Penetapan Derajat Deasetilasi Kitosan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan oligokitosan yaitu 75-100 kGy, begitu juga berdasarkan jurnal Choi 2002 yang mengatakan bahwa dosis radiasi 100 kGy menggunakan iradiasi gamma cukup untuk degradasi kitosan, sehingga dipilih dosis 50, 100, dan 150 kGy. Kitosan yang sudah diiradiasi mengalami pemutusan rantai pada ikatan 1,4- β-glikosida, sehingga menghasilkan kitosan iradiasi oligokitosan yang mempunyai BM yang lebih rendah dari kitosan tanpa iradiasi. Pemutusan rantai kitosan pada ikatan 1,4- β-glikosida dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1 Pemutusan Rantai Kitosan pada Ikatan 1,4- β-glikosida [Sumber : Kim, 2011]

4.2 Penetapan Derajat Deasetilasi Kitosan

Parameter utama yang mempengaruhi karakteristik kitosan adalah derajat deasetilasi dan berat molekul. Derajat deasetilasi adalah persentase banyaknya gugus asetil yang hilang dan berubah menjadi gugus amina. Semakin besar derajat deasetilasi maka semakin banyak pula kitosan yang terbentuk dari kitin, sehingga lebih mudah larut dalam asam encer. Kelarutan ini disebabkan oleh adanya gugus NH 2 pada posisi C-2 pada gugus D-Glukosamin. Dengan adanya gugus NH 2 tersebut membuat kitosan bersifat polikationik sehingga dapat lebih larut dalam asam serta membuat aplikasi penggunaan kitosan semakin luas. Metode untuk menganalisis DD antara lain dengan cara titrasi, HPLC, IR, 1 H NMR, dan 13 C NMR Czechowska-Biskup, 2012. Spektroskopi 1 H NMR merupakan salah satu metode yang paling akurat untuk mengukur derajat deasetilasi. Derajat deasetilasi dapat dihitung dengan menggunakan integral dari peak proton H1 N-glukosamin, peak proton H1 N-Asetilglukosamin, dan peak dari tiga proton pada gugus asetil H-Ac. Berikut ini adalah beberapa formula yang dapat digunakan untuk menghitung derajat deasetilasi dari kitosan : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1 2 3 Keterangan : I H1-GlcN : integral H dari N-Glukosamin I H1-GlcNAc : integral H dari N-Asetilglukosamin 1 H-Ac : integral H dari Asetil Dapat dilihat pada lampiran 6 menunjukkan bahwa hasil spektrum 1 H NMR dari kitosan hasil iradiasi dan non iradiasi. Berdasarkan dengan melihat hasil spektrum tersebut, formula 1 dan 2 tidak dapat digunakan karena peak pada H-Ac mengalami overlapping dengan asam asetat yang digunakan Lavertu, 2003. Sehingga untuk perhitungan derajat deasetilasi tersebut hanya dapat dihitung dengan menggunakan formula 3. Interpretasi spektrum 1 H NMR yang dihasilkan terhadap integral dari peak proton H1 N- glukosamin dan peak proton H1 N-Asetilglukosamin berdasarkan dengan melihat gambar spektrum pada jurnal dari Czechowska-Biskup 2012 yang memperlihatkan bahwa pada daerah sekitar 4-5 ppm terdapat integral spesifik dari peak I H1-GlcN dan I H1-GlcNAc , yaitu daerah sekitar 4,3-4,4 ppm merupakan peak integral dari I H1-GlcNAc dan pada daerah 4,7-4,8 ppm merupakan peak integral dari I H1-GlcN . Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Derajat Deasetilasi dari Kitosan 0 dan 75 kGy Dosis Radiasi kGy Integral Proton Derajat Deasetilasi I H1-GlcN I H1-GlcNAc 0,839 0,029 96,658 75 1 0,063 94,073 Pada tabel 4.1 di atas menunujukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat deasetilasi dari kitosan hasil iradiasi dan non UIN Syarif Hidayatullah Jakarta radiasi, hal ini membuktikan bahwa iradiasi tidak menyebabkan pemutusan pada gugus asetilnya COCH 3 akan tetapi pemutusan rantai pada ikatan 1,4- β-glikosida pada kitosan.

4.3 Berat Molekul Viskositas Mv Kitosan