Interaksi Sosial Gay di Sekolah
menjadi momok bagi sebagian besar gay, dan mereka lebih memilih untuk menutupi identitas gay mereka sekalipun terhadap teman dekatnya.
Komik “Free Punch” banyak menceritakan tentang kehidupan gay di sekolah, karena itu skripsi ini juga membahas interaksi para gay di sekolah
dengan mengambil gambaran dari komik tersebut. Yamada diceritakan sebagai siswa SMA khusus pria yang masih duduk di
kelas dua. Yamada memiliki teman-teman yang senang bercanda dan suka lelucon. Rata-rata mereka merupakan pengagum Amano Nao. Sekalipun Yamada
memiliki tampilan seorang berandalan tetapi teman-temannya tidak sungkan untuk berinteraksi dengannya dan tidak menilainya sebagai orang jahat.
Yamada memang pernah berkelahi dengan seniornya dan teman-teman sekelasnya mengetahui penyebabnya. Karena itu sekalipun sempat menganggap
Yamada sebagai orang yang mengerikan karena berani memukul senior saat masih kelas satu, mereka tetap tidak memperlakukan Yamada sebagai orang yang
perlu ditakuti dan dijauhi. Sebaliknya mereka bahkan sering bercanda dengan Yamada, walaupun Yamada bukan orang yang ekspresif dan cenderung datar.
Cuplikan III
Yamada sedang duduk di dekat jendela dan mengamati Amano Nao sambil memikirkan perasaannya terhadap guru populer tersebut.
Teman-teman : Kau memperhatikannya... dengan wajah tidak senang
Yamada : Terkejut Ada apa dengan kalian semua?
Teman-teman : Jangan melihatnya dengan tatapan seperti itu. Kami
melihatmu memandanginya dengan tatapan seperti anak anjing...
Yamada : Memangnya kalian apanya Amano?
Teman-teman : Eh, kami? Kami adalah pasukan pelindung Ten-ten
sebutan mereka untuk Amano Nao. Member 1, 2 dan 3.. Yamada
: Beranjak pergi Member 2
: Menahan Yamada Sebentar, Yamada Kami belum selesai bicara
Yamada : Apa? Tidak perlu bicara lagi
Member 1 : Kau pergi bukan karena kau jatuh cinta atau sebagainya
terhadap Amano Nao kan? Teman-teman yang lain dan Yamada terkejut hingga terdiam karena perkataan
Member 1. Teman-teman
: Yang benar saja? Member 1
: Bercanda. Itu karena dia terlalu memperhatikan Amano kan..
Hei, Yamada.. kenapa kau menjadi kaku begitu? Merasa bersalah Hei, jangan dianggap serius dong..
Aku hanya bercanda... Kau tidak menganggap ucapanku serius kan...?
Member 2 : Bagaimanapun bagusnya Amano terlihat, hal itu jatuh
cinta tidak mungkin kan... tertawa Hari berikutnya.
Yamada : Menghela nafas Aku masih belum menyentuhnya...
Member 2 : Terkejut Hei, kau tidak serius dengan perkataanmu kan?
Member 3 : Kau tidak benar-benar menyukainya kan?
Yamada : Memangnya aku tau? Ini pertama kalinya aku merasakan
hal seperti ini terhadap seseorang... Teman-teman
: Heeeeeh...??? berbicara sendiri diantara mereka Aku tahu kenapa Amano menyebut Yamada lucu... Chapter II
Analisis
Hal ini menjelaskan bahwa teman-teman Yamada tidak mengetahui bahwa Yamada adalah gay dan tentang hubungan homoseksual Yamada dengan Amano
Nao. Mereka juga tidak mempersalahkan tampilan Yamada yang terkesan diam dan menakutkan. Mereka bahkan bercanda dengan biasa saja terhadap Yamada.
Sekaligus membuktikan bahwa di Jepang sekarang ini homoseksualitas dianggap sebagai lelucon oleh sebagian besar masyarakatnya dan tidak
menganggap hal itu sebagai isu sosial yang serius. Teman-teman Yamada tidak mengetahui bahwa hal yang mereka jadikan
sebagai lelucon ternyata merupakan kenyataan dalam hidup Yamada. Mereka merasa Yamada lucu karena bisa menganggap serius perkataan mereka. Padahal
kenyataannya, Yamada dan Amano Nao memang telah terlibat hubungan sebagai gay. Disini tergambar bahwa Yamada tidak berusaha menutupi perasaannya,
tetapi teman-temannya justru tidak menganggap serius pengakuannya.
Apabila ceritanya berkembang hingga teman-temannya akhirnya mengetahui kenyataan bahwa Yamada dan Amano Nao benar-benar terlibat dalam
hubungan gay, mungkin yang terjadi mereka akan menjauhi keduanya dan mengabaikan mereka. Karena awalnya mereka adalah teman Yamada dan murid
sekaligus pengagum Amano Nao, mereka tidak akan mau menindas keduanya. Jika pada akhirnya teman-teman Yamada dapat menerima dengan baik
keadaan Yamada yang merupakan seorang gay, maka ini akan menjadi cerita yang berbeda dimana pada kenyataannya pendapat umum menunjukkan bahwa di
Jepang hubungan gay masih dianggap di luar kebiasaan dan bahkan ada beberapa masyarakat yang menganggapnya sebagai suatu kriminalitas.
Cuplikan IV
Yamada sedang melintasi wilayah kelas tiga yang terdengar sangat berisik dan berpapasan dengan wakil kepala sekolah. Tanpa sengaja tangan Yamada
mengenai tangan wakil kepala tersebut. Wakil Kepala : Apa ini? Yamada sedang melihat-lihat teman-teman gengnya?
Yamada : ??
Wakil Kepala : Kau berhubungan dengan orang-orang yang paling tidak berguna. Yamada
: Apa yang anda katakan? Wakil Kepala : Saya pikir kalau kamu ingin berkelahi, lakukan itu di luar
sekolah. Yamada
: Hah? Tiba-tiba Amano datang dan menyelipkan hasil eksperimennya yang terlihat
seperti balon ke dalam kerah baju guru tersebut. Wakil Kepala : Whoah, apa itu Amano Sensei?
Amano Nao : Ah, saya baru saja membuatnya. Lihatlah.. Menunjukkan hasil eksperimennya
Wakil Kepala : Saya tidak tertarik. Amano Nao : Wakil kepala sekolah, bisakah anda tidak menindas Yamada
seperti itu lagi? Lain kali saya akan memasukkan benda ini ke dalam sepatu anda..
Wakil Kepala : Saya tidak menindasnya dan Sensei, bisakah anda hentikan itu? Berapa umur anda?
Pergi meninggalkan Amano dan Yamada Kendalikan kelasmu dengan baik.
Amano Nao : Kelas saya semuanya anak baik... Chapter I
Analisis
Di mata para guru, Yamada merupakan anak berandalan yang suka membuat masalah. Sehingga sekalipun Yamada tidak melakukan apapun, para
guru akan salah paham padanya. Sementara Amano Nao dianggap sebagai guru yang usil dan kekanak-
kanakan. Tetapi di balik sifat usilnya, Amano Nao adalah guru yang baik dan selalu membela murid-muridnya. Ia tidak suka murid-muridnya dianggap sebagai
anak nakal.
Cuplikan di atas menggambarkan bahwa kehidupan Amano Nao tidak mempunyai kesan yang buruk di mata sesama rekan guru, sekalipun ia disindir
karena memegang kelas yang berisik dan merupakan guru yang usil tetapi para guru tidak membencinya.
Baik Amano Nao maupun Yamada juga tidak mendapat kecurigaan tentang identitas seksual mereka sebagai gay. Tetapi menurut analisis penulis,
sekalipun teman-teman Yamada mengetahui bahwa mereka adalah gay, mereka juga tidak akan mendapat perlakuan yang buruk. Di samping karena keduanya
tidak bertingkah feminin, mereka juga jenis orang yang tidak dapat ditindas, sehingga orang akan lebih dulu takut untuk memperlakukan Yamada dan Amano
dengan buruk. Justru yang terjadi adalah orang-orang yang mengecam mereka yang merasa akan mendapat masalah.
Cuplikan di atas dapat dijadikan salah satu pembuktian bahwa di Jepang para gay tidak menunjukkan hubungan gay mereka di depan orang lain, sekalipun
terhadap orang yang seprofesi dengan mereka dan memiliki intensitas pertemuan yang cukup sering.