9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran matematika
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Hal ini dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan KTSP. Pembelajaran menurut Erman Suherman, dkk 2003: 8 adalah
proses pendidikan dalam lingkup persekolahan sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah
seperti guru, fasilitas dan teman sesama siswa. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang
bersangkutan. National Council of Teachers of Mathematics NCTM
menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu:
a. Kemampuan pemecahan masalah problem solving, contoh:
menyelesaikan soal matematika dengan merumuskan apa yang diketahui, yang ditanyakan dan yang akan diselesaikan.
b. Kemampuan komunikasi communication, contoh: menjelaskan
konsep matematika dengan definisi yang tepat. c.
Kemampuan koneksi connection, contoh: mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar matematika
seperti menggunakan matematika dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari
d. Kemampuan penalaran reasoning, contoh: mengembangkan dan
mengevaluasi argumen dan bukti secara matematis e.
Kemampuan representasi representation Effendi, 2012: 2, contoh: siswa dapat mengembangkan pemahamannya terhadap
konsep matematika dan menghubungkannya dengan ide-ide mereka, kemudian mengungkapkannya dalam berbagai bentuk
representasi. Erman Suherman, dkk 2003: 299 mengemukakan bahwa tujuan
pembelajaran matematika tidak sekadar untuk mencapai pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika saja, tetapi juga diharapkan muncul
nurturant effect efek iringan dari pembelajaran matematika. Efek iringan dari pembelajaran matematika antara lain:
a. Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan
topik lainnya b.
Lebih menyadari akan sikap penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain
c. Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia
d. Lebih mampu berpikir logis, kritis dan sistematis
e. Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah
masalah f.
Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya Sedangkan Depdiknas 2006 menguraikan tujuan mata pelajaran
matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah e.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selanjutnya Tujuan Khusus pengajaran matematika di Sekolah Lanjutan Pertama yang dikemukan oleh Soedjadi 2000: 43-44 adalah
sebagai berikut: a.
Memiliki kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika
b. Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah c.
Mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika Sekolah Dasar untuk dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari d.
Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan
matematika. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses komunikasi fungsional baik antara siswa
dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir siswa.
2. Minat bimbingan belajar matematika
a. Pengertian minat bimbingan belajar matematika
Untuk memudahkan pemahaman tentang minat bimbingan belajar matematika, maka dalam pembahasan ini peneliti menguraikan
pengertian minat dan bimbingan belajar 1
Pengertian Minat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1976: 150
bahwa minat berarti perhatian, kesukaan, kecendrungan hati dan keinginan kepada sesuatu. Dalam Sando 2013, Slameto 2003:
180 mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh. Minat belajar yang tinggi akan memudahkan siswa dalam menangkap materi yang akan disampaikan oleh guru di
sekolah sehingga ada kemungkinan siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik lagi. Minat berpengaruh terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa akan segan- segan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran
itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Menurut Hilgard dalam Slameto 2003:57 merumuskan minat adalah interest is persisting tendency to pay attention to and
enjoy some activity or contenct minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan, Sardiman 1998:76
berpendapat bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri.
Slameto 2010: 180 menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian terhadap subyek tertentu. Pengertian minat juga didefenisikan oleh Walgito
2004:38. Walgito mendefenisikan minat sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki perhatian yang besar terhadap suatu
objek yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang
objek tersebut. Sedangkan menurut Winkel 1999:188 minat adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik
pada bidang studi atau pokok bahasaan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.
Dari uraian di atas, minat adalah kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu hal atau aktivitas yang disertai dengan
perasaan senang, dengan adanya perhatian dan keaktifan. 2
Pengertian Bimbingan Belajar Matematika. Pada dasarnya, bimbingan adalah upaya pembimbing untuk
membantu mengoptimalkan
individu Nurihsan,
2011:7. Bimbingan biasanya mengarah dan menuntun kesuatu tujuan.
Bimbingan berasal dari bahas inggris guidance yang dalam beberapa unsur memiliki kesamaan pengertian dengan pendidikan
dan bahkan diakui bahwa guidance dapat sangat berfungsi positif dalam pendidikan Winkel dan Hastuti, 2006:33.
Bimbingan guidance merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan, program yang ditunjukan untuk
membantu mengoptimalkan perkembangan siswa Sukmadinata, 2007:7. Bimbingan sebagai salah satu aspek dari pendidikan
diarahkan terutama
pada membantu
siswa agar
dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat merencanakan masa depannya sesuai dengan minat ,
kemampuan dan kebutuhan sosialnya. Konsep tentang fungsi bimbingan juga dikemukan oleh Tolbert dan Jones dalam
Sukmadinata 2007:8. Tolbert menyatakan bahwa semua program atau kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang
diarahkan untuk membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri
dalam semua aspek kehidupan sehari-hari, sedangkan menurut Jones bimbingan berkenaan pada bantuan yang diberikan oleh
seseorang yang diarahkan untuk membantu seseorang untuk mencapai tujuannya dan membantu memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya. Mengingat pentingnya kegiatan bimbingan, maka perlu
adanya program bimbingan yang terencana agar pelayanan yang diberikan kepada siswa dapat tepat guna. Pelayanan bimbingan
dilakukan oleh tenaga bimbingan dan ahli dalam bidangnya. Menurut Suryono dan Hariyanto 2011:9, belajar adalah
suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan,
nilai dan
sikap Winkel,1992:242.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh
tenaga bimbingan yang ahli dalam bidang tersebut untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, meningkatkan
ketrampilan, memperbaiki
perilaku, sikap,
mengokohkan kepribadian dan memecahkan kesulitannya dalam belajar secara
terencana. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat untuk
mengikuti bimbingan belajar matematika adalah kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh
ahli matematika
untuk membantu
siswa kegiatan
yang diselenggarakan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan,
memperbaiki perilaku,
sikap, mengokohkan kepribadian dan memecahkan kesulitannya dalam
belajar matematika secara terencana yang disertai dengan perasaan senang dengan adanya perhatian dan keaktifan.
b. Indikator minat bimbingan belajar matematika
Berdasarkan penjelasan mengenai minat bimbingan belajar matematika, maka dapat disimpulkan indikator minat bimbingan
belajar matematika adalah rasa ketertarikan untuk mengikuti bimbingan belajar matematika, rasa suka, senang terhadap bimbingan
belajar matematika, kesadaran untuk mengikuti bimbingan belajar matematika tanpa disuruh, perhatian dan berpartisipasi dalam kegiatan
bimbingan belajar matematika. Indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Rasa tertarik
Tertarik atau suka adalah awal dari individu menaruh minat, sehingga seseorang yang menaruh minat akan tertarik
terlebih dahulu terhadap sesuatu. Ketertarikan untuk mengikuti bimbingan belajar matematika ini meliputi ketertarikan karena
dorongan teman, ketertarikan dari diri siswa itu sendiri, ketertarikan karena faktor media, ketertarikan untuk meningkatkan
prestasi, ketertarikan karena kemudahan dan fasilitas yang diberikan dan ketertarikan karena faktor orang tua.
2 Rasa suka
Rasa suka untuk mengikuti bimbingan belajar matematika ini adalah rasa suka karena menyukai pelajaran matematika
3 Perasaan senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap kegiatan, maka siswa tersebut akan terus melakukan
kegiatan tersebut atau akan terus membicarakan hal tersebut. Perasaan senang untuk mengikuti bimbingan belajar matematika
ini adalah perasaan senang dengan adanya berbagai lembaga bimbingan belajar dimasyarakat dan sering membicarakan tentang
bimbingan belajar matematika 4
Perhatian Menurut Sumadi 1989:14 perhatian adalah banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Dalam hal ini, apabila seseorang menaruh minat pada
suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar, bahkan tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas
tersebut. Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai perhatian terhadap bimbingan belajar, maka siswa tersebut akan meluangkan
waktu dan mengorbankan tenaganya untuk mengikuti bimbingan belajar matematika
5 Partisipasi
Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam kegiatan bimbingan belajar. Siswa yang mempunyai minat terhadap
bimbingan belajar akan melibatkan dirinya dan berpartisipasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan belajar.
c. Faktor yang mempengaruhi minat bimbingan belajar matematika
Menurut Soedarsono 1998:29 faktor-faktor yang dapat menimbulkan minat adalah :
1 Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan
2 Faktor motif sosial
Timbulnya minat pada diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial,
yaitu kebutuhan
untuk mendapatkan
pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana dia berada
3 Faktor emosional
Faktor ini merupakan ukuran intesitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu keinginan atau obyek tertentu.
Menurut Muhibbin 2002:132-138 faktor yang mempengaruhi minat belajar secara umum dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1 Faktor internal faktor dari dalam diri siswa
Faktor ini dibagi menjadi dua yaitu asepek fisiologis dan aspek psikologis
2 Faktor eksternal faktor dari luar diri siswa
Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu: aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan non sosial
3 Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran.
Sedangkan menurut Sugihartono, dkk 2007:76 dua faktor yang mempengaruhi minat siswa, yaitu:
1 Faktor dari dalam, yaitu sifat pembawaan seseorang
2 Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah, masyarakat
atau lingkungan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar
siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar diri siswa. Sehingga peneliti menarik
kesimpulan bahwa dua faktor tersebut juga dapat menimbulkan perbedaan minat siswa untuk mengikuti bimbingan belajar
matematika. Dalam penelitian ini, faktor dari luar yang berkemungkinan
menyebabkan perbedaan minat siswa untuk mengikuti bimbingan belajar matematika adalah status sosial orang tua; dan faktor dari
dalam diri siswa adalah hasil belajar matematika siswa itu sendiri. 3.
Status sosial ekonomi orang tua Proses berpikir dan berperilaku peserta didik dapat diamati dari
kehidupan keluarga. Menurut Surna dan Pandeirot 2014:184, perbedaan individu secara empiris ternyata dipengaruhi oleh latar belakang status
sosial keluarga. Menurut Soekanto 1982:233 status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang lain
dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan status sosial tersebut, Soekanto menggolongkan menjadi 2 yaitu 1982:234:
a. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat
tanpa memperhatikan keadaan-keadaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya
kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula dan keturunan ningrat secara otomatis dalam masyarakat akan
mempunyai kedudukan yang tinggi b.
Achieved status adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas
dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung pada kemampuannya masing-masing dalam mengejar
dan mencapai tujuannya Kriteria penggolongan status sosial ekonomi menurut Soekanto
1982:231-231 yaitu: a.
Ukuran kekayaan Ukuran kekayaan benda dapat dijadikan suatu ukuran; barang
siapa yang memiliki kekayaan yang paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat terlihat
pada bentuk rumah, kendaraan pribadinya, pakaian yang dipakainya dan lain-lain.
b. Ukuran kekuasaan
Ukuran kekuasaan dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekuasaan yang paling banyak, termasuk dalam
lapisan teratas, misalnya Pejabat Pemerintah dan lain-lain. c.
Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan dapat menjadi suatu ukuran. Orang yang
paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas. Ukuran ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisionil. Biasanya mereka
adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran digunakan orang masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan
Sedangkan, menurut Dimy ati Mahmud 1990:99 “status sosial
ekonomi meliputi tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan penghasilanpendapatan orang tua, jabatan orang tua, fasilitas khusus dan
barang-barang berharga yang ada di rumah seperti radio, televisi, mesin cuci, almari es, dan sebagainya. Menurut Nasution 2004:25, tingkat
status sosial ekonomi dilihat atau di ukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan orang tua, keadaan rumah
dan lokasi, pergaulan dan aktivitas sosial. Abdulsyani dalam maftukhah mengatakan bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, jabatan
dalam organisasi Febriana dkk, 2014:3 Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, dalam
penelitian ini hanya membatasi status sosial ekonomi menjadi tiga unsur yaitu:
a. Tingkat pendidikan orang tua
Pendidikan adalah
suatu proses
yang berkesinambungan yang dilakukan manusia yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal, pendidikan
nonformal, dan pendidikan informal yang ketiganya dapat saling melengkapi dan memperkaya UU no. 20 tahun 2013
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tingkat pendidikan adalah suatu proses yang
berkesinambungan yang dilakukan manusia yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Tingkat
pendidikan orang tua yang dimaksudkan sebagai jenjang pendidikan formal orang tua yang telah dicapainya. Jenjang
pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi Statistic Indonesia 2015: 13
1 Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan
Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan
Madrasah Tsanawiyah MTs atau bentuk lain yang sederajat.
2 Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah
Atas SMA, Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan Madrasah Aliyah
Kejuruan MAK atau bentuk lain yang sederajat. 3
Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute, atau universitas.
Semakin tinggi pendidikan yang diperoleh, semakin mampu pula seseorang menghadapi kehidupan dalam
masyarakat karena dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara nyata. Selain itu, jumlah pendidikan formal biasanya di
gunakan untuk mengukur tingkat keahlian untuk mengisi suatu jenis pekerjaan. Oleh sebab itu, pendidikan sangat diperlukan
untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik melalui potensi yang ada pada pada setiap manusia.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan,
pengalaman, mengembangkan potensinya, dan mampu menerima hal-hal baru demi kelangsungan hidup orang
tersebut. Dengan pendidikan yang telah diraih orang tua siswa, mereka dapat memperoleh pekerjaan yang layak sesuai dengan
tingkat pendidikannya dan mampu membiayai kehidupan hidup keluarganya.
b. Pekerjaan orang tua
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang primer maupun yang sekunder. Pekerjaan tidak hanya memenuhi nilai ekonomi, namun usaha seseorang
untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang atau jasa akan terpenuhi kebutuhan
hidupnya.
Pekerjaan seseorang dibedakan menjadi dua Biro Pengembangan Sosial Budaya, hal.12 yakni:
1 Pekerjaan pokok
Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dimiliki seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan, yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jika penghasilan dari pekerjaan pokok tidak memenuhi
kebutuhan hidup, maka seseorang akan mencari pekerjaan sampingan atau sambilan.
2 Pekerjaan sampingan atau sambilan.
Pekerjaan sambilan
atau sampingan
adalah pekerjaan yang dimiliki atau yang dilakukan seseorang
sebagai pekerjaan
tambahan untuk
memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Tujuan bekerja tidak hanya berhubungan dengan aspek
ekonomi untuk mendapatkan penghasilan pendapatan untuk keluarga, namun orang yang bekerja juga berfungsi untuk
mendapatkan status,
untuk diterima
menjadi bagian
masyarakat. Untuk bekerja, seseorang dapat memilih pekerjaan
sesuai dengan kemampuan, keterampilan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.
Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia KBJI: 2002 menjelaskan bahwa pekerjaan adalah rangkayan tugas yang
dirancang oleh satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat ringannya atau jenis
pekerjaan tersebut. Sementara itu, jenis pekerjaan yang dimaksud adalah kumpulan pekerjaan yang mempunyai
rangkaian tugas yang bersamaan. Menurut Badan Pusat Statistik BPS jenis pekerjaanjabatan adalah macam
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara
tidak bekerja. Pengertian jabatan menurut Peter Salim 1995: 586 adalah jenis pekerjaan, kedudukan dan sebagainya dalam
suatu organisasi. Menurut mulyadi 2003:71 jenis pekerjaan utama
digolongkan atas: 1
Tenaga professional, teknisi dan sejenisnya 2
Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 3
Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis
4 Tenaga usaha penjualan
5 Tenaga usaha jasa
6 Tenaga usaha pertanian, perburuan dan perikanan
7 Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan, dan pekerja
kasar. James J.Spillane, mengelompokan pekerjaan atau
jabatan dalam Sembilan kelompok sebagai berikut Sari, 2011: 16-17 :
Tabel 2.1 Klasifikasi Pekerjaan
Golongan Macam-macam pekerjaan
Golongan A Meninggal
dunia, pensiunan,
tidak mempunyai pekerjaan tetap
Golongan B Buruh nelayan, buruh tani, petani kecil,
penebang kayu Golongan C
Petani menyewa, buruh tidak tetap, penarik becak
Golongan D Pembantu, penjual keliling, tukang cuci
Golongan E Seniman, buruh tetap, montir, pandau
besiemasperak, penjahit, penjaga, sopir bus, tukang kayu, tukang listrik, tukang semen
Golongan F Pemilik bus, pengawas keamanan, petani
pemilik tanah, pegawai sipil ABRI, mandor, pedagang, pegawai kantor, pemilik toko,
peternak, tuan rumah
Golongan G ABRI Tamtama sampai dengan Bintara,
pegawai badan hokum, kepala kantor pos cabang, manager perusahan kecil, supervisor
atau pengawas, pamong praja, guru SD, kepala bagian, pegawai negeri gol. Ia-Id
Golongan H Guru SLTPSLT, juru rawat, pekerja sosial,
perwira ABRI Letda, Lettu, dan Kapten, pegawai negeri golongan IIa-IId, kepala
sekolah, kontraktor, wartawan
Golongan Macam-macam pekerjaan
Golongan I Ahli hukum, manager perusahaan, ahli ilmu
tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosenguru besar, gubernur, kepala kantor pos pusat,
menteri, pegawai negeri golongan IIIa ke atas,
pengarang, peneliti,
penerbang, walikotabupati, kontraktor besar
Jenis pekerjaan seseorang sering menjadi kendala terhadap status sosial ekonomi orang tersebut. Hal ini akan
dipengaruhi oleh
besarnya jumlah
pendapatan yang
menjadikannya sebagai status kekayaan seseorang. Siswa yang orang tuanya mempunyai pekerjaan baik atau yang
berpendapatan cukup
atau besar
kemungkinan besar
mempunyai minat yang tinggi untuk mengikuti bimbingan belajar diluar jam pelajaran sekolah karena tidak adanya
kesulitan biaya, tetapi bagi siswa yang orang tuanya berpenghasilan rendah akan berpikir panjang untuk mengikuti
bimbingan belajar. c.
Pendapatan orang tua. Pendapatan seseorang dapat berupa gaji, upah sewa,
bunga, laba dan lain sebagainya. Pendapatan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan pokok dan
pendapatan sampingan. Pendapatan pokok adalah pendapatan yang tiap bulan diterima, pendapatan ini diperoleh dari
pekerjaan utama yang bersifat rutin, sedangkan pendapatan sampingan adalah pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan
diluar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai pendapatan sampingan. Bentuk pendapatan menurut Mulyanto
1992: 93-94: 1
Pendapatan berupa uang. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan
berupa uang yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa. Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan dari:
a Gaji dan upah yang diperoleh
Kerja pokok Kerja sampingan
b Usaha sendiri, yang meliputi:
Hasil bersih usaha sendiri Komisi
Penjualan dari kerajinan rumah c
Instansi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik rumah
d Keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh
dari kerja sosial 2
Pendapatan beruapa barang.
Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa akan tetapi tidak selalu
berbentuk balas jasa uang dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa.
3 Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu:
a Pengambilan tabungan
b Penjualan barang-barang yang dipakai
c Penagihan piutang
d Pinjaman uang
e Kiriman uang
f Hadiahpemberian
g Warisan
h Menang judi
Untuk mengukur variabel pendapatan orang tua, peneliti hanya membatasi pendapatan gaji orang tua yang
diperoleh pekerjaan pokok orang tua. Menurut teori Badan Pusat Statistik 2008 dalam Kusumaningtyas 2016: 56,
pendapatan dibedakan menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut.
Tabel 2. 2 Klasifikasi pendapatan
No Golongan pendapatan Jumlah pendapatan
1. Pendapatan sangat tinggi
Rp.3.500.000,00
2. Pendapatan tinggi
Rp.2.500.000,00 –
Rp.3.500.000,00 3.
Pendapatan sedang Rp.1.500.000,00
– Rp.2.500.000,00
4. Pendapatan rendah
Rp.1.500.000,00 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa status
sosial ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga dimasyarakat yang dipengaruhi tingkat pendidikan,
jabatan atau jenis pekerjaan dan pendapatan atau kekayaan. 4.
Hasil belajar matematika siswa a.
Pengertian Belajar Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara
evolusi sejalan dengan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Dalam Hanafiah dan Suhana 2012,
Gagne, Berliner, dan Hilgard 1970: 256 mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena
pengalaman. Sementara itu, beberapa para ahli memaparkan pendapat mereka tentang pengertian belajar dalam Prawira 2012: 225-227
yaitu sebagai berikut : 1
Menurut H.C. Witherington a
Belajar berarti suatu perubahan pada kepribadian ditandai adanya pola sambutan baru yang dapat
berupa suatu pengertian
b Belajar berarti penguasaan pola-pola sambutan baru
c Belajar berarti penguasan kecakapan, sikap, dan
pengertian 2
Menurut Arthur J. Gates , belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan learning is the
modification of behavior through experience and training 3
Menurut L. D. Crow Dan A. Crow, belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing kearah
hasil-hasil yang diinginkandipertimbangkan. Belajar adalah penguasaan kebiasaan - kebiasaan habitual,
pengetahuan, dan sikap-sikap learning is an active process that ned to be stimulated and guided toward desirable
outcome. Learning is the acquisition of habits, knowledge and attitudes
4 Menurut Melvin H. Marx, belajar adalah perubahan yang
dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku yang pada dasarnya merupakan fungsi dari suatu tingkah laku
sebelumnya. Dalam hal ini, sering atau biasa disebut praktik atau latihan learning is relaively enduring change
in behaviour which is a function of prior behaviour , usually called practice
5 Menurut R. S. Chauhan, belajar adalah membawa
perubahan-perubahan dalam tingkah laku organisme learning means to bring changes in the behaviour of the
organism 6
Menurut Gregory A. Kimble, belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas
tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau individu sebagai suatu hasil latihan atau praktik yang diperkuat
dengan diberi hadiah learning as a relatively permanent change in behavioral potentiality that occurs as a result of
reinforced practice Menurut Suryono dan Hariyanto 2011: 9, belajar adalah suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap Winkel,1992: 242.
Dalam berbagai definisi di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang perlu dirangsang dan
dibimbing melalui pengalaman dan latihan, perubahan yang relatif permanen menuju kearah yang lebih baik
b. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai acuan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah
diajarkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi
syarat. Dari hasil pengukuran tersebut, seseorang dapat mengetahui bagaimana penguasaannya terhadap materi yang sudah dipelajari.
Menurut Mappeasse 2009: 4, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki baik bersifat kognitif, sikap afektif, maupun
psikomotorik yang semuanya ini diperoleh melalui proses belajar mengajar. Yang dimaksud dengan kognitif adalah pengetahuan, afektif
adalah sikap dan psikomotorik adalah ketrampilan. Lebih lanjut Hamalik 2003 dalam Kunandar 2014: 62 berpendapat bahwa hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.
Hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran yang khas yang dilakukan secara
sengaja sebagai hasil suatu pengukuran akan disebut prestasi belajar apabila hasil proses belajar tersebut merupakan kemampuan yang
sungguh-sungguh aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran Marsidjo, 1995.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dinyatakan dalam bentuk skor yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Aktivitas sadar mengandung makna
bahwa proses pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks
demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi
hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar matematika adalah kemampuan yang miliki oleh siswa dalam belajar matematika yang
dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai matematika yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses belajar.
B. Kerangka Berpikir