Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi Uji Iritasi Terhadap kulit sukarelawan Kemampuan Sediaan Krim Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari

34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi

Daun pandan wangi sebanyak 2,91 kg dikeringkan dan diperoleh berat kering sebanyak 440, 38 gram, kemudian sebanyak 300 g serbuk simplisia daun pandan wangi diekstraksi dan diperoleh ekstrak daun pandan wangi sebanyak 49,286 g. Rendemen yang diperoleh yaitu 16,423.

4.2 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak

4.2.1 Skrining simplisia dan ektrak

Hasil pengujian skrining simplisia dan ekstrak daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak daun pandan wangi Nama senyawa Hasil Simplisia Ekstrak Alkaloid + + Glikosida + + Saponin + + Tanin + + Flavanoid + + Steroidtriterpenoid + + Hasil skrining menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. mengandung alkaloid, glikosida, saponin, tanin, flavanoid, steroidtriterpenoid. Hasil ini berdasarkan pengujian untuk masing-masing metabolit sekunder tersebut. Pada pengujian alkaloid, dengan penambahan Meyer, Bourchardat, dan Dragendorff masing-masing menghasilkan endapan putih, warna coklat, dan warna jingga yang menunjukkan simplisia 35 mengandung alkaloid. Pada pengujian glikosida, dengan penambahan pereaksi Molish terbentuk cincin warna ungu yang menunjukkan simplisia mengandung glikosida. Pada pengujian saponin, terbentuk busa setelah rendaman simplisia dikocok menunjukkan simplisia mengandung saponin. Pada pengujian tanin, dengan penambahan FeCl 3 1 terbentuk warna biru kehitaman yang menunjukkan simplisia mengandung tanin. Pada pengujian flavanoid, dengan penambahan serbuk magnesium dan HCl pekat menghasilkan warna merah jingga menunjukkan simplisia mengandung flavanoid. Pada pengujian steroidtritepenoid dengan penambahan pereaksi Liebermann-Bourchad menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan simplisia mengandung steroid. Berdasarkan uji skrining yang dilakukan oleh Margaretta, et al. 2011 didapatkan hasil skrining yang sesuai bahwa daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. mengandung alkaloid, glikosida, saponin, tanin, flavanoid, steroidtriterpenoid.

4.2.2 Pemeriksaan makroskopik simplisia

Makroskopik simplisia daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. berbau khas aromatik dan tidak berasa. Simplisia berwarna hijau muda. Hasil pemeriksaan makroskopik dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4.

4.2.3 Pemeriksaan mikroskopik simplisia

Pada penampang melintang dari tulang daun menunjukkan epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang. Terdapat mesofil terdiri dari jaringan palisade, jaringan bunga karang. Pada epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel yang berbentuk persegi panjang, kutikula tipis, Terdapat hablur 36 kalsium oksalat berbentuk prisma. Berkas pembuluh tipe kolateral. Stomata berbentuk tipe parasitik. Gambar mikroskopik dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6.

4.2.4 Pengujian kadar air, sari larut airetanol, abu total dan abu tidak larut asam pada simplisia

Hasil penetapan kadar air, sari larut airetanol, abu total dan abu tidak larut asam pada simplisia daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil penetapan karakteristik simplisia daun pandan wangi Pengujian Hasil Persyaratan MMI Edisi V Kesimpulan Kadar air 4,983 Tidak lebih dari 5 Memenuhi persyaratan Kadar sari larut air 22,493 Tidak kurang dari 7 Memenuhi persyaratan Kadar sari larut etanol 21,590 Tidak kurang dari 6 Memenuhi persyaratan Kadar abu total 4,028 Tidak lebih dari 9 Memenuhi persyaratan Kadar abu tidak larut asam 0,994 Tidak lebih dari 1 Memenuhi persyaratan Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar air simplisia daun pandan wangi memenuhi persyaratan. Penetapan kadar air pada simplisia bertujuan untuk menentukan kadar air pada simplisia yang berhubungan dengan kemudahan simplisia ditumbuhi jamur. Hasil menunjukkan bahwa simplisia memiliki kadar air yang sulit ditumbuhi oleh jamur dan memenuhi persyaratan dari MMI. Lalu, kadar sari larut air dan larut etanol merupakan indikator banyaknya zat berkhasiat yang dapat tersari baik oleh pelarut air dan etanol. Nilai kadar abu hendaknya memiliki nilai yang kecil karena parameter ini menunjukkan adanya pencemaran logam yang tahan pada suhu tinggi. Kadar abu total dan abu tidak larut asam pada 37 simplisia memenuhi persyaratan yang tertera pada MMI sehingga dapat dikatakan kadar pencemaran logam pada simplisia daun pandan wangi masih memenuhi persyaratan sebagai simplisia yang baik Isnawati, et al., 2006.

4.3 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim

4.3.1 Homogenitas sediaan krim

Pemeriksaan homogenitas dilakukan untuk melihat homogenitas sediaan krim pada saat dioleskan. Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki homogenitas yang baik. Perlakukan yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu blanko dan sediaan yang mengandung gliserin 2. Hasil yang diperoleh menunjukkan susunan yang homogen dan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan-bahan penyusun sediaan krim dan ekstrak etanol daun pandan wangi bercampur sempurna secara homogen.

4.3.2 Tipe emulsi sediaan krim

Hasil uji tipe emulsi terhadap krim yang dibuat menunjukkan bahwa formula krim ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3, gliserin 2, dan blanko dapat larut dalam air dan metil biru. Menurut Syamsuni 2006, untuk membedakan tipe emulsi dapat dilakukan dengan pengenceran fase dan pengecatan atau pewarnaan. Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan emulsi dengan mengamati penyebaran metil biru pada sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Emulsi tipe ma dapat diencerkan dengan air dan memberikan warna biru jika ditambah metil biru yang terlebih dahulu dilarutkan dalam air. 38 Tabel 4.3 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim A, B, C, D, E, F, G, dan H No. Formula Penyebaran metil biru pada sediaan Merata Tidak merata 1 A  - 2 B  - 3 C  - 4 D  - 5 E  - 6 F  - 7 G  - 8 H  - Keterangan: A : Krim blanko B : Krim ekstrak daun pandan wangi 0,5 C : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,0 D : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,5 E : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,0 F : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,5 G : Krim ekstrak daun pandan wangi 3,0 H : Krim gliserin 2,0 Dengan demikian terbukti bahwa sediaan krim yang dibuat memiliki tipe emulsi ma.

4.3.3 pH sediaan krim

Kadar keasaman untuk produk kosmetik atau produk yang digunakan untuk pemakaian luar yang berhubungan langsung dengan kulit haruslah sesuai dengan pH kulit. Hal ini dikarenakan jika produk kosmetika tersebut memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah akan menyebabkan kulit teriritasi. Wasitaatmadja 1997 menjelaskan bahwa pH sediaan krim lebih baik mendekati pH normal kulit yaitu 4,5 -7,0. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5. Berdasarkan hasil penentuan pH didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun pandan wangi yang ditambahkan maka pH 39 sediaan semakin rendah dibandingkan dengan pH sediaan blanko dan gliserin 2, hal ini dikarenakan ekstrak daun pandan wangi bersifat asam dengan pH = 4,7. Tabel 4.4 Data pengukuran pH dari sediaan krim A, B, C, D, E, F, G, dan H pada saat selesai dibuat No. Formula pH pH rata-rata I II III 1 A 6,8 6,7 6,8 6,76 2 B 6,3 6,2 6,2 6,23 3 C 6,2 6,2 6,1 6,16 4 D 6,2 6,1 6,0 6,10 5 E 6,1 6,0 6,0 6,03 6 F 5,9 6,0 5,9 5,93 7 G 5,9 5,9 5,8 5,86 8 H 6,6 6,5 6,5 6,53 Keterangan: A : Krim blanko B : Krim ekstrak daun pandan wangi 0,5 C : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,0 D : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,5 E : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,0 F : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,5 G : Krim ekstrak daun pandan wangi 3,0 H : Krim gliserin 2,0 Data penentuan pH sediaan setelah disimpan 12 minggu menunjukkan bahwa pH sediaan semakin rendah dibandingkan pH sediaan setelah dibuat berkisar antara 5,67-6,56. Perubahan pH sediaan selama penyimpanan menandakan sediaan krim tidak stabil selama penyimpanan. Ketidakstabilan ini dapat merusak produk selama penyimpanan atau penggunaan. Perubahan nilai pH akan terpengaruh oleh media yang terdekomposisi oleh suhu tinggi saat pembuatan atau penyimpanan yang menghasilkan asam atau basa. Asam atau basa ini yang mempengaruhi pH. Selain itu perubahan pH juga disebabkan faktor lingkungan seperti suhu, 40 penyimpanan yang kurang baik, ekstrak yang kurang stabil dalam sediaan karena teroksidasi Young, 1972. Tabel 4.5 Data pengukuran pH dari sediaan krim A, B, C, D, E, F, G, dan H setelah penyimpanan selama 12 minggu No. Formula pH pH rata-rata I II III 1 A 6,6 6,5 6,6 6,56 2 B 6,2 6,0 6,1 6,10 3 C 6,1 6,1 5,9 6,03 4 D 6,0 5,9 5,9 5,93 5 E 5,9 5,8 5,9 5,86 6 F 5,8 5,9 5,7 5,80 7 G 5,7 5,7 5,6 5,67 8 H 6,5 6,4 6,4 6,43 Keterangan: A : Krim blanko B : Krim ekstrak daun pandan wangi 0,5 C : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,0 D : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,5 E : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,0 F : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,5 G : Krim ekstrak daun pandan wangi 3,0 H : Krim gliserin 2,0 Menurut Balsam 1972, pH untuk sediaan krim adalah 5-8 sehingga perubahan pH sediaan di atas masih memenuhi syarat dan masih aman digunakan untuk kulit.

4.3.4 Stabilitas sediaan krim

Hasil pengamatan stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.6. Sediaan kosmetik dapat dikatakan stabil jika selama masa penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya masih sama dengan saat krim tersebut dibuat Anita, 2008. Hasil pengukuran stabilitas emulsi menunjukkan bahwa seluruh formula sediaan 41 krim tidak menunjukan perubahan organoleptis kecuali formula sediaan F karena pada formula F terjadi pecahnya emulsi berupa creaming sejak minggu ke-1 dan terjadi perubahan bau pada minggu ke-12. Creaming adalah proses perpindahan partikel ke atas permukaan emulsi akibat kerapatan partikel yang kurang, sehingga tampak pemisahan emulsi dan bersifat reversibel Djajadisastra, 2004. Tabel 4.6 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim A, B, C, D, E, F, G, dan H pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1,4,8, dan 12 minggu No Formula Pengamatan setelah Awal 1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z 1 A - - - - - - - - - - - - - - - 2 B - - - - - - - - - - - - - - - 3 C - - - - - - - - - - - - - - - 4 D - - - - - - - - - - - - - - - 5 E - - - - - - - - - - - - - - - 6 F - - - - -  - -  - -  -   7 G - - - - - - - - - - - - - - - 8 H - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan: A : Krim blanko B : Krim ekstrak daun pandan wangi 0,5 C : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,0 D : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,5 E : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,0 F : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,5 G : Krim ekstrak daun pandan wangi 3,0 H : Krim gliserin 2,0 X : Perubahan warna Y : Perubahan bau Z : Pecahnya emulsi  : Terjadi - : Tidak terjadi Perubahan bau pada formula F dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah dari natrium metabisulfit dalam proses pembuatan sediaan krim sehingga 42 perubahan bau terjadi pada minggu ke-12. Perubahan bau dapat disebabkan oksidasi oleh oksigen terhadap minyak atau lemak, selain itu cahaya merupakan katalisator timbulnya perubahan bau Budiman, 2008.

4.4 Uji Iritasi Terhadap kulit sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit relawan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Data uji iritasi terhadap kulit masing-masing sukarelawan berdasarkan reaksi iritasi berupa eritema dan edema Sukarelawan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Eritema Edema Indeks iritasi primer: 024 = 0,00 Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act Barel et al.,2009 Eritema Edema tidak eritema 0 tidak edema sangat sedikit eritema 1 sangat sedikit edema 1 eritema sedang 2 edema sedang 2 eritema parah 3 edema parah 3 eritema sangat parah 4 edema sangat parah 4 Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema. Eritema adalah kondisi medis yang ditandai dengan munculnya ruam merah pada kulit. Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh. Hasil ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk digunakan.

4.5 Kemampuan Sediaan Krim Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari

Kulit Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan diperoleh data kemampuan sediaan mengurangi penguapan air dari 43 kulit yang dapat dilihat pada Tabel 4.8. Histogram uji penguapan air dari kulit juga dapat dilihat pada Gambar 4.1. Tabel 4.8 Data kemampuan sediaan krim A, B, C, D, E, F, G, dan H untuk mengurangi penguapan air dari kulit Keterangan: A : Krim blanko B : Krim ekstrak daun pandan wangi 0,5 C : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,0 D : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,5 E : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,0 F : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,5 G : Krim ekstrak daun pandan wangi 3,0 H : Krim gliserin 2,0 Data dari pengujian yang dilakukan terhadap 12 sukarelawan, yang tertera pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.1. Sediaan krim yang ditambahkan ekstrak daun pandan wangi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3 mampu mengurangi penguapan air dari kulit masing-masing sebesar 6,64; 9,49; 15,77; 20,56; 25,25; 27,77. Sediaan blanko dan gliserin 2 mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 3,34 dan 27,41. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak daun pandan wangi 3 memiliki kemampuan yang paling tinggi dalam mengurangi penguapan air dari No Suka- relawan Pengurangan Penguapan Air pada Masing-masing Formula A B C D E F G H 1 I 1,59 7,17 15,54 16,33 19,52 22,31 23,11 24,30 2 II 2,63 3,95 5,70 10,96 14,91 16,67 18,42 17,98 3 III 1,58 2,65 5,29 8,99 13,23 20,63 24,34 10,05 4 IV 5,15 9,44 14,16 18,03 21,46 26,61 33,05 26,18 5 V 2,65 4,76 5,82 8,99 13,23 19,58 24,34 15,34 6 VI 4,46 6,25 6,70 14,73 24,55 30,80 33,48 37,50 7 VII 3,82 6,69 8,60 10,51 12,74 17,51 22,29 38,22 8 VIII 1,92 3,83 6,13 16,48 21,84 26,05 27,97 26,44 9 IX 3,35 3,83 8,61 18,18 24,40 28,23 31,10 32,54 10 X 7,80 12,39 16,06 26,15 28,90 31,65 37,16 22,02 11 XI 4,05 15,77 21,62 31,08 33,78 37,39 39,19 40,09 12 XII 1,05 1,05 1,56 8,85 18,23 25,52 27,60 37,50 Rata-rata 3,34 6,48 9,65 15,77 20,57 25,25 28,50 27,35 44 kulit dibandingkan dengan formula lainnya. Salah satu fungsi utama stratum corneum adalah meregulasi kehilangan air dari tubuh dan mengatur keseimbangan air antara tubuh dengan lingkungan. Gambar 4.1 Histogram uji pengurangan penguapan air dari kulit pada sediaan krim A, B, C, D, E, F, G, dan H Keterangan: A : Krim blanko B : Krim ekstrak daun pandan wangi 0,5 C : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,0 D : Krim ekstrak daun pandan wangi 1,5 E : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,0 F : Krim ekstrak daun pandan wangi 2,5 G : Krim ekstrak daun pandan wangi 3,0 H : Krim gliserin 2,0 Hal-hal yang dapat mempengaruhi kelembaban kulit adalah perubahan kelembaban lingkungan, temperatur, penggunaan sabun, dan aktivitas yang dilakukan Ananthapadmanabhan, et al., 2009. Sehingga, besarnya pengurangan penguapan air dari kulit masing-masing sukarelawan berbeda-beda.

4.6 Uji Hedonik