Dari berbagai persyaratan yang dijelaskan tersebut kita mengetahui apa saja syarat yang semestinya ada pada diri seorang pembimbing. Yang
mana segala sikap dan tingkah laku dirinya akan dicontoh oleh anak bimbingnya.
D. Keterampilan yang Dimiliki Pembimbing
Adapun keterampilan yang perlu dimiliki seorang pembimbing adalah keterampilan komunikasi, yaitu mendengarkan dan memerhatikan.
Disamping itu, juga kemampuan untuk menyelenggarakan konseling, mengolah data individu, melakukan wawancara, dan menggunakan
sumber-sumber yang terdapat disekolah dan masyarakat Jumhur Surya, 1975
Seorang pembimbing atau konselor perlu memperhatikan serta menguasai beberapa hal berikut ini:
18
1. Keterampilan mikro, meliputi squarely jujur, face to face,
open terbuka, lean jarak konselor-klien tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh, eye contact saling melihat, rileks.
Dengan demikian, konselor harus jujur, terbuka, menatap klien untuk mengobservasi ekspresi yang diungkap lewat masalah
klien, tidak tegang dan tidak terbawa masalah. 2.
Keterampilan non verbal Johana,2000, artinya konselor harus dapat menangkap arti reaksi ekspresi wajah, mimic, gerakan
17
Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1993 Cet IV, hlm 30-31.
18
Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd. dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si., Psi. Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar Jakarta :Bumi Aksara, 2009 h.143
mata, tubuh, tangan, untuk kemudian dapat melihat secara jelas esensi masalah yang tengah terjadi.
3. Keterampilan bersama klien secara emosional.
E. Masyaraakat
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu.
19
Menurut Peter L. Berger masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks
dalam definisi tersebut berarti bahwa kseluruhan itu terdiri atas bagian- bagian yang membenuk suatu kesatuan.
20
F. Akhlakul Karimah
1. Definisi Akhlakul Karimah
Islam menempatkan akhlak pada posisi penting yang harus dipegang teguh oleh para pemeluknya. Bahkan, tiap aspek dari ajaran
agama islam selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia Akhlakul Karimah.
Dilihat dari sudut bahasa etimologi, perkataan akhlak bahasa arab adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-
Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
21
19
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h.924
20
Janu Murdiyatmoko, Sosoilogi Mengkaji dan Memahami Masyarakat Bandung: Gafindo Media Pratama, 2007 ,h.18
21
Drs. Asmaran As., M.A., Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994, Cet II, h.2
Baik kata akhlak atau khulk keduanya dijumpai pemakaiannya dalam al-Quran, sebagai berikut:
“Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung”. QS.al-Qalam, 68:4.
Di dalam Al- Mu’jam Al-Wasit disebutkan definisi akhlak ialah
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.
22
Kata akhlakul karimah berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti mulia atau tingkah laku mulia. Dalam al-munjid kata akhlak adalah
kata jamak yang berarti “budi pekerti, perangai, tingkah laku”. Dan akhlakul karimah berarti “akhlak mulia atau tingkah laku mulia”. Di dalam al-mujam
al-wasit disebutkan akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa
membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.
23
Sedangkan akhlakul karimah menurut Abdullah adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman sesorang
22
Drs. Asmaran As., M.A., Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994, Cet II, h.2
23
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2009, h.7
kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.
24
Diantara perbuatan baik adalah pergaulan yang baik, perbuatan mulia, perkataan yang lembut, menjamu tamu, menyebarkan salam,
mengunjungi orang muslim yang sakit, mengantarkan jenazah orang muslim, bersikap baik kepada tetangga, menghormati orang tua, memenuhi
undangan makan dan mendoakannya, mendamaikan diantara manusia yang bertikai, bermurah hati, memulai salam, menahan amarah, dan memaafkan
kesalahan manusia. Akhlak Rasulullah menjadi panutan atau pedoman bagi manusia
sejak dulu hingga sekarang. Sifat beliau merupakan tauladan bagi anggota- anggota masyarakat, dan pimpinan beliau menjadi sumber ilham kebaikan
bagi umat islam sejak dahulu hingga sekarang. Dari keseluruhan definisi diatas tampak tidak ada yang
bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan lainnya dan saling melengkapi.
Berdasarkan keterangan-keterangan
di atas,
maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlakul karimah atau akhlak yang mulia adalah tingkah laku, perbuatan yang muncul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, dan kebiasaan yang mendorong untuk melakukan hal-hal yang baik tanpa berpikir dan penuh
pertimbangan lebih dahulu.
24
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al- Qur’an, Jakarta:
AMZAH, 2007 cet I, h.40
2. Macam-macam Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah telah banyak dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad s.a.w. dalam kehidupan sehari-harinya, berinteraksi sosial,
berinteraksi dengan alam, dan bahkan berinteraksi dengan Sang Penciptanya.
Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia. Akhlak mulia itu dapat dibagi menjadi tiga bagian.
25
Berikut uraiannya: a.
Akhlak Terhadap Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak
akan mampu menjangkau hakikat-Nya. b.
Akhlak yang Baik Terhadap Diri Sendiri Selaku individu manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala
kelengkapan jasmaniah dan rohaniahnya. Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan
menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung
jawabkan dengan sebaik-baiknya. Misalnya: hindari minuman beracunkeras, hindarkan perbuatan yang tidak baik, memelihara
25
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak Budi Pekerti dalam Ibadat, Jakarta: CV Karya Mulia, 2001 Cet I, h.43-45
kesucian jiwa, pemaaf dan pemohon maaf, sikap sederhana dan jujur, serta menghindari perbuatan tercela.
c. Akhlak yang Baik Terhadap Sesama Manusia
Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada
orang lain. Untuk itu ia perlu menciptakan suasana yang baik, bekerja sama, saling tolong menolong dengan orang lain, dan satu sama
lainnya saling berakhlak yang baik. Batasan-batasan akhlak di dalam agama Islam, baik akhlak
terhadap Sang Pencipta, sesama manusia maupun terhadap alam telah ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadits sehingga manusia dapat
menjadikan kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam berakhlak. Lebih tegasnya, bahwa yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam
secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk ialah al-
Qur’an dan al-Hadits.
26
Perintah ber-akhlaqul Karimah
Perintah ialah suatu yang wajib dilakukan, secara individu maupun kelompok. Perintah dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pertama,
perintah dari Allah. Kedua, perintah dari manusia. Perintah dari Allah yaitu perintah melaksanakan agama secara kaffah berupa syariat,
hukumnya wajib dilaksanakan.
27
26
Abdullah Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat Jakarta: Media Dakwah, 1994, cet.ke-4, h.12.
27
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al- Qur’an, Jakarta:
AMZAH, 2007, h.193
Perintah berakhlakul karimah dalam al-quran adalah sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baikbagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. QS.Al-Ahzab:21
G. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Akhlak
Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan pembinaan akhlak sebenarnya ialah mengembangkan potensi akhlak itu sendiri melalui pembinaan di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Potensi yang dikembangkan sudah pasti adalah potensi yang baik.
Adapun tujuan pembinaan akhlak secara spesifik telah dirumuskan oleh para ahli Psikologi Islam, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut Mohammad Atiyah Al-Abrasyi mengatakan “Tujuan
pembinaan akhlak membentuk manusia bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah
laku, berperangai, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci. ”
28
b. Mohammad Ali Hasan mengatakan bahwa “Tujuan pembinaan adalah
agar setiap orang berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau
28
Mohammad Atiyah Al-Abrsy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah.H Bustami dan A.Ghani Jakarta: Bulan Bintang. 1984. Cet.Ke-4.h.104
beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan perilaku Rasulullah serta ajaran islam.
”
29
Menurut pendapat di atas tujuan pembinaan dilakukan agar setiap yang dibina bisa berperilaku baik sesuai dengan ketentuan moral dan
agama.
Fungsi Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak mempunyai dua fungsi yaitu: a.
Fungsi kuratif; membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam proses perkembangannya atau membenatu dalam mengatasi
masalahnya. b.
Fungsi preventif; fungsi ini pembina dapat memberikan beberapa terapi sesuai dengan masalah dan keadaan siswa itu sendiri. Pembina
dapat menggunakan lima poin antara lain: 1.
Memfasilitasi perubahan tingkahlaku siswa maksudnya adalah kita sebagai pembina memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dapat mengubah tingkah laku. 2.
Menciptakan dan memelihara hubungan bukan hanya antara Pembina dengan siswa melainkan bagaimana siswa dapat
berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. 3.
Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah maksudnya membantu siswa yang bermasalah tersebut agar dapat belajar
mengatasi situasi-situasi baru yang dihadapinya dengan keterampilan untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
29
Mohammad Ali Hasan, Tuntunan Akhlak Jakarta: Bulan bintang, 1978. Cet ke-1,h.11
4. Meningkatkan kemampuan membuat keputusan yaitu
membantu siswa memperoleh dan memahami, bukan hanya kemampuan, minat, kesempatan, tetapi juga emosi dan sikap
yang mempengaruhi siswa dalam membuat keputusannya. 5.
Memfasilitasi perkembangan potensi siswa maksudnya, setiap individu merupakan mahluk yang mempunyai kemampuan
atau potensi untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri. Dengan menegembangkan potensi siswa merupakan tujuan
Pembina yang sering dilakukan di sekolah yaitu dalam memberikan pembinaan terhadap siswa dengan berupaya
meningkatkan pertumbuhan dan perkmbangan siswa dengan memberikan
kesempatan kepadanya
untuk belajar
menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal.
30
Berdasarkan kerangka teori yang telah penulis ungkapkan di atas bisa dicermati bahwa betapa pentinya peranan seorang pembimbing dalam
menumbuhkan nilai-nilai akhlak kepada siswa binaannya. Karena penanaman nilai-nilai dan akhlak yang baik itu tidak akan mungkin
berhasil hanya dengan pendidikan formal saja tetapi juga membutuhkan pembiasaan diri dan juga contoh dalam melakukan hal-hal yang baik
akhlakul karimah dalam kehidupan mereka sehari-hari.
30
Abubakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press, 2004. Cet.Ke-1, h.12
32
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA
A. Latar Belakang
Perhatian masyarakat umum terhadap anak-anak terlantar putus sekolah banyak dikaitkan pada kondisi peperangan dan kemiskinan. Situs
internet “Sebuah Dunia Anak” 2003 mengulas panjang lebar tentang anak- anak korban perang, anak-anak di tempat pengungsian, upasa lembaga
swadaya masyarakat untuk mengatasi, dan lain-lain, seolah kasus penelantaran anak merupakan kasus dramatis dalam kancah politik
internasional.
1
Keberadaan anak-anak terlantar bukanlah suatu kondisi luar biasa akibat kemelut perang atau sebagai dampak politik suatu Negara, melainkan
sebuah peristiwa yang mungkin terjadi sehari-hari namun tidak disadari oleh anggota masyarakat. Pendidikan terhadap anak sejatinya berlangsung
sepanjang masa long live education. Dengan demikian, seorang anak akan merasakan ketenangan dan ketentraman ketika mengarungi hidup ini. Untuk
mewujutkan hal itu tentunya dengan memasukkan mereka ke sekolah, sehingga dapat mempengaruhi karakter, kepribadian, wawasan, life skill dan
sikap hidup si anak di masa mendatang agar kehidupan mereka menjadi lebih layak dan lebih layak lagi.
1
Leaflet yang dikeluarkan oleh Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta