. Kios-kios tersebut diberi pembatas berupa sekat dimana sesuai ukuran
yang telah ditetapkan.
Area Pameran Los Retail Ikan Segar
32 Los Retail Ikan Hidup
Los Retail Ikan Olahan Gambar 2.18. Area Penjualan PIH Mina Rejomulyo
Sumber : google http:www.semarang.go.idcmspeluang- usaharejomulyopeluang_usaha.htm
3 Pola Tatanan Massa
Gambar 2.19 Site Plan PIH Mina Rejomulyo
Sumber : google earth
Jika dilihat pada gambar site plannya, PIH Mina Rejomulyo
memiliki dua massa tatanan massa dengan bentuk dasar pada PIH-nya adalah melengkung dan bentuk persegi panjang untuk IPAL Instalasi
Pengolahan Air Limbah.
2.1.3.2 Pasar Ikan Higienis PIH Gedebage, Kota Bandung A. Lokasi
PIH Gedebage yang berdiri diatas tanah seluas 5.000 meter persegi dengan luas bangunan hanya 1.850 meter persegi ini berlokasi di Jalan
33 Sukarno Hatta Bandung. PIH Gedebage merupakan pasar ikan higienis
pertama di Kota Bandung. Lokasi PIH ini sangat strategis yaitu satu hamparan dengan Pasar Induk Gedebage yang menempati bagian terdepan.
B. Aspek Kuantitas
1 Kondisi Umum
PIH ini diharapkan dapat memudahkan para pembeli memperoleh ikan segar tanpa menggunakan formalin. Selain dapat membeli dalam
skala grosir dan eceran, PIH juga menerima ikan dari petambak ikan atau dari nelayan asalkan ikan tersebut masih dalam keadaan segar dan tidak
menggunakan formalin, sehingga hal tersebut harus diteliti dengan ketat.
Konsep yang ditawarkan PIH Gedebage adalah menampilkan sejumlah produk perikanan dengan mutu yang baik dan kenyamanan
berbelanja, sekaligus menambah wacana masyarakat bahwa pasar ikan tidak selalu identik dengan kotor, bau tidak sedap, dan becek yang
terkadang dikerubuti lalat.
Jenis produk yang dipasarkan juga seyogianya sangat variatif, yakni berbagai macam ikan laut dan ikan tawar yang berupa ikan segar,
ikan hidup, ikan olahan tidak beku, dan ikan olahan beku. Ikan yang dijual seperti Kakap merah, Bawal, Tenggiri, Cumi, dan lain-lain
menyesuaikan dengan permintaan pasar.
Sistem belanja di PIH ini seperti di supermarketswalayan. Sehingga belanja ikan tetap nyaman tanpa harus pakai sepatu boot.
Sayangnya PIH baru bisa menampung ikan 5-10 ton per hari sedangkan kebutuhan ikan di Kota Bandung mencapai 100 ton. Selain itu, di PIH
sendiri bisa menampung tenaga kerja sampai 40 orang.
Ikan yang dijual di PIH 70 didatangkan dari daerah Jawa Barat seperti Pelabuhan Ratu, Pangandaran, dan 13 tempat pelelangan ikan di
Kab. Indramayu. Sedangkan 30 ikan sisanya berasal dari daerah Jawa Tengah seperti Jepara, Juana, Pati, Semarang, Kendal, Kab. Batang,
Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes. Meskipun jarak pengambilannya jauh, ikannya tersebut tetap tidak pakai formalin karena
34 PIH menyimpan ikan di suhu minus 15
o
C sehingga ikan bisa tahan tiga hari.
Dalam menjaga mutu, terutama aspek kesegaran, mereka selalu mengganti es dua kali sehari. Terkadang ikan segar yang pada hari itu
tidak terjual akan diolah menjadi masakan siap saji. Dengan demikian, PIH juga menjajakan produk praktis, seperti bandeng presto, bandeng
asap, belut asap, tumis cumi asin, dan balado ikan asin. Selain itu, pasar modern juga menyediakan fasilitas untuk membakar atau menggoreng
ikan secara gratis.
2 Kepemilikan
PIH Kota Bandung keberadaannya saat ini masih memerlukan penanganan saksama. Menurut penuturan Tono Rusdiantono selaku
Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung, bahwa proses untuk menjalankan PIH tersebut sangat panjang
dan cukup berat. Oleh sebab itu, selama 6 tahun terbengkalai, akhirnya membuat terobosan dengan cara kerjasama dengan perusahaan swasta
untuk mengelola PIH. PIH Kota Bandung ini sudah resmi dibuka sejak tanggal 18 Maret 2010 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri.
3 Aktivitas
Aktivitas perdagangan di PIH Mina Rejomulyo ini dimulai pukul 08.00 – 21.00 WIB dan dibuka setiap hari.
4 Fasilitas
Area penjualan ikan segar seluas 576 m
2
Ruang pameran seluas 648 m
2
Area bongkar muat barang seluas 24 m
2
Ruang pengelola seluas 18 m
2
Gudang pendingin seluas 16 m
2
Ruang chiller seluas 20 m
2
Ruang pembuatan es seluas 16 m
2
35 Laboratorium seluas 20 m
2
Ruang AHU seluas 10 m
2
Ruang MEE seluas 12 m
2
Ruang kontrol seluas 6 m
2
Ruang alat roli seluas 9 m
2
Gudang troli seluas 18 m
2
Gudang seluas 6,6 m
2
Ruang sampah seluas 12 m
2
Janitor seluas 6 m
2
Toilet
C. Aspek Kualitas 1 Tampilan
Jika dilihat pada gambar tampak bangunan di bawah maka bangunan tersebut memiliki 2 lantai. Jenis atap yang digunakan adalah
atap datar dan lengkung. Warna cat biru yang diterapkan pada bangunan
Gambar 2.20 Tampilan PIH Gedebage Bandung
Sumber : Data pribadi, 2011
36 Gambar 2.21 Tampak Depan PIH Gedebage Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
Gambar 2.22 Tampak samping kiri PIH Gedebage Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
Gambar 2.23. Tampak samping kanan PIH Gedebage Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
37 Gambar 2.24. Tampak belakang PIH Gedebage Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
2 Denah
Fasilitas-fasilitas yang ada pada PIH Gedebage Bandung dapat dilihat pada gambar 2.25 dan 2.26.
Gambar 2.25. Denah Lantai 1 PIH Gedebage Bandung
15 16
14 1
2 4
2 3
3 11
6 7
5 10
9
8
13 12
17 17
38
Sumber: PIH Gedebage Bandung
Keterangan :
1: Area penjualan ikan segar 2 : Area bongkar muat barang
3 : Gudang pendingin 4 : Ruang chiller
5 : Ruang pembuatan es 6 : Laboratorium
7 : Ruang AHU 8 : Ruang MEE
9 : Ruang kontrol 10 : Ruang alat roli
11 : Ruang mesin chiller 12 : Ruang mesin chiller AC
13 : Gudang troli 14 : Gudang
15 : Janitor 16 : Ruang sampah
17 : Toilet
Gambar 2.26. Denah Lantai 2 PIH Bandung
Sumber: PIH Gedebage Bandung
3
2 1
2 3
4 4
39
Keterangan :
1 : Ruang pameran 2 : Ruang pengelola
3 : Gudang 4 : Toilet
3 Interior
Jika dilihat pada gambar 2.26 terlihat kalau PIH Gedebage telah dirancang dengan sistem yang modern. Penataan ikan telah
dikelompokkan sesuai jenisnya masing-masing, sehingga pembeli mudah untuk mencari ikan yang dituju. Kebersihan ruangannya pun sangat
terjaga sehingga para pembeli tidak usah takut akan pasar ikan yang kotor, becek dan bau.
Gambar 2.27 Interior PIH Gedebage Bandung
Sumber : Data pribadi, 2011
40
2.1.4 Analisa Hasil Studi
Dari hasil studi pada dua obyek bangunan di atas, didapatkan hasil kajian dari kedua obyek tersebut. Untuk lebih jelas, perbandingan studi bangunan
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Analisa Hasil Studi
Aspek PIH Mina Rejomulyo
Semarang PIH Gedebage Bandung
Lokasi bersebelahan dengan sentra
Pasar Ikan Rejomulyo bersebelahan dengan Pasar
Induk Gedebage
Jam buka Setiap hari pada pukul 07.00
– 16.00 WIB Setiap hari pada pukul 08.00
– 21.00 WIB
Ikan yang dijual
produk ikan segar, ikan hidup, ikan beku, ikan
olahan, ikan hias ikan laut dan ikan tawar
yang berupa ikan segar, ikan hidup, ikan olahan tidak
beku, dan ikan olahan beku
Failitas
Los ikan segar ikan hidup
Los ikan olahan ruang resto
area gazebo hall pameran
pendingin ruangan air conditioner
, air bersih dari sumur
artetis PDAM, listrik PLN dan Genset,
tempat parkir yang luas, Instalasi Pengolahan Air
Limbah IPAL, laboratorium Pengawasan
Mutu Ikan, ruang Pendingin cold
room ,
urinior toilet yang representatif.
Area penjualan ikan segar Ruang pameran Area
bongkar muat barang Ruang pengelola Gudang
pendingin Ruang chiller
Ruang pembuatan es Laboratorium
Ruang AHU Ruang MEE
Ruang kontrol Ruang alat roli
Gudang troli Gudang
Ruang sampah Janitor
Toilet
Tampilan
Menganut gaya arsitektur modern
Menganut gaya arsitektur modern
41
Aspek PIH Mina Rejomulyo
Semarang PIH Gedebage Bandung
Interior berkeramik dan pemberian
sekat untuk area penjualan yang
ditujukan untuk
persewaan. Penataan ikan seperti di
swalayansupermarket dan kebersihan
ruangannya sangat terjaga sehingga tidak
terlihat kotor, becek dan bau.
Sumber : Analisa Penulis, 2011
Dari perbedaan-perbedaan kedua hasil studi tersebut, maka Pusat
Perdagangan Ikan ini juga akan berada dekat dengan sumber ikan, dengan bentuk bangunan tatanan massa.
2.2 Tinjauan Khusus Perancangan 2.2.1 Penekanan Perancangan
Pusat Perdagangan Ikan memiliki titik penekanan obyek rancangan yang berupa tatanan massa massa bangunan kompleks. Hal ini dikarenakan, aturan
pemerintah yang menetapkan ketinggian bangunan di area tersebut tidak dimungkinkan jika dibuat single building.
2.2.2 Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan yang difokuskan untuk pembangunan Pusat Perdagangan Ikan ini adalah para konsumen. Konsumen yang dimaksudkan ini
adalah para pedagang atau pengusaha olahan ikan, dimana mereka dapat membeli ikan dalam skala besar maupun eceran. Selain itu, juga tersedia tempat
pernyewaan bagi para pedagang ikan yang ingin menjual ikannya.
Ikan yang dijual di pusat perdagangan ini adalah ikan segar, ikan hidup, ikan olahan. Jenis ikan yang dijual adalah :
Layang Bawal Hitam
Kembung Selar
TembangJui Tongkol
Tenggiri
Cumi-cumi