Kasus Posisi 1. Kronologis Kasus

BAB III PROSES PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

KASUS PUNGUTAN LIAR

A. Kasus Posisi 1. Kronologis Kasus

Berawal dari adanya laporan pengaduan masyarakat yang diterima di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara mengenai adanya pengutipan denda kelebihan muatan yang tidak sesuai aturan yang berlaku, yang dikenakan kepada masing- masing pengemudi mobil truk yang melintas di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor UPPKB Jembatan Timbang Sibolangit Jalan Medan- Berastagi Kabupaten Deli Serdang. 125 Laporan yang diperoleh tidak semuanya disertai dengan bukti-bukti tentang dugaan tindak pidana korupsi. 126 125 Hasil wawancara dengan Kasi Sosial Politik Bidang Intelijen pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Beliau juga ikut serta dalam penangkapan para pelaku pungutan liar di Jembatan Timbang Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara. Laporan yang bersumber dari masyarakat secara pribadi biasanya kurang dilengkapi dengan bukti-bukti awal sebagai pendukung adanya dugaan tindak pidana korupsi. Demikian juga dengan laporan yang bersumber 126 Dugaan tindak pidana korupsi dapat bersumber dari berbagai macam, antara lain atas dasar laporan masyarakat baik secara pribadi maupun atas dasar laporan dari Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, atau juga laporan LSM yang khusus memantau masalah tindak pidana korupsi. Disamping itu juga dapat diperoleh dari hasil temuan, baik atas dasar temuan dari aparat intelijen kejaksaan sendiri maupun temuan dari instansi pemerintah baik vertikal maupun horizontal yang diperoleh dari hasil pengawasan yang dilaporkan kepada Kejaksaan. Laporan instansi lain yang paling sering adalah dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP dan Badan Periksa Keuangan BPK. Universitas Sumatera Utara dari lembaga swadaya masyarakat LSM umum biasanya juga belum disertai dengan bukti-bukti pendukung tentang dugaan adanya tindak pidana korupsi. Kebenaran laporan dugaan tidak ditentukan oleh disertai atau tidaknya laporan dengan alat bukti pendukung, meskipun laporan dugaan tindak pidana korupsi tidak disertai dengan alat bukti pendukung, namun sebagian besar laporan berindikasi tindak pidana korupsi. 127 Selanjutnya atas laporan pengaduan masyarakat tersebut, Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara menindak lanjutinya berdasarkan Surat PerintH Operasi Intelijen Yustisial yang dikeluarkan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Nomor : PRINTOPS-07N.2Dek.2032011 tanggal 23 Maret 2011. 128 Laporan tentang dugaan tindak pidana korupsi, yang memiliki indikasi kuat adanya tindak pidana korupsi akan ditindak-lanjuti dengan membentuk Tim yang disertai dengan Surat Perintah Operasi Intelijen Yustisial. 129 Tim yang dibentuk beranggotakan beberapa Jaksa dengan jumlah yang bervariasi tergantung dari besar-kecilnya kasus dan ketersediaan tenaga Jaksa. 130 127 Kebenaran laporan dugaan TPK tidak ditentukan oleh disertai atau tidaknya laporan dengan alat bukti pendukung, meskipun laporan dugaan TPK tidak disertai dengan alat bukti pendukung, namun sebagian besar laporan berindikasikan TPK, hasil wawancara dengan informan Intel Kejati Sumut. 128 Dalam surat perintah operasi intelijen yustisial tersebut dicantumkan secara singkat dugaan korupsi yang terjadi, asal laporan dan jumlah tim. Daftar nama anggota tim disusun sesuai dengan urutan kepangkatan dari yang tertinggi atau paling senior ke yang berpangkat paling rendah. Urutan tertinggi ditunjuk sekaligus sebagai ketua tim yang bertugas sebagai koordinator. 129 Setelah tim terbentuk, dengan koordinasi ketua, diadakan pembahasan tentang dugaan tindak pidana korupsi tersebut dengan pembagian tugas masing-masing, termasuk di dalamnya menyiapkan rencana penyelidikan renlid dan time schedule. Tim Penyelidik yang dibentuk untuk melakukan operasi intelijen yuridis bisa 3, 4, atau 5 dan bahkan lebih. Universitas Sumatera Utara Bahwa Kemudian untuk menindaklanjuti Surat Perintah tersebut, pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2011 pukul 15.00 WIB, Tim Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berangkat menuju kantor Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor UPPKB Jembatan Timbang Sibolangit di Jalan Medan- 131 131 Hasil wawancara dengan Kasi Sosial Politik Bidang Intelijen pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Berastagi Kabupaten Deli Serdang dan kemudian melakukan pemantauan terhadap kebenaran isi laporan, dengan cara saksi Jhon Purba selaku pengemudi mobil truk nomor polisi BK-9193- SC dan saksi Budi selaku kernet membawa muatan berupa jagung menuju Kota Medan melintasi Jl. Medan-Berastagi dan masuk melewati UPPKB Jembatan Timbang Sibolangit untuk dilakukan penimbangan, dimana di dalam mobil truk No. Pol. BK-9193-SC yang sedang ditimbang tersebut turut ditumpangi oleh saksi Frangki merupakan salah seorang petugas intelijen dari Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara yag menyamar dan kemudian saksi Frangki turun dan berjalan menuju loket ruangan petugas jembatan timbang, dan di dalam loket terdakwa Panal Simamora, terdakwa Ahmad Sofyan, dan terdakwa Marlon Sinaga sedang duduk di meja porselin lalu saksi Frangki mengatakan “kulonuwon permisi pak” dan terdakwa Panal Simamora mengatakan : “muatan apa ?” dan dijawab oleh saksi Frangki: “Jagung Pak” dan terdakwa Panal Simamora kemudian mengatakan :”muatan sudah melebihi, 150 mana? maksudnya Rp 150.000,-“ Lalu saksi Frangki memberi uang sebesar Rp 50.000,- yang diambil dari saku baju kemeja garis-garis lengan panjang yang diberikan kepada terdakwa Panal Simamora yang diletakkan di atas meja Universitas Sumatera Utara porselin, selanjutnya terdakwa Panal Simamora berkata :”gak bisa itu, kau orang baru ya ?” dan terdakwa Panal Simamora mengatakan: “pinggirkan aja truk mu itu, disamping” Kemudian saksi Frangki kembali mengambil uang dari saku sebesar Rp 100.000,- dan diserahkan kepada terdakwa Panal Simamora dan terdakwa Panal Simamora mengambil uang sebesar Rp 100.000,- tersebut dari meja dan langsung diserahkan kepada terdakwa Ahmad Sofyan Batubara yang saat itu duduk di sebelah kiri terdakwa Panal Simamora, kemudian uang Rp 150.000,- tersebut dipegang terdakwa Ahmad Sofyan Batubara, dan saksi Frangki mendekati terdakwa Ahmad Sofyan Batubara untuk menanyakan kwitansi tanda bukti denda kelebihan muatan dengan mengatakan : “Pak, gak ada kwitansinya, supaya supir saya tahu” dan terdakwa Ahmad Sofyan Batubara mengatakan : “ngapain pake kwitansi- kwitansi segala, kalau nanti pake kwitansi truk mu itu nanti muatannya diturunkan setengah”, lalu Saksi Frangki mengatakan “permisi pak, saya pergi dulu ke supir” lalu saksi ke supir truk yang ditumpangi dan mengambil buku KIR lalu membawanya dan saksi Frangki melihat Ada terdakwa Panal Simamora, Ahmad Sofyan Batubara , dan Marlon Sinaga yang duduk-duduk di meja belakang. Lalu saksi menyerahkan buku KIR kepada terdakwa Ahmad Sofyan dan terdakwa Ahmad Sofyan berkata :”ngapain pake ini-ini segala” sambil terdakwa Ahmad Sofyan memegang buku KIR truk No. Pol BK 9193-SC tersebut dengan posisi berdiri dan berhadapan dengan saksi Frangki sedangkan terdakwa Panal Simamora dan Marlon Sinaga posisinya duduk. Universitas Sumatera Utara Perkataan saksi Frangki tidak direspon oleh para terdakwa, maka berdasarkan Surat Perintah Penangkapan Tingkat Penyidikan Nomor : Print-147N.2Fd.1032011 tanggal 24 Maret 2011, Tim Jaksa Penyidik Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara yang terdiri atas 6 enam orang langsung menangkap tangan 3 tiga orang Pegawai Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara yakni Marlon Sinaga, Ahmad Sofyan dan Panal Simamora, yang melakukan pengutipan liar terhadap kendaraan yang melintas di Jembatan Timbang Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dan oleh Tim Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara langsung membawa para tersangka ke Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara untuk diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. 132 Berdasarkan kronologis kasus di atas, wewenang yang diberikan kepada jaksa penyelidik atau penyidik sedemikian rupa luasnya. Bersumber atas wewenang yang diberikan undang-undang tersebut, penyidik berhak mengurangi kebebasan dan hak asasi seseorang. Salah satu bentuk penangkapan yang kita kenal adalah tertangkap tangan. Menurut pengertian tertangkap tangan, unsur yang harus diperhatikan adalah “dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan” dan mengenai apakah penangkapan dalam hal tertangkap tangan tersebut merupakan penangkapan yang direncanakan atau tidak. Undang-undang tidak menentukan waktu tertentu 132 Hasil wawancara dengan Frengki Manurung yang merupakan bagian dari Tim Kejaksaan yang menangkap tangan para tersangka pungutan liar di Jembatan Timbang Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara dalam mengartikan unsur tersebut. 133 Sedangkan mengenai penangkapan dalam hal tertangkap tangan, 134 “Tertangkap tangan” redhanded kasus pungutan liar di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor UPPKBJembatan Timbang Sibolangit terdeteksi dari perekaman yang dilakukan oleh petugas intelijen Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Misalnya, untuk tindak pidana korupsi. ‘’Korupsi merupakan tindak kejahatan sembunyi-sembunyi sehingga pembuktiannya sulit. Salah satu metodenya dengan perekaman melalui tape recorder atau video. bukanlah suatu penangkapan yang direncanakan terlebih dahulu, hal tersebut adalah poin yang membuat tertangkap tangan dalam Kasus Pungutan Liar di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor UPPKBJembatan Timbang Sibolangit menjadi kondisi yang istimewa. 135 Tertangkap tangan merupakan salah satu bentuk penangkapan, hal yang membedakan dari penangkapan adalah pada tertangkap tangan tidak diperlukan adanya Surat Perintah Penangkapan maka dari itu pihak yang dapat melakukan 133 Tertangkap tangan redhanded dalam Kitab Hukum Acara Pidana Indonesia Pasal 1 Angka 19 UU No 8 Tahun 1981 diartikan, tertangkapnya seseorang saat sedang melakukan tindak pidana atau segera sesudah tindak pidana dilakukan. 134 Suatu kejadian disebut jebakan bila seorang agen atau petugas hukum membujuk seorang agar berniat jahat. Sedangkan suatu peristiwa disebut tertangkap tangan bila tertangkap saat melakukan tindak pidana. ’’Disebut jebakan bila si pelaku sebelumnya tidak memiliki niat jahat. Sementara, tertangkap tangan kebalikannya. Penjebakan tidak sesuai dengan hukum di negara manapun. Si pelakunya bisa terbebas dari jeratan hukum bila terbukti niat itu belum ada sebelum didekati petugas hukum. 135 Lihat makalah Komisi Pemberantasan Korupsi RI pada sosialisasi pemberantasan Tindak Pidana Korupsi TPK di instansi-instansi yang berjudul, “Penjebakan dan Tertangkap Tangan dalam Kaitan Tugas KPK: Tinjauan dari Aspek Hukum,” tanpa halaman. Universitas Sumatera Utara penangkapan dalam hal tertangkap tangan pun berbeda dari penangkapan biasa. Pasal 18 ayat 2 KUHAP dan Pasal 111 ayat 1 KUHAP menjelaskan sebagai berikut: 136 Pasal 18 2 Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat. Pasal 111 1 Dalam hal tertangkap tangan setiap orang berhak, sedangkan setiap orang yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban, ketenteraman dan keamanan umum wajib, menangkap tersangka guna diserahkan berserta atau tanpa barang bukti kepada penyelidik atau penyidik. Pasal 18 ayat 2 KUHAP, terdapat perumusan kalimat yang menyatakan penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat. Melihat pada rumusan pasal tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa pejabat berwenang yang dapat melakukan penangkapan dalam hal tertangkap tangan hanyalah Penyelidik saja. Sedangkan Tertangkap tangan atau haterdaad ontdekking op haterdaad menurut Pasal 1 butir 19 KUHAP adalah 137 136 Melihat pada rumusan Pasal 18 ayat 2 KUHAP dan Pasal 111 ayat 1 KUHAP maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Tertangkap tangan adalah tertangkapnya a setiap orang berhak untuk menangkapnya, tidak terkecuali siapapun, berhak untuk menangkap dalam hal tertangkap tangan orang yang sedang dalam melakukan tindak pidana. Hal yang perlu diperhatikan dalam Pasal 111 ayat 1 KUHAP adalah rumusan kata “hak”. Dalam Pasal 111 ayat 1 KUHAP, tertulis kata “hak” bukan “kewajiban” sehingga orang yang melihat atau memergoki suatu peristiwa pidana dapat mempergunakan haknya untuk menangkap atau tidak; b bagi setiap orang atau pejabat yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban, ketentraman, dan keamanan umum dibebani “kewajiban” untuk menangkap pelaku tindak pidana dalam keadaan tertangkap tangan. 137 Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 19 KUHAP tersebut maka dapat kita lihat bahwa tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu: a sedang melakukan tindak pidana atau tengah melakukan tindak pidana, pelaku dipergoki oleh orang lain; Universitas Sumatera Utara seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu. 138 Berdasarkan kasus pungutan liar di Jembatan Timbang Sibolangit, Jaksa penyelidik melakukan penangkapan dalam hal tertangkap tangan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat. 139 Dalam kasus ini tersangka langsung diserahkan kepada Jaksa Penyidik Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. 140 Dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukti. 141 b atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan; Adapun Barang bukti yang disita pada saat tertangkap tangan yaitu: c atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya; d atau sesaat kemudian pada orang tersebut ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya. 138 Lihat Pasal 1 butir 19 KUHAP. 139 Lihat Pasal 18 ayat 2 KUHAP. 140 Hasil wawancara dengan Kasi Penyidikan Bidang Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. 141 Lihat Pasal Pasal 40 KUHAP. Universitas Sumatera Utara a. 2 dua tas hitam serta bungkusan koran yang isinya uang sejumlah Rp. 16.474.000 enam belas juta empat ratus tujuh puluh empat ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut: 1 uang sebanyak Rp. 500.000,-lima ratus ribu rupiah yang terdiri dari tukaran Rp.1000,- dan Rp. 2000,- 2 uang sebanyak Rp. 1.150.000,- satu juta seratus lima puluh ribu rupiah yang terdiri atas tukaran Rp.50.000,-, Rp. 20.000,-, Rp. 10.000,- dan Rp. 5.000,- 3 uang sebanyak Rp. 14.824.000,-empat belas juta delapan ratus dua puluh empat ribu rupiah yang terdiri atas tukaran Rp.50.000,-, Rp. 20.000,-, Rp. 10.000,- dan Rp. 5.000,-, Rp.2.000,-, Rp. 1000,-. b. 1 satu buah Buku Register Perda No.14 Tahun 2007 Bulan Januari 2011, Bulan Februari, Bulan Maret 2011 UPPKB Sibolangit yang memuat Nomor kendaraan yang dikenakan besaran denda, jenis pelanggaran, Tanda Bukti Hasil Penimbangan TBHP. c. Asli Catatan Harian Ekonomi dan Arus Kendaraan UPPKB Sibolangit hari Rabu tanggal 23 Maret 2011 Pukul 21.00 WIB sd 07.00 WIB Regu D. d. 1 satu bundel blangko pertinggal Tanda Bukti Hasil Penimbangan dan Tanda Bukti Pembayaran Denda. Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Perlu diingat bahwa penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari penyidikan, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyidikan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP, penyelidikan merupakan salah satu metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada Penuntut Umum. Oleh karena Penyelidikan dilakukan oleh pihak Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara maka Penyidikan juga dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. 142 Setelah pengumpulan alat bukti telah berhasil dilakukan, maka hasil penyidikan ini diekspose dihadapan pimpinan kejaksaan, seperti halnya dalam tahap penyelidikan. Ekspose dilakukan untuk menentukan apakah hasilnya layak untuk ditingkatkan ke tahap penuntutan atau tidak. Setelah dinyatakan layak, maka hasilnya dilaporkan dalam bentuk laporan perkembangan hasil penyidikan yang dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jumlah kerugian negara. 143 Setelah laporan perkembangan penyidikan mendapatkan persetujuan dari pimpinan akan diberkaskan dalam bentuk berkas perkara. Kemudian disampaikan kepada seksi penuntutan pidsus pra-penuntutan atau tahap I dimana Jaksa Penuntut Urnum akan meneliti berkas perkara, apakah berkas tersebut sudah memenuhi syarat formil maupun materil. Apabila belum memenuhi syarat formil maupun materil berkas akan dikembalikan kepada penyidik dengan P-18, yang diikuti dengan 142 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP “Penyidikan dan penuntutan”, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hal. 101. 143 Hasil wawancara dengan Kasi Penyidikan Bidang Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara petunjuk untuk melengkapi berkas P-19. Karena berkas dikembalikan maka penyidik akan memenuhi sesuai petunjuk jaksa dan dilakukan pemberkasan ulang untuk selanjutnya diserahkan kepada Jaksa lagi. 144 Ketentuan umum KUHAP tidak memberikan arti daripada berkas perkara. Dalam KUHAP ditemui beberapa pasal yang mempergunakan perkataan “berkas perkara”, yaitu pasal 8, pasal 12, pasal 107, pasal 138 dan pasal 139 KUHAP. Tetapi di samping itu juga dalam pengertian yang sama dipergunakan perkataan “hasil penyidikan”. 145 Menurut hasil penelitian Penulis di Bidang Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, “berkas perkara” adalah berkas yang didalamnya memuat berita acara dan segala sesuatu yang berkaitan dengan terdakwa, saksi, barang bukti dan lain-lain. Berkas-berkas tersebut berkaitan dengan kasus yang ditangani tersebut maka berkas perkara didalamnya ditemui antara lain berita acara permeriksaan terdakwa, berita acara pemeriksaan saksi, berita acara penyitaan, surat perintah penangkapan dan lain sebagainya, sesuai dengan peristiwa pidana yang ditangani. 146 Pada tahap penuntutan, Kasus Pungutan Liar di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor UPPKBJembatan Timbang Sibolangit dilaksanakan oleh Bidang Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam karena locus delicti peristiwa 144 Harun M. Husein, Penyidikan dan Penuntun Dalam Proses Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, hal.245-250. 145 Osman Simanjuntak, Teknik Penuntutan dan Upaya Hukum, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 1995, hal. 10. 146 Hasil wawancara dengan Kasi Penyidikan Bidang Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara tindak pidana tersebut terjadi di wilayah kewenangan Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam di Kabupaten Deli Serdang. 147

2. Dakwaan Jaksa