Larangan Pemberian Kredit Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar

Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 Apabila kewajiban ini dilanggar oleh bank, maka bank yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar denda danatau sanksi pidana. 34 Selain batas maksimum pemberian kredit tersebut di atas, bank dalam pemberian kredit juga diatur mengenai administrasinya, misalnya bahwa:

2. Larangan Pemberian Kredit

35 Pelanggaran akan ketentuan ini dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank oleh Bank Indonesia. Pembatasan seperti a. Bank tidak diperkenankan mempertimbangkan permohonan kredit yang tidak memenuhi persyaratan kewajiban penyampaian NPWP dan Laporan Keuangan sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27121KEPDIR tanggal 25 Januari 1995 tentang Penyampaian NPWP dan Laporan Keuangan Dalam Permohonan Kredit. b. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2370KEPDIR tanggal 28 Februari 1991 Tentang Pembatasan Pemberian Kredit Untuk Pembelian Saham dan Pemilikan Saham Oleh Bank. c. Bank perlu membatasi pemberian kredit untuk pengadaan dan atau pengolahan tanah sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3046KEPDIR tanggal 7 Juli 1997 Tentang Pembatasan Pemberian Kredit Untuk Pembiayaan Pengadaan dan Atau Pengolahan Tanah. 34 Ibid., hal. 253. 35 Muhamad Djumhana, Op. cit., hal. 422. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 tersebut di atas merupakan upaya dalam rangka sikap berhati-hati dan penuh perhitungan yang matang dalam melakukan kegiatan perkreditan. Hal tersebut diperlukan karena pemberian kredit mengandung risiko, dengan demikian dunia perbankan terhindarkan dari laju pertumbuhan pinjaman perbankan yang berlebihan sehingga terjaga kestabilan moneter dan kesehatan perbankan itu sendiri.

D. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang saksama terhadap pelbagai aspek. Berdasarkan penjelasan Pasal 8 Undang-Undang yang Diubah, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit adalah watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitor, yang kemudian terkenal dengan sebutan “the five C of credit analysis” atau prinsip 5 C’s. 36 Mengenai prinsip 5 C’s tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 37 Penilaian watak atau kepribadian calon debitor dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitor untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara bank dan calon debitor atau informasi 1. Penilaian Watak character 36 Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 246. 37 Ibid. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 yang diperoleh dari pihak lain yang mengetahui moral, kepribadian dan prilaku calon debitor dalam kehidupan kesehariannya. 2. Penilaian Kemampuan capacity Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitor dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya. Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya atau kinerja bisnisnya menurun, maka kredit juga semestinya tidak diberikan. Kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka trend atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semakin membaik. 3. Penilaian Terhadap Modal capital Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitor yang bersangkutan. Dalam praktek selama ini bank jarang sekali memberikan kredit untuk membiayai seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan modal sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat dibiayai dengan kredit bank. Jadi bank fungsinya adalah hanya menyediakan tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit dari pokoknya. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 4. Penilaian Terhadap Agunan collateral Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitornya umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon debitor tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa. 5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitor condition of economy Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon debitor yang dibiayai bank dapat diketahui. Bank dalam memberikan kredit, selain menerapkan prinsip 5 C’s, juga menerapkan apa yang dinamakan dengan prinsip 5 P: 38 Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditor. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang positif yang benar-benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus pula 1. Party Para Pihak Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu “kepercayaan” terhadap para pihak, dalam hal ini debitor. Bagaimana karakternya, kemampuannya, dan sebagainya. 2. Purpose Tujuan 38 Ibid., hal. 248. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit. 3. Payment Pembayaran Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon debitor cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitor yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti, debitor punya sumber pendapatan, dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kreditnya. 4. Profitability Perolehan Laba Unsur perolehan laba oleh debitor tidak kurang pula pentingnya dalam suatu pemberian kredit. Untuk itu, kreditor harus berantisipasi apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kembali kredit, cash flow, dan sebagainya. 5. Protection Perlindungan Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan debitor. Untuk itu, perlindungan dari kelompok perusahaan, atau jaminan dari holding, atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting diperhatikan. Terutama untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal di luar skenario atau di luar prediksi semula. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 Di samping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas, bank dalam memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3 R, yaitu: 39 39 Ibid., hal. 249. 1. Returns Hasil yang diperoleh Returns, yakni hasil yang diperoleh oleh debitor, dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditor. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, di samping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada, dan sebagainya. 2. Repayment Pembayaran Kembali Kemampuan bayar dari pihak debitor tentu saja juga mesti dipertimbangkan. Dan apakah kemampuan bayar tersebut macth dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. 3. Risk Bearing Ability Kemampuan Menanggung Risiko Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya kemampuan debitor untuk menanggung risiko. Misalnya dalam hal terjadi hal- hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu, harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan danatau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 Di samping prinsip-prinsip di atas, beberapa prinsip lain dalam hal pemberian kredit yang berhubungan debitor yang mesti diperhatikan oleh suatu bank adalah sebagai berikut: 40 40 Ibid., hal. 250. 1. Prinsip Matching. Yaitu harus match antara pinjaman dengan asset perseroan. Jangan sekali-kali memberikan suatu pinjaman berjangka waktu pendek untuk kepentingan pembiayaaninvestasi yang berjangka panjang. Karena hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya mismatch. 2. Prinsip Kesamaan Valuta. Maksudnya penggunaan dana yang didapatkan dari suatu kredit sedapat-dapatnya haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama. Sehingga risiko gejolak nilai valuta dapat dihindari. Meskipun untuk itu tersedia apa yang disebut dengan currency hedging. 3. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Modal. Maksudnya mestilah ada hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal. Jika pinjamannya terlalu besar disebut perusahaan yang high gearing. Sebaliknya jika pinjamannya kecil dibandingkan dengan modalnya disebut low gearing. Post permodalan earnings yang akan didapat oleh perusahaan tidak fixed, yaitu dalam bentuk dividen, sementara cost terhadap suatu pinjaman yaitu dalam bentuk bunga relatif tetap. Karena itu, kelangsungan suatu perusahaan akan terancam jika antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal tidak reasonable. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 4. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Aset. Alternatif lain untuk menekan risiko dari suatu pinjaman adalah dengan memperbandingkan antara besarnya pinjaman dengan asset, yang juga dikenal dengan gearing ratio. Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit di atas, pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitor berpedoman kepada 2 prinsip, yaitu: 41 41 Hermansyah, Op. cit., hal. 61. 1. Prinsip Kepercayaan Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitor selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitor sesuai dengan peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitor yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 2. Prinsip Kehati-hatian prudential principle Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kapada nasabah debitor harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009

E. Jaminan Kredit 1. Pengertian dan Kegunaan Jaminan Kredit

Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung kembali pembayaran suatu utang. 42 Adapun yang dimaksud jaminan dalam pemberian kredit menurut Pasal 2 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2369KEPDIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, yaitu keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Sedangkan guna memperoleh keyakinan tersebut maka bank sebelum memberikan Jaminan merupakan salah satu elemen penting bagi bank dalam memberikan kredit, baik itu perbankan konvensional, maupun perbankan syariah. Pentingnya jaminan ini pada umumnya adalah disebabkan karena bank ingin mendapat kepastian bahwa kredit yang diberikan kepada debitor dapat diterima kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Dengan kata lain dengan adanya jaminan akan memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan tersebut Selain itu jaminan juga berguna untuk memberikan dorongan kepada debitor untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali dana yang sudah dipinjamkan kepadanya, agar barang yang dijaminkannya tidak disita atau bahkan dilelang oleh bank sebagai pemenuhan perjanjian kreditnya. 42 Thomas Suyitno, dkk, Dasar-dasar Perkreditan, Bandung: Armedia, 1992 hal. 88. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 kreditnya harus melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitor. 43 Pentingnya jaminan ini dalam pemberian kredit pada dunia perbankan terlihat pada Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998 44 Adapun yang dimaksud dengan asas-asas perkreditan yang sehat itu adalah: , menyatakan pentingnya kedudukan jaminan ini, dimana bank dalam memberikan kredit wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan kredit dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dari Pasal tersebut dapat diketahui bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit itu lebih dititik beratkan pada keyakinan bank atas pelunasan kredit oleh nasabah, sedangkan untuk memperoleh keyakinan tersebut harus melalui penilaian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitor. 45 43 Muhamad Djumhana, Op. cit., hal. 393. 44 Lihat Pasal 8 dan penjelasannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 45 Muhamad Djumhana, Op. cit., hal. 392. a. bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis; b. bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian; c. bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham, dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham; atau Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 d. bank tidak diperkenankan memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit legal lending limit. Kegunaan jaminan kredit adalah untuk: a. memberikan hak dan kekuasaan kapada bank untuk mendapat pelunasan dari hasil penjualan jaminan kredit tersebut apabila debitor melakukan cidera janji, yaitu untuk membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian; b. menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil terjadinya; c. memberi dorongan kepada debitor untuk memenuhi perjanjian kredit khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank. Dapat disimpulkan bahwa jaminan kredit bank berfungsi untuk menjamin pelunasan utang debitor apabila debitor cidera janji atau pailit. Jaminan kredit akan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak perbankan bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusikan jaminan kredit perbankannya. Diegi Dona Sari : Penyaluran Dana UKM Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar, 2007. USU Repository © 2009 Subekti menyatakan bahwa karena lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka jaminan yang baik ideal itu adalah: 46 Jaminan lahir karena undang-undang adalah jaminan yang adanya karena ditentukan oleh undang-undang, tidak perlu ada perjanjian antara kreditor dan debitor. a. yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukan; b. yang tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan meneruskan usahanya; c. yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila diperlukan dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utang si penerima pengambil kredit.

2. Jenis-jenis Jaminan Kredit a. Jaminan Lahir Karena Undang-Undang dan Lahir Karena Perjanjian