17 mineral, tumbuhan atau minyak sintetis lainnya. Minyak mineral paling
banyak digunakan selain petrolatum. b.
Pelembab humektan Mekanisme lainnya dari pelembab adalah dengan menggunakan humektan.
Humektan adalah bahan yang menyerap air. Dalam formulasi pelembab, humektan menarik air dari dermis ke epidermis yang terdehidrasi atau
menarik air dari udara sehingga terjaga kelembaban kulit Alam, et al., 2009.
Golongan humektan yaitu: golongan gula sukrosa, dekstrosa, maltosa, fruktosa dan golongan poliol glikol, sorbitol, gliserol, manitol
Purnomo, 1995.
2.4.5 Syarat dari kosmetik pelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab Tranggono dan Latifah,
2007, yaitu:
a. Mudah dipakai
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
c. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban
kulit d.
Tidak menimbulkan iritasi
2.5 Formulasi Krim
Krim dibuat dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, melalui pemberian energi
berupa pemanasan dan pengadukan Djajadisastra, 2004. Profil bahan-bahan yang digunakan dalam formula krim pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
18 1.
Asam stearat Asam stearat C
16
H
33
O
2
merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai hidrokarbon, berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut
dalam kloroform, eter, etanol, dan tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi dalam sediaan kosmetika Depkes RI, 1993.
2. Setil alkohol
Setil alkohol C
16
H
33
OH merupakan butir yang berwarna putih, berbau khas lemak, rasa tawar, dan melebur pada suhu 45-50
o
C. Setil alkohol larut dalam etanol dan eter namun tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi
sebagai pengemulsi, penstabil, dan pengental Depkes RI, 1993. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti stearil alkohol, setil alkohol, dan
gliserin monostearat digunakan terutama sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi minyak dalam air dari lotion Ansel, 2005.
3. Metil paraben
Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih, hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal Ditjen POM, 1979. Efektif pada rentang pada pH 4-8 Anita, 2008
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik
sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet
antimikroba yang paling sering digunakan. Rowe, et al., 2006.
19 4.
Trietanolamin Trietanolamin berupa cairan tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis,
mudah larut dalam etanol, dan juga berfungsi sebagai emulsifier dan pengatur pH Depkes RI, 1993.Trietanolamin secara luas digunakan pada
formulasi farmasetik topikal terutama di dalam pembentukan emulsi. Rowe et al., 2006.
5. Air
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam pembuatan krim pelembab. Air yang digunakan dalam pembuatan krim
pelembab merupakan air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara penyulingan, proses penukaran ion, dan osmosis sehingga tidak lagi
mengandung ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung molekul air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berasa, memiliki pH 5,0-7,0; dan berfungsi sebagai pelarut Depkes RI, 1993.
6. Gliserin
Gliserin C
3
H
8
O
3
disebut gliserol atau gula alkohol, merupakan cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau, dan mempunyai rasa
manis. Gliserin larut dalam alkohol dan air tetapi tidak larut dalam pelarut organik Anita, 2008.
20
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi pengambilan sampel daun pandan wangi, pembuatan ekstrak daun pandan wangi,
pembuatan sediaan krim pelembab, evaluasi terhadap mutu fisik sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, uji penentuan tipe emulsi, uji iritasi
terhadap kulit sukarelawan, uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan
air, dan uji hedonik kesukaan. 3.1
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:alat perkolasi, benang, mikroskop, tutup pot plastik, kain kasa, batang pengaduk, spatel, pot plastik,
selotip transparan, penangas air, freeze dryer VirTis “benchtop K”, pH meter Hanna Instrument, neraca analitik Boeco Germany, dan alat-alat gelas
laboratorium.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: daun pandan wangi, etanol 80, asam stearat, setil alkohol, trietanolamin TEA, gliserin,
nipagin, natrium metabisulfit, air suling, metil biru, larutan dapar pH asam 4,01, dan larutan dapar pH netral 7,01.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panelis pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah
12 orang dengan kriteria sebagai berikut Ditjen POM, 1985: