Hasil Penelitian yang Relevan Kerangka Berpikir

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dalam upaya mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai merah banyak dilakukan dengan memanfaatkan ekstrak suatu tanaman. Hasil penelitian Nurhayati 2011 menyimpulkan bahwa perendaman buah cabai dengan ekstrak daun sirih selama 20 menit merupakan perlakuan terbaik dalam menekan jamur patogen antraknosa. Penelitian Ali 2009 menyebutkan bahwa pemberian ekstrak daun mimba 15 dan 20 memberikan pengaruh dalam mengendalikan penyakit antraknosa pada buah cabai merah pasca panen. Konsentrasi ekstrak daun mimba 20 memiliki kandungan senyawa antifungi yang lebih banyak sehingga lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni jamur C. capsici. Penelitian Aprilia 2014 menyebutkan bahwa perasan daun lidah mertua memiliki daya anti bakteri pada Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeuroginosa. Hasil pengujian Kromatografi Lapis Tipis KLT menunjukkan bahwa perasan daun lidah mertua mengandung flavonoid yang diperkirakan memberikan aktivitas antibakteri. Berdasarkan penelitian Gitasari 2011, daun lidah mertua dapat menghambat aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus. Penelitian tersebut menunjukkan kandungan lidah mertua yaitu flavonoid, steroid dan alkaloid. Sedangkan penelitian Ulya 2012 menyebutkan bahwa lidah mertua mengandung senyawa-senyawa kimia penting seperti asam galat, steroid, flavonoid, tanin dan saponin yang berpotensi terhadap antibakteri dan antioksidan. Kandungan zat aktif tanaman lidah mertua yaitu saponin memiliki efek antijamur dan tanin mampu menekan perkembangan jamur patogen Christian et al, 2011.

H. Kerangka Berpikir

Cabai merah merupakan tanaman hortikultura penting yang sudah dibudidayakan dan tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan sehari-hari dalam konsumsi rumah tangga. Selain sebagai penyedap masakan, cabai merah mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Budidaya cabai merah tidak lepas dari adanya kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai merah. Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai merah adalah faktor varietas dengan daya hasil rendah, adanya penyakit dan serangan organisme pengganggu tanaman OPT. Salah satu penyakit pada cabai merah adalah antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Bagian utama yang diserang adalah buah cabai, sehingga mengakibatkan buah busuk Haryoto, 2009. Upaya pengendalian penyakit antraknosa yang sering dijumpai sampai saat ini yaitu penggunaan fungisida sintetik. Namun demikian, pemakaian fungisida sintetik yang kurang bijaksana, mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sangat membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, perlu adanya fungisida nabati yang dapat mengendalikan antraknosa dan aman bagi tanaman cabai merah. Penelitian Nurhayati 2011 dan Ali 2009 menyebutkan bahwa pemberian ekstrak tanaman seperti ekstrak daun sirih dan daun mimba pada cabai merah mampu mengendalikan penyakit antraknosa. Beberapa jenis tumbuhan mengandung senyawa aktif yang berfungsi sebagai anti jamur, misalnya senyawa saponin dan tanin. Senyawa saponin memiliki efek anti jamur dan senyawa tanin mampu menekan pertumbuhan jamur patogen Christian et al., 2011. Senyawa saponin dan tanin dapat diperoleh dari tanaman lidah mertua Ulya, 2012. Senyawa dalam tanaman lidah mertua tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici. Penelitian dilakukan dengan membuat ekstrak dari tanaman lidah mertua dan menguji adanya senyawa saponin dan tanin. Ekstrak lidah mertua tersebut selanjutnya diujikan untuk mengetahui daya hambat ekstrak terhadap pertumbuhan diameter koloni jamur Colletotrichum capsici pada media PDA in vitro dan intensitas serangan pada buah cabai merah merah in vivo. Konsentrasi terbaik ekstrak lidah mertua yang mampu untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada buah cabai merah merah dapat digunakan sebagai biofungisida yang aman, efektif, dan ramah lingkungan.

I. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ekstrak lidah mertua Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta memiliki potensi dalam mengendalikan pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah karena mengandung senyawa metabolit sekunder. 2. Konsentrasi ekstak lidah mertua Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah adalah konsentrasi 100. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang uji potensi antifungi ekstrak lidah mertua terhadap Collectotrichum capsici ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap RAL.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak lidah mertua 2. Variabel terikat : persentase daya hambat dan intensitas serangan 3. Variabel kontrol : media PDA, waktu inkubasi, daun lidah mertua, cara pembuatan ekstrak, buah cabai merah.

C. Definisi Operasional

1. Collectotrichum capsici adalah jamur uji yang memiliki miselium berwarna putih keabuan sampai hitam, dengan struktur miselium kasar yang diperoleh dari aboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, UGM. 2. Ekstrak lidah mertua adalah ekstrak yang terbuat dari daun lidah mertua Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta yang dihaluskan dengan penambahan aquades yang terdiri dari 5 konsentrasi perlakuan, yaitu

100, 75, 50, 25 dan 5.