Tujuan Pendidikan di Sekolah Dasar Hukum Dasar Pendidikan

dijadikan sumber informasi agar lebih meningkatkan kemampuan menulis yang sesuai dengan kaidah sintaksis bahasa Indonesia.

2.1.7 Tujuan Pendidikan di Sekolah Dasar

Adapun tujuan operasional pendidikan Sekolah Dasar SD dinyatakan dalam kurikulum pendidikan dasar, yaitu memberi bekal kemampuan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung, wawasan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi siswa berdasrkan tingkat perkembangannya. Selain itu, tujuan pendidikan juga untuk mempersiapkan mereka mengikuti pendidikan pada tahapan selanjutnya, yakni pendidikan di Sekolah Menengah Pertama SMP. Tujuan dari pendidikan Sekolah Dasar teruraikan seperti berikut: a. membekali kemampuan untuk membaca, menulis, serta berhitung, b. memberikan wawasan serta ketrampilan dasar yang berguna untuk siswa berdasarkan tingkat perkembangan yang bersangkutan, c. proses mempersiapkan siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Pertama SMP. Sekolah dasar bisa didefinisikan sebagai kegiatan yang dalam hal ini mendasari 3 tiga aspek dasar, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek tersebut adalah landasan pendidikan yang paling penting. Manusia membutuhkan prilaku atau sikap hidup yang positif untuk bisa menjalani kehidupan secara baik dan tentram. Manusia juga membutuhkan dasar-dasar pengetahuan supaya ketika berinteraksi tidak buta informasi. Selain itu, setiap manusia juga membutuhkan keterampilan. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis tidak hanya menuliskan kata atau kalimat saja, tetapi juga disesuaikan dengan kaidah sintaksis bahasa Indonesia agar maksud dan tujuan menulis tersampaikan dengan jelas. Maka dari itu, penelitian ini membahas mengenai analisis sintaksis bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa.

2.1.8 Hukum Dasar Pendidikan

Menurut Danim 2011: 47 terdapat empat hukum dasar pendidikan, yaitu: a. Hukum Nativisme Hukum nativisme berasumsi bahwa ada faktor kodrati yang dibawa sejak lahir. Istilah nativisme berasal dari kata natie yang berarti “terlahir” atau seperti “aslinya”. Hukum nativisme beranjak dari keyakinan bahwa perkembangan pribadi seseorang hanya ditentukan oleh faktor hereditas atau kodrati atau faktor internal individual. Faktor kodrati itu diyakini tidak dapat diubah oleh pengaruh lingkungan atau alam sekitar, termasuk pendidikan. Perkembangan kepribadian manusia semata-mata ditentukkan oleh pembawaan sejak lahir dan harus diterima secara apa adanya. Pandangan ini menyakini bahwa keberhasilan anak menjalani pendidikan atau persekolahan ditentukan oleh bawaan orisinil dari anak itu sendiri. Potensi “baik” menjadi “baik”, potensi “bodoh” menjadi “bodoh”. Dengan demikian, proses pendidikan dan pembelajaran dengan segala tindakan inheren di dalamnya yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan siswa tidak berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Pandangan ini tidak sesuai dengan penelitian mengenai analisis sintaksis bahasa Indonesia, karena tidak sesuai dengan landasan filsafat yang digunakan. Penelitian ini didasarkan pada filsafat essensialisme yang menyebutkan bahwa pendidikan dasar adalah membaca, menulis, dan menghitung. Selain itu, berdasarkan tujuan pendidikan yang bersifat sementara, peran guru sebagai fasilitator sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan menghitung anak. b. Hukum Naturalisme Pelopor hukum naturalisme ini adalah J.J. Rousseau. Menurut Rousseau lingkungan merupakan salah satu pembentuk karakter anak. Hukum naturalisme sering juga disebut negativisme, sebuah pandangan negatif tentang manusia. Pandangan ini berpedapat bahwa pendidikan sesungguhnya tidak diperlukan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian mengenai analisis sintaksis bahasa Indonesia karena manusia adalah objek material pendidikan dimana manusia sendirilah yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Kualitas hidup manusia dapat dilihat dari penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Manusia harus memahami dengan siapa berkomunikasi dan maksud serta tujuannya berkomunikasi. c. Hukum Empirisme Menurut hukum empirisme, pengetahuan dan keterampilan manusia secara total dibentuk oleh pengalaman inderawi dan perlakuan yang diterima oleh anak. John Locke berpendapat bahwa satu-satunya cara manusia memperoleh pengetahuan adalah melalui pengalaman atau penginderaan. Penelitian ini didasarkan karena keterampilan menulis siswa yang belum sesuai dengan kaidah sintaksis, maka penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pengalaman dalam meningkatkan pengatahuan dan kemampuan menulis individu. d. Hukum Konvergensi William Sterm berpendapat bahwa perkembangan pribadi manusia merupakan hasil konvergensi faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah hereditas atau bawaan dan faktor eksternal adalah lingkungan. Faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak selanjutnya. Hukum konvergensi ini diterima secara luas dalam keseluruhan praksis pendidikan, sehingga lahirlah model-model pembelajaran. Maka dari itu, penelitian analisis sintaksis bahasa Indonesia dapat dijadikan informasi untuk guru dalam menentukan metode yang digunakan dalam pembalajaran bahasa, khususnya keterampilan menulis.

2.1.9 Psikologi Pendidikan

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERILAKU AKADEMIK SISWA KELAS IV PADA DISKUSI PEMBELAJARAN PKn SD SE KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

1 23 259

ANALISIS KESALAHAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SD NEGERI BANDASARI KABUPATEN TEGAL

1 20 196

KEEFEKTIFAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SDN GUGUS NYAI AGENG SERANG TUGU SEMARANG

1 12 190

INTERFERENSI BAHASA TEGAL PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI PANGGUNG 2 KOTA TEGAL

0 20 118

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 01 SEMARANG

0 4 177

PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN SELO BOYOLALI Pemakaian Bahasa Indonesia Pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Di Kecamatan Selo Boyolali Tahun 2010/2011.

0 1 18

PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN SELO BOYOLALI Pemakaian Bahasa Indonesia Pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Di Kecamatan Selo Boyolali Tahun 2010/2011.

0 2 27

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Ketrampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Media Gambar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SDN I Granting Jogonalan Klaten

0 0 14

NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI Peningkatan Ketrampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Media Gambar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SDN I Granting Jogonalan Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 23

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES : PTK di SDN Kananga 2 Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.

0 3 29