Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
MELALUI PEMBERIAN KREDIT PADA
PT. BANK MANDIRI CABANG SOLOK SUMBAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum
O L E H :
NIM : 030200065
DIEGI DONA SARI
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(2)
PENYALURAN DANA UKM MELALUI PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI CABANG SOLOK SUMBAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
O L E H : DIEGI DONA SARI
NIM : 030200065
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Ketua Departemen
Prof. Dr. Bismar Nasution SH., M.H Nip. 131 570 455
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. Dr. Bismar Nasution SH., M.H Dr. Sunarmi SH., M.Hum Nip. 131 570 455 Nip. 131 835 566
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
(3)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur Penulis ucapkan pada Allah SWT, Sang Khalik, Sang Maha Pemberi Jalan kepada umat, yang telah mencurahkan rahmat dan karunia yang begitu besar kepada Penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Begitu pula shalawat beriring salam Penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, (Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad, wa ala alihi sayyidina Muhammad) semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir kelak.
Adalah menjadi kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuat suatu karya ilmiah dalam rangka menyelesaikan masa kuliahnya. Untuk mencapai gelar Sarjana Hukum itulah Penulis juga membuat suatu karya ilmiah yang berjudul “Penyaluran Dana UKM Melalui
Pemberian Kredit pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar”.
Kesadaran Penulis akan tidak sempurnanya hasil penulisan skripsi ini membawa harapan yang besar kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan lebih sempurna lagi, baik dari segi materi maupun cara penulisannya di masa mendatang.
Terlepas dari semua kekurangan yang ada pada skripsi ini, Penulis persembahkan skripsi ini dan Penulis memberikan penghargaan serta ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
Kedua Orangtuaku tercinta, yang selalu dengan tulus mencintai dan menyayangiku, memberikan perhatian dan kasih sayang, melakukan pengorbanan dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih, Aya Suyatman Sy
(4)
Manan (Semangat, kasih sayang, pengorbanan yang Aya berikan selama ini memberikan bukti dan pelajaran bahwa hidup itu akan menjadi lebih indah dan berharga apabila kita menjalaninya dengan penuh keikhlasan, semuanya itu milik Allah), dan Mama Yohanna (Tiada kata seindah doa yang selama ini mama berikan pada anak-anak Mama, ketulusan, kesabaran, keikhlasan dan kelucuan Mama mengajarkan kami arti sebuah kasih sayang). My Uni, kakak sekaligus sahabat terbaikku Medea Andam Sari S.Psi (Akhirnya….kita jadi Sarjana juga ya Med....), Adek-adekku tersayang Tika Mardhatilla Sari (PeDe Ka…g ada orang yang sempurna di dunia ni, cerewet begini tapi aq sayang x loh ama kau..hehehe…), Nabilla Safira en Muhammad Fadhillah (Cepet gede ya sayang…). Egi sayang semuanya…Mama, Aya, Uni, dan adek-adek merupakan sumber semangat hidup Egi, maafkan semua kesalahan dan terima kasih atas segalanya…
Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH., M.H., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Sunarmi., SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang berkenan menyediakan segenap waktu, tenaga, pikiran dan membagikan wawasan serta pengetahuan dan membimbing sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM, K, Sp. A (K), Sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang berharga mengikuti segala kegiatan yang dilaksanakan di dalam kampus USU, semoga ada kemajuan yang lebih baik lagi dalam mendukung proses belajar mengajar.
(5)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas dukungan yang besar terhadap seluruh mahasiswa/i di dalam lingkungan kampus Fakultas Hukum USU. Kami menyadari telah banyak sekali kemajuan pada fakultas sejak kepemimpinan Bapak.
3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah membimbing mahasiswa/i Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (Economic Law Student Association/ ELSA), semoga dengan semangat dan dukungan yang Bapak berikan selama ini dapat kami bawa ke dalam dunia kerja dan kehidupan sesungguhnya.
4. Ibu Dr. Sunarmi SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas dukungan yang ibu berikan sehingga Penulis dapat segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5.. Bapak Makdin Munthe SH., M.Hum., selaku Dosen Wali Penulis, terima kasih atas dukungan dan bimbingan yang selama ini Bapak berikan kepada Penulis.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis dalam proses pembelajaran selama masa perkuliahan.
7. Seluruh pegawai tata usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada seluruh mahasiswa/i, mulai dari
(6)
kami masuk kuliah hingga kami menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Hukum tercinta ini.
8. Keluarga besar Anas Sjarief di Solok, dan Keluarga besar Syamsir Manan
di Padang, Amak, Nenek, tante dan om, mohon maaf Egi tidak dapat menyebutkan satu persatu, Egi sangat berterima kasih sekali atas semua dukungan dan bantuan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan mulai dari Egi lahir hingga Egi berhasil menyelesaikan kuliah.
9. Pihak PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, yang telah memberikan informasi demi kelancaran penyusunan skripsi ini. Khususnya kepada Bapak Fernando dan Om Khairil beserta keluarga.
10. Seluruh Bapak dan Ibu Guru yang telah berjasa memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam hidupku, mulai dari SD (SD Negeri 01 Tanjung Pinang), SLTP (SLTP Negeri 05 Tanjung Pinang, SLTP Negeri 04 Solok), hingga SMU (SMU Negeri 01 Solok).
11. Ke lu arga ke d u aku d i Me d an , S ah ab at-s ah ab at te rb aikku Pu tri Marlin a S ari S H d i S u kab u m i, N ia Ave n as ari S S H , Fitri H ad ijah , Kiki Me irin a Prad ip ta, Pu s p ita S e n jayu S H , Mas n ari D arn is a H u tas u h u t S H , B e rte m u d an b e rs ah ab at d e n gan kalian m e ru p akan an u ge rah te rin d ah yan g p e rn ah ku m iliki, te rim a k as ih te la h b e rs e d ia m e n jad i te m p atku b e rke lu h ke s ah , te rim a kas ih atas u an g-u an g yan g kalian re lakan b u at aq u tan gin …h u e h e e … te rim a kas ih u d ah m au jad i s ah ab at s e kaligu s ke lu argaku …lu v u girlz… 12 . Kaw an -kaw an s e n as ib d an s e p e rju an gan d i kam p u s H u ku m U S U ,
Ayu An d an aly ( te n an g Yu , Egi yakin Ayu p as ti b is a) , Ah m ad Azh ary Lu b is , W u lan An ggrae n i Ze ga, Atria Fach rin a, W an Yu s n izar,
(7)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
Ab d u l Mu lu k Lu b is , Ari Mas ias S e m b irin g, M. Ayo d ia Rizald i, H ayatu n Pu s p a N ain ggo lan , M. S ale h Mu kad d am , Ru d i S u n ard i, Zu lian a Maro B atu b ara S H , M. An w ar Tan ju n g S H , N o ra Am e lia S H , M. B u d i Ib rah im , Izzatu l H im m ah S in aga S H , Las w in d a D ian a N as u tio n S H , S ri Cip ta, Mah aran i S H , Tau fik Mu s takim , Fe rd ian s yah , Eka Kris n aw ati, S ri Ram ad h an i S H , th an k u …I w ill b e m iz u …
13 . S ah ab at s e p an jan g h ayat N id aw ati b e s e rta ke lu arga, Mam i, Pap i, Iju l, kalo p u lan g aq p as ti n gin ap lagi…te n gkyu d ah jad i te m e n ku d ari zam an S MA d u lu h in gga s e karan g d an aq h arap p e rs ah ab atan n i akan te ru s ad a s am p ai kap an p u n …
14 . Te m an -te m an m as a S MU , S w as tika Ad in e go ro , Agu s tia Pe rm an d a, Rin i Am alia, N ike Yu lis tifo n i S yam e e r, D o ri Pu tra, te m an -te m an m as a S LTP, Irfa S u s ilaw ati, Ye n n y Fe b rian ty, Ris a Agd e li S yah id , D e lfi Arm ayan ti, W iw i H e rm aw ati, d an te m an m as a ke cilku “Me ri” Afriye n i,..Mas a-m as a in d ah s e lam a s e ko lah d u lu d e n gan kalian s e m u a g kan p e rn ah te rlu p akan ……
15 . B an g Ce m e n , te n gkyu d ah s ab ar n e m an i u n i s e lam a n i d alam s u ka m au p u n d u ka, w alo p u n le b ih b an yak d u kan ya y…h u e h e h e ….m o ga lan gge n g tru s y… Am ie n ..
16 . Ib u ko s t, m aap kalo s e lam a n i ke laku an aq s e rin g b u at ib u je n gke l….te rim a kas ih d ah jagain aq s e lam a aq jad i an ak ko s tm u …
17. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
18. Para penghuni Kampus: all of Stb ’03, ’04, ’05, ’06, dan buat yang baru datang ’07….
(8)
19. Seorang teman yang selama ini selalu menemaniku di kala senang, sedih,
gembira, terima kasih buat semua kenangan yang sudah tercipta, Kenangan
bukan untuk dilupakan tapi untuk dijadikan pelajaran. Bukankah kita bisa
mencoba belajar menjadi dewasa dar1 semua kenangan yang telah
terlalui??? tengkyu buat semuanya ya…”100402-220507”.
20 . Serta sem ua waktu yang telah terlalui, m asa yang telah terjalani, kenangan yang sudah terciptakan, yang benar-benar akan senantiasa tersim pan di dalam m em ori hatiku di sekian kejadian dalam hidupku, m ulai dari aq lahir kedunia hin gga aq berada disini sekarang…thanks for everything….
Medan, Agustus 2007 Penulis,
(9)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL DAN SKEMA ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6
D. Keaslian Penulisan ... 8
E. Tinjauan Kepustakaan... 8
F. Metode Penulisan ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBERIAN KREDIT A. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit ... 16
1. Unsur-unsur Kredit ... 16
2. Tujuan Kredit ... 18
B. Jenis-jenis Kredit ... 22
C. Pembatasan Pemberian Kredit ... 33
1. Batas Maksimum Pemberian Kredit ... 33
2. Larangan Pemberian Kredit ... 37
(10)
E. Jaminan Kredit ... 45
1. Pengertian dan Kegunaan Jaminan Kredit ... 45
2. Jenis-jenis Jaminan Kredit ... 48
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG USAHA KECIL DAN MENENGAH A. Pengertian dan Karakteristik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 57
B. Landasan Hukum Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 61
C. Ketahanan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta Prospek Bisnisnya ... 62
1. Ketahanan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 62
2. Prospek Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 67
D. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 70
BAB IV : PENYALURAN DANA UKM MELALUI PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI CABANG SOLOK SUMBAR A. Prosedur Penyaluran Dana Melalui Pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta jaminan untuk memperoleh kredit UKM pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar ... 75
1. Prosedur Penyaluran Dana Melalui Pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) pada PT Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar ... 75
(11)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
2. Jaminan Untuk Memperoleh Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada PT Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar ... 81 B. Hambatan Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar ... 84 C. Upaya Hukum yang Dilakukan PT. Bank Mandiri Cabang
Solok Sumbar terhadap Kredit yang Bermasalah ... 85
BAB V : Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL DAN SKEMA
SKEMA
SKEMA 1.1 JENIS-JENIS JAMINAN KREDIT ... 53 TABEL
(13)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
PENYALURAN DANA UKM MELALUI PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI CABANG SOLOK SUMBAR
ABSTRAKSI
*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum
***) Diegi Dona Sari
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dan mewujudkan ekonomi pasar bebas, tetapi hal ini terkendala dalam hal penyediaan modal, maka perlu dicari solusi bagaimana sebaiknya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat diberdayakan agar dapat hidup secara wajar, dimana pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan. Namun yang paling penting adalah pengadaan dana ataupun modal guna peningkatan usaha tersebut. Dan sebagian dari dana tersebut diharapkan dari lembaga keuangan seperti lembaga perbankan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba mengkaji peranan Bank khususnya PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar dalam hal penyaluran dana kredit dalam peningkatan pendapatan dan mutu dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Skripsi ini berupaya menelaah dan mengulas prosedur penyaluran dana UKM pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar dan jaminan-jaminan yang dapat dijadikan sebagai agunan untuk memperoleh pinjaman kredit UKM, serta hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pihak Bank dalam penyaluran kredit UKM, dan upaya hukum yang dapat oleh PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar terhadap nasabah debitor macet.
Didalam pembahasan terhadap permasalahan tersebut penulis melakukan penelitian dengan metode penelitian hukum normatif deskriptif dimana tahap awal penulis melakukan penelitian terhadap data sekunder yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kredit untuk UKM dan tahap selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan melakukan teknik wawancara dan mengumpulkan bahan dari narasumber yaitu Bagian Perkreditan pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penyaluran kredit bagi UKM di Kota Solok Sumbar.
Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa prosedur penyaluran kredit akan disetujui apabila debitor telah memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan oleh pihak bank, dan apabila terjadi kredit macet bank tidak langsung melakukan tindakan hukum yang keras, tetapi kepada debitor telah diusahakan perdamaian dan apabila perdamaian tidak tercapai maka hal ini akan dilimpahkan oleh bank kepada Kantor Piutang Negara dan Lelang (KPNL).
*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah negara aktif berfungsi dalam bidang-bidang kemakmuran dan keadilan sosial. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh sila kelima dari Pancasila yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Tujuan keadilan sosial ini ialah kemakmuran bersama, dengan kata lain bahwa tujuan Negara Republik Indonesia adalah membentuk suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Selain itu Undang-Undang Dasar 1945 juga mengatakan bahwa perekonomian didasarkan pada asas demokrasi ekonomi, yaitu kemakmuran bagi semua orang. Jadi jelaslah bahwa yang mengendalikan konsep demokrasi ekonomi di Indonesia itu adalah Pancasila dan UUD 1945.1
Berangkat dari konsepsi di atas, maka demokrasi ekonomi di Indonesia itu dirumuskan oleh Mubyarto sebagai “Demokrasi Ekonomi Pancasila” yang mempunyai ciri khas sebagai berikut:2
Ketiga, perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam perekonomian Pancasila terdapat solidaritas sosial.
Pertama, dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah soko guru
perekonomian.
Kedua, perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan–rangsangan ekonomi, sosial, dan yang paling penting ialah moral.
1
Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995) hal. 6.
2 Ibid.
(15)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
Keempat, perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia, yang
berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi. Sedangkan sistem perekonomian kapitalis pada dasarnya kosmopolitanisme, sehingga dalam mengejar keuntungan tidak mengenal batas-batas Negara.
Kelima, sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya keseimbangan antara perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan pada desentralisasi di dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi.
Dengan berlandaskan prinsip demokrasi ekonomi tersebut maka kemakmuran masyarakatlah yang harus diutamakan oleh pemerintah, bukan kemakmuran orang seorang.
Roda perekonomian di Indonesia didominasi oleh kegiatan perbankan, secara tidak langsung bank dapat membantu pemerintah di dalam pembangunan perekonomian di dalam negeri, yaitu dengan jalan menyediakan modal atau menjadi sumber dana untuk memperlancar jalannya lalu lintas perekonomian. Menyediakan modal atau menjadi sumber dana yang dimaksudkan di sini di antaranya dalam bentuk perkreditan bagi pengusaha-pengusaha, pemerintah daerah, maupun masyarakat golongan ekonomi lemah yang benar-benar membutuhkan atau memerlukan bantuan modal guna membiayai usaha-usaha lainnya yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapai tingkat perekonomian yang stabil hingga terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.
(16)
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.3
Konstitusi Republik Indonesia menegaskan bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional adalah memajukan kesejahteraan umum, yang berarti kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Penjabaran operasional dari paradigma strategi pembangunan berbasis kesejahteraan rakyat tersebut, maka selanjutnya pemerintah harus menetapkan kerangka umum kebijaksanaan ekonominya berdasarkan pada prioritas pemberdayaan sendi-sendi perekonomian negara berdasarkan misi dan fungsi institusionalnya yang telah disepakati sejak kemerdekaan dan tertuang dalam UUD 1945, yang selama ini kurang dilaksanakan, yaitu dengan memprioritaskan terlebih dulu pada usaha pemberdayaan kelembagaan ekonomi koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), kemudian BUMN dan selanjutnya pemberdayaan usaha swasta menengah dan besar.4
Pentingnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) khususnya Usaha Kecil (UK) di negara-negara berkembang sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran terutama dari golongan masyarakat berpendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan, serta masalah urbanisasi dengan segala efek-efek negatifnya. Artinya, keberadaan atau perkembangan Usaha Kecil dan
3
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005) hal. 7.
4
Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005) hal. 28.
(17)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
Menengah (UKM) diharapkan dapat memberi suatu kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas. Di Indonesia peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), khususnya Usaha Kecil (UK) juga sering dikaitkan dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia sering dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan anti-kemiskinan, atau kebijakan redistribusi pendapatan. 5
5
Tulus T.H. Tambunan, Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia (beberapa isu
penting), (Jakarta: Salemba Empat, 2002) hal. 1.
Di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 disebutkan “bahwa perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan UMKM dan koperasi yang telah mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar daripada rakyat Indonesia, peran UMKM yang terbesar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja”.
Untuk mencapai sasaran pembangunan di atas, upaya menggabungkan usaha kecil merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Dimana dilihat dari kebijakan yang bersifat makro, terutama yang paling menggairahkan pengusaha kecil adalah kebijakan perkreditan yang diperankan oleh perbankan.
(18)
Sejalan dengan kebijakan di atas, lembaga perbankan sejak awal pembangunan telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengembangan sektor usaha kecil, terutama melalui berbagai sistem kredit kecil, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Usaha Kecil (KUK), dan sebagainya.
Ramai-ramai melirik Usaha Kecil dan Menengah (UKM), begitulah yang dilakukan sektor perbankan dalam beberapa tahun terakhir ini. Kalau dulu bank lebih suka berhubungan dengan pengusaha-pengusaha besar dengan kredit puluhan miliar rupiah, sekarang lebih nyaman menjangkau pasar kredit di Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Fenomena ini menunjukkan hal yang sangat positif, karena perbankan diharapkan bisa berperan dalam pengembangan ekonomi nasional. Dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah pilar utama atau boleh dikatakan sebagai basis perekonomian nasional.
PT. Bank Mandiri menyalurkan dana kepada masyarakat melalui pemberian kredit, misalnya pemberian kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dalam hal ini pihak pengusaha harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak PT. Bank Mandiri, baik itu dalam hal prosedur pemberian kredit dan pembayaran kredit maupun tentang jaminan dari kredit tersebut.
Melihat besarnya peranan perbankan dalam membangun perekonomian nasional khususnya dalam penyaluran pembiayaan kepada masyarakat atau pengusaha kecil dan menengah, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
“PENYALURAN DANA UKM MELALUI PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI CABANG SOLOK SUMBAR”, sebagai penulisan
(19)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam skiripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur penyaluran dana melalui pemberian kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta jaminan untuk memperoleh kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar ? 2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Cabang
Solok Sumbar dalam pemberian kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ?
3. Upaya Hukum apa saja yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar terhadap kredit yang bermasalah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang proses penyaluran dana melalui pemberian kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) oleh PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar.
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dibahas di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami dengan jelas prosedur dan syarat-syarat serta jaminan yang harus dipenuhi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) agar PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar dapat memberikan pinjaman kredit.
(20)
2. Untuk mengetahui dan memahami hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pihak bank dalam memberikan kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
3. Untuk mengetahui dan memahami upaya hukum yang dilakukan oleh pihak PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar terhadap kredit yang bermasalah.
Skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Secara teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian ataupun masukan terhadap penyaluran dana melalui pemberian kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
2. Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun sumbangan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, memberi manfaat bagi dunia perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya, selain itu diharapkan juga agar tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi perpustakaan fakultas hukum USU.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan, pemikiran dan yang utama adalah ketertarikan penulis terhadap fenomena pemberian kredit dalam penyaluran dana kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dilakukan oleh lembaga perbankan. Artinya keaslian penulisan ini bukanlah hasil ciptaan atau penggandaan dari hasil karya orang lain. Kalaupun ternyata sudah ada judul yang hampir sama dengan ini, penulis yakin substansi pembahasannya berbeda Oleh karena itu, keaslian penulisan ini terjamin adanya.
(21)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
Kalaupun ada pendapat atau kritikan dari penulisan ini, semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam usaha menyusun dan menyelesaikan tulisan ini. Karena hal tersebut memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae yang dimaksud dengan bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubungan dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.6
Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dikemukakan oleh G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya, Bank Politik, berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.7
Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi
6
Zainal Asikin, Op. cit., hal. 4. 7
(22)
bank dalam sistem hukum Indonesia sebagai intermediary bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan “simpanan”, sedangkan penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan “kredit”. Kesimpulan ini mengandung suatu konsep dasar dari sistem perbankan di Indonesia bahwa dana masyarakat yang ditempatkan pada lembaga perbankan disebut “simpanan”, tetapi dana bank yang ditempatkan pada masyarakat disebut “kredit”. 8
Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan dapat dikatakan populer (dan merakyat), sehingga dalam bahasa sehari-hari sudah dicampur-baurkan begitu saja dengan istilah utang.
9
“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Pengertian kredit menurut UU No. 10 Tahun 1998, Pasal 1 huruf k adalah :
10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.11
8
Tri Widiyono, Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia (simpanan, jasa,
dan kredit), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006) hal. 7.
9
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) hal. 236.
10
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 huruf k.
11
(23)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
Pada dasarnya Usaha Kecil tidak mempunyai arti yang pasti, menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/ 1/ UKK/ tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah :
“ Usaha yang memiliki total asset maksimum Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian Usaha Kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah)”.
Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha yang mempunyai asset Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau omzet tahunan Rp.50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).
F. Metode Penulisan
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:
1. Jenis Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini, digunakan Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder. Sedangkan
(24)
bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan untuk dapat menggambarkan tentang Penyaluran Dana UKM melalui Pemberian Kredit pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, guna menjawab permasalahan yang ada dengan melakukan survey ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada.
2. Sumber Data a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari karyawan PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar dan pihak-pihak yang terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.
b. Data Sekunder
Data-data sekunder tersebut, meliputi: 12
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari:
a) Undang-Undang Dasar 1945.
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). c) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
d) Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
e) Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil.
f) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009.
12
Amiruddin & Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) hal. 31.
(25)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil seminar dan pendapat dari kalangan pakar hukum (buku-buku rujukan tentang perkreditan dan pengusaha kecil, berita seputar prosedur pemberian kredit pada pengusaha kecil).
3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus (hukum), ensiklopedia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.
b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data dengan cara terjun ke lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan, dan data yang diperoleh itu disebut dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen yang diperoleh dari pihak PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara (interview). Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara
(26)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang independen. 13
4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika itu merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara yang satu dengan yang lain, yang dapat dilihat sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan kemudian dilanjutkan dengan keaslian penulisan, tinjauan
13
(27)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
kepustakaan, metode penulisan, yang kemudian diakhiri oleh sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Umum tentang Pemberian Kredit
Merupakan bab yang memberikan pemahaman serta gambaran tentang unsur-unsur dan tujuan kredit, jenis-jenis kredit, pembatasan pemberian kredit, serta prinsip-prinsip pemberian kredit.
BAB III : Tinjauan Umum tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Merupakan bab yang memberikan pemahaman serta gambaran tentang pengertian dan karakteristik Usaha Kecil dan Menengah (UKM), landasan hukum Usaha Kecil dan Menengah (UKM), ketahanan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta prospek bisnisnya, dan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). BAB IV : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit pada PT. Bank
Mandiri Cabang Solok Sumbar
Bab ini merupakan perumusan pokok penulisan yang terdiri dari prosedur penyaluran dana melalui pemberian kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) oleh PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar serta jaminan untuk memperoleh kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, hambatan-hambatan pemberian kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, serta upaya hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar terhadap kredit yang bermasalah.
(28)
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari semua bab terdahulu yang telah dijelaskan serta saran-saran sebagai suatu solusi atau masukan terhadap masalah yang akan dibahas dan mungkin akan berguna bagi perkembangan penyaluran dana kepada masyarakat khususnya sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) melalui pemberian kredit yang dilakukan oleh lembaga perbankan, khususnya oleh PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar.
(29)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBERIAN KREDIT
A. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit 1. Unsur-unsur Kredit
Unsur-unsur kredit sangat erat kaitannya dengan pengertian kredit itu sendiri. Istilah kredit berasal dari bahasa Latin yaitu “credere”, “credo”, dan “creditum”, yang kesemuanya itu berarti kepercayaan. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditor sebagai orang atau lembaga yang memberi kredit yang lazimnya disebut bank, dalam hubungan perkreditan dengan debitor sebagai penerima kredit atau nasabah, saling mempunyai kepercayaan, bahwa debitor dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang bersangkutan. 14
Istilah kredit juga disebutkan di dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 huruf k, menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari rumusan pengertian kredit ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada bank konvensional kontra prestasi dari pemberian kredit ini adalah berupa bunga.15
Kredit menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak
14
Rachmadi Usman, Loc. cit. 15
Ibid., hal. 237.
(30)
peminjam atau pihak yang dibiayai untuk melunasi utangnya atau mengembalikannya beserta bunga dalam tenggang waktu yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, kredit merupakan perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan antara pihak bank dan pihak lain, nasabah peminjam dana. Perjanjian pinjam-meminjam (uang) itu dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah ditentukan akan melunasi atau mengembalikan pinjaman uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai pembayaran sejumlah bunga.16
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kredit, yaitu :
Pada umumnya, dalam perjanjiannya akan ditekankan kewajiban pihak peminjam uang untuk memenuhi kewajibannya melunasi, mengembalikan, atau mengangsur utang pokoknya beserta bunga sesuai dengan yang telah ditentukan.
17
1. kepercayaan; yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu;
2. waktu; yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya; jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana;
3. prestasi; yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra-prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan;
16
Ibid. 17
(31)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
4. risiko; yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.
2. Tujuan Kredit
Tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan dari bunga kredit yang dibebankan kepada debitor sesuai dengan ketentuan yang diperjanjikan. Tujuan kredit dapat dilihat dari dua fungsi pokok yang saling berkaitan, yaitu: 18
Berdasarkan pengertian kredit menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 huruf k, maka diambil pengertian bahwa tujuan dari kredit adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat yang kekurangan dana untuk berusaha atau menjalankan usahanya, hal ini dilakukan dengan jalan memberikan dana kepada masyarakat. Pemberian kredit ini biasanya dilakukan oleh lembaga perbankan, dimana pihak bank merupakan lembaga penyedia atau penyalur dana kepada masyarakat yang kekurangan dana, dan dana yang disalurkan tersebut diambil dari dana masyarakat yang menghimpun uangnya di bank dalam bentuk simpanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian kredit a. Profitabilitas adalah tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang diperoleh dari pungutan bunga.
b. Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitabilitynya dapat benar-benar-benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
18
M. Tohar, Permodalan dan Perkreditan Koperasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1999) hal. 89.
(32)
yang dilakukan oleh lembaga perbankan ini merupakan suatu intermediary antara masyarakat yang surplus dana dengan masyarakat yang kekurangan dana.
Tujuan perkreditan yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugasnya harus diarahkan untuk kepentingan bank, yaitu:19
Di dalam perkreditan melibatkan beberapa pihak, yaitu kreditor (bank), debitor (penerima kredit), otorita moneter, bahkan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, tujuan perkreditan berbeda-beda dan tergantung pada pihak-pihak tersebut, yaitu:
a. Membantu perkembangan kegiatan ekonomi sesuai dengan kebijaksanaan dan program pemerintah dengan tetap mendasarkan pada persyaratan bank secara teknis dan wajar.
b. Mencari keuntungan yang layak bagi bank.
c. Membantu perluasan pemanfaatan jasa-jasa perbankan lainnya, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kredit itu sendiri.
20
19
Ruddy Tri Santoso, Mengenal Dunia Perbankan (Cetakan Kedua, Edisi I), (Yogyakarta: Andi Offset, 1996) hal. 111.
20
Moh.Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial (Konsep, Tehnik, dan Kasus), (Jakarta: P T. Gramedia Pustaka Utama) hal. 2.
a. Bagi Kreditor (Bank)
Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya, selain itu tujuan pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk lainnya dalam persaingan serta perkreditan merupakan instrument penjaga likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.
(33)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
b. Bagi Debitor (Penerima Kredit)
Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik daripada sebelumnya, selain itu kredit juga bertujuan untuk meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan serta memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan.
c. Bagi Otorita
Kredit berfungsi sebagai instrument moneter, selain itu kredit juga berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan Negara, serta berfungsi sebagai instrument untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini.
d. Bagi Masyarakat
Kredit berfungsi mengurangi pengangguran, karena membuka peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan serta meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli (social buying power).
Secara umum, tujuan kredit di bank dapat dipaparkan sebagai berikut: a. memenuhi kebutuhan nasabah dalam persediaan uang tunai saat ini; b. mempertahankan standar perkreditan yang layak;
c. mengevaluasi berbagai kesempatan usaha baru;
d. mendatangkan keuntungan bagi bank dan pada saat yang sama menyediakan likuiditas yang memadai.
(34)
Tujuan dasar kredit dimaksudkan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu yang tidak boleh merugikan tujuan lainnya, bahkan harus saling menunjang atau dapat dicapai bersama. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dan melalui suatu analisis dan penelitian yang cermat untuik mencegah terjadinya kerugian bagi bank.21
Pemberian kredit khususnya kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau kepada masyarakat yang kurang mampu ini diasumsikan bahwa rakyat miskin, atau relatif miskin, berada dalam posisi mengatasi persoalan keuangan mereka dengan usahanya sendiri, apabila mereka dibantu agar menjadi produktif. Tujuan program kredit ini adalah untuk memperbaiki potensi kemandirian kelompok masyarakat dalam memecahkan persoalannya sendiri, yaitu keluar dari jurang kemiskinan.22
Dengan adanya pemberian kredit ini, diharapkan dapat menunjang pembangunan perekonomian nasional, khususnya di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sehingga masyarakat dari semua lapisan dapat ikut berperan serta di dalamnya. Dengan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berusaha khususnya masyarakat lapisan bawah, yaitu dengan pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan, maka hal ini dianggap sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran, memerangi kemiskinan, dan juga sebagai upaya untuk pemerataan pendapatan. Hal ini disebabkan karena Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu sarana untuk menciptakan lapangan kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah
21
Ruddy Tri Santoso, Loc. cit. 22
Hans Nirschl & Georg Sticker, Ilmu Berhemat Panduan Kredit Mikro untuk Usaha
(35)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
pengangguran di Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini angkanya melonjak naik akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Penyaluran dana melalui pemberian kredit yang dilakukan oleh lembaga perbankan ini diharapkan dapat menciptakan pembangunan nasional yang merata, serta dapat menciptakan kehidupan masyarakat Indonesia yang makmur, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Satu hal terakhir yang sangat penting adalah bahwa program kredit baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ekonomi lokal maupun regional.23
Fasilitas kredit sebagai aktifitas utama lembaga perbankan mempunyai konstruksi yang sama sejak dulu. Namun, kini di dalam perkembangannya terdapat berbagai perbedaan dalam pemberian kredit oleh lembaga-lembaga perbankan tersebut. Salah satunya yaitu dalam hal pembagian jenis kredit. Terdapat perbedaan dalam hal pembagian jenis kredit dari masing-masing bank, tergantung pada strategi bank yang bersangkutan.
B. Jenis-jenis Kredit
24
Menurut Munir Fuady, kredit banyak jenisnya karena dapat digolongkan berdasarkan kriteria yang digunakan, yaitu:
25
23
Ibid. 24
Tri Widiyono, Op. cit., hal. 283. 25
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996) hal. 14.
1. Penggolongan Berdasarkan Jangka Waktu
Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka suatu kredit dapat dibagi ke dalam:
(36)
a. Kredit Jangka Pendek; yakni kredit yang jangka waktunya tidak melebihi 1 tahun.
b. Kredit Jangka Menengah; yakni kredit yang mempunyai jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.
c. Kredit Jangka Panjang; dalam hal ini merupakan kredit yang mempunyai jangka waktu di atas 3 tahun.
2. Penggolongan Berdasarkan Dokumentasi Dapat dibagi ke dalam:
a. Kredit dengan perjanjian kredit tertulis.
b. Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Untuk itu dapat dibagi ke dalam: 1) Kredit lisan. Tetapi ini sangat jarang dilakukan.
2) Kredit dengan instrumen surat berharga. Misalnya kredit yang hanya lewat dokumen promes (promissory note), Obligasi (bonds), kartu kredit, dan sebagainya.
3) Kredit Cerukan (overdraft). Kredit seperti ini timbul karena: a) Penarikan/pembebanan giro yang melampaui saldonya. b) Penarikan/pembebanan R/C yang melampaui plafonnya. 3. Penggolongan Berdasarkan Bidang Ekonomi
Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi ke dalam:
a. Kredit untuk sektor pertanian, perburuhan, dan sarana pertanian. b. Kredit untuk sektor pertambangan.
c. Kredit untuk sektor perindustrian. d. Kredit untuk sektor listrik, gas, dan air. e. Kredit untuk sektor konstruksi.
(37)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
f. Kredit untuk sektor perdagangan, restoran, dan hotel. g. Kredit pengangkutan, perdagangan, komunikasi. h. Kredit untuk sektor jasa.
i. Kredit untuk sektor lain-lain.
4. Penggolongan Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya
a. Kredit Konsumtif. Ini merupakan kredit yang diberikan kepada debitor untuk keperluan konsumsi seperti kredit profesi, kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, pembelian alat-alat rumah tangga, dan lain-lain sebagainya.
b. Kredit Produktif, yang terdiri dari;
1) Kredit Investasi; yang dipergunakan untuk membeli barang modal atau barang-barang tahan lama, seperti tanah, mesin, dan sebagainya. Namun demikian, sering juga kredit ini digolongkan ke dalam kredit investasi adalah apa yang disebut sebagai Kredit Bantuan Proyek.
2) Kredit Modal kerja (Working Capital Credit/Kredit eksploitasi); untuk membiayai modal lancar yang habis dalam pemakaian, seperti untuk barang dagangan, bahan baku, overhead produksi, dan sebagainya.
3) Kredit Likuiditas; diberikan dengan tujuan untuk membantu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditas. Misalnya kredit likuiditas dari Bank Indonesia yang diberikan untuk bank-bank yang memiliki likuiditas di bawah bentuk uang.
5. Penggolongan Kredit Berdasarkan Objek yang Ditransfer Dapat dibagi kedalam:
(38)
a. Kredit Uang (Money Credit), di mana pemberian dan pengembalian kredit dilakukan dalam bentuk uang.
b. Kredit Bukan Uang (Non Money Credit, Mercantile Credit, Merchant
Credit), di mana diberikan dalam bentuk barang dan jasa, dan
pengembaliannya dilakukan dalam bentuk uang. 6. Penggolongan Kredit Berdasarkan Waktu Pencairannya
Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi lagi ke dalam:
a. Kredit Tunai (Cash Credit), di mana pencairan kredit dilakukan atau pemindahbukuan ke dalam rekening debitor.
b. Kredit Tidak Tunai (Non Cash Credit), di mana kredit tidak dibayar pada saat pinjaman dibuat. Termasuk kedalam penggolongan ini misalnya: 1) Garansi Bank atau Stand By L/C. Dalam hal ini bank akan membayar
apabila terjadi perbuatan tertentu, misalnya jika pada suatu saat pihak pemohon garansi tidak melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain, maka dalam hal seperti ini banklah yang akan membayarnya.
2) Letter of Credit, yang merupakan jaminan kepada penjual/pengirim barang
di mana bank akan membayar sejumlah uang jika dokumen-dokumen tertentu dipenuhi oleh penjual/pengirim barang.
7. Penggolongan Kredit Menurut Cara Penarikannya
Apabila dilihat dari segi penarikannya, maka suatu kredit dapat dibagi ke dalam:
a. Kredit Sekali Jadi (Alfopend). Yakni kredit yang pencairan dananya dilakukan sekaligus, misalnya secara tunai ataupun secara pemindahbukuan.
(39)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
b. Kredit Rekening Koran. Dalam hal ini, baik penyediaan dana maupun penarikan dana tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara tidak teratur kapan saja dan berulang kali. Penarikan dana oleh nasabah dilakukan selama plafon kredit masih tersedia, dilakukan dengan melalui pemindahbukuan, penarikan cek, bilyet, giro, atau perintah pemindahbukuan lainnya.
c. Kredit Berulang-ulang (Revolving Loan). Kredit semacam ini biasanya diberikan terhadap debitor yang tidak memerlukan kredit sekaligus, melainkan secara berulang-ulang sesuai kebutuhan, asalkan masih dalam batas maksimum dan masih dalam jangka waktu yang diperjanjikan. Berbeda dengan kredit rekening koran, maka kredit berulang-ulang ini lebih dibatasi (tidak dalam arti seluas-luasnya), terutama dalam hal penarikan dan penyetoran.
d. Kredit Bertahap. Kredit bertahap ini merupakan kredit yang pencairan dananya dilakukan secara bertahap dalam beberapa termin, misalnya
tranche I, II, III, dan IV.
e. Kredit Tiap Transaksi (self-liquidating atau eenmalige transactie crediet). Merupakan kredit yang diberikan untuk satu transaksi tertentu, di mana pengembalian kredit diambil dari hasil transaksi yang bersangkutan. Berbeda dengan revolving credit, maka kredit eenmalige ini tidak ditarik dananya secara berulang-ulang, melainkan sekaligus saja, yakni untuk tiap transaksi saja.
(40)
8. Penggolongan Kredit dilihat dari Pihak Kreditornya
Apabila dilihat dari segi pihak pemberi kredit, maka suatu kredit dapat digolong-golongkan ke dalam:
a. Kredit Terorganisasi (Organized Credit), yakni kredit yang diberikan oleh badan-badan yang terorganisir secara legal dan memang berwenang memberikan kredit. Misalnya bank, koperasi, dan sebagainya.
b. Kredit tidak Terorganisasi (Unorganized Credit). Merupakan kredit yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun badan yang tidak resmi untuk memberikan kredit.
Kredit tidak teroganisasi ini dapat dipilah-pilah ke dalam kategori sebagai berikut:
1) Kredit Rentenir, yakni kredit yang diberikan oleh perorangan atau badan tidak resmi untuk memberikan kredit, yang sering dijuluki lintah darat.
2) Kredit Penjual, merupakan kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli dalam suatu jual-beli, di mana barang segera diserahkan sementara harga barang dibayar kemudian secara kredit.
3) Kredit Pembeli, yang dimaksudkan adalah kredit yang juga terbit dari jual-beli, di mana uang pembelian segera diserahkan sementara barangnya diserahkan di kemudian hari. Misalnya seperti yang sering dipraktekkan dalam pembelian bahan bangunan, dan lain-lain.
9. Penggolongan Kredit Berdasarkan Negara Asal Kreditor
Apabila ditinjau dari segi asal negara dari mana kreditor berada, maka suatu kredit dapat digolong-golongkan sebagai berikut:
(41)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
a. Kredit Domestik (Domestic/Onshore Credit)
Ini merupakan kredit yang kreditornya/kreditor utamanya berasal dari dalam negeri.
b. Kredit Luar negeri (Foreign/Offshore Credit)
Merupakan kredit dengan kreditor atau kreditor utamanya berasal dari luar negeri.
10. Penggolongan Kredit Berdasarkan Jumlah kreditornya
Berdasarkan berapa banyaknya jumlah kreditornya, maka suatu kredit dapat dibagi ke dalam:
a. Kredit dengan Kreditor Tunggal
Yakni kredit yang kreditornya hanya satu orang/satu badan hukum saja. Ini yang sering disebut dengan Single Loan.
b. Kredit Sindikasi
Ini merupakan kredit di mana pihak kreditornya terdiri dari beberapa badan hukum, di mana biasanya salah satu di antara kreditor tersebut bertindak sebagai Lead Creditor/Lead Bank.
Sekalipun terdapat perbedaan pada masing-masing bank dalam penggolongan suatu jenis kredit, selain dari yang diungkapkan oleh Munir Fuady yang tersebut di atas, pada umumnya pembagian kredit dapat dilihat dari beberapa sudut pandang berikut ini:26
Dilihat dari tujuannya, pembagian kredit dapat dibedakan menjadi kredit modal kerja (KMK) dan/atau kredit investasi (KI). Kredit modal kerja
1. Dilihat dari tujuannya
26
(42)
diperuntukkan sebagai fasilitas untuk memenuhi inventory, sedangkan kredit investasi diperuntukkan sebagai pembiayaan investasi. Hal ini akan mempengaruhi pola kredit, penarikan, agunan, dan lain sebagainya.
2. Dilihat dari dana yang diberikan
Pembagian kredit berdasarkan dari dana yang disediakan bank dan pemberiannya, kredit juga dapat dibagi menjadi cash loan (kredit modal kerja dan kredit investasi) dan noncash loan (bank garansi dan letter of credit serta surat kredit berdokumen dalam negeri (SKBDN)), kredit-kredit yang berkaitan dengan transaksi L/C dan SKBDN. Termasuk dalam kaitannya dengan kredit demikian adalah pre export financing, yaitu fasilitas kredit modal kerja untuk pembiayaan bahan baku guna pembuatan barang yang akan diekspor berdasarkan L/C ekspor.
3. Dilihat dari jumlah kredit
Pembagian kredit juga sering dikaitkan dengan jumlah kredit yang diberikan, biasanya juga dikaitkan dengan nasabah bank yang bersangkutan, misalnya untuk nasabah-nasabah korporasi yang biasanya memerlukan dana yang relatif besar dan spesifikasi tersendiri, segmen ini mendapatkan perhatian tersendiri, berbeda dengan penanganan kredit lainnya. Disamping itu, hal ini juga menyangkut pemberian fasilitas dan penawaran bagi produk bank yang bersangkutan pada segmen ini yang tentunya berbeda dengan segmen lainnya. Untuk nasabah menengah atau ritel, dengan pasar dan karakteristik yang berbeda, termasuk jenis dan jumlah fasilitas kredit yang berbeda, maka penanganan kredit yang demikian juga memerlukan sentuhan yang berbeda.
(43)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
4. Dilihat dari penggunaannya
Dilihat dari penggunaannya, ada kredit untuk kegiatan konsumtif dan kredit produktif serta kredit bebas penggunaan. Termasuk di dalam golongan ini adalah kredit untuk pembelian rumah, untuk pembangunan rumah, dan untuk pembelian kendaraan.
5. Dilihat dari agunannya
Dilihat dari agunannya, kredit dapat dibedakan dengan kredit tanpa agunan/kredit bebas agunan dan kredit dengan agunan. Dalam hal ini juga terdapat pemberian kredit dengan jaminan nonkomersial, misalnya jaminan berupa surat nikah, ijazah, surat keputusan pengangkatan, dan lain sebagainya. Dilihat dari agunannya, kredit dapat dibagi menjadi berikut ini:
a. Kredit dengan agunan umum, yaitu berdasarkan Pasal 1131 KUH-Perdata.27
b. Kredit dengan agunan khusus, termasuk di antaranya jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, gadai, hak penanggungan (personal guarantee dan
corporate guarantee).
c. Disamping itu, terdapat pembagian agunan berdasarkan jenis agunan cash atau noncash. Dalam hal agunan berupa simpanan (deposito, giro, tabungan, dan sejenisnya) dinamakan cash collateral, sebaliknya jika agunan berupa nonsimpanan dinamakan noncash collateral. Terhadap agunan berupa cash collateral, lembaga pengikatan yang digunakan adalah gadai.
27
Pasal 1131 KUH-Perdata: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”
(44)
Yang terpenting dari benda yang dijadikan agunan kredit adalah loan to
value (LTV), yaitu perbandingan antara limit kredit dengan nilai agunan.
Juga perlu diperhatikan mengenai coverage ratio, yaitu perbandingan antara nilai agunan dengan limit kredit, misalnya adalah 80%dan coverage
ratio 125%.
6. Dlihat dari cara penarikannya
Dilihat dari sarana penarikannya, kredit dibedakan dengan yang menggunakan sarana kartu kredit, baik yang ditarik melalui ATM dan melalui merchant atau kredit konvensional. Namun demikian, umumnya penarikan kredit adalah pemindahbukuan dari rekening pinjaman ke rekening milik debitor. Dengan pengkreditan dana oleh bank kepada rekening debitor, berarti kredit telah cair. Harus diperhatikan bahwa pengkreditan yang dilakukan oleh bank kepada rekening debitor tersebut setelah diadakan check list terakhir atas persyaratan pencairan kredit sebagaimana diatur dalam perjanjian kredit.
7. Dilihat dari debitornya
Dilihat dari pihak debitornya kredit ada yang langsung dan tidak langsung, kredit dapat dibedakan dengan pemberian kredit secara channeling (tidak langsung) atau executing (langsung). Pola-pola pemberian kredit dengan menggunakan pola channeling (tidak langsung) atau executing (langsung), diperlukan oleh bank untuk dapat memperluas pemasaran kredit, yakni melalui agen. Sedangkan bagi pihak agen, hal ini sangat menguntungkan karena bisa mendapatkan dana segar.
Dilihat dari pihak debitornya ini, kredit dapat diberikan kepada baik badan hukum maupun bukan badan hukum serta kepada orang pribadi.
(45)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
8. Dilihat dari kreditornya
Dilihat dari kreditornya, kredit dapat diberikan secara/oleh sindikasi atau biasa (nonsindikasi).
9. Dilihat dari sisi transaksi derivatif
Terdapat variasi jenis kredit yang sangat kompleks, yaitu dalam kredit yang menyangkut transaksi derivatif. Jenis kredit ini lahir untuk menutup risiko adanya fluktuasi kurs. Oleh karena itu, pembagian kredit ini mengacu pada dasar-dasar transaksi derivatif, baik berdasarkan spot (penyerahan valuta 2 (dua) hari kerja setelah transaksi), forward (penyerahan valuta lebih dari 2 hari kerja), maupun option (hak membeli atau menjual valuta). Dari ketiga basic transaksi derivatif tersebut dapat lahir berbagai macam bentuk transaksi lain yang lebih kompleks.
10. Dilihat dari cara mendapatkan kredit
Dilihat dari cara mendapatkan kredit, dapat dibedakan antara lain: a. dengan cara membeli kredit dari lembaga/pihak lain/take over credit; b. pengambilalihan kredit dengan cara lainnya, baik melalui cara novasi,
subrogasi, cessie, dan lainnya;
c. melalui asset buying (pengalihan kredit secara subrogasi, di mana pengelolaan kredit masih tetap pada kreditor lama).
11. Dilihat dari motivasi dan dasar pemberiannya
Dilihat dari motivasi dalam pemberian kredit, maka terdapat jenis kredit berdasarkan pada kredit-kredit program pemerintah atau kredit-kredit berdasarkan ketentuan yang diterbitkan oleh lembaga/instansi/departemen, misalnya kredit untuk usaha kecil, kredit mikro, kredit usaha menengah, kredit
(46)
penerusan dana dari pemerintah, kredit penerusan dana dari laba BUMN yang disisihkan, dan lain sebagainya.
Termasuk di dalam kredit program ini adalah kredit perkebunan dan kredit kepada koperasi, termasuk juga pencampuran dari berbagai macam jenis kredit tersebut dalam suatu kredit. Di samping adanya berbagai macam derivatif kredit atau pembagian sebagaimana yang diuraikan, yang mungkin masing-masing bank mempunyai nama dan cara pembagian yang berbeda-beda.
Dari berbagai variasi bidang perkreditan seperti yang disebutkan di atas, dalam praktik terdapat berbagai dokumen kredit yang satu dengan yang lain-lain berbeda, tergantung pada jenis kredit dan bentuk serta macam kredit sebagaimana pembagian di atas. Di samping itu, dalam pemberian kredit juga perlu diperhatikan ketentuan yang berkaitan dengan penilaian kualitas aktiva produktif dan batas maksimum pemberian kredit.28
Dalam pemberian kredit, suatu bank pada hakikatnya harus menganut asas “mengambil risiko sekecil mungkin”. Risiko yang dimaksud adalah risiko terhadap kemungkinan kredit itu tidak dapat dibayar kembali oleh debitornya. Risiko itu dapat dibatasi antara lain bila suatu bank tidak terlalu banyak memberikan kredit kepada nasabah tertentu saja atau kepada pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan bank tersebut. Oleh karena itu, praktek pemberian
C. Pembatasan Pemberian Kredit 1. Batas Maksimum Pemberian Kredit
28
(47)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
kredit oleh suatu bank kepada perusahaan-perusahaan yang merupakan kelompok usaha sendiri, kepada pemegang saham dan kepada pengurus bank yang bersangkutan, harus dihindarkan atau sekurang-kurangnya sangat dibatasi. 29
Pemberian kredit yang hanya terkonsentrasikan pada hanya beberapa nasabah mengandung risiko tinggi karena kehidupan bank akan tergantung pada beberapa nasabah tersebut. Risiko ini lebih besar lagi kalau kredit tersebut diberikan kepada perusahaan-perusahaan orang dalam, karena pada umumnya kredit yang demikian ini diberikan secara kurang wajar, artinya penilaian kreditnya dilakukan secara kurang objektif, persyaratan biasanya lebih longgar dibandingkan dengan kredit lainnya, dan pada saat perusahaan grup orang dalam tersebut mengalami kesulitan, bank tidak mampu bertindak secara lugas dan tegas.
30
Untuk mencegah pemberian kredit yang berlebihan tersebut, di beberapa negara diatur secara tegas, bahkan dalam undang-undang. Di Indonesia semula pembatasan hanya disisipkan dalam ketentuan perhitungan capital adequacy yaitu dengan memberikan risk margin yang lebih besar pada kredit-kredit besar (yang melampaui 15% modal sendiri), namun kemudian ketentuan batas maksimum pemberian kredit ini untuk pertama kali ditegaskan dalam pakt oktober 1988, yang selanjutnya dikukuhkan dalam undang-undang.31
Dengan demikian yang dimaksud batas maksimum pemberian kredit yaitu suatu persentase perbandingan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank. Dalam kerangka penyedian dana ini maka ada beberapa yang dikecualikan di antaranya yaitu: penanaman dana pada BSI
29
Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 251. 30
Ibid. 31
(48)
dan surat hutang yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia; bagian dana yang diterbitkan dan/atau dijamin oleh Bank Indonesia; penyertaan modal sementara dalam rangka restrukturisasi kredit; bagian penyediaan dana yang dijamin dengan agunan tunai berupa giro, deposito, tabungan, setoran jaminan yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan; penempatan sepanjang program penjaminan pemerintah masih berlaku dan bank tersebut memenuhi persyaratan program penjaminan.32
Berdasarkan Pasal 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, maka ketentuan batas maksimum pemberian kredit dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu:33
Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari 10% tetapi tidak boleh melebihi 10% dari modal bank yang bersangkutan. Pengertian modal bank ditetapkan oleh Bank Indonesia sesuai pengertian yang a. Jenis batas maksimum 30%
Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari 30% dari modal bank, tetapi tidak boleh melebihi 30% dari modal bank yang bersangkutan. Pengertian modal bank ditetapkan Bank Indonesia sesuai dengan pengertian yang dipergunakan dalam penilaian kesehatan bank. Batas maksimum pemberian kredit ini ditujukan kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan. Kelompok (grup) merupakan kumpulan orang atau badan yang satu sama lain mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan/atau hubungan keuangan.
b. Jenis batas maksimum 10%
32
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000) hal. 421.
33
(49)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
dipergunakan dalam penilaian kesehatan bank. Batas maksimum pemberian kredit ini ditujukan kepada:
1) pemegang saham yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor bank; 2) anggota Dewan Komisaris;
3) anggota Direksi;
4) keluarga dari pihak pemegang saham, anggota Dewan Komisaris; 5) pejabat bank lainnya; dan
6) perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak pemegang saham, anggota dewan komisaris, anggota direksi, keluarga pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi, dan pejabat bank lainnya.
Dalam memberikan kredit bank dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit sebagaimana tersebut di atas. Larangan ini dimaksudkan agar dalam memberikan kredit, bank menerapkan asas-asas perkreditan yang sehat sehingga bank dapat memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya. Bank dinyatakan melakukan pelanggaran larangan terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit apabila pada saat pemberiannya saldo kredit tersebut melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pelanggaran terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit tersebut selain dapat dikenakan sanksi, juga akan diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Kemudian kepada bank diwajibkan untuk menyampaikan laporan bulanan setiap bulan kepada Bank Indonesia mengenai penyediaan dana kepada peminjam dan kelompok peminjam yang melampaui batas maksimum pemberian kredit, seluruh penyediaan dana kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank.
(50)
Apabila kewajiban ini dilanggar oleh bank, maka bank yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar denda dan/atau sanksi pidana.34
Selain batas maksimum pemberian kredit tersebut di atas, bank dalam pemberian kredit juga diatur mengenai administrasinya, misalnya bahwa:
2. Larangan Pemberian Kredit
35
Pelanggaran akan ketentuan ini dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank oleh Bank Indonesia. Pembatasan seperti a. Bank tidak diperkenankan mempertimbangkan permohonan kredit yang tidak
memenuhi persyaratan kewajiban penyampaian NPWP dan Laporan Keuangan sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/121/KEP/DIR tanggal 25 Januari 1995 tentang Penyampaian NPWP dan Laporan Keuangan Dalam Permohonan Kredit. b. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham dan
modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/70/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 Tentang Pembatasan Pemberian Kredit Untuk Pembelian Saham dan Pemilikan Saham Oleh Bank.
c. Bank perlu membatasi pemberian kredit untuk pengadaan dan atau pengolahan tanah sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/46/KEP/DIR tanggal 7 Juli 1997 Tentang Pembatasan Pemberian Kredit Untuk Pembiayaan Pengadaan dan Atau Pengolahan Tanah.
34
Ibid., hal. 253. 35
(51)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
tersebut di atas merupakan upaya dalam rangka sikap berhati-hati dan penuh perhitungan yang matang dalam melakukan kegiatan perkreditan. Hal tersebut diperlukan karena pemberian kredit mengandung risiko, dengan demikian dunia perbankan terhindarkan dari laju pertumbuhan pinjaman perbankan yang berlebihan sehingga terjaga kestabilan moneter dan kesehatan perbankan itu sendiri.
D. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang saksama terhadap pelbagai aspek. Berdasarkan penjelasan Pasal 8 Undang-Undang yang Diubah, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit adalah watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitor, yang kemudian terkenal dengan sebutan “the
five C of credit analysis” atau prinsip 5 C’s.36
Mengenai prinsip 5 C’s tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 37
Penilaian watak atau kepribadian calon debitor dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitor untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara bank dan (calon) debitor atau informasi
1. Penilaian Watak (character)
36
Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 246. 37
(52)
yang diperoleh dari pihak lain yang mengetahui moral, kepribadian dan prilaku calon debitor dalam kehidupan kesehariannya.
2. Penilaian Kemampuan (capacity)
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitor dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya atau kinerja bisnisnya menurun, maka kredit juga semestinya tidak diberikan. Kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka trend atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semakin membaik.
3. Penilaian Terhadap Modal (capital)
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitor yang bersangkutan.
Dalam praktek selama ini bank jarang sekali memberikan kredit untuk membiayai seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan modal sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat dibiayai dengan kredit bank. Jadi bank fungsinya adalah hanya menyediakan tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit dari pokoknya.
(53)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
4. Penilaian Terhadap Agunan (collateral)
Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitornya umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon debitor tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa.
5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitor (condition of economy) Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon debitor yang dibiayai bank dapat diketahui.
Bank dalam memberikan kredit, selain menerapkan prinsip 5 C’s, juga menerapkan apa yang dinamakan dengan prinsip 5 P:38
Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditor. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang positif yang benar-benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus pula 1. Party (Para Pihak)
Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu “kepercayaan” terhadap para pihak, dalam hal ini debitor. Bagaimana karakternya, kemampuannya, dan sebagainya.
2. Purpose (Tujuan)
38
(54)
diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit.
3. Payment (Pembayaran)
Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon debitor cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitor yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti, debitor punya sumber pendapatan, dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kreditnya.
4. Profitability (Perolehan Laba)
Unsur perolehan laba oleh debitor tidak kurang pula pentingnya dalam suatu pemberian kredit. Untuk itu, kreditor harus berantisipasi apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kembali kredit,
cash flow, dan sebagainya.
5. Protection (Perlindungan)
Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan debitor. Untuk itu, perlindungan dari kelompok perusahaan, atau jaminan dari holding, atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting diperhatikan. Terutama untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal di luar skenario atau di luar prediksi semula.
(55)
Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007.
Di samping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas, bank dalam memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3 R, yaitu: 39
39
Ibid., hal. 249.
1. Returns (Hasil yang diperoleh)
Returns, yakni hasil yang diperoleh oleh debitor, dalam hal ini ketika kredit
telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditor. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, di samping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada, dan sebagainya.
2. Repayment (Pembayaran Kembali)
Kemampuan bayar dari pihak debitor tentu saja juga mesti dipertimbangkan. Dan apakah kemampuan bayar tersebut macth dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
3. Risk Bearing Ability (Kemampuan Menanggung Risiko)
Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya kemampuan debitor untuk menanggung risiko. Misalnya dalam hal terjadi hal-hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu, harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan/atau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut.
(56)
Di samping prinsip-prinsip di atas, beberapa prinsip lain dalam hal pemberian kredit yang berhubungan debitor yang mesti diperhatikan oleh suatu bank adalah sebagai berikut: 40
40
Ibid., hal. 250.
1. Prinsip Matching. Yaitu harus match antara pinjaman dengan asset perseroan. Jangan sekali-kali memberikan suatu pinjaman berjangka waktu pendek untuk kepentingan pembiayaan/investasi yang berjangka panjang. Karena hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya mismatch.
2. Prinsip Kesamaan Valuta. Maksudnya penggunaan dana yang didapatkan dari suatu kredit sedapat-dapatnya haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama. Sehingga risiko gejolak nilai valuta dapat dihindari. Meskipun untuk itu tersedia apa yang disebut dengan
currency hedging.
3. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Modal. Maksudnya mestilah ada hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal. Jika pinjamannya terlalu besar disebut perusahaan yang high gearing. Sebaliknya jika pinjamannya kecil dibandingkan dengan modalnya disebut low gearing.
Post permodalan earnings yang akan didapat oleh perusahaan tidak fixed,
yaitu dalam bentuk dividen, sementara cost terhadap suatu pinjaman yaitu dalam bentuk bunga relatif tetap. Karena itu, kelangsungan suatu perusahaan akan terancam jika antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal tidak
(1)
b. Kemudian nasabah harus mengisi formulir permohonan kredit yang telah disediakan oleh pihak bank.
c. Setelah formulir dikembalikan, maka dilakukan proses On The Spot (OTS) oleh pihak bank yaitu penilaian, melihat dan mencek keadaan dilapangan baik itu usahanya atau jaminannya apakah sesuai dengan keadaan yang dilaporkan oleh calon debitor di dalam formulir permohonan kredit
d. Setelah proses OTS ini selesai, maka apabila disetujui akan dikeluarkan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK), dimana keputusan bagi jumlah limit kredit sebesar 2 Milyar kebawah dikeluarkan oleh Kantor Wilayah di Palembang, dan keputusan bagi jumlah limit kredit di atas 2 Milyar dikeluarkan oleh Kantor Pusat di Jakarta.
Mengenai jaminan atau agunan yang dijaminkan oleh nasabah PT. Bank Mandiri menetapkan bahwa jumlah benda yang dijadikan jaminan harus lebih besar 30 % dari jumlah limit kredit yang diberikan, dan benda tersebut harus bebas dari segala tuntutan, sitaan, tidak sedang digadaikan atau dijaminkan kepada pihak lain atau pembebanan dalam bentuk hak apapun atau hak untuk menebus kembali dari nasabah debitor.
2. Di dalam proses pemberian kredit hambatan-hambatan perkreditan biasanya datangnya dari debitor sendiri, seperti debitor yang tidak memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Bank Mandiri dalam mengajukan permohonan kredit, usaha calon debitor yang tidak memiliki prospek masa depan, jaminan yang tidak mencukupi, atau debitor itu sendiri merupakan debitor yang masih berstatus debitor macet pada bank lain.
(2)
3. Terhadap debitor yang berstatus macet PT. Bank Mandiri dapat melakukan upaya hukum yaitu menyerahkan kasus debitor macet tersebut kepada Kantor Piutang dan Lelang Negara (KPLN). Sebelum diserahkan kepada KPNL, pihak Bank Mandiri terlebih dahulu akan melakukan usaha-usaha yang sekiranya dapat menyelamatkan debitor tersebut. Misalnya, pemberian keringanan-keringanan terhadap debitor yang usahanya dapat diselamatkan, di antaranya yaitu menambah limit kredit, mengurangi jumlah bunga atau memperpanjang waktu pelunasan angsuran kredit. Tetapi, apabila segala usaha tersebut telah dilakukan dan ternyata debitor macet tersebut tetap tidak dapat melunasi semua hutangnya, maka Bank Mandiri akan menyerahkan kasus debitor macet ini kapada KPNL. Dan pihak Bank Mandiri sebagai kreditor tetap terkait di dalam hal penagihan yang telah dibuat oleh KPNL dengan nasabah debitor macet.
B. Saran
1. Perlu adanya pengaturan hukum nasional yang tegas mengenai pelaksanaan Kredit untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang sifatnya memaksa agar terciptanya pelaksanaan perkreditan yang benar-benar memihak kepada rakyat kecil, sehingga tujuan untuk meningkatkan taraf perekonomian bangsa Indonesia dapat tercapai.
2. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan agar proses penyaluran dana perkreditan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat berhasil adalah:
(3)
a. Kerjasama yang serasi antara pihak bank sebagai penyedia dana dengan debitor sebagai pemohon kredit dengan mengutamakan prinsip saling kepercayaan.
b. Persiapan-persiapan yang matang oleh debitor sebagai pihak pemohon kredit, yaitu dengan cara melengkapi semua persyaratan yang ditetapkan oleh pihak bank guna mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin akan ditemui selama proses perkreditan berjalan.
c. Pihak bank sebagai salah satu lembaga penyedia fasilitas perkreditan, harus dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada debitor dan memberikan bimbingan mengenai penggunaan fasilitas perkreditan tersebut secara bertanggung jawab agar proses perkreditan dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan utama dari perkreditan ini dapat benar-benar tercapai.
d. Masyarakat sebagai nasabah peminjam dana hendaknya menyadari hak dan tanggungjawabnya. Sehingga penggunaan dana dapat digunakan semaksimal mungkin dan mempunyai motivasi guna pengembangan dan kemajuan usahanya masing-masing. Dengan demikian maka pemberian pinjaman kredit ini dapat dirasakan manfaatnya demi tercapainya tujuan antara penerima dan pemberi pinjaman kredit.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin dan Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003).
Assikin, Zainal, Pokok-pokok Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995).
Bintang, Sanusi, dan Dahlan, Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000).
Djumhana, Muhamad, Hukum Perbankan Di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000).
Fuady, Munir, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996).
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2005).
(5)
Jusuf, Jopie, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003).
Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005).
Nirsch, Hans, dan Georg Sticker, Ilmu Berhemat Panduan Kredit Mikro Untuk Usaha Kecil, (Yogyakarta: Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas, 2005). Prawirokusumo, Soeharto, Ekonomi Rakyat (Konsep, Kebijakan, dan Strategi),
(Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2001).
Santoso, Ruddy Tri, Mengenal Dunia Perbankan, Cetakan Kedua, Edisi I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996).
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2003). Suyitno, Thomas, dkk, Dasar-dasar Perkreditan, (Bandung: Armedia, 1992). Tambunan, Tulus T.H, Usaha Kecil & Menengah di Indonesia (Beberapa Isu
Penting), (Jakarta: Salemba Empat, 2002).
Tjiptoadinugroho, R, Perbankan Masalah Perkreditan (penghayatan, analisis dan penuntun), (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1994).
Tjoekam, Moh, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial (Konsep, Tekhnik, dan Kasus), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999).
Tohar, M, Permodalan dan Perkreditan Koperasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1999). Triyuwono, Iwan, dkk, Emansipasi Nilai Lokal, Ekonomi dan Bisnis Pasca
Sentralisasi, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003).
Usman, Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001).
(6)
Widiyono, Tri, Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia (Simpanan, Jasa, dan Kredit), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006).
PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Republik Indonesia, Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/ 1/ UKK/ tanggal 29 Mei 1993 Tentang Kredit Usaha Kecil (KUK).