Deskripsi Teori LANDASAN TEORI

9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran matematika Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Hal ini dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Pembelajaran menurut Erman Suherman, dkk 2003: 8 adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah seperti guru, fasilitas dan teman sesama siswa. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. National Council of Teachers of Mathematics NCTM menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu: a. Kemampuan pemecahan masalah problem solving, contoh: menyelesaikan soal matematika dengan merumuskan apa yang diketahui, yang ditanyakan dan yang akan diselesaikan. b. Kemampuan komunikasi communication, contoh: menjelaskan konsep matematika dengan definisi yang tepat. c. Kemampuan koneksi connection, contoh: mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar matematika seperti menggunakan matematika dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari d. Kemampuan penalaran reasoning, contoh: mengembangkan dan mengevaluasi argumen dan bukti secara matematis e. Kemampuan representasi representation Effendi, 2012: 2, contoh: siswa dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep matematika dan menghubungkannya dengan ide-ide mereka, kemudian mengungkapkannya dalam berbagai bentuk representasi. Erman Suherman, dkk 2003: 299 mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika tidak sekadar untuk mencapai pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika saja, tetapi juga diharapkan muncul nurturant effect efek iringan dari pembelajaran matematika. Efek iringan dari pembelajaran matematika antara lain: a. Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik lainnya b. Lebih menyadari akan sikap penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain c. Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia d. Lebih mampu berpikir logis, kritis dan sistematis e. Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah f. Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya Sedangkan Depdiknas 2006 menguraikan tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Selanjutnya Tujuan Khusus pengajaran matematika di Sekolah Lanjutan Pertama yang dikemukan oleh Soedjadi 2000: 43-44 adalah sebagai berikut: a. Memiliki kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika b. Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah c. Mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika Sekolah Dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari d. Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses komunikasi fungsional baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir siswa. 2. Minat bimbingan belajar matematika a. Pengertian minat bimbingan belajar matematika Untuk memudahkan pemahaman tentang minat bimbingan belajar matematika, maka dalam pembahasan ini peneliti menguraikan pengertian minat dan bimbingan belajar 1 Pengertian Minat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1976: 150 bahwa minat berarti perhatian, kesukaan, kecendrungan hati dan keinginan kepada sesuatu. Dalam Sando 2013, Slameto 2003: 180 mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat belajar yang tinggi akan memudahkan siswa dalam menangkap materi yang akan disampaikan oleh guru di sekolah sehingga ada kemungkinan siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik lagi. Minat berpengaruh terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa akan segan- segan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Menurut Hilgard dalam Slameto 2003:57 merumuskan minat adalah interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or contenct minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan, Sardiman 1998:76 berpendapat bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri. Slameto 2010: 180 menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian terhadap subyek tertentu. Pengertian minat juga didefenisikan oleh Walgito 2004:38. Walgito mendefenisikan minat sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki perhatian yang besar terhadap suatu objek yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek tersebut. Sedangkan menurut Winkel 1999:188 minat adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasaan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Dari uraian di atas, minat adalah kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu hal atau aktivitas yang disertai dengan perasaan senang, dengan adanya perhatian dan keaktifan. 2 Pengertian Bimbingan Belajar Matematika. Pada dasarnya, bimbingan adalah upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu Nurihsan, 2011:7. Bimbingan biasanya mengarah dan menuntun kesuatu tujuan. Bimbingan berasal dari bahas inggris guidance yang dalam beberapa unsur memiliki kesamaan pengertian dengan pendidikan dan bahkan diakui bahwa guidance dapat sangat berfungsi positif dalam pendidikan Winkel dan Hastuti, 2006:33. Bimbingan guidance merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan, program yang ditunjukan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa Sukmadinata, 2007:7. Bimbingan sebagai salah satu aspek dari pendidikan diarahkan terutama pada membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat merencanakan masa depannya sesuai dengan minat , kemampuan dan kebutuhan sosialnya. Konsep tentang fungsi bimbingan juga dikemukan oleh Tolbert dan Jones dalam Sukmadinata 2007:8. Tolbert menyatakan bahwa semua program atau kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan untuk membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupan sehari-hari, sedangkan menurut Jones bimbingan berkenaan pada bantuan yang diberikan oleh seseorang yang diarahkan untuk membantu seseorang untuk mencapai tujuannya dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Mengingat pentingnya kegiatan bimbingan, maka perlu adanya program bimbingan yang terencana agar pelayanan yang diberikan kepada siswa dapat tepat guna. Pelayanan bimbingan dilakukan oleh tenaga bimbingan dan ahli dalam bidangnya. Menurut Suryono dan Hariyanto 2011:9, belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap Winkel,1992:242. Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh tenaga bimbingan yang ahli dalam bidang tersebut untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, mengokohkan kepribadian dan memecahkan kesulitannya dalam belajar secara terencana. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat untuk mengikuti bimbingan belajar matematika adalah kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh ahli matematika untuk membantu siswa kegiatan yang diselenggarakan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, mengokohkan kepribadian dan memecahkan kesulitannya dalam belajar matematika secara terencana yang disertai dengan perasaan senang dengan adanya perhatian dan keaktifan. b. Indikator minat bimbingan belajar matematika Berdasarkan penjelasan mengenai minat bimbingan belajar matematika, maka dapat disimpulkan indikator minat bimbingan belajar matematika adalah rasa ketertarikan untuk mengikuti bimbingan belajar matematika, rasa suka, senang terhadap bimbingan belajar matematika, kesadaran untuk mengikuti bimbingan belajar matematika tanpa disuruh, perhatian dan berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan belajar matematika. Indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Rasa tertarik Tertarik atau suka adalah awal dari individu menaruh minat, sehingga seseorang yang menaruh minat akan tertarik terlebih dahulu terhadap sesuatu. Ketertarikan untuk mengikuti bimbingan belajar matematika ini meliputi ketertarikan karena dorongan teman, ketertarikan dari diri siswa itu sendiri, ketertarikan karena faktor media, ketertarikan untuk meningkatkan prestasi, ketertarikan karena kemudahan dan fasilitas yang diberikan dan ketertarikan karena faktor orang tua. 2 Rasa suka Rasa suka untuk mengikuti bimbingan belajar matematika ini adalah rasa suka karena menyukai pelajaran matematika 3 Perasaan senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap kegiatan, maka siswa tersebut akan terus melakukan kegiatan tersebut atau akan terus membicarakan hal tersebut. Perasaan senang untuk mengikuti bimbingan belajar matematika ini adalah perasaan senang dengan adanya berbagai lembaga bimbingan belajar dimasyarakat dan sering membicarakan tentang bimbingan belajar matematika 4 Perhatian Menurut Sumadi 1989:14 perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Dalam hal ini, apabila seseorang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar, bahkan tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai perhatian terhadap bimbingan belajar, maka siswa tersebut akan meluangkan waktu dan mengorbankan tenaganya untuk mengikuti bimbingan belajar matematika 5 Partisipasi Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam kegiatan bimbingan belajar. Siswa yang mempunyai minat terhadap bimbingan belajar akan melibatkan dirinya dan berpartisipasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan belajar. c. Faktor yang mempengaruhi minat bimbingan belajar matematika Menurut Soedarsono 1998:29 faktor-faktor yang dapat menimbulkan minat adalah : 1 Faktor kebutuhan dari dalam Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan 2 Faktor motif sosial Timbulnya minat pada diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana dia berada 3 Faktor emosional Faktor ini merupakan ukuran intesitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu keinginan atau obyek tertentu. Menurut Muhibbin 2002:132-138 faktor yang mempengaruhi minat belajar secara umum dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1 Faktor internal faktor dari dalam diri siswa Faktor ini dibagi menjadi dua yaitu asepek fisiologis dan aspek psikologis 2 Faktor eksternal faktor dari luar diri siswa Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu: aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan non sosial 3 Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran. Sedangkan menurut Sugihartono, dkk 2007:76 dua faktor yang mempengaruhi minat siswa, yaitu: 1 Faktor dari dalam, yaitu sifat pembawaan seseorang 2 Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah, masyarakat atau lingkungan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar diri siswa. Sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa dua faktor tersebut juga dapat menimbulkan perbedaan minat siswa untuk mengikuti bimbingan belajar matematika. Dalam penelitian ini, faktor dari luar yang berkemungkinan menyebabkan perbedaan minat siswa untuk mengikuti bimbingan belajar matematika adalah status sosial orang tua; dan faktor dari dalam diri siswa adalah hasil belajar matematika siswa itu sendiri. 3. Status sosial ekonomi orang tua Proses berpikir dan berperilaku peserta didik dapat diamati dari kehidupan keluarga. Menurut Surna dan Pandeirot 2014:184, perbedaan individu secara empiris ternyata dipengaruhi oleh latar belakang status sosial keluarga. Menurut Soekanto 1982:233 status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan status sosial tersebut, Soekanto menggolongkan menjadi 2 yaitu 1982:234: a. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan keadaan-keadaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula dan keturunan ningrat secara otomatis dalam masyarakat akan mempunyai kedudukan yang tinggi b. Achieved status adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung pada kemampuannya masing-masing dalam mengejar dan mencapai tujuannya Kriteria penggolongan status sosial ekonomi menurut Soekanto 1982:231-231 yaitu: a. Ukuran kekayaan Ukuran kekayaan benda dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan yang paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat terlihat pada bentuk rumah, kendaraan pribadinya, pakaian yang dipakainya dan lain-lain. b. Ukuran kekuasaan Ukuran kekuasaan dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekuasaan yang paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas, misalnya Pejabat Pemerintah dan lain-lain. c. Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan dapat menjadi suatu ukuran. Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas. Ukuran ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisionil. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat d. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran digunakan orang masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan Sedangkan, menurut Dimy ati Mahmud 1990:99 “status sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan penghasilanpendapatan orang tua, jabatan orang tua, fasilitas khusus dan barang-barang berharga yang ada di rumah seperti radio, televisi, mesin cuci, almari es, dan sebagainya. Menurut Nasution 2004:25, tingkat status sosial ekonomi dilihat atau di ukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan orang tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan aktivitas sosial. Abdulsyani dalam maftukhah mengatakan bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, jabatan dalam organisasi Febriana dkk, 2014:3 Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, dalam penelitian ini hanya membatasi status sosial ekonomi menjadi tiga unsur yaitu: a. Tingkat pendidikan orang tua Pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal yang ketiganya dapat saling melengkapi dan memperkaya UU no. 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tingkat pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Tingkat pendidikan orang tua yang dimaksudkan sebagai jenjang pendidikan formal orang tua yang telah dicapainya. Jenjang pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi Statistic Indonesia 2015: 13 1 Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs atau bentuk lain yang sederajat. 2 Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK atau bentuk lain yang sederajat. 3 Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute, atau universitas. Semakin tinggi pendidikan yang diperoleh, semakin mampu pula seseorang menghadapi kehidupan dalam masyarakat karena dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara nyata. Selain itu, jumlah pendidikan formal biasanya di gunakan untuk mengukur tingkat keahlian untuk mengisi suatu jenis pekerjaan. Oleh sebab itu, pendidikan sangat diperlukan untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik melalui potensi yang ada pada pada setiap manusia. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman, mengembangkan potensinya, dan mampu menerima hal-hal baru demi kelangsungan hidup orang tersebut. Dengan pendidikan yang telah diraih orang tua siswa, mereka dapat memperoleh pekerjaan yang layak sesuai dengan tingkat pendidikannya dan mampu membiayai kehidupan hidup keluarganya. b. Pekerjaan orang tua Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang primer maupun yang sekunder. Pekerjaan tidak hanya memenuhi nilai ekonomi, namun usaha seseorang untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang atau jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang dibedakan menjadi dua Biro Pengembangan Sosial Budaya, hal.12 yakni: 1 Pekerjaan pokok Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dimiliki seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jika penghasilan dari pekerjaan pokok tidak memenuhi kebutuhan hidup, maka seseorang akan mencari pekerjaan sampingan atau sambilan. 2 Pekerjaan sampingan atau sambilan. Pekerjaan sambilan atau sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau yang dilakukan seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan sehari- hari. Tujuan bekerja tidak hanya berhubungan dengan aspek ekonomi untuk mendapatkan penghasilan pendapatan untuk keluarga, namun orang yang bekerja juga berfungsi untuk mendapatkan status, untuk diterima menjadi bagian masyarakat. Untuk bekerja, seseorang dapat memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan, keterampilan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia KBJI: 2002 menjelaskan bahwa pekerjaan adalah rangkayan tugas yang dirancang oleh satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat ringannya atau jenis pekerjaan tersebut. Sementara itu, jenis pekerjaan yang dimaksud adalah kumpulan pekerjaan yang mempunyai rangkaian tugas yang bersamaan. Menurut Badan Pusat Statistik BPS jenis pekerjaanjabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Pengertian jabatan menurut Peter Salim 1995: 586 adalah jenis pekerjaan, kedudukan dan sebagainya dalam suatu organisasi. Menurut mulyadi 2003:71 jenis pekerjaan utama digolongkan atas: 1 Tenaga professional, teknisi dan sejenisnya 2 Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 3 Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis 4 Tenaga usaha penjualan 5 Tenaga usaha jasa 6 Tenaga usaha pertanian, perburuan dan perikanan 7 Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan, dan pekerja kasar. James J.Spillane, mengelompokan pekerjaan atau jabatan dalam Sembilan kelompok sebagai berikut Sari, 2011: 16-17 : Tabel 2.1 Klasifikasi Pekerjaan Golongan Macam-macam pekerjaan Golongan A Meninggal dunia, pensiunan, tidak mempunyai pekerjaan tetap Golongan B Buruh nelayan, buruh tani, petani kecil, penebang kayu Golongan C Petani menyewa, buruh tidak tetap, penarik becak Golongan D Pembantu, penjual keliling, tukang cuci Golongan E Seniman, buruh tetap, montir, pandau besiemasperak, penjahit, penjaga, sopir bus, tukang kayu, tukang listrik, tukang semen Golongan F Pemilik bus, pengawas keamanan, petani pemilik tanah, pegawai sipil ABRI, mandor, pedagang, pegawai kantor, pemilik toko, peternak, tuan rumah Golongan G ABRI Tamtama sampai dengan Bintara, pegawai badan hokum, kepala kantor pos cabang, manager perusahan kecil, supervisor atau pengawas, pamong praja, guru SD, kepala bagian, pegawai negeri gol. Ia-Id Golongan H Guru SLTPSLT, juru rawat, pekerja sosial, perwira ABRI Letda, Lettu, dan Kapten, pegawai negeri golongan IIa-IId, kepala sekolah, kontraktor, wartawan Golongan Macam-macam pekerjaan Golongan I Ahli hukum, manager perusahaan, ahli ilmu tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosenguru besar, gubernur, kepala kantor pos pusat, menteri, pegawai negeri golongan IIIa ke atas, pengarang, peneliti, penerbang, walikotabupati, kontraktor besar Jenis pekerjaan seseorang sering menjadi kendala terhadap status sosial ekonomi orang tersebut. Hal ini akan dipengaruhi oleh besarnya jumlah pendapatan yang menjadikannya sebagai status kekayaan seseorang. Siswa yang orang tuanya mempunyai pekerjaan baik atau yang berpendapatan cukup atau besar kemungkinan besar mempunyai minat yang tinggi untuk mengikuti bimbingan belajar diluar jam pelajaran sekolah karena tidak adanya kesulitan biaya, tetapi bagi siswa yang orang tuanya berpenghasilan rendah akan berpikir panjang untuk mengikuti bimbingan belajar. c. Pendapatan orang tua. Pendapatan seseorang dapat berupa gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Pendapatan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan pokok dan pendapatan sampingan. Pendapatan pokok adalah pendapatan yang tiap bulan diterima, pendapatan ini diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat rutin, sedangkan pendapatan sampingan adalah pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan diluar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai pendapatan sampingan. Bentuk pendapatan menurut Mulyanto 1992: 93-94: 1 Pendapatan berupa uang. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa. Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan dari: a Gaji dan upah yang diperoleh  Kerja pokok  Kerja sampingan b Usaha sendiri, yang meliputi:  Hasil bersih usaha sendiri  Komisi  Penjualan dari kerajinan rumah c Instansi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik rumah d Keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial 2 Pendapatan beruapa barang. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa uang dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa. 3 Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu: a Pengambilan tabungan b Penjualan barang-barang yang dipakai c Penagihan piutang d Pinjaman uang e Kiriman uang f Hadiahpemberian g Warisan h Menang judi Untuk mengukur variabel pendapatan orang tua, peneliti hanya membatasi pendapatan gaji orang tua yang diperoleh pekerjaan pokok orang tua. Menurut teori Badan Pusat Statistik 2008 dalam Kusumaningtyas 2016: 56, pendapatan dibedakan menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut. Tabel 2. 2 Klasifikasi pendapatan No Golongan pendapatan Jumlah pendapatan 1. Pendapatan sangat tinggi Rp.3.500.000,00 2. Pendapatan tinggi Rp.2.500.000,00 – Rp.3.500.000,00 3. Pendapatan sedang Rp.1.500.000,00 – Rp.2.500.000,00 4. Pendapatan rendah Rp.1.500.000,00 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga dimasyarakat yang dipengaruhi tingkat pendidikan, jabatan atau jenis pekerjaan dan pendapatan atau kekayaan. 4. Hasil belajar matematika siswa a. Pengertian Belajar Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi sejalan dengan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Dalam Hanafiah dan Suhana 2012, Gagne, Berliner, dan Hilgard 1970: 256 mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Sementara itu, beberapa para ahli memaparkan pendapat mereka tentang pengertian belajar dalam Prawira 2012: 225-227 yaitu sebagai berikut : 1 Menurut H.C. Witherington a Belajar berarti suatu perubahan pada kepribadian ditandai adanya pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian b Belajar berarti penguasaan pola-pola sambutan baru c Belajar berarti penguasan kecakapan, sikap, dan pengertian 2 Menurut Arthur J. Gates , belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan learning is the modification of behavior through experience and training 3 Menurut L. D. Crow Dan A. Crow, belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing kearah hasil-hasil yang diinginkandipertimbangkan. Belajar adalah penguasaan kebiasaan - kebiasaan habitual, pengetahuan, dan sikap-sikap learning is an active process that ned to be stimulated and guided toward desirable outcome. Learning is the acquisition of habits, knowledge and attitudes 4 Menurut Melvin H. Marx, belajar adalah perubahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku yang pada dasarnya merupakan fungsi dari suatu tingkah laku sebelumnya. Dalam hal ini, sering atau biasa disebut praktik atau latihan learning is relaively enduring change in behaviour which is a function of prior behaviour , usually called practice 5 Menurut R. S. Chauhan, belajar adalah membawa perubahan-perubahan dalam tingkah laku organisme learning means to bring changes in the behaviour of the organism 6 Menurut Gregory A. Kimble, belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau individu sebagai suatu hasil latihan atau praktik yang diperkuat dengan diberi hadiah learning as a relatively permanent change in behavioral potentiality that occurs as a result of reinforced practice Menurut Suryono dan Hariyanto 2011: 9, belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap Winkel,1992: 242. Dalam berbagai definisi di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang perlu dirangsang dan dibimbing melalui pengalaman dan latihan, perubahan yang relatif permanen menuju kearah yang lebih baik b. Pengertian hasil belajar Hasil belajar seringkali digunakan sebagai acuan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah diajarkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Dari hasil pengukuran tersebut, seseorang dapat mengetahui bagaimana penguasaannya terhadap materi yang sudah dipelajari. Menurut Mappeasse 2009: 4, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki baik bersifat kognitif, sikap afektif, maupun psikomotorik yang semuanya ini diperoleh melalui proses belajar mengajar. Yang dimaksud dengan kognitif adalah pengetahuan, afektif adalah sikap dan psikomotorik adalah ketrampilan. Lebih lanjut Hamalik 2003 dalam Kunandar 2014: 62 berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik. Hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran akan disebut prestasi belajar apabila hasil proses belajar tersebut merupakan kemampuan yang sungguh-sungguh aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran Marsidjo, 1995. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dinyatakan dalam bentuk skor yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Aktivitas sadar mengandung makna bahwa proses pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajarnya. Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar matematika adalah kemampuan yang miliki oleh siswa dalam belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai matematika yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses belajar.

B. Kerangka Berpikir