5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan RSU Swadana Tarutung
Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik berganda, diketahui faktor pengetahuan dalam kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
berpengaruh terhadap Pemanfaatan RSU Swadana Tarutung oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja RSU Swadana Tarutung.
Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengetahuan masyarakat tentang RSU Swadana Tarutung sebagai unit pelayanan maupun petugas
dokter, perawat serta petugas laboratorium serta fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut akan menentukan apakah masyarakat di wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara memanfaatkan rumah sakit tersebut. Analisis pengetahuan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan nilai-nilai sosial yang berhubungan pelayanan, sesuai penelitian Machdaliza 2008 yang menemukan nilai sosial merupakan sesuatu yang dianggap baik atau
buruk oleh masyarakat yang menjadi dasar dalam melakukan tindakan sosial. Dalam melakukan tindakan sosial memerlukan suatu pengertian yang sama diantara para
aktor yang bertindak dalam memahami rangsangan yang diberikan oleh orang lain. Dalam menginterpretasikan tindakan tersebut didasarkan pada pengertian yang sama
terhadap nilai-nilai sosial yang telah disepakati dan dimengerti oleh para aktor yang bertindak. Sementara nilai-nilai sosial diperoleh seseorang melalui proses sosialisasi.
Pelayanan merupakan suatu tindakan sosial untuk memberikan layanan kepada orang lain. Dengan demikian dalam memberikan pelayanan seseorang
mendasarkan diri pada nilai-nilai sosial yang dianutnya yang merupakan hasil dari
Universitas Sumatera Utara
proses sosialisasi yang ditanamkan sejak kecil sampai dewasa. Oleh karena itu dalam melaksanakan tindakan pelayanan individu sangat ditentukan oleh bagaimana
individu menerima nilai sosial dalam proses sosialisasi tersebut. Kemampuan memberikan pelayanan seorang individu juga berhubungan dengan kemauannya
untuk berkorban bagi orang lain. Dalam prakteknya pelayanan membutuhkan pengorbanan individu untuk mau melaksanakan perintah orang lain atau menjalankan
peraturan yang berlaku. Dalam hubunganya dengan pekerjaan, pelayanan seharusnya tidak menimbulkan hubungan yang dominatif antara yang memberi pelayanan dengan
yang dilayani. Hubungan antara kedua individu tersebut seharusnya didasarkan pada adanya perbedaan tugas masing-masing atas dasar profesionalisme. Hubungan yang
menimbulkan kesan dominatif inilah yang seringkali menyebabkan seorang yang dilayani merasa mempunyai hak yang lebih tinggi melebihi tugas profesional dari
seorang pelayan. Hal ini menimbulkan kesan seakan-akan pelayan dianggap tidak ramah atau tidak mau melayani ketika diminta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
secara professional bukan menjadi tugasnya. Kondisi ini yang menjadikan hubungan antara pelayan dengan yang dilayani menjadi tidak baik.
Pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Nilai-nilai sosial yang mendasari seseorang untuk
memberikan pelayanan yang baik melalui sikap yang ramah, sopan, senyum dan sapa pada dasarnya sudah ada dalam budaya masyarakat. Dengan demikian apabila
individu seperti petugas kesehatan di rumah sakit mendalami nilai-nilai yang
Universitas Sumatera Utara
terkandung dalam falsafah tersebut maka perilaku ramah, sopan, santun, senyum, dan sapa yang menjadi motto dari setiap pelayanan akan dapat dijalankan dengan baik.
Analisis pengaruh kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, lebih lanjut dapat ditelaah dari antropologi
kesehatan Sanggenafa, 2002. Kajian antropologi kesehatan mencakup : 1.
Mendefinisikan secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa
lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut
2. Partisipasi tenaga profesional dalam program-program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui
perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik
Antropologi mempunyai metode yang khas dan tidak dimiliki oleh ilmu-ilmu lain, yaitu observasi partisipasi. Metode ini yang sering menghebohkan dunia ilmu
pengetahuan dengan penemuan-penemuan baru yang sangat berguna dalam membangun suatu masyarakat. Kadang-kadang di lingkungan dunia “praktis”, cara
masuk untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat sangat lambat dan bahkan tidak berhasil karena pendekatan yang digunakan keliru. Ilmu Antropologi memahami
kebudayaan manusia dan mengerti orientasi nilai dalam suatu masyarakat yang menjadi acuan dalam hidupnya untuk melakukan sesuatu partisipasi dalam bahasa
Universitas Sumatera Utara
dunia “praktis”. Dengan memahami orientasi nilai ini, partisipasi sangat mudah dibangun dalam menjalankan program pembangunan. Disinilah letak penggunaan
ilmu antropologi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena itu tenaga antropologi sangat dibutuhkan dalam program
pembangunan kesehatan Sanggenafa, 2002.
5.4 Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemanfaatan RSU Swadana Tarutung