dilakukan pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi 75, 50, 25 dan 5. Ekstrak yang ditampung dalam erlenmeyer tersebut selanjutnya direbus dengan
hotplate sampai mendidih. Perebusan bertujuan agar agen kontaminan yang masih terdapat di daun benar-benar mati. Gambar pembuatan ekstrak terdapat pada
lampiran 5.
C. Identifikasi Karakter Morfologi Jamur Uji
Kultur murni Collectotrichum capsici yang diperoleh dari Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman UGM diidentifikasi kenampakan morfologi dan
mikroskopisnya. Hal ini bertujuan untuk memperkuat bahwa jamur uji yang digunakan adalah Collectotrichum capsici. Karakteristik Collectotrichum capsici
menurut Agrios 2005 adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Karakteristik Makroskopis dan Mikroskopis Jamur C. capsici
Karakteristik Morfologi
Hasil Pengamatan Makroskopis
Mikroskopis
Warna miselium Putih keabu-abuan sampai
hitam -
Arah pertumbuhan
Ke samping -
Struktur miselium Kasar, timbul di permukaan -
Hifa -
Hifa berwarna agak gelap dan tidak bersekat
Konidiofor -
Tidak bercabang Konidia
- Berbentuk bulan sabit,
bersel satu, tidak bersekat
Kultur murni Collectotrichum capsici yang digunakan pada awalnya memiliki warna miselium putih yang timbul di permukaan. Selanjutnya miselium
jamur mulai berwarna keabuan sampai hitam, dengan struktur miselium kasar
seperti kapas gambar 4.2. Arah pertumbuhan jamur pada media PDA yaitu ke samping. Hasil subkultur Collectotrichum capsici pada media PDA di cawan petri
menunjukkan karakteristik yaitu miselium berwarna putih seperti kapas, bentuk koloni bulat dengan tepi tidak rata dan warna balik koloni berwarna kecoklatan
atau sedikit orange. Menurut Agrios 2005, jamur akan menjadi berwarna coklat kemerahan karena mengalami sporulasi setelah 5-7 hari.
Gambar 4.2. Kultur murni Collectotrichum capsici Kenampakan mikroskopis jamur diamati menggunakan mikroskop dengan
pewarna methylen blue. Karakteristik mikroskopis jamur Collectotrichum capsici yaitu memiliki hifa berwarna agak gelap dan tidak bersekat, seta berwarna cokelat
gelap, serta konidia berbentuk bulan sabit gambar 4.3.
Gambar 4.3. Karakteristik mikroskopik C. capsici a seta b konidia bulan sabit
a b
D. Uji Fitokimia Ekstrak Lidah Mertua
Daun lidah mertua memiliki kandungan senyawa antara lain alkaloid, favonoid, saponin, terpenoid, tanin, protein dan karbohidrat Sunilson, 2009
dalam Aprilia, 2014. Senyawa yang bersifat fungistatik yaitu tanin dan saponin. Saponin adalah salah satu golongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur
steroid dan triterpenoid mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloid dalam air dan membuih bila dikocok Najib, 2011. Sedangkan tanin
merupakan suatu polifenol yang merupakan senyawa antara suatu metabolisme pada tanaman tingkat tinggi
Ekstrak lidah mertua cair memiliki warna hijau kekuningan. Pada pengujian saponin, terbentuk lapisan berupa busa setebal 1 cm pada bagian atas
ekstrak gambar 4.4a. Hal ini menunjukkan adanya kandungan saponin dalam ekstrak lidah mertua. Demikian pula hasil pengujian tanin pada gambar 4.4b,
terlihat bahwa terdapat perubahan warna dari hijau kekuningan menjadi hijau pekat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak lidah mertua mengandung senyawa
tanin.
Gambar 4.4 : Hasil pengujian ekstrak : a Hasil uji saponin b Hasil uji tanin
a b
Adanya kandungan senyawa saponin dan tanin dari hasil uji fitokimia, secara kualitatif menunjukkan bahwa lidah mertua berpotensi dalam mengendalikan
pertumbuhan jamur C. capsici karena memiliki sifat antifungi .
E. Pertumbuhan Koloni dan Persentase Penghambatan C. capsici pada Uji