Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Di Indonesia
112
PKn SMPMTs Jilid 1
Kehidupan politik masih cenderung didominasi konflik antarelit politik sering berimbas pada konflik dalam masyarakat konflik
horizontal dan elit politik lebih memperhatikan kepentingan diri kelompoknya, sementara kepentingan masyarakat sebagai
konstituennya di abaikan. Di bidang hukum masih terlihat lemahnya penegakkan hukum, banyak pejabat yang melakukan
pelanggaran hukum sulit dijamah oleh hukum, sementara ketika pelanggaran itu dilakukan oleh wong cilik hukum tampak begitu
kuat cengkeramannya.
Dalam kehidupan masyarakat juga masih tampak kurang adanya toleransi terhadap perbedaan agama dan ras. Berbagai
konflik dalam masyarakat banyak yang timbul ke permukaan bernuansa SARA. Di bidang ekonomi masih tampak dikuasai
oleh segelintir orang konglomerat, sehingga belum adanya kesempatan yang sama dalam usaha.
Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor mengapa Indonesia begitu sulit untuk keluar dari krisis politik, ekonomi,
dan sosial. Dengan kondisi yang demikian berarti bahwa pelak- sanaan hak asasi manusia masih banyak terjadi pelanggaran
dalam berbagai bidang kehidupan. Baik pelanggaran yang dilakukan oleh penguasa maupun masyarakat. Namun dalam
kenyataannya, pelanggaran tersebut cenderung pihak penguasa lebih dominan. Sebagai pemegang kekuasaan
penguasa dapat secara leluasa, serta demi untuk memenuhi kepentingannya, sering kali melakukan dengan cara-cara
manipulasi sehingga mengorbankan hak-hak masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari kita temui pelanggaran hak asasi manusia baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain.
Pelanggaran itu baik yang dilakukan oleh negarapemerintah maupun oleh masyarakat. Pertanyaannya: apa yang menjadi
ukuran bahwa di suatu negara telah terjadi pelanggaran HAM? Richard Falk Mulyana W. Kusumah, 1981: 71 mengembangkan
suatu standar guna mengukur derajat keseriusan pelanggaran hak-hak asasi manusia. Hasilnya adalah disusunnya kategori-
kategori pelanggaran hak-hak asasi manusia yang dianggap kejam, yaitu:
Pasal 26
1 Setiap orang berhak men-
dapat peng- ajaran. Pe-
ngajaran ha- rus dengan
percuma, se- tidak-tidak-
nya dalam t i n g k a t a n
sekolah ren- dah dan
t i n g k a t a n dasar. Peng-
ajaran se- kolah ren-
dah harus diwajibkan.
Pengajaran teknik dan
vak harus terbuka bagi
semua orang dan peng-
ajaran tinggi harus dapat
dimasuki de- ngan cara
yang sama oleh semua
orang ber- d a s a r k a n
kecerdasan.
113
PKn SMPMTs Jilid 1
a. pembunuhan besar-besaran genocida,
b. rasialisme resmi,
c. terorisme berskala besar,
d. pemerintahan totaliter,
e. penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia, f.
perusakan kualitas lingkungan esocida, g.
kejahatan-kejahatan perang. Akhir-akhir ini di dunia internasional maupun di Indone-
sia, dihadapkan banyak pelanggaran hak asasi manusia dalam wujud teror. Leiden Schmit Bayo Ala, 1985: 79 mengartikan
teror sebagai tindakan berasal dari suatu kekecewaan atau keputusasaan, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman tak
berkemanusiaan dan tak mengenal belas kasihan terhadap kehidupan dan barang-barang dilakukan dengan cara-cara
melanggar hukum. Teror dapat dalam bentuk pembunuhan, penculikan, sabotase, subversif, penyebaran, desas-desus,
pelanggaran peraturan hukum, main hakim sendiri, pembajakan, dan penyanderaan. Teror dapat dilakukan oleh pemerintah
maupun masyarakat oposan.
Teror sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang kejam berat, karena menimbulkan ketakutan sehingga
rasa aman sebagai hak asasi setiap orang tidak lagi dapat dirasakan. Dalam kondisi ketakutan maka seseorang atau
masyarakat sulit untuk melakukan hak atau kebebasan yang lain, sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam upaya
mengembangkan kehidupan yang lebih maju dan bermartabat.