Latar Belakang Masalah Analisis Sosiologis Komunitas Gay Dalam Masyarakat Jepang Yang Tergambar Dalam Komik “Free Punch” Karya Isaku Natsume
Kedua, kebudayaan adalah total dari rencana atau rancangan hidup. Ketiga, secara fungsional kebudayaan diorganisasikan dalam suatu sistem. Keempat, kebudayaan
diperoleh melalui proses belajar. Dan kelima, kebudayaan adalah cara hidup dari suatu kelompok sosial dan bukan perorangan. Merujuk pada karakteristik-
karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia hidup dalam masyarakat dan beradaptasi sebagai suatu kelompok yang saling membutuhkan satu dengan
yang lainnya. Karakteristik manusia sebagai makhluk sosial juga berkaitan erat dalam hal mempertahankan kalangsungan hidup manusia itu sendiri. Hal ini
mencakup segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk cara untuk mempertahankan spesies manusia. Oleh karena itu, manusia saling
berinteraksi satu sama lain. Interaksi sosial diantaranya terjadi dalam rumah sebagai keluarga, sekolah, tempat kerja dan lingkungan masyarakat. Dalam
http:jurnal-sdm.blogspot.com dijelaskan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik
itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar keduanya. Interaksi sosial mencakup segala tingkah laku sosial yang biasa terjadi
dalam masyarakat. Namun dalam hal seksualitas, terkadang terjadi tingkah laku yang umumnya dianggap tidak biasa. Tingkah laku seksual yang tidak biasa ini
disebut sebagai abnormalitas seksual atau penyimpangan seksual Kartono, 1958:227.
Salah satu kasus abnormalitas seksual yang terjadi adalah kasus yang sebenarnya banyak terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia, yaitu
homoseksual. Homoseksual seperti dijelaskan oleh Kartono 1978:247 adalah rasa tertarik dan mencintai seseorang yang berjenis kelamin sama. Istilah ini
mengacu pada hubungan terhadap sesama jenis. Sementara untuk penyebutan secara spesifik yang digunakan untuk laki-laki adalah gay. Sedangkan kasus
homoseksual pada perempuan lebih dikenal dengan sebutan lesbianisme. Homoseksual memang bukan merupakan hal yang baru, tercatat bahwa di
Yunani homoseksual sudah ada sejak 800 tahun sebelum masehi
http:www.nathanielwandering.netgreece.html. Pada masa itu, wanita merupakan simbol terhormat-tidaknya sebuah keluarga. Karena itu, wanita
umumnya tetap tinggal di rumah sementara laki-laki yang mengurus segalanya di luar rumah. Hal ini mencerminkan kebebasan kaum laki-laki, dimana juga
memicu berbagai perilaku yang bisa menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap perempuan atau bahkan terhadap sesama laki-laki.
Sementara itu, di Jepang tidak ada kepastian ataupun catatan yang jelas tentang sejak kapan homoseksualitas muncul di Jepang. Tetapi catatan penerbit
Kodansha dalam Danandjaja 1997:394 mengatakan homoseksualitas antara kaum pria atau gay di Jepang mempunyai sejarah tertulis yang sudah lama,
sedangkan sejarah tertulis mengenai homoseksualitas kaum wanita lesbianisme dapat dikatakan tidak ada.
Jepang telah melegalkan perubahan jenis kelamin transseksual, tetapi belum mengatur hukum untuk pernikahan sesama jenis. Karena itu keberadaan
homoseksual di Jepang sering dianggap sebagai pengaruh dari negara barat. Sebagaimana interaksi sosial pada umumnya, para homoseksual juga
memilki kehidupan sosial dengan masyarakat di sekelilingnya. Seperti di rumah, sekolah dan tempat kerja. Dalam skripsi ini, penulis berusaha membahas interaksi
sosial para gay di Jepang dengan mengambil acuan dari sebuah komik yang
mengangkat tema tentang homoseksual khususnya yang terjadi pada laki-laki atau disebut sebagai gay. Komik tersebut berjudul “Free Punch”, yang membahas
beberapa sisi kehidupan gay di Jepang yang dialami seorang guru dan murid yang bernama Yamada dan Amano Nao.
Skripsi ini berjudu l “ANALISIS SOSIOLOGIS KOMUNITAS GAY DALAM MASYARAKAT JEPANG YANG TERGAMBAR DALAM
KOMIK “FREE PUNCH” KARYA ISAKU NATSUME ”.