102
PKn SMPMTs Jilid 1
Sedangkan Bung Hatta, antara lain menyatakan pen- dapatnya sebagai berikut: “... Mendirikan negara yang baru,
hendaknya kita memperhatikan syarat-syarat supaya negara yang kita bikin jangan sampai menjadi negara kekuasaan. Kita
menghendaki negara pengurus, kita membangun masyarakat baru yang berdasarkan gotong-royong, usaha bersama, tujuan
kita adalah membaharui masyarakat. Tetapi, di sebelah itu janganlah kita memberikan kekuasaan yang tidak terbatas
kepada negara untuk menjadikan di atas negara baru itu suatu negara kekuasaan. Sebab itu ada baiknya dalam salah satu
pasal yang mengenai warga negara disebutkan juga sebelah hak yang sudah diberikan kepada misalnya tiap-tiap warga
negara rakyat Indonesia, supaya tiap-tiap warga negara jangan takut mengeluarkan suara”. Demikianlah pendapat Bung Hatta,
yang pendapatnya kemudian didukung Muhammad Yamin.
Pendapat Bung Hatta tersebutlah yang dijadikan dasar pemikiran masuknya hak asasi manusia dalam UUD 1945 sebab
pendapat Bung Hatta, yang esensinya untuk mencegah berkembangnya negara kekuasaan. Bung Hatta tampak melihat
dalam kenyataan bahwa pelanggaran hak asasi manusia terutama dilakukan oleh penguasa. Sedangkan pemikiran Bung
Karno yang memandang hak asasi manusia bersifat individualisme dan dipertentangkan dengan kedaulatan rakyat
dan keadilan sosial sampai saat ini masih tampak dianut terutama oleh penguasa, kiranya bukan rujukan yang akurat
dalam rangka memahami jaminan hak asasi manusia dalam UUD 1945.
Sampai abad XX perjuangan hak asasi manusia yang dilakukan masyarakat terhadap pemerintahan yang otoriter
belum berakhir. Hal ini terbukti apa yang dikhawatirkan Bung Hatta. Bahkan, memasuki abad XXI perjuangan hak asasi
manusia juga belum berakhir.
Hanya saja persoalan hak asasi manusia, demokrasi, dan lingkungan telah menjadi isu global, sehingga negara-negara
yang otoriter semakin terdesak untuk merealisasikan hak asasi manusia tidak hanya dari tuntutan masyarakatnya tetapi juga
dari dunia internasional.
3 K e l u a r g a adalah ke-
satuan yang sewajarnya
serta bersi- fat pokok
dari masya- rakat dan
berhak men- dapat per-
l i n d u n g a n dari masya-
rakat dan negara.
Pasal 17
1 S e t i a p orang ber-
hak mem- punyai mi-
lik baik s e n d i r i
m a u p u n b e r s a m a -
sama de- ngan orang
lain.
2 S e o r a n g - pun tidak
boleh di- rampas mi-
liknya de- ngan seme-
na-mena.
103
PKn SMPMTs Jilid 1
Bangsa Indonesia sebagai warga dunia dan anggota PBB memilki tanggung jawab moral untuk melaksanakan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia. Dengan adanya Ketetapan MPR No. XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-
Undang No. 391999 tentang HAM sebagai bentuk pelaksanaan hak asasi manusia.
4. Macam-macam instrumen HAM nasional
Instrumen hak asasi manusia adalah berbagai peraturan perundang-undangan yang berisikan ketentuan-ketentuan
jaminan hak asasi manusia sebagai alat untuk menjamin perlindungan dan pelaksanaan hak asasi manusia nasional di
Indonesia. Instrumen hak asasi manusia nasional bisa merupakan peraturan perundang-undangan yang memang
dibuat secara khusus untuk menjamin perlindungan hak asasi manusia, bisa juga berupa perundang-undangan yang dibentuk
untuk meratifikasi terhadap kovenan covenant internasional tentang hak asasi manusia. Kovenan yaitu perjanjian yang
mengikat bagi negara-negara yang menandatangani. Oleh karena itu, pemerintah yang telah meratifikasi terhadap kovenan
internasional tentang hak asasi manusia, maka tidak saja jaminan hak asasi manusia itu berlaku secara nasional tetapi
ketika pemerintah itu melanggar dapat digugat oleh PBB. Macam-macam instrumen hak asasi manusia nasional yaitu:
a. UUD 1945
Setelah UUD 1945 diamandemen hak asasi manusia telah terumuskan di dalamnya, yaitu pada Bab X A yang
berisikan Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J b.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Jaminan HAM dalam UU No. 39 Tahun 1999 terdiri
atas XI bab dan 106 pasal. Apabila dicermati jaminan hak asasi manusia dalam UU No. 39 Tahun 1999, secara garis
besar meliputi: 1
Hak untuk hidup misalnya hak: mempertahankan hidup, memperoleh kesejahteraan lahir batin,
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Pasal 18
Setiap orang ber- hak atas kebe-
basan pikiran, keinsyafan bathin
dan agama; dan kebebasan untuk
menyatakan aga- ma atau keprca-
yaannya dengan cara mengajar-
kannya, melaku- kannya, beriba-
dat dan menepa- tinya, baik sen-
diri maupun ber- sama-sama de-
ngan orang lain, baik di tempat
umum maupun yang tersendiri.
Pasal 19
Setiap orang ber- hak atas kebe-
basan mempu- nyai pendapat-
pendapat dengan tidak mendapat
gangguan, dan untuk mencari,
menerima dan menyampaikan
keterangan-ke- terangan dan
pendapat-penda- pat dengan cara
apapun juga dan dengan tidak
memandang ba- tas-batas.
104
PKn SMPMTs Jilid 1
2 Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
3 Hak mengembangkan diri misalnya hak: pemenuhan
kebutuhan dasar, meningkatkan kualitas hidup, memperoleh manfaat dari iptek, memperoleh
informasi, melakukan pekerjaan sosial.
4 Hak memperoleh keadilan misalnya hak: kepastian
hukum, persamaan di depan hukum. 5
Hak atas kebebasan pribadi misalnya hak: memeluk agama, keyakinan politik, memilih status kewargane-
garaan, berpendapat dan menyebarluaskannya, mendirikan parpol, LSM dan organisasi lain, bebas
bergerak dan bertempat tinggal.
6 Hak atas rasa aman misalnya hak: memperoleh suaka
politik, perlindungan terhadap ancaman ketakutan, melakukan hubungan komunikasi, perlindungan
terhadap penyiksaan, penghilangan dengan paksa, dan penghilangan nyawa.
7 Hak atas kesejahteraan misalnya hak: milik pribadi
dan kolektif, memperoleh pekerjaan yang layak, mendirikan serikat kerja, bertempat tinggal yang layak,
kehidupan yang layak, dan jaminan sosial.
8 Hak turut serta dalam pemerintahan misalnya hak:
memilih dan dipilih dalam pemilu, partisipasi langsung dan tidak langsung, diangkat dalam jabatan
pemerintah, mengajukan usulan kepada pemerintah.
9 Hak wanita hak yang samatidak ada diskriminasi
antara wanita dan pria dalam bidang politik, pekerjaan, status kewarganegaraan, keluargaperkawinan.
10 Hak anak misalnya hak: perlindungan oleh
orang tua, keluarga, masyarakat dan negara, ber- ibadah menurut agamanya, berekspresi, perlakuan
khusus bagi anak cacat, perlindungan dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan, pelecehan seksual, perdagangan
anak, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Pasal 20
1 Setiap orang mempunyai
hak atas ke- b e b a s a n
berkumpul dan berapat.
2 Tiada se- orang jua-
pun dapat dipaksa me-
masuki sa- lah satu per-
kumpulan.
Pasal 21
1 Setiap orang berhak turut
serta dalam pemerintahan
n e g e r i n y a sendiri, baik
d e n g a n l a n g s u n g
maupun de- ngan peran-
taraan wa- k i l - w a k i l
yang dipilih dengan be-
bas.
2 S e t i a p orang ber-
hak atas ke- s e m p a t a n
yang sama untuk di-
angkat da- lam jabatan
pemerintah negerinya.