Sistem Medis di Rumah Sakit Jiwa Sumatera

professional untuk kepuasan masyarakat. Cara-cara penyembuhan yang diterapkan yaitu berdasarkan atas prinsip pembaharuan dari ilmu kesehatan jiwa, dari Departemen Kesehatan dan dievaluasi oleh Direktur Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara. Dalam misi yang dijalankan oleh Rumah Sakit jiwa Sumatera Utara memberikankan perwatan yang profesional untuk penyembuhan pasien sakit jiwa dengan mendapatkan pujian dari pihak keluarga untuk kinerja perawat Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara. Berdasarkan data-data tersebut, penulis menganalisis bahwa sistem susunan aturan yang ter arah dari tujuan untuk merawat dan menyembuhkan pasien penderita sakit jiwa dengan metode pengetahuan dari berbagai ilmu seperti, ilmu kesehatan, ilmu psikologi, dan ilmu sosial. Dengan ilmu tersebut lah modal para perawat untuk memberikan perawatan penyembuhan terhadap pasien sakit jiwa.

4.2. Sistem Medis di Rumah Sakit Jiwa Sumatera

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara, diketahui bahwa ada dua jenis penyakit gangguan jiwa, yaitu: jenis penyakit gangguan jiwa stress dan jenis penyakit gangguan jiwa saraf. Pengklasifikasian jenis penyakit tersebut adalah berdasarkan penyebab penyakit gangguan jiwa yang dialami oleh si pasien tersebut. Jenis penyakit gangguan jiwa stress terjadi akibat faktor-faktor pemicu yang berasal dari luar individu si pasien seperti akibat putus cintapatah hati, persoalan ekonomi, trauma atau rasa sedih akan masa lalu, frustasi, tidak dituruti kemauannya dan lain sebagainya yang membuat si penderita menjadi depresi berat hingga akhirnya menderita penyakit gangguan Universitas Sumatera Utara jiwa. Sedangkan jenis penyakit gangguan jiwa saraf terjadi akibat faktor-faktor pemicu dari dalam diri si pasien yang merusak susunan sarafnya seperti akibat faktor, gangguan roh-roh, step waktu kecil, penyakit turunan dan lain sebagainya. Menurut seorang ahli Antropologi, G.M.Foster dan Anderson 2005 : 53 membagi sistem kesehatan berdasarkan kepercayaan dan penjelasan tentang sebab-sebab penyakit atas sistem kesehatan personalistik; dan sistem kesehatan naturalistik. Menurutnya, dalam sistem kesehatan Personalistik, penyakit disebabkan akibat adanya campur tangan dari agen-agen tertentu yang memiliki pribadi seperti roh-roh gaib, tukang tenun, kutukan dewa, dan lain-lain. Dalam sistem kesehatan Naturalistik Penyakit dianggap terjadi akibat dari adanya gangguan keseimbangan didalam tubuh manusia atau antara tubuh manusia dengan lingkungannya. Beberapa ahli antropologi tidak setuju dengan pembagian bentuk diatas J.D Frank, 1964 : vii misalnya, walaupun dia juga membagi kepercayaan tentang sebab penyebab penyakit atas dasar naturalistik alamiah dan supernalistik supra alamiah, akan tetapi dia tidak membagi sistem kesehatan atas dasar tersebut. Menurutnya kedua kepercayaan ini dapat berlaku sekaligus secara bervariasi didalam suatu sistem kesehatan tertentu. Berdasarkan data hasil penelitian dengan membandingkannya terhadap pendapat G.M. Foster dan Anderson serta pendapat J.D Frank diatas, penulis menganalisis bahwa penyakit gangguan jiwa dan pembagiannya menurut G.M Foster dan Anderson kurang tepat dengan fakta yang ada di Rumah Sakit Jiwa Sumatera utara. Menurut penulis pendapat J.D Frank lebih tepat untuk menggambarkan yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara, etiologi Universitas Sumatera Utara penyakit gangguan jiwa dapat berlaku secara bersamaan yaitu terjadi secara personalistik maupun secara naturalistik. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara, Penyakit gangguan jiwa yang terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan di dalam tubuh manusia dengan lingkungannya atau dengan sesamanya digolongkan kedalam jenis penyakit gangguan jiwa stress sehingga kita bisa menyebutnya sesuai pembagian G.M.Foster dan Anderson sebagai penyakit gangguan jiwa yang terjadi secara naturalistik. Seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan dengan lingkungan dan sesamanya mengakibatkan orang tersebut mengalami perasaan tidak bahagia, depresi atau perasaan sedihkecewa yang berlebihan yang terjadi secara terus menerus hingga orang tersebut mengalami gangguan dalam proses pikirannya penyakit gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara, Penyakit gangguan jiwa yang terjadi karena disebabkan oleh adanya pikiran yang kosong sehingga penderita sering terdiam maka halusinasi akan dirasakan yang dipercaya dapat merusak sistem susunan saraf seseorang sehingga mengakibatkan gangguan dalam proses pikiran orang tersebut digolongkan kedalam jenis penyakit gangguan jiwa saraf sehingga kita bisa menyebutnya sesuai pembagian G.M.Foster dan Anderson sebagai penyakit gangguan jiwa yang terjadi secara personalistik. Namun ternyata berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis penyakit gangguan jiwa saraf tidak hanya terjadi secara personalistik, namun dapat juga terjadi secara naturalistik yaitu akibat faktor ketergantungan minuman kerasalkohol dimana dampak alkohol dapat merusak susunan saraf seseorang. Universitas Sumatera Utara Menurut G.M.Foster dan Anderson 2005 : 53 Proses penyembuhan pada sistem kesehatan personalistik cenderung dilakukan secara ritual yang bersifat ketuhanan atau gaib, sedangkan dalam sistem kesehatan naturalistik cenderung menggunakan ramuan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara, proses penyembuhan pada penderita penyakit gangguan jiwa dilakukan bersamaan yaitu dengan memberikan obat dan memberikan terapi yang telah disusun oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara. Perbandingan pendapat G.M Foster dan Anderson dengan fakta hasil penelitian di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara yaitu sistem kesehatan naturalistik yaitu memberikan pengobatan yaitu obat yang tersedia oleh rumah sakit dan juga berbagai terapi umum. Dari hasil analisa tersebut juga terlihat bahwa cara-cara penyembuhan yang dilakukan terhadap penderita penyakit gangguan jiwa ternyata berbeda-beda. Sesuai dengan pendapat Foster Anderson 2005 : 106 Cara-cara budaya dalam menangani penyakit jiwa juga bervariasi, walaupun banyak bentuk tingkah laku menyimpang nampaknya bersifat universal, cara-cara untuk menanganinya, nilai-nilai sosial yang diberikan kepada tingkah laku menyimpang, dan cara-cara pengobatannya sangat bervariasi. Universitas Sumatera Utara 4.3. Pemahaman Keluarga Pasien Mengenai Penyebab Penyakit Gangguan Jiwa Serta Motivasi Memilih Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian, sebagian dari keluarga pasien memahami penyebab penyakit gangguan jiwa dimulai sejak si pasien mengalami depresi yang terjadi secara terus menerus karena suatu permasalahan dalam hidup si penderita seperti patah hati, himpitan ekonomi dan lain sebagainya. Depresi yang terjadi pada pasien yaitu dimana si pasien terus menerus mengalami perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, tidak berbahagia, serta selalu memikirkan kegagalan dan kekecewaannya hingga akibatnya pasien mulai menunjukkan gejala-gejala atau tingkah laku yang dirasa abnormal oleh mereka. Para keluarga pasien tersebut menganggap penyakit gangguan jiwa yang terjadi pada anggota keluarganya terjadi secara alami. Mereka memahami bahwa depresi berat dan tekanan batin yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan penyakit gangguan jiwa. Keluarga pasien tersebut percaya bahwa dengan perawatan yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Sumatera , pasien bisa pulih dari penyakit gangguan jiwa yang dideritanya. Ada juga beberapa keluarga pasien yang meyakini penyebab pasien menderita gangguan jiwa. akibat gangguan roh-roh atau suatu peristiwa gaibmistis yang terjadi pada pasien mengakibatkan pasien mengalami gangguan jiwa. Mereka meyakini faktor gaibmistis tersebut sebagai penyebabnya karena mereka memiliki pengalamankejadian yang dianggap gaib yang terjadi sesaat sebelum pertama sekali penderita mulai menunjukkan gejalatingkah laku yang mereka rasa abnormal. Mereka beranggapan bahwa gejalatingkah laku yang dirasa abnormal berhubungan dengan peristiwa atau kejadian gaibmistis yang Universitas Sumatera Utara terjadi sebelumnya pada keluarga atau juga pada si penderita. Keluarga pasien tersebut percaya bahwa dengan berinteraksi dengan seorang dokter psikologi akan bias membantu kesembuhan penyakit yang dideritanya. Perbandingan hasil penelitian tersebut dengan pendapat G.M.Foster dan Anderson menurut hasil analisa penulis adalah tepat dengan yang terjadi pada keluarga paien dimana mereka adalah bagian dari masyarakat. G.M.Foster dan Anderson 2005 : 53 yang membagi sistem kesehatan berdasarkan kepercayaan dan penjelasan tentang sebab-sebab penyakit yaitu sistem kesehatan personalistik akibat adanya campur tangan dari agen-agen tertentu yang memiliki pribadi seperti roh-roh gaib, tukang tenun, kutukan dewa, dan lain-lain; dan sistem kesehatan naturalistik akibat dari adanya gangguan keseimbangan didalam tubuh manusia atau antara tubuh manusia dengan lingkungannya. Para keluarga pasien juga ternyata memiliki pemahaman dan keyakinan bahwa penyebab penyakit gangguan jiwa terjadi pada si pasien bisa disebabkan oleh depresi yang terjadi secara terus-menerus patah hati, himpitan ekonomi dan lain-lain, dan akibat kecanduan narkoba sehingga kita bisa menyebutnya sesuai pembagian G.M.Foster dan Anderson sebagai penyakit gangguan jiwa yang terjadi secara naturalistik. Sebahagian lagi para keluarga pasien meyakini penyebab pasien menderita gangguan jiwa. akibat gangguan roh-roh atau suatu peristiwa gaibmistis yang terjadi pada pasien atau keluarganya sehingga kita bisa menyebutnya sesuai pembagian G.M.Foster dan Anderson sebagai penyakit gangguan jiwa yang terjadi secara personalistik. Universitas Sumatera Utara Namun, bagi para keluarga pasien yang memahami penyakit gangguan jiwa terjadi secara alami Naturalistik, meyakini perawat Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara mampu memulihkan pasien dari penyakit gangguan jiwa yang dideritanya. Fakta hasil penelitian menunjukkan bahwa selain melalui diagnosis baik yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa, salah satu cara para keluarga pasien memahami penyebab penyakit gangguan jiwa, adalah melalui penelusuran sendiri. Penelusuran sendiri dilakukan dengan cara mengingat-ingat dan menerka- nerka sejak kapan si penderita menunjukkan gejala-gejala yang dirasa aneh lalu menghubungkannya dengan peristiwa atau kejadian yang sebelumnya terjadi pada si penderita. Mereka biasanya bermusyawarah atau sharing history bersama-sama dan meyakini bahwa peristiwa atau kejadian yang sebelumnya menimpa si penderita berhubungan dengan gejala-gejala kelainan yang ditunjukkan oleh si pasien, sehingga mereka menyepakati hal itu adalah penyebab si penderita mengalami gangguan jiwa. Penulis menganalisis bahwa sebagian dari para keluarga pasien bagian dari masyarakat tersebut jika mereka melakukan penelusuran dan terdapat suatu kejadian atau peristiwa yang dianggap gaib, maka mereka pasti akan mengkaitkan bahwa kejadianperistiwa gaib tersebut berhubungan dengan penyakit gangguan jiwa yang diderita oleh si pasien. Fakta hasil penelitian di lapangan menunjukkan beberapa alasan-alasan yang melatarbelakangi keluarga pasien memilih Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara. Alasan yang pertama adalah sebagai tempat pengasingan bagi pasien penderita penyakit gangguan jiwa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa Universitas Sumatera Utara keluarga pasien, penyakit jiwa dianggap sebagai suatu hal yang memalukan, sehingga sedapat mungkin dihindarkan dan dirahasiakan keberadaannya. Hal ini disebabkan penyakit gangguan jiwa adalah penyakit yang memalukan bagi seluruh keluarga pasien, karena itu mereka takut menjadi bahan pergunjingan tetangganya atau anggota masyarakat lainnya dan ini akan menjadi aib bagi keluarga pasien. Menghindari hal-hal tersebut, maka keluarga pasien memasukkan pasien ke Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara. Alasan kedua yaitu pasien tidak kunjung sembuh dengan pengobatan sebelumnya. Fakta hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa pasien yang sebelumnya pernah dengan penyembuhan tradisional. Alasan ketiga yaitu, karena merasa repot merawat pasien. Keluarga pasien lainnya ada yang beralasan bahwa mengurus kebutuhan sehari-hari jika pasien dibiarkan tinggal di rumahnya sungguh sangat merepotkan. Karena pada dasarnya orang yang mengalami gangguan jiwa tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

4.4. Prinsip-Prinsip dalam Sistem Perawatan Penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kondisi Kebersihan Mulut dan Kebutuhan Perawatan Periodontal Pada Penderita Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Tuntungan

6 98 73

Sistem Perawatan Dan Penyembuhan Terhadap Pasien Sakit Jiwa (Studi Deskriptif Mengenai Sistem Perawatan dan Penyembuhan Terhadap Pasien yang Menderita Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara, Jl. Tali Air No. 21 Medan, Kel. Mangga, Kec. Medan Tu

0 62 137

Orientasi Penyembuhan Pada Pasien Penderita Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Tentang Sistem Penyembuhan Pada Pasien Penderita Gangguan Jiwa Di Panti Rehabilitasi Bukit Doa)

0 80 149

Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan

0 39 6

Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

1 57 131

Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa (Studi Deskriptif Tentang Teknik Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Kepada Pasien Halusinasi Dalam Proses Penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

0 5 1

Tahapan Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar (Suatu Studi Deskriptif tentang Penyembuhan Jiwa Pasien Melalui Tahapan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

5 107 139

Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Studi Deksriptif Mengenai Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Dalam Proses Penyembuhan Di Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat )

0 2 1

Muslim Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Kota Medan.”

0 0 7

Dukungan Psikososial Keluarga dalam Penyembuhan Pasien NAPZA di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara – Medan

0 0 18