Peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa di SMP Islam Parung Bogor

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

RYNA RESNAWATI

206018200210

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011/1432 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

Resnawati, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa. Penelitian dilakukan di SMP Islam Parung Bogor, metode yang digunakan adalah deskriptif. Data diperoleh dari hasil penyebaran angket kepada seluruh siswa di SMP Islam Parung Bogor. Adapun yang menjadi subjek penelitian (sampel) pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Islam Parung Bogor yang berjumlah 127 orang. Instrumen yang digunakan adalah angket yang terdiri dari 25 item pernyataan pilihan yaitu 14 item untuk intensitas bimbingan orang tua dan 11 item untuk motivasi belajar siswa.

Bimbingan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya berperan positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara matematis pembelajaran dikatakan ideal atau sangat baik jika jumlah skor angket sejumlah 12.700. Dalam penelitian ini diperoleh jumlah skor angket sejumlah 8710. Yang artinya perbandingan antara jumlah skor angket penelitian dengan jumlah skor angket ideal diperoleh angka porsentase 68,5%. Angka ini menunjukkan bahwa peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa pada SMP Islam Parung Bogor kelas VIII berperan baik.


(7)

vi

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Shalawat dan salam senantiasa diberikan kepada Rasulullah Muhammad SAW., yang telah merubah peradaban dari peradaban yang penuh kesesatan menuju masyarakat yang berperadaban, yang penuh keimanan dan ketakwaan. Doa dan salam juga semoga terlimpahkan kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Melalui segenap usaha, doa, dan penantian panjang, Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini berkat bantuan dari berbagai pihak, baik materil maupun moril, terutama adalah atas berkat Taufiq dan Inayah Allah SWT. Karena itu, penulis merasa bersyukur kepada Allah SWT., dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis baik pada saat penulis menyelesaikan studi maupun saat penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr, Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., dan Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Ketua Program Studi-Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

vii

4. H. Jarkasih, S.Ag, kepala SMP Islam Parung Bogor yang telah memperkenankan dan membantu penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Pimpinan dan Staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta perpustakaan lainnya di Jakarta, yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan. 6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

7. Ayahanda terkasih Drs. H. Iwan Gunawan dan Ibunda tercinta Hj. Wiwi Sulastri Kartaperaja, atas segala doa, nasehat, kesabaran yang diberikan kepada penulis untuk dapat belajar terus tanpa batas, kakaku tersayang Lilis Oktavianty dan Adiku tersayang Maghfira Maulani, atas segala dukungan yang diberikan.

8. Kepada kakek dan nenekku, serta tante-tanteku yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

9. Meggy Prayoga yang selama ini sangat baik dan sabar yang selalu memberikan semangat, dukungan dan menemani penulis dalam segala hal sehingga penulis sangat termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Thank’s you so much, you are special in my heart.


(9)

viii

Nurmaizan, Nova, Ferry, Dhani, Asep, Qory dll), terima kasih atas segala masukan, motivasi dan dukungan kalian semua.

11.Kepada semua sahabatku Indah, Kartika, Qorye, Ritha, Ghea, Zahra, Putri, Deasy dan Senja makasih untuk dukungan kalian, penulis harap persahabatan dan kebersamaan kita selama ini tidak akan pernah pudar. Semoga Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkenan membalas semua amal kebaikan mereka, amin.

Jakarta, 2011


(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH ... ii

UJI REFERENSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Bimbingan Orang Tua 1. Pengertian Bimbingan ... 6

2. Fungsi Bimbingan dan Tujuan Bimbingan Orang Tua Bagi Anak . 8 3. Pengertian Orang Tua ... 9

4. Peranan Orang Tua ... 11

5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Orang Tua dalam Membimbing Anak ... 16

6. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua ... 20

7. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak ... 26

B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Belajar ... 27


(11)

x

5. Fungsi Motivasi ... 41

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 43

7. Motivasi Dalam Belajar ... 43

8. Indikator Motivasi Belajar ... 45

9. Peranan Motivasi Dalam Belajar ... 45

C. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

B. Metode Penelitian... 51

C. Populasi dan Sampel ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

E. Teknik Pengolahan Data ... 54

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 55

G. Teknik Analisa Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskrips Objek Penelitian ... 60

B. Deskripsi Data ... 66

C. Analisis Data... ... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

xi

TABEL 2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Peranan Bimbingan Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Siswa di SMP Islam Parung Bogor TABEL 3 Klasifikasi Nilai Rentang Interval

TABEL 4 Orang Tua Menemani Saya Ketika Sedang Belajar

TABEL 5 Saya Dibimbing Oleh Orang Tua Setiap Belajar Di rumah

TABEL 6 Saya Disarankan Oleh Orang Tua Untuk Mengulang Pelajaran Di rumah

TABEL 7 Orang Tua Saya Menciptakan Suasana Yang Tenang Ketika Sedang Belajar

TABEL 8 Orang Tua Saya Memberikan Perhatian Ketika Sedang Belajar TABEL 9 Orang Tua Saya Bertanya Tentang Pelajaran Disekolah

TABEL 10 Orang Tua Saya Memberikan Solusi Ketika Mempunyai Masalah Dalam Belajar

TABEL 11 Orang Tua Saya Mengajak Berdiskusi Untuk Membahas Masalah Belajar

TABEL 12 Orang Tua Saya Memberikan Arahan dan Nasehat Dalam Belajar TABEL 13 Orang Tua Saya Memberikan Motivasi Ketika Sedang Belajar TABEL 14 Orang Tua Saya Memberikan Fasilitas Belajar Dirumah TABEL 15 Orang Tua Saya Mengingatkan Untuk Belajar Tiap Malam

TABEL 16 Orang Tua Saya Melarang Untuk Menonton Tv Ketika Sedang Belajar

TABEL 17 Orang Tua Saya Setiap Bulannya Membelikan Buku Pelajaran TABEL 18 Saya Belajar Tanpa Disuruh Oleh Orang Tua

TABEL 19 Saya Rajin Belajar Karena Menyenangi Pelajaran Itu

TABEL 20 Saya Semangat Belajar Karena Ingin Mendapatkan hadiah Dari Orang Tua

TABEL 21 Saya rajin Belajar Supaya Dipuji Oleh Orang Tua TABEL 22 Saya Senang Belajar Jika Disanjung Oleh Guru TABEL 23 Saya Tepat Waktu Ketika Hadir Disekolah


(13)

xii

TABEL 28 Saya Ingin Belajar Jika Mendapat Hadiah

TABEL 29 Nilai Persepsi Siswa Terhadap Peranan Bimbingan Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Siswa


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses mendidik dan menuntun anak didik untuk mencapai tujuan tertentu dalam wujud perubahan-perubahan positif dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud merupakan bagian proses kedewasaan yang berlangsung secara terus menerus, yang pada akhirnya berwujud kedewasaan pada anak.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus meningkatkan harkat dan martabat manusia. Selain itu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kehidupan manusia kearah yang sempurna. Sehingga pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan betaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demoktaris secara bertanggung jawab.1

1

Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional


(15)

M. Ngalim Purwanto, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri atau disebut faktor individual dan faktor yang ada di luar individu atau yang disebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedang yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial2.

Dari beberapa faktor tersebut di atas, orang tua dapat menempati kedudukan yang primer dan fundamental dalam memberikan motivasi kepada anak. Karena motivasi adalah dorongan yang timbul pada seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan suatu tujuan tertentu. Jadi motivasi belajar siswa di sekolah dapat dipengaruhi dari beberapa faktor dorongan internal (dari dalam diri siswa itu sendiri), maupun faktor eksternal yang mencakup: lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, maupun lingkungan keluarga. Karena perang keluarga khususnya orang tua mempunyai peranan utama dalam mendidik anak untuk mencapai prestasi belajar melalui motivasi yang diberikan orang tua.

Dengan demikian terlihat betapa besarnya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya karena menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Oleh

2

, M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004), h. 102


(16)

karena itu motivasi belajar siswa yang baik atau dapat dikatakan tinggi akan dapat menolong siswa meraih prestasi yang tinggi pula. Namun pada kenyataannya, tingkat motivasi belajar siswa di sekolah antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Dikarenakan adanya pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda pula.

Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung jawab orang tua terhadap anak tampil dalam bentuk bermacam-macam. Konteksnya dengan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, maka orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga. Namun yang kerap terjadi adalah orang tua saling melupakan/mengabaikan peran dan fungsinya dalam membimbing/mendidik anak, karena merasa cukup bahwa proses pendidikan anak hanya berlangsung di sekolah. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa yang semakin menurun.

Sebagaimana yang terjadi di SMP Islam Parung Bogor pada bulan Februari hingga Mei 2010, penulis mengadakan pengamatan melalui program PPKT (Praktek Profesi Keguruan Terpadu) selama periode itu, penulis menemukan permasalahan kurangnya motivasi belajar siswa dikarenakan kurangnya peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar anaknya. Karena sebagian orang tua memiliki kesibukannya masing-masing, contohnya tidak ada waktu untuk menemani anaknya ketika belajar, kurang adanya perhatian dari orang tua dalam membimbing belajar anaknya, tidak adanya disiplin yang diberikan orang tua kepada anaknya dan kurangnya dukungan


(17)

yang diberikan orang tua kepada anaknya ketika sedang belajar. Maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.3

Masalah ini tentunya menarik untuk dilakukan penelitian. Untuk itu, penulis bermaksud akan melakukan penelitian terhadap masalah tersebut yang kemudian dberi judul “PERANAN BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI PENELITIAN DI SMP ISLAM PARUNG BOGOR”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diperoleh beberapa masalah yang diindentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya waktu orang tua dalam menemani anak ketika sedang belajar

2. Kurang adanya perhatian dari orang tua dalam membimbing belajar 3. Tidak adanya disiplin yang diberikan oleh orang tua

4. Kurangnya dukungan orang tua yang diberikan ketika sedang belajar

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Peranan orang tua meliputi: usaha orang tua dalam membimbing anak belajar, fasilitas belajar, dan disiplin belajar anak.

3


(18)

2. Motivasi belajar siswa meliputi: hasrat belajar dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan kegiatan yang menarik di dalam belajar dan kondisi yang kondusif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas dan untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa di SMP Islam Parung Bogor?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian:

Untuk memperoleh suatu gambaran tentang peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa.

2. Manfaat Penelitian:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suumbangan yang bersifat teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan tentang peran bimbingan orang tua dalam belajar siswa khususnya dalam memotivasi belajar siswa. b. Secara praktis

1. Bagi Pendidik

Memberikan informasi tentang peranan orang tua dalam memotivasi belajar siswa SMP Islam Parung Bogor.


(19)

2. Bagi orang tua memberikan informasi tentang membimbing siswa dalam memotivasi belajar.

3. Bagi siswa SMP Islam Parung Bogor

Mendorong siswa untuk mengikuti bimbingan orang tua untuk meningkatkan motivasi belajar.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Bimbingan Orang Tua 1. Pengertian Bimbingan

Secara etimologi, kata “bimbingan” berasal dari kata Guidance

yang berasal dari kata kerja to guide yang memiliki arti menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu.1

Menurut Rochman Natawidjaja, dalam Soejipto & Raflis Kosasi, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.2

Prayitno memberikan pengertian bimbingan sebagai berikut:

1

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet, ke-1, h. 3. 2

Soetjipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet ke-3, h. 62.


(21)

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku.3

Bimbingan adalah usaha pemberian bantuan, diberikan kepada orang-orang dari berbagai usia, yang ditangani oleh orang yang ahli dan diselenggarakan berdasarkan prinsip demokrasi, merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan.4

Menurut Crow & Crow yang dikutip oleh Djumhur dan Moh. Surya “guidance” diartikan sebagai: “bantuan yang diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki peribadi yang baik dari pendidikan yang memadai, kapada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya, membuat pilihannya sendiri, dan memikul bebannya sendiri.”5

Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normative agar tercapai kemandirian sehingga individu tersebut dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.6

3

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet, ke-1, h. 99.

4

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling pengantar Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien,(Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 3.

5

Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu), Cet ke 17, h. 25.

6


(22)

Bimbingan ini banyak macamnya tergantung pada beberapa hal antara lain; pertama, atas dasar intensitasnya, bimbingan ada yang intensif dan tidak intensif. Intensif ialah melibatkan kesadaran yang menyertai suatu aktifitas atau pengalaman bathin. Dalam hal ini, bila ada dua aktifitas tidak mungkin keduanya dilakukan secara intensif secara bersamaan.

Kedua, atas cara timbulnya, ada bimbingan spontan atau tidak sengaja, timbul begitu saja, tanpa usaha dan perhatian sekehendak atau disengaja.

Ketiga, atas dasar luasnya objek yang dikenai bimbingan.

2. Fungsi Bimbingan dan Tujuan Bimbingan Orang Tua bagi Anak

Sasaran dari bimbingan adalah mengembangkan potensi yang ada pada setiap individu secara optimal, dengan harapan agar ia menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan, dan pada masyarakat pada umumnya. Jadi tujuannya adalah, supaya yang dibimbing itu mampu menjadikan dirinya berguna baik bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya pada umumnya, hal ini sebagaimana tertera dalam Al-Quran:









































































Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka


(23)

Dan adapun diadakannya bimbingan, bertujuan agar setiap anak yang mengalami kesulitan dalam belajar mampu menghindari dari segala gangguan atau hambatan yang dapat menghalangi kelancaran aktifitasnya dalam belajar, baik di sekolah dan di rumah, serta mampu mengatasi dan menyelesaikan persoalan tersebut, dengan potensi yang ada pada dirinya. Untuk itu para orang tua harus jeli dan peka terhadap perkembangan yang terjadi pada anaknya yang masih dalam usia sekolah, karena setiap persoalan dan kesulitan yang dihadapi oleh anak harus segera diatasi, tentunya harus memulai bimbingan dan arahan dari orang tua.

Sedangkan bila ditinjau dari statusnya, bimbingan mempunyai tiga fungsi, yaitu:

a. Fungsi pencegahan (preventif) maksudnya adalah bimbingan berfungsi sebagai usaha pencegahan timbulnya masalah yang dapat menghambat perkembangan pada diri seorang anak.

b. Fungsi penyaluran maksudnya adalah, bimbingan berfungsi memberikan bantuan kepada anak, untuk mendapatkan kesempatan menyalurkan potensi yang ada pada dirinya agar lebih berkembang. c. Pendorong anak untuk belajar maksudnya adalah bimbingan dapat

mendorong anak untuk menambah minat belajarnya.7

3. Pengertian Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari orang tua adalah “ayah dan ibu kandung atau orang yang dianggap tua atau dituakan

7

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Trayon Press, 1992), h. 14.


(24)

(cerdik, pandai, ahli dan sebagainya) atau orang yang dihormati dan disegani”.8

Hery Noer Aly mengatakan bahwa “orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya, serta dari merekalah anak mulai mengenal pendidikan.”9

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai tanggung jawab secara kodrati dalam mendidik anak.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan orang tua adalah segala bantuan/usaha yang diberikan oleh orang tua dalam memberikan bantuan kepada anaknya baik secara moril dan materil. Secara moril seperti berupa nasehat-nasehat, kasih sayang, arahan, pemberian situasi, dan bila mungkin memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas anaknya di rumah. Dan secara materil berupa menyediakan kebutuhan belajar anak.

Bimbingan orang tua ketika di rumah menurut Hasbullah diidentifikasikan menjadi 5 bentuk yang berhubungan erat dengan motivasi belajar siswa di sekolah, yaitu: (1) Memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. (2) Menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara belajar di rumah. (3) Membuat

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 2, h. 756.

9

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 2, h. 87.


(25)

pekerjaan rumahnya. (4) Tidak disita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. (5) Memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.10

Orang tua memberikan bimbingan, mengawasi waktu belajar anak dan menyediakan cukup waktu untuk mengadakan percakapan dan dialog serta menciptakan suasana santai dan nyaman sehingga anak dapat belajar dengan tenang. Di samping itu, penyediaan fasilitas atau kelengkapan belajar dan motivasi yang selalu diberikan merupakan wujud dari bimbingan orang tua kepada anak-anaknya dalam meraih motivasi belajar yang tinggi. Dengan bimbingan yang penuh dari orang tuanya anak akan rajin belajar dan memperoleh prestasi yang baik.

Selanjutnya, dalam diri orang tua secara otomatis memiliki perasaan mengasihi dan menyayangi terhadap anak, sebagaimana dimaklumi, jelas bahwa orang tua secara fitrah mencintai anak, menjalar dalam perasaan jiwa, emosi untuk memelihara, mengasihi, menyayangi dan memperhatikan anaknya.

4. Peranan Orang Tua

Orang tua mempunyai peran teramat penting bagi kehidupan anak. Ia merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi pembinaan pribadi anak. Jika orang tua mendidik dan mengarahkan anaknya secara positif maka anak tersebut mempunyai sifat yang positif pula, sedangkan jika orang tua mendidik dan mengarahkan anaknya secara negatif maka

10


(26)

anak tersebut mempunyai sifat yang negatif. Sehingga apapun yang dilakukan orang tua terhadap anaknya terutama jika si anak masih kecil, maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap sikap, prilaku dan kehidupannya kelak. Orang tua yang harus selalu mau belajar tentang bagaimana mengasuh dan mendidik anak, agar mereka dapat menjalankan perannya sebagai orang tua.

Agar proses bimbingan dapat berjalan sesuai tujuan yang diinginkan oleh orang tua maka bimbingan tidak terlepas dari peranan kedua orang tua yaitu peranan ibu dan peranan ayah dalam membimbing anaknya berikut ini penulis akan menguraikan peranan-peranan tersebut: a. Peranan Ibu

Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga lainnya.

Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.

Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap


(27)

anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan watak anaknya dikemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan selalu menurutkan keinginan anak-anaknya, akan berakibat kurang baik. Demikian pula tidak baik seorang ibu berlebih-lebihan mencurahkan perhatian kepada anaknya. Asalkan segala pernyataan disertai rasa kasih sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu dengan mudah akan tunduk kepada pemimpinnya.

Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai:

1. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang, 2. Pengasuh dan pemelihara,

3. Tempat mencurakan isi hati,

4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, 5. Pembimbing hubungan pribadi,

6. Pendidik dalam segi-segi emosional. b. Peranan Ayah

Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.

Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi


(28)

seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak-anaknya. Ia mencari kesenangan bagi dirinya sendiri saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya dibebankan kepada istrinya, dituduhnya dan dimaki-maki istrinya.

Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu di dalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan di sini bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai:

a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga,

b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar,

c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga, d. Pelindung terhadap ancaman dari luar

e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, f. Pendidik dalam segi-segi rasional11

Perlakuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sangat besar pengaruhnya terhadap mereka. Oleh karena itu ajaran Islam pun memberikan tuntutan yang baik kepada para pendidik khususnya orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam mendidik anak-anaknya agar mereka dapat berkembang secara maksimal. Adapun tuntutan dalam hal ini yang terpenting diantaranya ialah:

1) Kasih sayang 2) Lemah lembut

3) Memberikan kemerdekaan 4) Memberikan penghargaan

5) Mendidik sesuai dengan perkembangannya

11

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke 18, h. 82.


(29)

6) Mengarahkan kemasa depan

7) Berbicara kepada mereka dengan benar, baik, lemah lembut dan mudah dimengerti

8) Disiplin12

Anak yang sudah berumur enam tahun dianggap sudah matang untuk belajar di sekolah, maka orang tua diharapkan mampu untuk menyiapkan anak-anaknya agar siap untuk bersekolah dengan menerapkan tuntutan untuk mendidik yang diantaranya telah disebutkan diatas, sehingga anak telah matang dan memenuhi syarat untuk masuk sekolah. Diantaranya syarat-syarat untuk masuk sekolah adalah:

1) Anak sudah mulai matang untuk belajar menulis 2) Matang untuk mulai belajar membaca

3) Matang untuk mulai belajar berhitung.13

Jadi, orang tua adalah yang mempunyai peranan utama dan pertama dalam mendidik anak untuk mencapai aqidah yang baik yang akhirnya bisa mencapai pada kedudukan sebagai manusia yang sempurna dan berguna dunia dan akhirat. Dalam pendidikan ini, segala model, macam dan cara yang ada dan diajarkan oleh orang tua akan menjadi modal utama, baik dan buruknya anak kelak tergantung model pertama dan utama tersebut.

12

Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), Cet. I, h. 115.

13

Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. V, h. 52.


(30)

5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Orang Tua dalam Membimbing Anak

Orang tua harus menyadari bahwa anak selalu membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tuanya, oleh karena itu orang tua juga harus mengerti betul ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui oleh anak. Maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak antara lain:

a). Pendidikan disiplin

pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk menusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji, 1988). Di dalam keluarga pendidikan disiplin dapat diartikan sebagai metode bimbingan orang tua agar anaknya mematuhi bimbingan tersebut.

Anak adalah manusia yang harus didewasakan. Jadi sedikit demi sedikit, sesuai dengan umurnya, ia harus diajari dan dibiasakan bahwa ia makhluk sosial. Jadi bahwa ia harus belajar bergaul dengan orang lain, dengan sesama. Ia bukan raja segala raja dan yang lain adalah budaknya. Ini berarti ia harus dididik. Ia harus belajar bahwa pergaulan berarti ada batas-batas perilakunya. Jadi orang tua sebagai teladan harus orang berdisiplin. Seandainya tidak, mereka mustahil dapat mendidik anaknya.


(31)

Akan tetapi apabila anak melihat bahwa ayah dan ibu memang orang tahu akan disiplin, ia akan menerima kepadanya dituntut disiplin juga.14

b). Menerima Anak Apa Adanya

Untuk mempersiapkan anak menjadi pelajar yang baik orang tua harus menerima anak mereka. Anak yang tidak diterima oleh orang tua tidak dapat dibimbing menjadi seorang dewasa yang bahagia. Namun diterima, bukan sembarangan penerimaan. Anak perlu diterima apa adanya. Entah pandai, entah biasa, entah lemah. Terbuka atau tertutup, anak lasak atau pendiam, alim atau nakal. Dan anak itu harus diterima kemudian dibentuk menjadi manusia dewasa. Kenyataan dan tuntutan ini akan menentukan cara dan bentuk bimbingan anak menghadapi pengajaran dan pendidikan di sekolah.15

Jika kalau orang tua ingin membimbing anak menghadapi dunia persekolahan harus menerima bahwa di SD anak tidak bisa menjadi juara sekolah. Kemudian anak dibantu kalau bisa ibu sendiri, supaya anak tetap merasa kerasan disekolah. Jangan menuntut yang tidak-tidak. Memberi semangat kepada mereka. Dan anak yang pandai tidak lebih dipuji dan dihargai daripada adinya atau kakaknya yang tidak begitu pandai.

Ini semua berarti bahwa bimbingan serba boleh sama, sekali tidak. Bimbingan harus tegas. Yang dapat dan perlu dituntut harus dituntut. Anak pandai yang malas belajar jangan dibiasakan malas. Perlu tegas. Namun kalau tetap malas orang tua perlu menghubungi seorang ahli bimbingan

14

J. Drost, SJ, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), h. 23-24.

15


(32)

dan konseling atau seorang psikolog guna mengetahui ada masalah apa pada anak itu.

Bimbingan juga didasarkan atas kepercayaan pada anak, bukan atas kecurigaan. Bimbingan orang tua harus disesuaikan keadaan dan kemampuan nyata si anak. Yang pasti juga, apabila anak bersalah, anak tidak langsung dimarahi atau dihukum begitu saja.

Pola pendidikan yang tidak memberi kesempatan kepada anak untuk membuat kesalahan adalah pola pendidikan yang salah. Apabila karena setiap kesalahan anak langsung ditindak, itu berarti anak dididik menjadi penakut yang tidak pernah berani berinisiatif. Tunggu komando. Orang semacam itu tidak perlu bertanggung jawab karena hanya pembeo. Apabila anak salah, anak harus diberi tahu apa yang salah dan dibantu untuk memperbaiki kesalahannya. Dengan demikian, ia belajar dari kesalahan-kesalahannya. Namun, apabila setelah dibimbing ia tetap nakat membuat kesalahan, anak itu perlu ditindak.16

c). Pendidikan Jasmani dan Akal

Orang tua harus memperhatikan perkembangan jasmani anaknya. Yang dilakukan orang tua adalah menanamkan dan membiasakan hidup sehat. Itu dapat dilakukan dengan memberikan contoh hidup sehat: dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dan berkalori cukup, keteraturan makan, minum, istirahat yang cukup. Keteraturan jadwal tidur

16


(33)

dan bangun harus ditegakkan dan dibiasakan serta dicontohkan oleh orang tua.

Mengenai pendidikan akal agar anak kita memiliki akal yang cerdas serta pendai, banyak yang dapat dilakukan orang tua. Pertama-tama tentulah dengan cara menyekolahkan karena sekolah itulah lembaga yang paling baik untuk mengembangkan akal. Dapat dilakukan dengan cara antara lain berdiskusi kecil-kecilan, menyelesaikan masalah dirumah bersama anggota keluarga dengan menggunakan analisis akal. Membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya merupakan tugas dari sekolah adalah salah satu cara membantu/membimbing pendidikan akal anak-anak kita. Pekerjaan rumah (PR) anak-anak SD biasanya masih dipahami oleh orang tua. Memanggil guru privat kerumah juga membantu anak kita menghadapi pelajaran disekolah juga merupakan bentuk lain dari usaha orang tua membimbing anaknya dirumah. Memenuhi peralatan sekolah anaknya jelas merupakan cara mendidik anak dirumah, terutama pendidikan akal. Yang terpenting dalam pendidikan akal ialah mendisiplinkan anak kita agar selalu mengerjakan pekerjaan rumah secara sungguh-sungguh. Orang tua juga harus menanamkan pada anaknya betapa pentingnya orang yang memiliki akal cerdas serta pandai, pujilah mereka tatkala berprestasi, sabarkan mereka tatkala gagal mencapai prestasi yang layak.17

17

Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2007), cet ke-7, h. 155-157.


(34)

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang tua perlu menghargai peribadi seorang anak. Anak berhak memohon didekati penuh hormat. Anak pun memiliki hak-hak asasi dalam keluarga, disekolah, dan di masyarakat. Kendati masih amat bergantung pada orang lain, masih lemah, ia harus tetap diperlakukan sebagai seorang peribadi.

Peran orang tua dalam membimbing adalah sebagai pendidik utama, termasuk membimbing anak menghadapi dunia persekolahan. Karena proses pembelajaran berlangsung lewat lembaga sekolah, bimbingan nyata dari orang tua ialah menyiapkan anak-anak untuk akhirnya masuk perguruan tinggi. Dan menurut J. Drost hanya untuk beberapa anak masuk dunia kerja. Namun, kepada mereka semua dituntut kedewasaan dan kemandirian yang sama.

Kembali kepada yang dibimbing. Anak adalah manusia muda yang akan didewasakan, bukan dewasa kecil yang akan dibesarkan. Let boys be boys and girls be girls, they are not small adult. Anak itu akan dibimbing orang tua menjadi peribadi dewasa dan mandiri, khususnya pada bidang menghadapi sekolah.18

6. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua

Tugas penting orang tua akan sangat terdukung jika mampu menciptakan suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai

18

J. Drost, SJ, Proses Pembelelajaran sebagai Proses Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), h. 23-24.


(35)

basis pendidikan. Tugas orang tua memang berat, tetapi ada banyak cara untuk memberikan motivasi dalam segi pendidik, antara lain:

1. Melengkapi fasilitas pendidik, antara lain: a. Tempat belajar yang menyenangkan

Seperangkat meja dan kursi sederhana dilengkapi dengan rak buku sudah bisa diciptakan, sebagai meja belajar. Untuk menciptakan suasana menyenangkan, penataannya yang harus disesuikan dengan kebutuhan anak.

b. Media Informasi

Ilmu pengetahuan tak bisa dilepaskan kaitannya dengan media informasi. Karena disinilah sebagian besar ilmu pengetahuan akan diperoleh. Maka untuk mengakrabkan anak pada bidang pendidikan harus pula terlebih dahulu mengakrabkan meraka kepada media-media informasi.

c. Perpustakaan

Minimal ada buku-buku yang dikoleksi. Karena untuk menumbuhkan motivasi kependidikan anak, buku adalah sarana yang paling tepat. Kecintaan anak terhadap buku mutlak harus ditumbuhkan sedini mungkin. Dan rumah adalah tempat yang paling cocok untuk keperluan itu.

2. Budaya ilmu, Maksudnya pembentukan prilaku dan pembiasaan dari anggota-anggota keluarga yang menunjang keberhasilan pendidikan.


(36)

Diantaranya: “Budaya Islam, budaya belajar, ada pula pemenuhan gizi anak”19 . Allah berfirman:























































































































































































Artinya : “ Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. Al-Baqarah : 233)20

Dari ayat tersebut, terlihat jelas betapa pentingnya orang tua (ibu) dalam hal menyusui anaknya hingga sempurna, karena apa yang dimakan oleh ibu akan berdampak pada perkembangan fisik dan mental anak. Dengan demikian, jelaslah betapa pentingnya peranan orang tua dalam

19

Irawati Istadi, Seri Psikologi Anak 2; Istimewa Setiap Anak, (Jakarta: Pustaka Inti, 2002), Cet. 3, h. 175.

20

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), h. 57.


(37)

merawat dan mendidik anak agar menjadi orang yang berguna serta bermanfaat bagi orang tua khususnya, agama, lingkungan, dan negaranya.

Tugas orang tua amat besar dalam mendidik anak dengan pendidikan jasmani, intelektual dan mental spiritual, baik melalui teladan yang baik atau pengajaran (nasihat-nasihat), sehingga kelak ia dapat memetik tradisi-tradisi yang benar dan pijakan moral yang sempurna.

Sebuah keniscayaan bagi orang tua dalam proses pendidikan dan pengajaran kepada anak, karena kedewasaan kepada anak banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengulturan dan pengajaran dimana orang tua adalah subjek yang banyak berperan serta didalamnya. Demikian itu, A. Mudjadid Mahali berpendapat bahwa “orang tua mempunyai kewajiban mendidik anak agar menjadi manusia saleh, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Dan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT terhadap pendidikan anak-anaknya. Orang tua juga berkewajiban memelihara diri dari hal-hal yang tidak pantas serta terlebih dahulu menjalankan perintah agama secara baik”21

.

Jadi tugas paling penting bagi orang tua adalah mendidik dan mengajar anak dengan cara yang pantas juga sesuai dengan hak dan kewajiban serta norma-norma yang berlaku, sehingga anak dapat menjadi orang yang baik, beradab, berbudaya, terhormat, bijak, patuh terhadap hukum, dan warga negara yang bertanggung jawab.

21

A. Mudjadid Mahali, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak, (Solo: Ramadhani Press, 1994), Cet. 3, h. 137-138.


(38)

Jadi, tugas dan tanggung jawab orang tua ialah mendidik dan memberikan dukungan berupa motivasi, fasilitas dan prilaku yang baik agar tertanam dalam diri seorang anak pendidikan yang mengarah kepada intelegensi dan pendidikan agama (moral) serta memberikan makanan yang baik bagi anak.

Tanggung jawab pendidikan yang perlu didasari dan dilaksanakan orang tua terhadap anaknya antara lain:

1) Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

2) Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah dan rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.

3) Mendidik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan kekhalifahannya.

4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT samapi akhir hidup muslim22.

Dengan demikian orang tua harus mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi tanggung jawabnya terhadap anak, agar dapat melaksanakannya dengan baik.

Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak-anaknya, antara lain:

1) Memelihara dan membesarkan anak.

22


(39)

2) Melindungi dan menjamin keselamatan anak dari penyelewengan kehidupan dari tujuan yang sesuai falsafah yang dianutnya.

3) Memberi pengajaran dalam arti luas, sehingga anak memperoleh peluang yang ingin dicapainya.

4) Membahagiakan anak baik dunia dan akhirat sesuai dengan pandangan tujuan hidup muslim.

5) Memenuhi kebutuhan jiwa anak, seperti: a) Kebutuhan akan rasa kasih sayang b) Kebutuhan akan rasa aman

c) Kebutuhan akan harga diri d) Kebutuhan akan rasa kebebasan e) Kebutuhan akan rasa sukses f) Kebutuhan akan mengenal.23

“Rumah dan keluarga adalah lingkungan hidup pertama, dimana anak memperoleh pengalaman-pengalaman pertama yang mempengaruhi jalan hidupnya. ”24

Inilah tugas atau tanggung jawab orang tua sebagai pembimbing utama dan pertama bagi anak supaya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan demikian orang tua seharusnya juga memahami tentang teori-teori dasar bimbingan atau setidaknya mengetahui bagaimana cara untuk membimbing anaknya kearah yang baik terutama jika si anak sedang mengalami kesulitan.

“Nasib seorang anak sampai batas waktu tertentu berada ditangan kedua orang tuanya, dan ini terkait dengan tingkat pendidikan keduanya, dan sampai sejauh mana perhatian yang diberikan keduanya dalam

23

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1968), h. 76. 24

Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1978), cet. V, h. 13.


(40)

mendidik dan mengajar anak-anaknya.”25 Orang tua yang baik adalah mereka yang dengan ikhlas dan sungguh-sungguh menunaikan tanggung jawabnya terhadap anak, maka mereka akan menghasilkan individu-individu yang berguna dan berkualitas dan tentunya dapat membahagiakan orang tuanya di dunia dan kemuliaan di akhirat kelak.

7. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua mempunyai kewajiban terhadap anak-anaknya yang harus dipenuhi, karena itu merupakan hak seorang anak. Anak adalah titipan dari Allah yang harus dipelihara dan dijaga dengan baik oleh para orang tua, karena mereka berperan besar dalam pembentukan kepribadian dan masa depan anak. Merawat, menjaga dan mendidik anak inilah yang merupakan kewajiban orang tua bukan hanya terhadap anaknya yang merupakan titipan dan amanat dari Allah SWT yang harus dilaksanakan dengan baik. Diantara kewajiban orang tua terhadap anak adalah:

1) Memberi nama yang baik 2) Membina aqidah dan agama 3) Berlaku adil kepada anak-anaknya 4) Memberikan pendidikan dan pengajaran 5) Memberikan contoh dan teladan yang baik26

Selain beberapa hal diatas orang tua juga harus dapat memahami perasaan dan keinginan anak-anaknya, untuk itu orang tua diharapkan dapat mendorong anaknya dalam mengungkapkan perasaan. Menurut Daniel Goleman “perasaan merupakan bagian dari diri kita yang tidak

25

Ayatullah Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Terj. Dari Ta’lim wa

Tarbiyat oleh Ahmad Subandi dan Salman Fadlullah, (Jakarta: Al-Huda, 2006), cet. I, h. 111. 26

Rama Yulis dkk. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet. IV, h. 60.


(41)

boleh ditekan, diabaikan atau dikesampingkan.”27

Jika orang tua sudah dapat melakukannya sehingga mereka dapat mengetahui apa sebenarnya keinginan anak, maka orang tua akan dapat mengasuh dan mendidik anaknya dengan baik.

B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar menurut W.S Wingkel adalah “suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.”28

Sedangkan pengertian belajar lainnya adalah : usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran koneksionisme orang belajar karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Masalah itu merupakan perangsang atas stimulus terhadap individu. Kemudian individu itu mengadakan reaksi terhadap rangsang, bila reaksi itu berhasil maka terjadilah hubungan perangsang dan reaksi dan terjadi pula peristiwa belajar.

Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi dan situasi disekitar kita. Dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan

27

Maurice J.Elias, at. Al., Cara-Cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, Terj. Dari

Emotionally Intelegent Parenting oleh M. Jauharul Fuad (Bandung: Kaifa, 2000), cet. I, h. 187. 28


(42)

kecekatan-kecekatan, pengertian-pengertian yang baru, dan sikap-sikap baru. Pandangan ini umumnya dikemukakan oleh aliran behaviorisme.

Bagi aliran psyscho refleksi, belajar dipandang sebagai usaha untuk membentuk reflek-reflek baru. Bagi aliran ini belajar adalah perbuatan yang berwujud rentetan dengan gerak reflek itu dapat menimbulkan reflek-reflek buatan.

Belajar adalah suatu usaha proses aktif, yang dimaksud aktif disini adalah bukan hanya aktifitas yang Nampak seperti gerakan-gerakan badan, akan tetapi juga aktifitas-aktifitas mental, seperti proses berpikir, mengingat dan sebagainya. Pandangan ini umumnya dikemukakan oleh para ahli psikologi Gestalt.

Menurut Hilgard yang dikutip Abd. Rachman Abror dalam bukunya Theories of Learning belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.29

Dari beberapa pengertian belajar seperti disebutkan di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti, tingkah laku, kapasitas) yang relative tetap;

2) Bahwa perubahan itu, pada pokoknya, membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar;

29

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet. ke-4, h. 66.


(43)

3) Bahwa perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha atau praktek yang disengaja atau diperkuat.

Belajar adalah usaha-usaha untuk mengatasi ketegangan-ketegangan psikologis. Bila orang ingin mencapai tujuan, dan ternyata mendapat rintangan, maka hal ini menimbulkan ketegangan. Ketegangan ini baru bisa berkurang bila rintangan itu diatasi, usaha untuk mengatasi inilah yang disebut belajar.30

Chaplin, yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.31

Hintzman, yang dikutip Muhibbin Syah dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Wittig, yang dikutip Muhibbin Syah dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

30

Mustaqim dan Abdul Wahid. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 60.

31


(44)

Seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam pendahuluan

Biggs teaching of learning mendefinisikan belajar dalam tiga hal macam rumusan : (a) Rumusan kuantitatif, secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta yang sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai. (b) Rumusan institusional’ secara institusional atau tinjauan kelembagaan belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru semakin baik pula mutu perolehan sisa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. (c) Rumusan kualitatif adapun pengertian secara kualitatif tinjauan mutu ialah proses memperoleh arti dan pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah kini dan nanti dihadapi siswa.32

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan diatas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

32


(45)

2. Pengertian Motivasi Belajar

Secara etimologis kata motivasi berasal dari kata motif, yang artinya kemauan atau kehendak, atau bisa juga daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Menurut Woodworth, motif terjadi menjadi dua bagian,motif-motif pokok yang tidak dipelajari unlearned motives), motif yang biasa dorongan (drive) dan motif-motif yang dipelajari (learned motives), motif yang disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan tubuh, seperti lapar, haus dan lainnya.33

Motivasi berasal dari kata inggris adalah motivation yang berarti dorongan, penjelasan dan motivasi kata kerjanya adalah to motivate yang berate mendorong, menyebabkan dan merangsang: motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak.34 Motif adalah daya dalam diri seseorang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.35

Menurut kamus bahasa Indonesia Motivasi adalah dorongan yang timbul pada seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan suatu tujuan tertentu.36

Dalam membahas tentang motivasi, sering kita menemukan beberapa istilah yang mengandung relevansi dengan motivasi. Diantara istilah yang dimaksudkan adalah motif, kebutuhan, dorongan dan instink. Motivasi adalah suatu konstruk (construck) terjadinya tingkah laku.

33

M.N. Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 1994), h. 62. 34

John. M. Echol, & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), Cet. ke 3, h. 386.

35

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: PT. Rosda Karya, 1992), Cet. ke 4, h. 24.

36

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1995), h. 666.


(46)

Motif,dipakai untuk menunjukkan keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan. Motif sebagai pendorong yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang mempengaruhi motif adalah motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat dan berperilaku kea rah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi. Motif yang kadang disebut juga motivasi yang mengaktifkan dan membangkitkan perilaku yang tertuju pada pemenuhan kebutuhan. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Oleh karena itu, motivasi mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu: (1) Keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan. (2) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan. (3) Tujuan (goal) yang dituju oleh perilaku tersebut.

Kebutuhan, dipakai untuk menjelaskan adanya kekurangan yang pokok pada tubuh atau tuntutan yang lebih dipelajari atau gabungan antara andanya kekurangan yang pokok pada tubuh dan tuntutan yang lebih dipelajari. Dorongan (drive), motif yang muncul untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan dan minum. Instink, kadang-kadang dipergunakan untuk memberikan gambaran tentang kebutuhan fisik dan


(47)

untuk menggambarkan perilaku rumit yang pada dasarnya warisan keturunan.37

McDonald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau peribadi seseorang yang di tandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.38

James O. Whittaker memberikan pengertian secara umum mengenai penggunaan istilah “motivation” di bidang psikologi. Ia mengatakan, bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.

Thorndike yang terkenai dengan pandangannya tentang belajar sebagai proses “trial-and-error”. Ia mengatakan, bahwa belajar dengan “trial-and-error” itu dimulai dengan adanya beberapa motif yang

mendorong keaktifan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan anak dalam belajar diperlukan motivasi.

Menurut Ghuthrie, dalam buku Wasty Soemanto, pengertian motivasi hanyalah menimbulkan variasi respons pada individu, dan bila dihubungkan dengan hasil belajar, motivasi tersebut bukan instrument dalam belajar.

37

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006), h. 39.

38

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. ke-5, h. 203.


(48)

Pada dasarnya, motivasi memiliki dua elemen menurut Wasty Soemanto yaitu elemen dalam (inner component) dan elemen luar (outer component) adalah:

a) Elemen Dalam ( inner component )

Elemen dalam ini berupa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang, berupa keadaan tidak puas, atau ketegangan psikologis. Rasa tidak puas atau ketegangan psikologis ini bisa timbul oleh karena keinginan-keinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan serta berbagai macam kebutuhan lainnya.

b) Elemen Luar ( outer component )

Elemen luar dari motivasi adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan itu sendiri berada di luar diri seseorang itu, namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapainya. Seseorang yang diasumsikan mempunyai kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan, maka timbullah tujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.39

Motivasi yang oleh Eysenck dan kawan-kawan dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan suatu kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep yang lain seperti: minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.40

Melayu. Sp Hasibuan, mengungkapkan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan dalam bekerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama. Bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.

39

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan . . . h. 207. 40

Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-3, h. 170.


(49)

Dimyati dan Mudjiono, mengemukakan bahwa ada tiga kemampuan utama dalam memotivasi yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.41

Motivasi seseorang untuk berhasil, lebih kuat, dibandingkan motivasi untuk tidak gagal. Hal ini dikarenakan orang yang termotivasi akan selalu merencanakan dan memperinci segala kesulitan yang akan dihadapinya dengan matang dan seksama, agar dapat berhasil. Moh. Uzer Usman berpendapat bahwa Motivasi adalah:

“Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perubahan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu mencapai tujuan tertentu”.42

Pendapat tersebut diatas mengandung pengertian bahwa motivasi yaitu memacu kegiatan-kegiatan setiap orang, mengarahkannya untuk berbuat dan bertindak dengan spontanitas. Dapat menyalurkan tingkah laku, artinya bahwa dengan motivasi seseorang dapat menciptakan suasana

41

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-4, h. 80.

42

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 28.


(50)

dan kondisi berkaitan dengan tercapainya tujuan yang telah disepakati. Motivasi dapat berfungsi sebagai penjaga dan penopang tingkah laku, dan berorientasi pada tujuan.

Motivasi sebagai kebutuhan setiap individu dapat menggerakkan semua potensi baik, semangat belajar maupun sumber daya lainnya. Motivasi dari segi aktivitas berfungsi sebagai usaha positif untuk menggerakkan daya dan potensi serta semangat belajar secara produktif. Motivasi dapat mengarahkan setiap individu sehingga dapat berhasil dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Sedangkan menurut Mustaqim dan Abdul Wahib bahwa: “Motivasi ialah seni yang merangsang perhatian pada murid apabila tidak mempunyai perhatian, atau yang belum dirasakan oleh murid atau menyempurnakan perhatian yang sudah ada supaya menjadi perbuatan yang dikehendaki masyarakat. Motivasi dalam belajar mengandung: membangkitkan, memberi kekuatan dan memberi arah pada tingkah laku yang diinginkan”.43

Maka motivasi merupakan suatu tindakan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu, seperti dorongan untuk bekerja, dorongan untuk shalat, dorongan untuk makan dan minum,serta dorongan untuk belajar. Dorongan untuk belajar meruapakan suatu hal yang perlu dilaksanakan terutama dorongan yang datang dari luar siswa, selain dorongan dari dalam diri siswa. Sebab motivasi belajar merupakan

43

Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet. ke 2, h. 66.


(51)

dorongan bagi tiap individu, untuk lebih meningkatkan kemampuan setiap individu untuk mau belajar.

Sedangkan menurut Ngalim motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadati untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dapat tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.44 Dengan demikian jelaslah bahwa untuk meraih suatu prestasi dalam belajar perlu adanya motivasi baik dari dalam diri siswa, maupun dari lingkungan disekitarnya termasuk motivasi yang diberikan oleh guru maupun orang tua.

3. Jenis-jenis Motivasi

Dalam kegiatan belajar mengajar apabila seseorang siswa yang tidak mengerjakan tugas perlu diselidiki sebab-sebabnya. Upaya ini dilakukan untuk memberikan rangsangan supaya murid mau melaksanakan kegiatan belajar.

Dengan kata lain siswa perlu diberikan rangsangan agar timbul motivasi yang kuat dalam diri anak didik.

Motivasi dapat dikatakan sebagai motor penggerak kegiatan di dalam diri siswa, sehingga menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, orang tua harus mampu menguasai keadaan tertentu sepanjang masih dalam konteks

44


(52)

pendidikan dalam arti bahwa menguasai tersebut sebagai teknik menimbulkan minat dan gairah belajar siswa sebagai peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Tentu saja keinginan untuk memotivasi siswa agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh sebab itu orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang berhubungan dengan motivasi yang dapat mendorong atau menggerakkan untuk melakukan suatu perubahan dan tindakan yang dikehendaki.

Motivasi belajar itu dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

1. Motivasi Instrinsik

Yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.45

Motivasi ini mengacu kepada faktor dari dalam diri siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang terdidik. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan untuk membangkitkan motivasi instrinsik pada siswa dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:

a. Adanya kebutuhan b. Adanya pengetahuan

45

WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1986), Cet. ke-3, h. 27.


(53)

c. Adanya aspirasi-aspirasi46 2. Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.47

Mengapa motivasi ekstrinsik ini perlu diberikan, tak lain karena seseorang tidak senantiasa berada dalam keadaan menetap, bisa terjadi seseorang yang mempunyai motivasi belajar instrinsik ini tidak sampai berada pada tingkatan yang sangat rendah, perlu dikontrol dengan menggunakan motivasi ekstrinsik.

Pada orang yang tingkat motivasi instrinsiknya lemah, justru motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang diberikan secara tepat, justru secara perlahan dapat menanamkan motivasi instrinsik untuk belajar manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi ekstrinsik tersebut telah menjadi kebiasaan bagi pembelajar bahkan kalau sudah sampai di tahap peribadi, seseorang akan tinggi motivasi belajarnya secara instrinsik.

Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, orang tua hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi instrinsik.

46

Amir Danien Kusumah, Pengantar Ilmu Pengetahuan, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), Cet. ke-3, h. 63.

47

Sadiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. ke-6, h. 90.


(54)

a. Pujian b. Hadiah c. Hukuman d. Nilai raport

Sebagai konsekuensi atas perhatian orang tua terhadap unsur-unsur yang mempunyai motivasi belajar. Orang tua hendaknya senantiasa berupaya meningkatkan motivasi belajar. Upaya meningkatkan motivasi belajar dilakukan dengan cara mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, mengoptimalkan unsur-unsur belajar atau pembelajaran, mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman atau kemampuan yang dimiliki oleh pembelajaran, mengembangkan cita-cita dan aspirasi pembelajaran.48

4. Macam-Macam Motivasi

Bila dilihat dari kegunaannya, motivasi sangat penting dalam kehidupan kita karena motivasi dapat menjadi penggerak yang dapat mengarahkan kepada sesuatu hasil atau tujuan.

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, menurut Sardiman A.M dibagi menjadi dua (2), yaitu:

a. Motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada yang tanpa dipelajari. Sebagai contoh, misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dan dorongan untuk beristirahat.

b. Motivasi yang dipelajari yaitu motivasi yang timbul karena dipelajari, misalnya dorongan untuk belajar di suatu cabang

48

Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), Cet. ke-1, h. 99.


(55)

ilmu pengetahuan atau dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat49.

Sedangkan menurut Woodworth dan Marquis, yang dikutip oleh M. Alisuf Sabri, menggolongkan motivasi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Kebutuhan-kebutuhan organis: yaitu motivasi yang berhubungan atau yang berhubungan dengan kebutuhan tubuh bagian dalam, seperti lapar, haus, kebutuhan bergerak, kebutuhan beristirahat atau tidur, dan sebagainya.

b. Motivasi darurat (emergency motives) yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha atau berikhtiar, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri kita. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan kita tetapi karena perangsang dari luar.

c. Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan atau ditujukan kepada suatu objek atau tujuan-tujuan tertentu disekitar kita, motivasi ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi, kebutuhan untuk melaksanakan manipulasi, kebutuhan untuk menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (social dan non social) secara efektif 50.

5. Fungsi-fungsi Motivasi

ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar yaitu: fungsi membangkitkan, fungsi harapan, fungsi insentif, fungsi disiplin51.

a. Fungsi membangkitkan

Fungsi ini menyangkut tanggung jawab yang terus menerus untuk mengatur tingkat yang membangkitkan guna

49

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-11, h. 86-87.

50

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. ke-3, h. 130.

51

Abd Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 115-116.


(1)

DAFTAR REFERENSI

A. BAB I

B. BAB II

NO. FOOTNOTE HALAMAN

SKRIPSI

HALAMAN

REFERENSI

PEMBIMBING

NO. NO. FOOTNOTE HALAMAN

SKRIPSI

HALAMAN REFERENSI

PARAF PEMBIIVBING

I 1

I

7

Ja

,4tr

2 .

2

7

62

'ryr,

a

J . 8 99

..%

4 . 4 8 n

J

tryr-,

5 .

5

9

2 5 -

,tffn

6 . 6 9 9

,JVt-,

1

7

t 1

t l

t 4

-4r'

8 . 8 1 1

756

.ffn.

9 .

9

1 1

8 7

/4,-1 0 .

1 0

12

90

-J%a

1 t

11

I 3

227

.ffi

12.

t2

13

I

z

1 3 .

1 3

I 4

47

a'k

T4,

1 4

t 4

r45

4,

1 5 .

1 5

T4

145

-ffr,

1 6 . I 6

I 7

82

)%"

1 7 ,

T7

l 8

1 1 5

fr-1 8 .

1 8

1 8

52

;ry.,

1 9 .

T9

I 9

2 3 - 2 4

t%

20.

z0

20

25

?t

2 T .

2 l

21

26

.2%

22.

22

22

155

- 151

-%=

2 3 .

23

22

2 3 -2 4

-ry;

24.

24

24

175

4r

2 5 .

2 5

24

5 7

/L

26.

26

2 5

r37 - t38

-%.

27.

27

2 5

64

{/h

28.

2 8

26

76

4


(2)

3 0 .

3 0

2t

1 1 1

.u'"

3 1 .

31

2 7

60

,rV",

a ^

J Z . ) L

2 8

r87

.ry:

a a

J J . a aJ J

2 8

62

,h

3 4 .

3 4

2 8

3 8 6

-4,

3 5 .

3 5

2 8

24

lh

3 6 .

3 6

2 9

666

3 1 .

3 7

3 0

3 9

-&t

3 8 .

3 8

3 0

203

,4

3 9 .

3 9

3 1

207

t4

40.

40

a 1

J I

t70

r%'

4 t .

4 I f 1

J _ t

80

t%

42.

A '

+ L t ^J Z

1 0 8

//4,--4 3 .

43

) z

2 8

,ry-44.

44 a a

J J 66 /

4 5 . 45 a a

J J

7 l

,;rh

46.

46

3 5

27

,r7ry

47.

4 7

3 5

63

I

71

4 8 .

48

3 5

90

/%-49.

49

3 6

99

5 0 .

5 0

a

-J I 8 6 - 8 7

5 1

5 1

a n

) l

1 3 0

52.

5 2

3 7

1 1 5 - 1 1 6

/fr,

5 3 .

5 3

3 9

5 3

,.V--5 4 .

54

40

66

.rlf,-5 .rlf,-5 .

5 5

40

60

.rv"

5 6 .

5 6

40

60

) //_

5 7 .

5 7

4 l

6 2 - 6 3

/%v

5 8 .

5 8

42

t29

ffi

5 9 .

5 9

42

r74

/T

60.

60

43

94

.%r-6 1 . 6 l

43

9

,%'

62.

62

44

23

,ryr

63.

63

45

86

r3

64.

64

46

27 -28

.t7,

6 5 .

6 5

47

2t1


(3)

/7--i

x r rvr

r r.rir nr An Ac n run

UIN JAKARTA

I

FrrK

I

l

,ll lr /1. .lLJ.tDdl No 9, Ciputal 15/11? lndonesia i

N o .

- .

t g r .

i::

I

I

L

N G

P E M B I M B I

D o k u m e n

ri-lffiiiir,

Lj Ei:Xl $l t

tl'*,S$11 ii

Terbil

F O R M (F R )

R;;i;i:

P E R M O H O N A N

D O S E N

H a ! _ _ . . .

S K R I P S I

Nomor: Istimew'a Lamp : I beri<as

Hal : Pengajuan Proposal Skripsi Kepada Yth.

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakr-rltas Ihnu Tarbiyah & Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di

Ternpat

As'sal anm' al aiku m'f44" Wb.

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Jakarta" 25 Oktober 2010

Nama N I M

: Ryna Resnawati : 2 0 6 0 1 8 2 0 0 2 1 0

Jurusan / Prodi : Kependidikan lslam/Manajemen Pendidikan Semester : IX (Sembilan)

Bermaksud rnengajukan proposal skripsi dengan judul

"Hubungan Intensitas l3imbingan Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa" Sebagai bahan perlillbangan" belikut saya lampirlan :

1. Out Line

2. llAB I, BAB II dan BAR iII 3. Daftar Pustaka Sementara

Demikian pennohonan ini saya sampaikan, atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Wa s,s a I u ntu' u lctikmn Wr. t4/b.

snawatl

20601

8200210

Mengetahui, n Seminar Proposal Skripsi

N I P . 19591020198603

2 001

NIP. 19650717 199403 1 005 Disetuj ui/T'idak disetuj ui *

Dosen Pembimbing Skripsi

DrE,.Nudglrrnq

Nqqptl

.M Pd

Ketua analernen

-l)rq-MlauruAM. M.Pd

NIP. 19650717 199403 1005

\ i

i

d i

I

l "

2 .


(4)

KEMENTERIAN AGAMA "@ =* UIN JAKARTA

, ;;t*, i FITK

;lsb " , Lt. t, H JuandaNo95Cipulat 15412tndonesa

FORM (FR)

tlo. Oofunren : FITK-FR-AKD-081

ful. TerOit : 1 Maret 2010

N o . R e v i s i : : 0 1 H a l : 1 1 1

SURAl B I M B I N G A N

S K R I P S I

Nomor : Un.01/F.1/KM.01 .2t...1D.... tZOtO Lamp. : Proposal

Hal : Bimbingan SkriPsi

Jakarta,26 oktober 201 0

Kepada Yth.

Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' alaikum wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing vII

(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama N I M Jurusatr Semester

: Ryna Resnawati : 2 0 6 0 1 8 2 0 0 2 1 0

: Kl-Manajemen Pendidikan : IX (sembilan)

Judul Skripsi : HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA

DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM PARUNG BOGOR

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 26 Oktober 2010

, abstraksi/o utline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul

tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi

Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wass alamu' alaikum wr.wb.

l"t.,

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs

jemen Pendidikan

u'arif SAI\4) 5507 171,99403 |


(5)

KEMENTERII UIN JAKART FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ci

SURA

I ' l o m o r

: U r r , 0 1 / F . 1 / K M . 0 1

. 3 1 . . .

J 2 4 1 0

Lamp. : Outline/Proposa/

Hal : Permohonan

lzin Observasi

Kepada

Yth.

Kepala

Sekolah

SMP lslam

Parung-

Bogor

di

Tempat

Assal

am u' al ai ku m w r.w,b.

Dengan

hormat

kami sampaikan

bahwa,

Jakarta,

14 Maret2011

: Ryna Resnawati : 206018i100210

: Kependidikan lslam- Manajemen Pendidikan

Semester : X (Sepuluh)

Judul

Skripsi : Hubungan

Intensitas

Bimbingan

Orang Tua Dengan

Motivasi

Belajar

Siswa

Di SMP lslam

Parung

-Bogor

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan KeEuruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolahlmadrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al ai ku m wr^wb.

Nama N I M Jurusan

Tembusan: 1. Dekan FITK

2. Pembantu Dekan Bidang o,kademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

RIAN AGAMA

RTA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 02

95 CiDulat 1 5412 lndonesia H a l 4 t 1


(6)

SEKOLAH

MENENGAH

PERTAMA

SMP TSLAM PART]NG

NSS : 202020210134 NDS ;2002050148 NPSN :20200543

Status : TERAKREDITASI

"A"

J l . R a y a P a r u n g - Bogor No.648 Telp. ( 0 2 5 1 ) 8 6 1 1 4 5 1 - 8604046

D e s a P a r u n g

K e c . P a r u n g

K a b . B o g o r

K o d e P o s 1 6 3 3 0

SURAT KETERANGAN

Nomor z 348 t102.5 ISMP.IS/S.KgI/2011

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

NIP Jabatan Alamat

Dengan ini menerangkan bahwa: Nama

NIM

Tempat, Tanggal Lahir Jurusan

Alamat Rumah

H. JARKASIH,

S.Ag.

\9s70727r981

101002

Kepala Sekolah

Jl- Raya Parung Bogor Ptt. 04/04 Desa Parung Kec.. Parung - Kabupaten Bogor

RYNA RESNAV/ATI

2060182A0210

Sumedang,

04 Februari

1988

Kependidikan

Islam-Manaj

emen Pendidikan

Jln. Benda

Timur 1 C Blok E 72 No. 14.

Kel. Benda Baru Kec. Pamulang

Kota Tangerang Selatan

Yang bersangkutan adalah benar telah melaksanakan Penelitian (riset) dengan judul skripsi "Hubungan Intensitas Bimbingan Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa" di SMP Isiam Parung Kabupaten Bogor mulai tanggal 16 Maret 2011 s.d. 20 Mei 2011.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bogor,

21 Mei 2011

olah,

iIfI, S.Ag.

6mu*4

ffq"*'il