Dakwaan Jaksa Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Pungutan Liar (Studi Kasus Pungutan Liar Di Jembatan Timbang Sibolangit Sumatera Utara)

tindak pidana tersebut terjadi di wilayah kewenangan Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam di Kabupaten Deli Serdang. 147

2. Dakwaan Jaksa

Sebelum berlakunya KUHAP, tidak dibedakan secara tegas antara pengertian jaksa dan penuntut umum. Meskipun jabatan jaksa dan penuntut umum tersebut diemban oleh personil yang sama, namun dari segi fungsi dan kewenangannya berbeda satu sama lain. 148 Setelah dilakukan penyerahan tersangka dan barang bukti tahap II, Penuntut Umum menyiapkan Rencana Surat Dakwaan Rendak. Rendak disusun dan dilaporkan secara berjenjang dengan tolak ukur jumlah kerugian negara, sebagaimana tahap penyelidikan dan penyidikan. Apabila rencana dakwaan belum mendapatkan persetujuan maka rendak akan diperbaiki sesuai dengan petunjuk. Setelah rendak mendapatkan persetujuan, maka segera Surat Dakwaan P-29 dan Berkas Perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor di Pengadilan Negeri Medan. 149 Berkas perkara tidak dilakukan splitsing oleh penuntut umum pada kasus pungutan liar di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor UPPKBJembatan Timbang Sibolangit. Hal ini menurut Penulis disebabkan karena tiga terdakwa yaitu Terdakwa Panal Simamora, Ahmad Sofyan Batubara, Marlon Sinaga merupakan beberapa orang tersangka yang memiliki peranan yang sama 147 Lihat KUHAP dan Kepja No. Kep-115JA101999. 148 Osman Simanjuntak, Op. Cit, hal 29-30. 149 Harun M. Husein, Op. Cit, hal 31. Universitas Sumatera Utara dalam perbuatan pidana dalam kasus pungutan liar tersebut. Pada praktik, umumnya spiltsing dilakukan untuk menguatkan pembuktian dengan cara menjadikan tersangka yang satu menjadi saksi bagi tersangka lainnya 150 Adapun isi dakwaan dalam kasus tersebut yang diperoleh Penulis melalui penelitian adalah sebagai berikut : . a perbuatan terdakwa-terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf e UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP; b perbuatan terdakwa-terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf g UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP; c perbuatan terdakwa-terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 9 UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. 150 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana di Kejaksaan dan Pengadilan Negeri, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal.18. Universitas Sumatera Utara

3. Tuntutan Jaksa