Terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Medan (1952-1985)

(1)

TERBENTUKNYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG MEDAN (1952-1985)

SKRIPSI SARJANA

DISUSUN O L E H

NAMA :DARU IRAWADI NIM :020706015

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

TERBENTUKNYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG MEDAN (1952-1985)

Yang diajukan oleh: Nama: DARU IRAWADI

Nim: 020706015

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,

Dra. Nurhabsyah, M. Si tanggal NIP 131460526

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U tanggal NIP 131284309

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

TERBENTUKNYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG MEDAN (1952-1985)

Skripsi Sarjana Dikerjakan

O L E H

Daru Irawadi NIM : 020706015

Pembimbing,

Dra. Nurhabsyah, M. Si NIP 131460526

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U. NIP : 131284309


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada :

Tanggal : 23 Desember 2008 Hari : Selasa

Fakultas Sastra USU Dekan,

Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D. NIP : 132098531

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1 ……… (………..)

2 ……… (………..)

3. ……… (………..)

4. .……… (………..)


(6)

Ucapan Terima Kasih

Rasa syukur yang teramat besar penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memudahkan usaha penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada junjungan besar umat Islam, Rasulullah Muhammad SAW. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Rinaldi dan Ibunda Maladi Ratna Dewi yang telah mencurahkan kasih sayang, memberikan dukungan materil dan spiritual yang tak mungkin mampu bagi penulis untuk membalas semuanya. Adinda Wahyu Indarmawan, Sigit Sanjaya, dan Dimas Purnomo Hadi semoga kita selalu dilimpahkan rahmat oleh Allah SWT.

2. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis DTM & H.SP (AK).

3. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menjalani ujian skripsi agar mendapatkan gelar kesarjanaan. Ketua Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U yang telah memberikan banyak bantuan, kemudahan serta pengalaman selama penulis menjalani masa perkuliahan, yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

4. Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan perhatian, bantuan serta arahan yang sangat berarti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dra. Hj. Haswita, selaku Dosen Wali yang telah memberikan nasehat terhadap penulis selama menjalani masa perkuliahan. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu Sejarah, terima kasih penulis ucapkan atas ilmu pengatahuan yang telah diberikan selama ini, semoga nantinya menjadi manfaat bagi penulis.

6. Bang Ampera Wira, orang yang banyak membantu penulis selama menjalani masa perkuliahan. Nasehat dan bantuannya akan selalu diingat. Lucki Armanda atas segala ide, informasi dan bantuannya.

7. Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada Bapak Yusuf Hanafiah, Bapak Agusli Matondang, terkhusus Bang Eko yang banyak memberikan masukan dan


(7)

infonya kepada penulis, Ranu Putra Armidin, Samsir Pohan, Pengurus HMI Cabang Medan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi, data-data serta bantuan yang dibutuhkan oleh penulis.

8. Seluruh pengurus dan anggota Keluarga Besar HMI Komisariat Fakultas Sastra USU, yang telah memberikan banyak informasi dan dukungan kepada penulis. 9. Belli Juna Bukit, Bambang Eka Putra dan Keluarga serta Ringgus Savard, sahabat

seperjuangan yang telah mendukung dan membantu penulis. Sahabat-sahabat di kost Kamboja12, terkhusus Donna, Hendri Sirait, Bang Ronal yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama ini.

10. ]Terima kasih banyak kepada kawan-kawan seangkatan (2002); Sandri, Dedi Irawan, Bohal, Nurbaity, Aie, Opit, Miftah, Tommy, Anthony, Zulkifli Sembiring dan lainnya, atas warna kehidupan baru bagi penulis selama berkuliah. Terima kasih kepada seluruh kawan-kawan dan adinda angkatan Sejarah 2003; Alex, Abdul Rahman, Jonathan, Fitria Anggraini dan Fanny Handayani dan Keluarga, atas segala dukungan dan semangatnya. Terima Kasih juga kepada seluruh Mahasiswa Ilmu Sejarah USU.

11. Terima kasih tidak ternilai buat Guru ngaji dan Guru-guruku dari TK hingga SPK, berkat Kalian penulis bisa sampai ke jenjang perkuliahan.

12. Terima kasih kepada seluruh pengurus BIGREDS (You’ll Never Walk Alone..!!) 13. Terima kasih teristimewa buat Jenny Veronika Damanik atas segala curahan,

perjuangan dan kesabarannya.

14. Terima kasih kepada seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu.


(8)

Kata Pengantar

Alhamdulillah….

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat beserta Salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pencerahan kehidupan bagi umat manusia.

Akhirnya, dengan segala usaha dan bantuan berbagai pihak, skripsi dengan judul “Terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Medan (1952-1985)” ini telah selesai ditulis. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan sekaligus untuk meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena keterbatasan penulis, baik pada interpretasi konsep maupun teknis dan juga kurangnya referensi yang penulis peroleh. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua sebagai penikmat sejarah, karena sejarah merupakan bagian dari hidup kita.

Medan, Desember 2008


(9)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Abstrak...v

Bab I Pendahuluan ...1

1. 1 Latar Belakang Masalah ...1

1. 2 Rumusan Masalah...7

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

1. 4 Tinjauan Pustaka...8

1. 5 Metode Penelitian ...9

Bab II Latar Belakang Berdirinya HMI di Medan………..……..12

2.1 Gambaran Umum Kota Medan…………..………..…… 12

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi……….…………...17

2.3 Kondisi Sosial Budaya………..20

2.4 Terbentuknya HMI Cabang Medan………23

2.5 Asas, Visi dan Misi HMI………27

2.5.1. Asas………..……...27

. 2.5.2. Visi dan Misi……….………..……..……32

. 2.5.3. Prinsip Perjuangan HMI……….…...……….35

2.6. Independensi HMI………..……..…...37


(10)

2.6.2. Sifat Independen HMI……….….………..40

2.6.3. Peranan Independensi HMI...……….……43

2.7. Struktur Kepengurusan HMI………...44

2.8. KOHATI (Korps HMI-Wati)...……….………….49

2.8.1. Analisa Tujuan KOHATI………51

2.8.2. Tafsir Status KOHATI………...52

2.8.3. Tafsir Sifat KOHATI………..53

2.8.4. Tafsir Fungsi Dan Peran KOHATI……….54

2.9. Pedoman Pembinaan KOHATI……….56

2.9.1. Pola Dasar Pembinaan KOHATI……….………59

Bab III Perkembangan HMI di Kota Medan……….…………...63

3.1. Fase-Fase perkembangan HMI Cabang Medan………63

3.1.1. Fase Pengokohan dan Pertumbuhan HMI ( 1952 – 1963 )………64

3.1.2. Fase Tantangan ( 1964 – 1965 )……….68

3.1.3. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru dan Angkatan 66 (1966–1968 )………..73

3.1.4. Fase Pembangunan Nasional (1969 – 1985 )……….75

Bab IV Peranan HMI di Kota Medan……..…..……….81

4.1. Bidang Organisasi………...………..81

4.2. Bidang Pendidikan Dan Perguruan Tinggi………84


(11)

Bab V Kesimpulan dan Saran………...90

5. 1 Kesimpulan………...90

5. 2 Saran……… ….92

Daftar Pustaka……….…...93


(12)

ABSTRAK

Organisasi merupakan sebuah wadah dimana tempat mendidik para kadernya untuk dapat terjun kemasyarakat luas. Organisasi diharapkan dapat menjadi ujung tombak dari pergerakan mahasiswa untuk dapat menjadi alat penyeimbang dari semua kebijakan yang dibuat pemerintah. Berdirinya juga dipengaruhi dari organisasi yang sudah ada di luar sumatera utara, yaitu Yogyakarta, sebagai tempat berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam pertama kali.

Pendirian organisasi ini tidak terlepas dari peran pendidikan sebagai salah satu alasan berdirinya himpunan ini. Pendidikan yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Pendidikan tingkat tinggi merupakan pendidikan yang merupakan jenjang terakhir bagi para peserta didik, yang merupakan sasaran utama perkaderan Himpunan Mahasiswa Islam ini. Universitas merupakan tempat pelaksanaan pendidikan tingkat tinggi ini. Berdirinya universitas pertama kali di Sumatera Utara merupakan awal catatan penting tentang berdirinya organisasi HMI.

Himpunan Mahasiswa Islam merupakan suatu bentuk organisasi atau perkumpulan mahasiswa Islam yang menampung para mahasiswa Islam yang terdapat di seluruh universitas khususnya di Medan. Dalam perjalanannya, HMI mengembangkan diri dari bentuk komisariat untuk menjadi cabang, seiring dengan perjalanannya juga banyak dinamika pergerakan yang terjadi didalam tubuh HMI sendiri, baik ditingkat pusat dan Cabang Medan

Melalui penelitian terhadap Himpunan Mahasiswa Islam ini, penulis bertujuan dapat mengetahui latar belakang berdirinya, perkembangan, serta peranan dari Himpunan Mahasiswa Islam di kota Medan pada tahun 1952 hingga tahun 1985.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis melakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari berbagai literatur dan buku yang relevan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan penelitian lapangan berupa wawancara dilakukan terhadap tokoh yang berhubungan atau mengetahui informasi tentang Himpunan Mahasiswa Islam untuk memperoleh sumber secara lisan


(13)

ABSTRAK

Organisasi merupakan sebuah wadah dimana tempat mendidik para kadernya untuk dapat terjun kemasyarakat luas. Organisasi diharapkan dapat menjadi ujung tombak dari pergerakan mahasiswa untuk dapat menjadi alat penyeimbang dari semua kebijakan yang dibuat pemerintah. Berdirinya juga dipengaruhi dari organisasi yang sudah ada di luar sumatera utara, yaitu Yogyakarta, sebagai tempat berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam pertama kali.

Pendirian organisasi ini tidak terlepas dari peran pendidikan sebagai salah satu alasan berdirinya himpunan ini. Pendidikan yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Pendidikan tingkat tinggi merupakan pendidikan yang merupakan jenjang terakhir bagi para peserta didik, yang merupakan sasaran utama perkaderan Himpunan Mahasiswa Islam ini. Universitas merupakan tempat pelaksanaan pendidikan tingkat tinggi ini. Berdirinya universitas pertama kali di Sumatera Utara merupakan awal catatan penting tentang berdirinya organisasi HMI.

Himpunan Mahasiswa Islam merupakan suatu bentuk organisasi atau perkumpulan mahasiswa Islam yang menampung para mahasiswa Islam yang terdapat di seluruh universitas khususnya di Medan. Dalam perjalanannya, HMI mengembangkan diri dari bentuk komisariat untuk menjadi cabang, seiring dengan perjalanannya juga banyak dinamika pergerakan yang terjadi didalam tubuh HMI sendiri, baik ditingkat pusat dan Cabang Medan

Melalui penelitian terhadap Himpunan Mahasiswa Islam ini, penulis bertujuan dapat mengetahui latar belakang berdirinya, perkembangan, serta peranan dari Himpunan Mahasiswa Islam di kota Medan pada tahun 1952 hingga tahun 1985.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis melakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari berbagai literatur dan buku yang relevan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan penelitian lapangan berupa wawancara dilakukan terhadap tokoh yang berhubungan atau mengetahui informasi tentang Himpunan Mahasiswa Islam untuk memperoleh sumber secara lisan


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah adalah kegiatan manusia dan segala kejadian atau peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia pada masa lampau yang mengakibatkan perubahan dalam aspek kehidupan manusia. Sejarah dalam arti objektif adalah suatu kejadian yang menunjuk kepada suatu kejadian atau peristiwa kejadian itu sendiri, ialah proses aktualitasnya dan hanya sekali terjadi tidak dapat berulang lagi. Keseluruhan bagian tersebut tidak terlepas dari objek atau pelaku yang terlibat didalamnya, jadi objektif berarti tidak memuat unsur-unsur subjek pengamat atau pencerita. Uraian cerita yang ada dalam sejarah merupakan suatu kesatuan yang berkesinambungan antara yang satu dengan yang lainnya yang mencakup fakta-fakta yang terangkai untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik struktur maupun proses yang terjadi, dan fungsi unsur itu saling menopang dan saling bergantung satu sama lain.1

Penulisan sejarah dalam kejadian – kejadian masa lampau, tidak terlepas dari gambaran dari suatu masyarakat umum, dengan pelbagai aspek kehidupan termasuk ekonomi politik, religius, dan kesenian yang mencakup unsur– unsur kebudayaan masyarakat.2

1

Louis, Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm.27-28

2

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: :P.T.Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm.153


(15)

Sejarah dalam kehidupan dan juga untuk kehidupan yang akan datang, sejarah selalu mengikuti perkembangan jaman serta melihat permasalahan yang terjadi dalam lingkungan alam. Sehingga pada prinsipnya sejarah itu hanya berpatokan kepada penulisan masa lampau dan masa kini, namun juga membahas keadaan sosial, ekonomi, politik, yang terjadi di masyarakat.

Diketahui dari gambaran umum yang ada dalam penulisan ilmu sejarah adalah masa lampau yang tidak pernah usang dan hilang untuk diperbincangkan. Melalui pemikiran tersebut terlihat bahwa sejarah terjadi di masa lampau dan dapat dikaji serta dituliskan kembali hanya melalui rekonstruksi. Demikian halnya dengan penulisan sejarah itu sendiri, sejarah dipandang sebagai rangkaian peristiwa yang dialami manusia di dunia ini, dengan kejadian – kejadian yang datang silih berganti di masa lalu dan membentuk masa sekarang dan yang akan datang 3

Berangkat dari pemikiran inilah penulis merasa tertarik untuk menuliskan sebuah peristiwa masa lampau, sebuah peristiwa yang apabila kita ambil alur rangkaian peristiwanya ternyata memiliki sebuah keterkaitan erat dengan rangkaian peristiwa yang telah lampau. Bahkan dapat dikatakan membawa dampak pada masa sekarang dan tak dapat kita pungkiri mungkin akan mempengaruhi masa yang akan datang.

Orde lama yang pada masa itu dipimpin oleh presiden soekarno tidak dapat membendung arus pihak Belanda untuk kembali menjajah wilayah kedaulatan nusantara yang mana merupakan bekas wilayah jajahan dari pihak Belanda dan hal ini telah disepakati didalam sebuah perjanjian yaitu perjanjian Liggarjati, yang mana wilayah Indonesia adalah wilayah yang meliputi daerah-daerah yang merupakan bekas wilayah

3


(16)

jajahan Belanda yaitu mencakup daerah, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Sehingga dengan kembali masuknya pihak asing yang ingin kembali berkuasa di Indonesia, pemerintah pada saat itu dirundung permasalahan yang sangat pelik, negara yang masih muda ini harus kembali terjajah oleh Belanda, maka dengan itu para pemuda di Indonesia bahu membahu untuk tetap mempertahankan kedaulatan negara Indonesia yang hendak mendapatkan kedaulatan penuhnya dimata negara lain.

Orde Lama sebagai Orde awal bangsa Indonesia dalam menghirup arti penting sebuah kemerdekaan, merupakan langkah awal bangsa dalam menatap kedepan untuk mengisi dan membangun bangsa ini yang telah mengalami masa pahit, hidup dalam keterjajahan. Tiba masanya untuk bangkit menyusun kembali segala sesuatu yang telah terserakan pada masa keterjajahan yang panjang dalam mengarungi sebuah penderitaan yang paling pahit dirasakan. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 sebagai bentuk pernyataan tentang kemerdekaan bangsa Indonesia maka bangsa Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya dan terlepas dari penjajahan bangsa Asing.

Himpunan Mahasiswa Islam adalah suatu organisasi mahasiswa yang berdiri pada masa pemerintahan Orde Lama, dan didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, di kampus Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jalan Setyodiningratan yang diprakarsai oleh seorang mahasiswa tingkat I, Sekolah Tinggi Islam (STI) yaitu bernama Lafran Pane.4 Pada awalnya, ide untuk mendirikan organisasi ini adalah karena melihat kondisi pemerintahan yang tidak stabil pada masa 1947, yang sedang bergejolak akibat terjadinya Agresi Militer yang dilakukan oleh Belanda untuk kembali menguasai Indonesia,


(17)

membawa pengaruh cukup besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk menguji jiwa nasionalisme bangsa Indonesia, agresi besar-besaran yang dilakukan Belanda telah melanggar Perjanjian Linggarjati, yang mengakui bahwasanya Indonesia telah berdaulat dan menjadi suatu negara merdeka. Hal inilah yang mengantarkan para penduduk Indonesia semua termasuk para pelajar untuk kembali mempertahankan Indonesia dari cengkeraman pihak asing yang ingin menguasai kembali Indonesia.

Lahirnya HMI di saat perang untuk mempertahankan kemerdekaan dimana seluruh bangsa berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Masyarakat dan mahasiswa bersatu untuk melawan imperialisme Belanda. Lahirnya HMI tidak terlepas dari hukum proses masyarakat, yaitu adanya differensiasi dengan integrasinya di dalam masyarakat setelah melalui masa-masa agrehasi.

Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata api dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam.

4

Agussalim Sitompul, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1993, Jakarta: Intermasa, 1995, hlm. 25


(18)

Pikiran dan ide pokok dari Lafran Pane kemudian menjadi gagasan unuk mendirikan HMI di Medan diawali dengan kebutuhan bersama untuk memberikan sumbangsih nyata mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka kelompok mahasiswa Islam berupaya secara mandiri dengan semangat mengisi kemerdekaan Indonesia dengan pembangunan bersama masyarakat. Semangat itulah yang menyatukan potensi mahasiswa Islam di Medan, yang membutuhkan organisasi yang dapat menampung pikiran-pikiran yang inovatif dalam segala bidang kehidupan yang dinafasi suasana ke-Islaman.

Pikiran di atas merupakan awal mula yang mempertemukan beberapa mahasiswa dari fakultas kedokteran USU, dan mahasiswa UISU yaitu, OK. Rachmat Bakri, Deliar Noer, Ahmad Soepomo dan Amir Husein, bersepakat mendirikan HMI di Medan. Setelah beberapa orang sepakat maka berdirilah HMI di Medan pada tanggal 10 Nopember 1952 di aula UISU, (Jl Sisingamangaraja). Pada awal mulanya Himpunan Mahasiswa Islam berdiri, bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, begitu juga dengan HMI Cabang Medan yang kemudiannya juga berdiri untuk bertujuan turut berperan serta mengisi kemerdekaan, juga sebagai patron pergerakan mahasiswa. HMI yang pada saat itu baru berdiri mulai mensosialisasikan diri ketengah-tengah kancah kehidupan organisasi, dengan melakukan konsolidasi dengan mahasiswa-mahasiswa yang ada di universitas di Medan. Dan hasil ini mendapat hasil yang positif dengan masuknya Komisariat UISU sebagai komisariat pertama yang menjadi anggota HMI Cabang Medan, yang kemudian disusul dengan Fakultas Kedokteran USU, Fakultas Hukum USU, dan Universitas HKBP Nomensen. Dari sinilah langkah awal Himpunan Mahasiswa Islam cabang Medan mengkokohkan diri menjadi organisasi mahasiswa di


(19)

Medan. Selain dari itu sebagai peningkatan kualitas kader dengan merujuk kepada peraturan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Sebagaimana layaknya organisasi yang baru berdiri ada terdapat beberapa halangan yang menghadang dengan sejumlah problema.5 Himpunan Mahasiswa Islam ini berperan sebagai organisasi perjuangan.6 Dimana Himpunan Mahasiwa Islam juga merupakan organisasi perkaderan, agar dapat terus beregenerasi maka HMI juga mengadakan beberapa program perkaderan yang sesuai dengan konstitusi yang sesuai dengan tujuan organisasi, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.7

Terbentuknya HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam mulai berperan sebagai penampung dan penyalur aspirasi mahasiswa Islam yang ada di Medan. Terbentuknya HMI di Medan merupakan bentuk kesadaran serta tanggung jawab dari tokoh-tokoh Islam dan pimpinan pengurus untuk bersatu dan bahu membahu dalam membina mahasiswa muslim agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT melalui organisasi mahasiswa. HMI juga berusaha mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dalam mencapai masyrakat adil dan makmur, rohani, jasmani yang diridhoi Allah SWT dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Medan sebagai kota yang berkembang dan terdiri dari masyarakat yang berbagai macam ragam suku, bangsa, dan beragamnya kelompok etnis yang menetap di kota Medan serta beragamnya tingkat pendidikan yang ada menunjukkan beragam dan

5

HMI Komisariat Fakultas Sastra USU, Buku Panduan MOP, Medan: tanpa penerbit, 2005, hlm. 6

6


(20)

berbeda juga kebudayaan yang berkembang di kota ini dan agama Islam adalah sebagai agama yang mayoritas, maka Medan merupakan sebuah kota yang sangat tepat untuk mengembangkan roda-roda organisasi, baik itu organisasi etnis maupun organisasi mahasiswa yang mana salah satunya termasuk HMI yang memiliki pedoman pokok Islam sebagai asas organisasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judulnya yaitu Sejarah Terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam di Medan (1952-1985). Batasan waktu yang mengambil tahun 1952 sebagai awal penelitian dikarenakan pada masa inilah awal berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam di Medan. Dimana penulis ingin mengungkapkan sejauh mana partisipasi HMI menyentuh aspek kehidupan kemahasiswaan Islam dan aspek kehidupan masyarakat serta wujud nyata yang telah tercapai sebagai hasilnya dalam hal ini bukanlah berarti penulis ingin menutupi kekurangan yang dimilki organisasi ini. Penulis menyadari bahwa keberadaan HMI di medan masih memilki kelemahan-kelemahan, apakah hal yang bersifat intern maupun ekstern. Penulis juga tidak terlepas dari pembicaraan tentang hal-hal yang melatar belakangi lairnya HMI motivasi struktur serta statusnya dan langkah-langkah perkembangannya sejak berdiri hingga tahun 1985. penulis sengaja membatasi penulisan hingga tahun 1985 sebagai batasan akhir penulis, karena pada tahun tersebut munculnya konflik internal di dalam tubuh organisasi, yang pada akhirnya Himpunan Mahasiswa Islam terpecah menjadi dua asas yaitu yang berasaskan islam dan yang berasaskan pancasila. Dimana konflik ini terjadi akibat perbedaan sikap di tubuh HMI dalam

7


(21)

mensikapi kebijakan pemerintah Orde Baru tentang asas tunggal Pancasila melalui Undang-undang Nomor 8 tahun 1985 tentang keormasan8. Untuk lebih memperjelas dan mengarahkan penelitian ini, maka perumusan masalah dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam di Medan? 2. Bagaimana perkembangan Himpunan Mahasiswa Islam di Medan?

3. Bagaimana pengaruh Himpunan Mahasiswa Islam terhadap organisasi lain yang ada di kota medan?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Dalam setiap penelitian tentunya akan memberikan tujuan dan manfaat. Hal ini merupakan kesempurnaan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam di Medan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan Himpunan Mahasiswa Islam di Medan.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Himpunan Mahasiswa Islam terhadap organisasi lainnya yang ada di kota medan.

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menambah literatur tentang sejarah organisasi mahasiswa, khususnya Himpunan Mahasiswa Islam di Medan.

8

M. R. Karim, Dinamika Islam di Indonesia: Suatu tinjauan Sosial dan Politik, Yogyakarta: Hanindita, 1995, hlm. 204


(22)

2. Menambah literatur tentang sejarah sosial khususnya sejarah organisasi mahasiswa.

3. Sebagai sebuah karya tulis (skripsi) sebagai persyaratan memperoleh sarjana Sastra jurusan Sejarah.

1.4 TINJAUAN PUSTAKA

Buku yang dipakai dalam penelitian ini yaitu Dinamika Islam di Indonesia: Suatu

Tinjauan Sosial dan Politik, karangan M. R. Karim menjelaskan bagaimana kehidupan

dinamika umat Islam yang ada di Indonesia dalam menyikapi kehidupan ke-Islaman yang banyak dipengaruhi oleh Negara sehingga banyak organisasi Islam banyak bertukar pendangan dari azas ke-Islaman menjadi azas Pancasila. Buku ini dapat membantu penulis dalam memberikan acuan untuk menentukan permasalahan sebagai bahan dasar permulaan dalam penelitian sekaligus perbandingan penulis terhadap perkembangan organisasi lain yang bersifat nasionalis.

Penulis juga menggunakan buku Budaya Organisasi karangan Achmad Sobirin.

Menyebutkan defenisi organisasi dan beberapa alasan penyebab mengapa suatu organisasi itu dibentuk. Buku ini dapat menjelaskan kepada penulis tentang hakikat sebuah organisasi, sebagaimana penulis ketahui bahwa Himpunan Mahasiwa Islam adalah organisasi massa yang bersifat keagamaan.

Selain kedua buku diatas penulis mempergunakan buku Historiografi HMI, karangan Bapak Agussalim Sitompul, yang mengklasifikasikan bagaimana sejarah dan perkembangan HMI secara nasional, dalam buku ini beliau juga menjelaskan hal-hal pokok yang membuat HMI menjadi suatu organisasi yang berkembang bukan hanya di


(23)

tempat asal berdirinya, melainkan sudah sampai ke daerah-daerah kota besar. Buku-buku atau tulisan-tulisan di atas menjadi sumber bagi penulis sebagai pendukung untuk penulisan ilmiah ini yang didalamnya akan membahas mengenai organisasi massa termasuk juga organisasi kemahasiswaan

1.5 METODE PENELITIAN

Dalam penulisan skripsi ini dilakukan metode penelitian yang bersifat bersifat deskriptif naratif dimana penulis akan menguraikan secara terperinci proses berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam di Medan, dan bagaimana pendiri berusaha untuk mengembangkan organisasi ini sehingga lebih berkembang. Penulis juga melakukan metode pnelitian lapangan yakni mengadakan wawancara terhadap tokoh-tokoh yang dianggap mampu memberikan masukan-masukan sebagai sumber penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sejarah agar proses penelitian dapat dilakukan secara efektif. Hal ini dikarenakan metode sejarah dapat diterapkan kepada pokok pembahasan disiplin manapun sebagai sarana untuk memastikan fakta9. Metode penelitian yang digunakan dalam merekonstruksi peristiwa, akan menggunakan petunjuk-petunjuk penelitian sejarah yang prosesnya adalah sebagai berikut:

a. Heuristik. Yaitu proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang memberikan penjelasan tentang Himpunan Mahasiswa Islam di Medan, melalui metode:

9


(24)

1. Penelitian kepustakaan (Library research) yaitu pengumpulan berbagai sumber tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, notulen, buletin, dan hasil laporan penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini.

2. penelitian lapangan yaitu menggunakan metode wawancara terhadap pelaku atau orang yang mengetahui tentang terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam di Medan dan penulis nantinya akan mewawancarai orang-orang yang lebih mengetahui mengenai sejarah dan peranan HMI seperti Ibu Hj. Sariani sebagai pemilik Yayasan UISU, dimana tempat berdirinya HMI pertama kali, Bapak Yamin Lubis sebagai ketua Komisariat UISU pertama kali dan juga sebagai komisariat pertama yang menjadi anggota HMI cabang Medan. Serta bapak Usman Pelly sebagai pemerhati Himpunan Mahasiswa Islam. b. Kritik sumber, untuk memeriksa keabsahan data melalui:

1. Kritik Intern, yang ditujukan untuk memperoleh dokumen yang kredibel dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis. Menganalisis buku-buku, atau dokumen yang berkaitan dengan Himpunan Mahasiswa Islam dengan membandingkan dengan sumber yang lainnya.

2. Kritik ekstern, untuk memperoleh data yang otentik, dengan cara menyesuaikan dengan jiwa zaman.

c. Interpretasi untuk analisis dan penafsiran data dengan menggunakan metode koperatif (perbandingan) dengan penelitian sebelumnya. Metode ini akan dilakukan untuk memastikan hasil penelitian kita dengan cara menyeragamkan dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya.


(25)

d. Historiografi yaitu, menyusun fakta menjadi hasil penelitian yang bentuknya adalah karya tulis sejarah yang deskriptif naratif. Dari fakta tentang Himpunan Mahasiswa Islam yang sudah diuji dengan metode sejarah, akan ditulis berdasarkan kronologi waktu.


(26)

BAB II

Latar Belakang Berdirinya HMI di Indonesia

2.1. Latar Belakang Berdirinya HMI

Gagasan untuk mendirikan Organisasi Mahasiswa Islam di Kota Medan dan membentuk suatu wadah kepemudaaan yang merupakan semangat yang tidak pernah pudar dalam pemikiran para pendiri HMI. Tonggak sejarah mulai dari sebelum orde lama, orde lama dan orde baru menjadi bukti nyata bahwa ada selalu gagasan untuk mendirikan sebuah wadah tempat menampung ide dan gagasan akan persatuan mahasiswa Islam. Gagasan tersebut muncul karena akibat keadaan yang dipandang dapat menjadi kendala bagi proses perkembangan bangsa dimana kendala tersebut berbeda situasinya dalam setiap masa.

Berbicara mengenai HMI tidak terlepas dari hal-hal yang melatar belakanginya. Banyak hal yang mendasar menjadi pendorong beberapa tokoh mahasiswa untuk melahirkan gagasan tersebbut yaitu gagasan yang menyatakan betapa pentingnya suatu wadah komunikasi dan pemersatu bagi para mahasiswa Islam. Semuanya terkait proses kesejarahan kemahasiswaan yang dihubungkan dengan perjuangan bangsa, khususnya kondisi umat Islam sendiri. Hal inilah yang melatar belakangi sebagai sumber motivasi kelahiran HMI.

Situasi umum sebelum kelahiran HMI merupakan faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya HMI.


(27)

Kedatangan bangsa Inggris, portugis spanyol dan belanda ke Indonesia, disamping sebagai penjajah sekaligus merupakan pembawa misi zending yang membawa serta peradaban barat. peradaban barat itu mempunyai ciri politis sekularisme dan ciri ekonomi liberalisme. Proses pembataratan ini turut pula mempengaruhi perkembangan masyarakat dan Negara Republik Indonesia yang oleh pihak kolonial Belanda dengan penjajahannya di bumi Indonesia, ditanamkan dengan penuh kelicikan, bahkan dipaksakan dengan senjata terhunus.

Namun arus gelombang perang kemerdekaan dari bangsa-bangsa di dunia khususnya di Dunia Islam yang sejak abad kedelapanbelas dilanda oleh penjajahan yang bersifat kolonialisme dan imperialisme, sekaligus telah melanda bangsa-bangsa Asia Afrika, telah membuat perubahan yang radikal terhadap jalannya sejarah dunia yang diilhami oleh aspirasi dan potensi perjuangan Islam pada bangsa-bangsa tersebut, dan dalam berabad-abad berikutnya sampai dengan sekarang. Segala tenaga pikiran, perhatian dikerahkan untuk membebaskan dairi dari dunia barat yang mencengkram.10

Inspirasi dari Nasionalisme Islam ini menggugah bangsa-bangsa terjajah dan ummat tertindas, kemudian terungkap dalam semboyan Jihad disertai tekad merdeka atau mati. Tidak terkecuali bangsa Indonesia, bangsa yang juga terjajah dengan kolonialismenya belanda, yang juga ingin terlepas dari belenggu penjajahan, ingin mempunyai kedaulatan sendiri sebagaimana bagsa-bagsa lain. Yang pada saat akhirnya adalah dengan dikumandangkanya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945.

10


(28)

Tetapi karena keserakahan penjajah yang ingin kembali menguasai nusantara dengan misi dan zendingnya beserta tentara sekutu Inggris yang dibonceng bala tentara Belanda kembali mendarat di Jakarta tanggal 29 september 1945. Berkat kebulatan tekad segenap rakyat dan bangsa Indonesia berjuang tanpa pamrih. Apapun yang terjadi, dan apapun yang akan diberikan kepada proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, harus dipertahankan sampai titik darah penghabisan, berupa satu tuntutan mutlak kedaulatan rakyat harus diserahkan sepenuhnya kepada bangsa Indonesia sebagai pemilik dan penguasa tunggal di negeri Indonesia.

b. Situasi Ummat Islam Indonesia

Masuknya Islam ke Indonesia secara damai yang berdampak positif memberikan Islam sebagai suatu agama yang dapat diterima dengan hati dan tangan terbuka oleh masyarakat Indonesia, sebaliknya akibatnya pun tampak yaitu berpadunya ajaran Islam dengan unsur-unsur kebudayaan dan adat istiadat yang berasal dari Hinduisme, Budhisme dan Animisme, sehingga menimbulkan aliran-aliran kebatinan atau klenik, sedangkan peradaban Barat dengan unsur Sekularisme dan Liberalisme menimbulkan pandangan yang berbeda.

Kedua sebab tersebut bukan hanya di Indonesia, tetapi hampir diseluruh dunia Islam malah makin diperparah dengan berkembangnya Mazhabisme, dan Sufisme yang mematikan dinamika alam Islam. Di atas perkembangan semua itu muncullah kebangkitan dunia Islam berupa reformasi dan modernisasi dalam tata kehidupan ummat Islam serta gerakan perjuangannya, gerakan Pan Islamisme dari Jamaluddin Al Afgani (1838-1897), dan gerakan Muhammad Abduh (1849-1905) muncul dalam watak radikal, mengilhami dan mendorong terhadap kebangkitan rakyat Asia-Afrika termasuk


(29)

Indonesia. Kebangkitan itu ditandai dengan dengan munculnya Sarikat Dagang Islam (SDI) tahun 1908, Muhammadiyah 18 November 1912, Al Jamiatul Wasliyah 30 November 1930, Persatuan Umat Islam tahun 1917, Persatuan Islam tahun 1923. Kebangkitan ini semkin diperkuat dengan berdirinya partai MASYUMI sebagai partai Politik Islam pada taggal 3 november 1945 yang bertujuan untuk memperjuangkan nasib Ummat Islam di bidang politik.

c. Situasi Dunia Perguruan tinggi dan Kemahasiswaan

Yogyakarta sebagai kota pelajar merupakan salah satu latar belakang berdirinya HMI di Indonesia, Yogyakarta sebagai kota pelajar melahirkan para cendikiawan dan para intelektual yang nantinya akan memberikan sumbangsih kepada bangsa dan Negara.

Di saat akan berdirinya HMI, perguruan tinggi, dan fakultas yang berada di Yogyakarta dan sekitarnya meliputi:

1. STI (Sekolah Tinggi Islam), yang didirikan di Jakarta tanggal 8 Juli 1945. setelah pindah ke Yogyakarta tanggal 10 April 1946 berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) pada tanggal 20 Mei 1948.

2. Universitas Gadjah Mada, ketika itu masih berstatus swasta, milik Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang didirikan di gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 17 Februari 1946, dan di negerikan tanggal 19 Desember 1949.

3. Akademi Ilmu Kepolisian dan Sekolah Tekhnik Tinggi.

Akibat dari penjajahan Belanda seperti yang telah diuraikan, sehingga dunia pendidikan maupun kemahasiswaan Indonesia telah dicekoki dan dipengaruhi


(30)

unsur-unsur dan sistem pendidikan Barat yang bersifat Sekularisme dengan mendangkalkan agama pada setiap aspek kehidupan ummat manusia. Menghadapi dan berhadapan dengan Kebudayaan Barat maka kondisi mahasiswa Islam dan masyarakat Islam terbelah dua, ada yang menerima kebudayaan Barat tanpa kritik sedikitpun dan ada yang sama sekali lari dari kebudayaan Barat itu. Akibat sikap yang demikian itu, yang diintensifkan dengan struktur pendidikan Belanda di Indonesia terdapatlah dua golongan intelegensia di Indonsia, segolongan berpemikiran kepada budaya Barat, dan segolongan lagi mengarah kepada pemikiran Islam. Kedua belah pihak ini memiliki kebaikan namun tidak sedikit pula keburukannya. Karenanya, kewajibanlah bagi sarjana-sarjana muslim maupun ulama-ulamanya untuk mengawainkan sistem pendidikan Dualistik ini. Selain mendidik dan mengajar putra-putranya dengan ilmu pengetahuan agama Islam, juga harus dilengkapi dengan pelbagai cabang tentang ilmu pengetahuan tentang Agama, Kebudayaan dan Peradaban Barat11. Dilain pihak telah ada organisasi-organisasi kemahasiswaan yang bediri sebelum HMI berdiri namun tidak dapat memberikan jawaban mengenai permasalahan yang terjadi didunia pendidikan tersebut seperti Perserikatan mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat mahasiswa Indonesia (SMI). Sementara penggagas berdirinya HMI ini menemukan jalan keluar bagaimana para mahasiswa ini natinya akan menjadi pemimpin yang takut akan Tuhan dan tidak Membenci Agama, sehingga bangsa Indonesia dapat mengalami kemajuan baik di bidang pendidikan aupun agama. Dan keadaan ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta namun hampir di seluruh daerah di Indonesia. Bila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dan dibiarkan begitu saja, tanpa ada penanggulangan yang berencana dan sistematis, untuk

11


(31)

mengubahnya kearah kondisi yang lebih baik, seperti diinginkan ajaran Islam, ini merupakan ancaman serius dan berbahaya bagi kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan, yang bisa meruntuhkan sendi kehidupan kerohanian segenap rakyat Indonesia, dimana umat Islam merupakan penduduk mayoritas. Ini merupakan salah satu kunci penting akan kelangsungan hidup dan kehidupan agama Islam di Indonesia. Bagaimana cara mengubah keadaan yang kurang menguntungkan ini, sehingga terciptanya suasana harmonis dalam dunia pendidikan dan kemahasiswaan, yang semata-mata tidak hanya mengutamakan rasio dan ilmu pengetahuan, tetapi mutlak harus diimbangi dengan jiwa dan semangat agama, sebagai faktor yang sangat vital bagi kehidupan umat manusia. Bagaimana cara merealisasikannya hingga menjadi kenyataan, dan tidak hanya konsep pemikiran belaka. Karena ini adalah merupakan pekerjaan besar yang mulia yang harus dikerjakan dengan sistem yang teratur dan terencana dan disertai dengan alat yang ampuh pula.

Tiga problema inilah yang menjadi landasan berpikir pendiri HMI dan kondisi kepemudaan dan kemahasiswaan merupakan faktor yang paling pokok serta mendasar yang mendorong dan melatarbelakangi berdirinya HMI, yang lahir dan didirikan oleh mahasiswa sendiri, ditengah-tengah kampus sebagai almamaternya.

2.2.Asas, Visi dan Misi HMI 2.2.1. Asas

HMI merupakan suatu organisasi mahasiswa yang telah mengalami pasang surut organisasi. HMI terdiri dari mahasiswa Islam yang terdaftar diperguruan tinggi Islam sebagai asas dari organisasi HMI. Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di


(32)

bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai Khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya. Iradat Allah Subhanu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personaliti manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara induvidual maupun kolektif.

Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang memuat pemaham/kesadaran, kepentingan, struktur dan pola aksi bersama demi tujuan-tujuan organisasi.

Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan perlunya peniru etika ke-Tuhanan yang meliputi sikap rahmat (Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang kaffah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).

Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa, merupakan implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.


(33)

Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi fisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1974 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke Indonesian.

Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group (kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekanan). Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah tertuangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh’afin.

Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.

Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara Nasionalis, Komunis dan Agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity) memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.

Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres ke-X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.

Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai


(34)

keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensupport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata Nilai Pancasila.

Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.

Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.

Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara Integralistik, Trasedental, Humanis dan Inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridho-Nya.

Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu


(35)

organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinya dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.

Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar.

Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI yaitu :

“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.

Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.

Sesungghnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya. Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan


(36)

yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.

Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya. Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materil dan kesejahteraan spirituil.

Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan dapat kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan dengan kehidupan yang adil dan makmur. Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian. Anggaran Dasar menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Easa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Indonesia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan. Karena inilah


(37)

hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.

2.2.2. Visi dan Misi HMI

HMI yang berlandaskan pada Islam sebagai asas organisasi berupaya untuk menentukan arah dalam pengabdiannya terhadap mahasiswa Islam yang berperan sebagai kader dan simpatisannya. Oleh karena itu HMI ingin menentukan maksud dan tujuan organisatorisnya untuk kemaslahatan ummat Islam di Indonesia. Secara nasional HMI memiliki cita-cita dan visi untuk dapat mewujudkan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila. Adapun kualitas insan cita tersebut adalah:

1. Kualitas insan akademis, maknanya seorang kader harus berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, mampu berpiki rasional,obyektif dan kritis. Seorang kader mempunyai kemampuan teoritis dan mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirasakannya. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan penuh kesadaran. Serta sanggup berdiri sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan jurusan ilmu yang dipilihnya, baik secara teoritis maupun keterampilan teknis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip berkembang.


(38)

2. Kualitas insan pencipta, yang antara lain dimaksudkan sebagai insan yang jiwanya penuh gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan. Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih daripada apa yang sekedar ada, dan bergairah besar untuk mencipta bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bermanfaat dengan bertolak dari apa yang ada. Bersikap independen dan terbuka, tidak isolatif, dan menyadari dengan bersikap demikian potensi kreatifnya akan dapat berkembang dan menemukan bentuk yang seindah-indahnya, serta ditopang dengan kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati dengan ajaran Islam.

3. Kualitas insan pengabdi yakni insan yang ikhlas dan sanggup berkarya untuk kepentingan orang banyak atau untuk sesama ummat manusia, sadar bahwa tugasnya bukan hanya mengabdi buat dirinya sendiri, namun juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik. Insan akademis pencipta pengabdi adalah insan yang pasrah pada cita citanya, ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

4. Kualitas insan yang bernafaskan Islam. Singkatnya insan yang telah membentuk individu yang berpikiran global dalam dirinya, patuh terhadap ajaran Islam tidak dalam urusan pribadi maupun dalam urusan bermasyarakat. Nafas Islam telah membuatnya menjadi pribadi yang utuh tercegah dari kemunkaran.

5. Kualitas insan yang bertanggung jawab terhadap masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Insan akademis pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Sanggup memikul akibat-akibat dari perbuatannya sadar bahwa menemuh jalan yang benar diperlukan dengan adanya keberanian moral, sponta dalam menghadapi tugas,


(39)

responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis, serta penuh rasa tanggung jawab dan rasa taqwa kepada Allah SWT yang menggugah dan mengambil peranan aktif dalam satu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.12

Kelima kualitas insan cita ini harus dimiliki setiap kader HMI karena kualitas ini merupakan tujuan ingin dicapai oleh HMI itu sendiri. Dari kualitas kader diatas secara filosofis menunjukkan bahwa HMI sebenarnya hanyalah berfungsi sebagai sarana, media, wadah bagi kader-kader yang ingin berproses, mengaktualisasikan potensi diri agar memiliki kualitas-kualitas diatas. Jika demikian, berhasil tidaknya HMI memiliki kader yang berkualitas yang dimaksud tergantung pada diri kader itu sendiri.

Cita-cita organisasi dan misi HMI secara keseluruhan adalah menjadikan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT, yang menjaga nilai-nilai ke-Islaman yang hakiki di Indonesia. Cita-cita organisasi dan visi HMI lebih difokuskan kepada perihal masyarakat luas, mengingat organisasi ini bersifat independen yang berasaskan Islam.

Agar dapat mewujudkan visi dan misi HMI dan pemikirannya didasarkan pada kebijakan dan strategi perjuangan organisasi sebagai berikut:

1. Pencapaian visi dan misi organisasi yang mengarah pada pencapaian tujuan pokok dan pedoman organisasi.

2. Menempuh cara konstitusional, demokratis, partisipatif, dan dijiwai oleh prinsip perjuangan organisasi.

12

Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al-Qu’ran, Terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka: 1980, hlm. 54


(40)

3. Memantapkan konsolidasi organisasi menyeluruh dengan kepemimpinan yang solid ditopang sumber daya manusia yang bernafaskan Islam yang memadai. 4. Menggalang aliansi, kerja sama, dengan kekuatan-kekuatan lain, terutama dengan

pihak yang memiliki kedekatan visi dan misi perjuangan.13

2.2.3. Prinsip Perjuangan HMI

HMI menyadari betapa pentingnya untuk memiliki prinsip dalam berorganisasi. Prinsip ini dijadikan sebagai pegangan hidup, sekaligus sebuah keyakinnan hidup organisasi yang harus dipertahankan secara konsisten. HMI menyadari bahwa perjuangan tanpa adanya prinsip adalah sebuah ketidaknormalan yang harus dihindari. Sebab dengan berprinsip, HMI dapat memegang teguh hal-hal dasar yang menyangkut jati diri, asas organisasi, dan program organisasi,serta visi dan misi organisasi serta mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari kedalam sikap dan perbuatan yang jelas. Agar nantinya dapat diimplementasikan ke masyarakat luas.

1. Prinsip Ibadah

HMI menyatakan bahwa berorganisasi di HMI merupakan sebuah perbuatan yang ridhoi Allah SWT. Seperti termaktub di dalam Pedoman Pokok Organisasi. Sehingga setiap aktifitas maupun hal-hal yang menjadi pemikiran HMI selalu dilandasi dengan prinsip ibadah. Prinsip ibadah ini memiliki sebuah pengertian bahwa HMI menjalankan gerak roda organisasi dengan tujuan mencapai kemaslahatan ummat masyarakat. Mahasiswa sebagai agen perubahan juga dituntut untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur seperti yang dicita-citakan oleh HMI.

13


(41)

Prinsip ibadah adalah prinsip yang selalu dijunjung tinggi dan menjadi prioritas utama dari tujuan HMI. Karena bagi HMI, berjuang untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur terutama nasib orang Islam adalah sebagi ibadah yang diridhoi Allah SWT.

2 Prinsip Musyawarah

HMI menyadari bahwa pentingnya mengedepankan sekaligus menjunjung prinsip musyawarah dalam mengambil keputusan kolektif. Musyawarah telah menjadi budaya bangsa Indonesia dalam menghadapi maupun dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Bagi HMI musyawarah adalah jalan untuk menemukan saling pengertian, saling menghargai, dan saling menjaga tanggung jawab bersama. Musyawarah adalah suatu cerminan terhadap sebuah demokrasi. Oleh sebab itu HMI juga mengusung prinsip musyawarah sebagai cerminan organisasi ini. Di dalam pengambilan sebuah keputusan kader HMI belajar untuk mengambil keputusan dan belajar bagaimana berpolitik yang sehat. Dalam artian HMI tidak akan membuat sebuah tindakan ataupun keputusan yang hanya bersifat sepihak tanpa adanya musyawarah di dalam pengambilan keputusan. Dengan musyawarah maka masalah yang sulit sekalipun dapat dieliminir, sehingga tidak membuat masalah makin meluas.

3. Prinsip Persamaan, Persatuan dan Kebersamaan

Prinsip yang sangat mendasar dalam HMI mengingat bahwasanya HMI adalah organisasi mahasiswa yang anggotanya terdiri dari para kaum intelektual yang memiliki darah juang dan darah muda yang masih bergejolak, serta terdiri dari beberapa cabang dan beberapa Komisariat yang ada dibawahnya sehingga tidak terlepas dari kepentingan cabang atau Komisariat yang ada. Sehingga keadaan yang seperti ini sangat rawan terjadinya konflik internal antara anggota-anggota yang ada di dalamnya. Rasa


(42)

persamaan, persatuan dan kebersamaan sangat dituntut untuk menjaga keutuhan HMI agar tidak terjadi konflik yang dapat mengakibatkan kerugian di dalam tubuh HMI sendiri yang nantinya dapat berakibat kepada perpecahan.

5. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Sebagai organisasi Islam, sudah menjadi kewajiban bagi HMI untuk memperjuangkan prinsi ini. HMI mendasarkan perjuangannya untuk menghimbau dalam melaksanakan kebaikan serta mencegah dan menghindari segala hal yang buruk. Prinsip ini juga menjadi landasan perjuangan HMI dalam melaksanakan fungsinya menyerap, menampung, menyalurkan dan membela aspirasi rakyat.14

Dengan prinsip ini HMI berusaha menentang segala bentuk kemungkaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sesuai dengan perintah Al-Qur’an. Pada kata tersbut tersirat makna perjuangan, kesungguhan, dalam menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan. Singkatnya, pada kata tersebut ada pesan dakwah, seruan yang menjadi tugas setiap mukmin.

2.3. Idependensi HMI

Menurut fitrah kejadiaannya maka manusia diciptakan dalam keadaan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak azasi yang pertama. Tak ada sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan itu. Sifat dan suasana bebas seperti itu adalah mutlak diperlukan terutama pada masa pembentukan dan pengembangan bagi manusia terutama adalah pada masa remaja sebagai generasi muda. Mahasiswa dengan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya, sifat


(43)

kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam generasi muda yaitu mahasiswa sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang didasrkan pada obyektif yang harus diperankan mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam keadaan suasana bebas, merdeka, demokratis, objektif dan rasional. Sikap progresif ini sebagi ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan dan obyektifitas.

Atas dasar keyakinan itu maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula bersifat independen. Penegasan ini tersurat di dalam anggran dasar HMI pada pasal 6 yang tetulis bahwa HMI adalah organisasi yang bersifat independen, sifat dan watak independen bagi HMI adalah asasi yang pertama. Untuk lebih memahami esensi dari independensi HMI, maka harus juga ditinjau secara psikologis keberadaan pemuda mahasiswa Islam yang tergabung di dalam Himpunan Mahasiswa Islam yakni dengan memahami status dan fungsi dari HMI.

2.3.1. Status dan fungsi HMI

Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk dimana HMI berspesialisasi. Dan spesialisasi tugas inilah disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menunjukkan dunia cita yang harus diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan dalam mewujudkan tujuan akhir. Dalam melaksanakan spesialisasi tugas tersebut, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa, maka sifat serta watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai HMI. Mahasiswa sebagai kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul tanggung jawab yang benar 14


(44)

dalam melaksanakan fungsi generasinya sebagai kaum muda terdidik yang harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan kemasa depan. Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai kekuatan moral yang senantiasa melaksanakan fungsi sebagai sosial control. Untuk itulah maka kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini, akan dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap independen.

Mahasiswa setelah sarjana adalah unsur yang paling sadar dalam masyarakat. Jadi fungsi lain yang harus diperankan mahsiswa adalah sifat kepeloporan dalam bentuk dan proses perubahan masyarakat. Karenanya kelompok mahasiswa berfungsi sebagai duta-duta pembaharuan masyarakat. Kelompok mahasiswa dengan sikap dan watak tersebut diatas adalah merupakan kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus mempersiapkan diri untuk menerima estafet kepemimpinan bangsa dan generasi sebelumnya pada saat yang akan datang. Oleh sebab itu fungsi kaderisasi mahasiswa sebenarnya merupakan fungsi yang paling pokok. Sebagai generasi yang harus melaksanakan fungsi kaderisasi demi perwujudan kebaikan dan kebahagiaan nasyarakat, bangsa dan negaranya di masa depan, maka kelompok mahasiswa harus senantiasa memiliki watak yang progresif dinamis dan tidak statis. Mereka bukan kelompok tradisionalis akan tetapi sebgai duta pembaharuan sosial yang mana dalam pengertiannya harus menghendaki perubahan.yang terus menerus ke arah kemajuan yang dilandasi oleh

Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1997, hlm.90-94


(45)

nilai-nilai kebenaran. Oleh sebab itu mereka selalu mencari kebenaran dan kebenaran itu, senantiasa menyatakan dirinya serta dikemukakan melalui pembuktian di alam semesta dan dalam sejarah umat manusia. Karenanya untuk menemukan kebenaran demi mereka yang beradab bagi kesejahteraan umat manusia maka mahasiswa harus memiliki ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran dan berorientasi pada masa depan dengan bertolak dari kebenaran Ilahi. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan peradaban bagi kesejahteraan masyarakat bangsa dan Negara maka setiap kadernya harus mampu melakukan fungsionalisasi ajaran Islam.

Warna dan sifat mahasiswa tersebut diatas mewarnai dan memberikan ciri HMI sebagi organisasi mahasiswa yang bersifat independen. Status yang demikian telah memaberikan petunjuk dan spesialisasi yang harus dilaksanakn oleh HMI. Spesialisasi tersebut memberikan ketegasan agar HMI dapat melaksanakan funsinya sebagi organisasi kader, melalui aktifitas fungsi kekaderan. Segala aktifitas HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan komit dengan nilai-nilai kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah organisai kader yang mendorong dan memberikan kesempatan berkembang pada anggota-anggotanya demi memiliki kualitas seperti ini agar dengan kualitas dan karakter pribadi yang cenderung pada kebenaran maka setiap kader HMI dapat berkiprah secara tepat dalam melaksanakan pembaktiannya bagi kehidupan bangsa dan negaranya.

2.3.2. Sifat Independen HMI

Watak independen HMI adlah sifat organisasi yang secara etis merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir,


(46)

pola sikap dan pola laku setiap kader HMI, baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan hakikat organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap, dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk independensi etis HMI. Sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk independensi organisatoris HMI.

Independensi etis adalah sifat independen yang pada hakikatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah tersebut membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung pada kebenaran. Watak dan kepribadian kader sesuai dengan fitrahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa memancarkan keinginan pada kebaikan dan kesucian dan kebenaran terhadap Allah SWT. Dengan demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti pengaktualisasian dinamika berpikir, bersikap dan berperilaku baik yang berhubungan kepada Allah SWT maupun hubungan terhadap manusia dan hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran.

Aplikasii dinamika dan berperilaku secara keseluruhan merupakan hak azasi setiap kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui watak dan kepribadian serta sikap-sikap yang:

a. Cenderung kepada kebenaran b. Bebas terbuka dan merdeka c. Obyektif, rasional dan kritis d. Progresif dan dinamis


(47)

e. Demokratis, jujur dan adil.

Independensi organisatoris adalah watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional , HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, konstruktif, korektif dan konstutisional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita, semakin hari semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasi-partisipasi aktif, konstruktif korektif dankonstutisional tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta terikat pada prinsip-prinsi kebenaran dan obyektifitas.

Dalam melaksanakan dinamika organisasi, HMI secara organisastoris tidak pernah terikat dengan kepentingan pihak manapun atau kelompok dan golongan manapun kecuali tunduk dan terkat pada kepentingan kebenaran dan obyektifitas , kejujuran serta keadilan.

Agar peranan organisatoris HMI dapat melakukan dan menjalankan prinsip-prinsip independensi organisatorisnya, maka HMI dituntut untuk mengembangkan kepemimpinan kuantitatif yang berjiwa independen sehingga perkembangan, pertumbuhan serta kebijaksanaan organisasi mampu diemban selaras dengen hakikat independensi HMI. Untuk itu HMI harus mampu menciptakan kondisi yang baik dan mantap bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas- kualitas kader HMI. Dalam rangka menjalin tegaknya prinsip- prinsip independensi HMI, maka implementasi independensi HMI kepada anggota adalah sebagai berikut:


(48)

 Anggota-anggota HMI terutama aktifitasnya dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk kepada ketentuan- ketentuan organisasi serta membawa program perjuangan HMI. Oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan- kegiatan dengan membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun juga.  Mereka tidak dibenarkan mengadakan komitmen- komitmen dengan bentuk

apapun dengan pihak luar HMI selain segala sesuatu yang telah diputuskan secara organisatoris.

 Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanapun mereka berada dan berfungsi sesuai minat dan potensi dalam rangka membawa hakikat dan misi HMI. Dan menganjurkan serta mendorong alumni untuk menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dan melalui semua jalur pembaktian baik jalur oragnisasi professional kewiraswastaan, lembaga- lembaga sosial, wadah aspirasi politik, lembaga pemerintahan lainnya yang semata- mata hanya karena hak dan tanggung jawabnya dalam rangka merealisir kehidupan masyarakat adil dan makmur yang di ridhoi Allah SWT. Dalam menjalankan garis independensi HMI dengan ketentuan- ketentuan tersebut diatas, pertimbangan HMI semata- mata adalah untuk memelihara, mengembangkan anggota serta peranan HMI dalam rangka ikut bertanggung jawab terhadap Negara dan Bangsa. Karenanya menjadi dasar dan kriteria setiap sikap HMI semata- mata adalah kepentingan nasional bukan kepentingan golongan atau partai dan pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti sanggup berpikir dan berbuat sendiri dengan menempuh resiko. Ini adalah suatu konsekuensi dari sikap pemuda. Mahasiswa


(49)

2.3.3. Peranan Independensi Hmi Dimasa Mendatang

Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini maka tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia kemudian akan dihasilkan HMI adalah manusia yang berkualitas ilmu dan iman yang mampu melaksanakan tugas- tugas manusia yang akan menjamin adanya suatu kehidupan yang sejahtera material, spiritual, adil makmur serta bahagia.

Fungsi kekaderan HMI dengan tujuan terbinanya manusia yang berilmu, beriman dan berperikemanusiaan seperti tersebut diatas maka setiap anggota HMI di masa datang akan menduduki jabatan dan fungsi kepemimpinan yang sesuai dengan bakat dan profesinya. Oleh karena itu hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status, fungsi dan perannya di masa kini dan masa mendatang yang menuntut kita pada masa kini untuk benar- benar dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.

Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi, berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya adalah bentuk aktifitas fungsionaris dan kader –kader HMI harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Soal mutu dan kualitas adalah konsekuensi logis dalam garis independen HMI harus disadari oleh setiap pimpinan dan seluruh anggota-anggotanya adalah suatu modal dan dorongan


(50)

yang besar untuk meningkatkan mutu dan kader- kader HMI sehingga mampu berperan aktif pada masa yang akan datang.

2.4. Struktur Kepengurusan HMI

Membicarakan struktur organisasi berarti membicarakan tentang susunan hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya. Demikian juga halnya dengan struktur HMI. Dalam memandang HMI secara struktural dapat dilihat dari dua bentuk yaitu secara horizontal dan secara vertikal. Struktur organisasi secara horizontal menyatakan bagaimana hubungan HMI dengan seluruh mahasiswa muslim yang ada di universitas dan yang ada di masyarakat. HMI merupakan mekanisme sentral dan wadah berhimpun mahasiswa Islam, di dalam HMI semua kedudukan mahasiswa Islam yang masuk kedalam wadah HMI adalah sama. Program yang disusun merupakan program kerja yang disusun oleh tiap-tiap kepengurusan, dengan kata lain HMI mesti melibatkan seluruh potensi mahasiswa Islam yang terdaftar di dalam HMI. Sebagai organisasi memberikan satu pandangan orientasi pemikiran yang sama tanpa ada perbedaan orientasi pandangan. Kalaupun terjadi suatu perbedaan orintasi pandangan HMI mesti mempersatukan pemkiran dan pandangan yang dimiliki .

Dari uraian di atas jelas bagi HMI merupakan suatu wadah tempat menempah mahasiswa Islam yang ingin mengembangkan potensi diri, dan sebagai wadah yang menjembatani mahasiswa agar menjadi kesatuan yang baik, harmonis dan bersatu. HMI harus mampu menjadi salah satu upaya bagi pengembangan unsur keIslaman.


(51)

Adapun struktur organisasi HMI secara vertikal berarti susunan intern HMI. Untuk memahaminya berarti harus mengerti mengenai susunan yang terdapat di dalam tubuh HMI sendiri. Secara vertikal HMI terdiri atas:

A. Pengurus Besar HMI (PB HMI) di tingkat pusat.

B. Pengurus Badan Koordinasi (BADKO) badan pembantu Pengurus Besar, yang berada di tiap ibukota propinsi.

C. Pengurus Cabang. Yang terdiri disetiap daerah kota besar, ibukota propinsi, kabupaten dan kota

D. Pengurus Komisariat. Susunan organisasi yang berada di bawah cabang yang dibentuk di satu perguruan tinggi atau beberapa fakultas dalam satu perguruan tinggi.

PB HMI yang berpusat di Jakarta yang akan mengkordinir seluruh kegiatan organisasi secara nasional. Sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Sementara untuk di tingkat provinsi terdapat pembantu dari PB HMI yaitu BADKO HMI yang membantu PB di dalam melaksanakan tugas PB di Provinsi, serta membawahi dan mengkoordinir beberapa cabang-cabang yang ada di tiap-tiap kota yang memiliki cabang HMI. BADKO membawahi cabang yang ada di tiap kota dan ibukota yang terdapat perguruan tinggi. Program kerja yang dilakukan oleh cabang yaitu program kerja yang diamanatkan oleh PB HMI. Tugas dan wewenang dari cabang HMI adalah melaksanakan Hasil-hasil Ketetapan Konferensi/Musyawarah Cabang, serta ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh Pengurus Besar atau BADKO, membentuk Koordinator Komisariat bila diperlukan dan mengesahkan kepengurusannya, mengesahkan pengurus Komisariat dan Badan Khusus di tingkat Cabang, dan


(52)

membentuk serta mengembangkan Badan-Badan Khusus. Dalam pendirian dan pemekaran Cabang, terdapat beberapa kriteria yang menjadi syarat dalam pendirian Cabang, yaitu di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pendirian Cabang Persiapan dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya seratus Anggota Biasa kepada Pengurus BADKO yang seterusnya akan diteruskan kepada Pengurus Besar, usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen pendukung, yang kemudiana Cabang Persiapan disahkan dengan meneliti keaslian dokumen pendukung, mempertimbangkan potensi anggota di daerah setempat dan potensi-potensi lainnya di daerah setempat yang dapat mendukung cabang tersebut bila dibentuk. Di dalam pembentukan cabang penuh, Pengurus Besar harus mempertimbangkan tingkat dinamika cabang penuh hasil pemekaran, potensi keanggotaan, potensi pembiayaan untuk menunjang aktivitas cabang hasil pemekaran dan potensi-potensi lainnya yang menunjang kesinambungan cabang. Dan setelah satu tahun disahkan menjadi Cabang Persiapan, Cabang Persiapan tersebut harus memiliki anggota sebanyak 150 orang Anggota Biasa dan mampu melaksanakan minimal 2 kali Latihan Kader I dan minimal 1 kali Latihan Kader II di bawah bimbingan dan pengawasan Pengurus BADKO setempat, memiliki Badan Pengelola Latihan dan minimal 1 Lembaga Pengembangan Profesi aktif serta direkomendasikan Pengurus BADKO setempat. Kepengurusan yang terdapat dibawah kepengurusan Cabang yaitu Komisariat, Komisariat merupakan satu kesatuan organisasi di bawah cabang yang dibentuk di satu perguruan tinggi atau satu/beberapa fakultas dalam satu perguruan tinggi. Tugas dan wewenang dari Pengurus Komisariat yaitu melaksanakan hasil ketetapan Rapat Angota Komisariat dan ketentuan dan kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh Pengurus Cabang, membentuk dan


(53)

mengembangkan badan-badan khusus, menyampaikan laporan pertangungjawaban kepada Anggota Biasa melalui Rapat Anggota Komisariat. Di dalam pendirian Komisariat, pendirian Komisariat persiapan dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya 25 orang angota biasa dari satu perguruan tinggi atau satu/beberapa fakultas dari satu perguruan tinggi langsung kepada Pengurus Cabang atau melalui penggurus Koordinator Komisariat yang selanjutnya dibicarakan dalam siding pleno Pengurus Cabang, usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen pendukungnya, dan dalam pengesahan Komisariat persiapan harus meneliti keaslian dokumen pendukung, mempertimbangakan potensi anggota di perguruan tinggi/fakultas setempat dan potensi-potensi lainnya yang dapat mendukung kesinambungan Komisariat tersebut bila dibentuk. Dan setelah satu tahun disahkan menjadi Komisariat persiapan, Komisariat persiapan tersebut harus memiliki anggota minimal sebanyak 50 orang Anggota Biasa dan mampu melasanakan minimal 1 kali Latihan Kader I dan 2 kali MAPERCA di bawah bimbingan dan pengawasan Pengurus Cabang/KORKOM setempat, serta direkomendasikan Pengurus KORKOM setempat dapat disahkan menjadi Komisariat penuh disidang pleno Pengurus Cabang. Dan dalam mengesahkan pemekaran Komisariat Penuh, Pengurus Cabang harus mempertimbangkan potensi dinamika Komisariat penuh hasil pemekaran, daya dukung fakultas/perguruan tinggi tempat kedudukan Komisariat-Komisaraiat hasil pemekaran, potensi keanggotaan, potensi pembiayaan untuk menunjang aktivitas Komisariat hasil pemekaran, dan potensi-potensi lainnya yang menunjang kesinambungan Komisariat.

Seperti lazimnya sebuah organisasi, Cabang Medan juga memiliki susunan kepengurusan yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Ketua-Ketua Bidang.


(54)

Jabatan-jabatan inilah yang merupakan Pengurus Harian yang mengkoordinir setiap kegiatan HMI di tingkat Cabang Medan. Mahasiswa Islam yang terdaftar di HMI dapat duduk menjadi pengurus di HMI. Dengan melihat tingkatan, pelatihan kader yang diikuti oleh seseorang di dalam setiap latihan kader yang diadakan oleh HMI. Program kerja HMI Cabang Medan yang dijalankan sesuai dengan landasan Anggaran Dasar dan Angggaran Rumah Tangga serta Ketentuan Organisasi lainnya, merupakan penjabaran program umum atau nasional HMI. Programnya memuat rencana kerja yang akan dijalankan setiap periode. Namun prioritas programnya akan berbeda satu sama lain karena harus diselaraskan dengan kondisi dan kebutuhan setiap daerah. Program kerja inilah yang akan menjadi tolok ukur atau pedoman bagi HMI, untuk menilai dan mengevaluasi bagaimana kinerja HMI secara umum. Program kerja ini juga menjadi sarana interaksi bagi mahasiswa Islam atau potensi generasi muda di tiap-tiap universitas dan fakultas. Yang terpenting di dalam pelaksanaan program kerja, program kerja tersebut harus memiliki sifat, kedalam untuk memantapkan keberadaan HMI dan meningkatkan kualitas peran sebagai wujud dari fungsi komunikasi dan mekanisme pemersatu mahasiswa Islam yang ada di tiap Universitas dan Fakultas, melalui upaya konsolidasi, kaderisasi, komunikasi dan partisipasi. Keluar untuk mewujudkan peran kehadiran HMI ditengah masyarakat Indonesia dengan lebih meningkatkan partisipasinya di bidang sosial politik, sosial ekonomi, dan pemantapan Ideologi Islam.

2.5. KOHATI (Korps HMI-Wati)

Di dalam organisasi HMI terdapat turunan dari organisasi induk yaitu HMI yang lebih memfokuskan terhadap bidang keperempuanan yaitu KOHATI. Sesungguhnya


(55)

Allah SWT, telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata- mata kehadiratNya. Disisi Allah SWT, manusia baik laki- laki maupun perempuan mempunyai derajat yang sama yang membedakan adalah ketaqwaannya, yakni sejauh mana ia istiqomah/ teguh mengimani dan mengamalkan ajaran- ajaran ilahi dalam kehidupan sehari- hari.

Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah terakhir yang juga menekankan posisi strategis kaum perempuan dalam masyarakat, sebagaimana dalam sabdanya yang berbunyi: “perempuan adalah tiang Negara, bila perempuannya baik (berakhlak karimah) maka negaranya baik, dan bila perempuannya rusak (amoral) maka rusaklah Negara itu”. Dalam rangka memaknai peran strategis tersebut maka kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu agama, IPTEK serta keterampilan yang tinggi, dengan senantiasa menyadari akan kodrat kemanusiannya.

Perempuan sebagai salah satu elemen masyarakat harus memainkan perananya mewujudkan masyarakat berkeadilan. Dan sebagai salah satu strategi perjuangan dalam mewujudkan misi HMI, diperlukan sebuah wadah yang menghimpun segenap potensi HMI dalam wacana keperempuanan untuk melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya, untuk mewujudkannya HMI membentuk korps HMI-Wati (KOHATI). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, KOHATI harus berkesinambunagan dengan HMI dan penuh kebijaksanaan yang dinafasi keimanan kepada Allah SWT, serta berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI.

Untuk menjabarkan operasionalisasi KOHATI tersebut, dibuatlah Pedoman Dasar KOHATI yang mana KOHATI adalah badan khusus HMI yamg bertugas membina,


(56)

mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan juga KOHATI adalah bidang keperempuanan di HMI setingkat yang waktu dan tempat dan kedudukannya didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada kongres ke VIII di solo yang berkedudukan di tempat kedudukan HMI dan bertujuan terbinanya muslimah berkualitas insan cita. Sesuai menurut statusnya, KOHATI merupakan salah satu badan khusus HMI yang secara struktural pengurus KOHATI eks officio pimpinan HMI, diwakili oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang. KOHATI bersifat semi-otonom. KOHATI berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembanagan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Ditingkat internal HMI KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan dan ditingkat eksternal HMI, berfungsi sebagai organisasi perempuan yang mana KOHATI berperan sebagai pencetak dan Pembina muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai- nilai ke Islaman dan ke Indonesiaan. Yang mana anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang telah lulus latihan kader (LK I).

2.5.1. Analisa Tujuan KOHATI

Tujuan yang jelas diperlukan oleh sebuah organisasi, sehingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. Tujuan organisasi dipengaruhi oleh motivasi dasar pembentukannya, status dan fungsinya dalam totalitas dimana dia berada. Dalam totalitas pengkaderan HMI, KOHATI merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai tujuan HMI yaitu terbinanya


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Selain keIndonesiaan atau kebangsaan dan kemahasiswaan, kualifikasi HMI sebagai gerakan pemuda adalah ke-Islaman, maka, selain harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keIndonesiaan dan kemahasiswaan, HMI harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai ke-Islaman. Sekalipun dukungan pada nilai-nilai ke-Islaman itu tetap dalam format yang tidak dapat dipisahkan dari keIndonesiaan dan kemahasiswaan. Artinya penghayatan HMI pada nilai-nilai ke-Islaman tentu tidak dapat lepas dari lingkungan ke-Indonesiaan demi efektifitas dan fungsionalitas ke-Islaman itu sendiri. Juga tidak terlepas dari kemahasiswaan dimana terdapat suatu pola penghayatan ke-Islaman yang lebih cocok dengan kelompok masyarakat yang menikmati hak istimewa sebagai civitas academik atau yang disebut didalam konstitusi HMI insan akademis.

Karena ke-Indonesiaan itulah, HMI tampil sebagai organisasi Islam dalam format dan citra yang sedikit banyak berbeda dari penampilan organisasi Islam dalam kawasan lingkungan budaya besar Arab. Walaupun berbeda dari kawasan lingkungan yang bernuansa Islam namun sebenarnya perbedaan itu penting karena dapat melahirkan fungsi dari adaptasi kreatif yang melahirkan efektifitas. HMI berkiprah dalam lingkungan Melayu yang mana budaya Islam masih melekat kuat di dalamnya sehingga HMI dapat menerapkan budaya besar yang beradaptasi dari banyak lingkungan yang bernuansa Islam, sehingga memperoleh pengakuan ilmiah-keagamaan penuh yaitu gaya ke-Islaman dengan warna budaya besar Melayu khususnya di kawasan Asia Tenggara.


(2)

Sebagai organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan, HMI dalam perkembangannya sekarang ini, setelah hadir selama hampir puluhan tahun adalah sangat beruntung, HMI kini memiliki ssuatu lingkungan yang tangguh sekaligus kondusif bagi perjuangan mengemban misinya. Ini terlihat dari lingkungan HMI yang bersifat horizontal, berupa suasana umum untuk memberikan kebangkitan Islam di negeri ini, dan bersifat vertikal yang mana HMI berupaya membangun pertumbuhannya sendiri melalui para kader dan alumninya yang sesuai dengan konstitusi himpunan yang tak lain yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Oleh karena itu, HMI , tetap harus memiliki jiwa independen yang tegar dan konsisten, bermoral dan etis. Sama dengan semua orang selam tetap diperlukan sikap kritis yang membangun dengan jujur, adil dan berakhlak. Dalam interaksi sosial inilah bahkan dalam interaksi sosia yang lebih luas, HMI harus mempertahankan milik dan kehormatan yang paling berharga, yaitu indepedensi. Dan indepedensi itu tidak lain ialah hak bebas untuk memutuskan, meskipun dalam membuat keputusan tersebut harus melibatkan pengumpulan dan penggalangan informasi yang seluas-luasnya.

Proses berdirinya HMI menuai tanggapan dari masyarakat luas, yang mana HMI nantinya dapat menjadi ujung tombak daripada pergerakan Mahasiswa Islam di Indonesia khususnya di Medan. Namun hal-hal yang bersifat negatif dapatlah di kesampingkan, karena nantinya ditakutkan akan menghambat laju dari roda organisasi HMI. Dan hal ini biasa dalam pembentukan dan perkembangan sebuah organisasi baik itu organisasi kemasyarakatan, etnis dan kemahasiswaan. Perkembangan HMI di Medan juga tidak


(3)

terlepas dari dukungan masyarakat Medan yang majemuk dan agar HMI diterima ditengah masyarakat.

5.2. Saran

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis maka penulis menyarankan agar HMI di Medan dapat bangkit kembali sebagai sebuah organisasi Islam, yang benar-benar dapat memperjuangkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar serta kemaslahatan ummat Islam di Indonesia khususnya di Medan. HMI di Medan harus pula belajar dari pengalaman sejarah mereka sendiri agar dapat berdiri sebagai sebuah organisasi mahasiswa Islam yang istiqomah terhadap idealismenya. Tak hanya itu saja diharapkan pula agar HMI di Medan benar-benar dalam melakukan perkaderan yang mana perkaderan adalah ujung tombak dari organisasi ini yang memang disadari bahwa keinginna mahasiswa mulai berkurang untuk masuk ke dalam organisasi mahasiwa, yang nantinya akan mampu membawa HMI kearah pemikiran yang lebih maju lagi. Serta diharapkan pula agar HMI di Medan tetap dapat mempertahankan idealsme sebagai mahasiswa, dan tidak terjebak dengan sikap pragmatisme. Sehingga nantinya HMI tidak terjebak dalam konflik internal yang dapat melemahkan kekuatan HMI sebagai sebuah organisasi mahasiswa Islam. Juga diharapkan untuk dapat terus membina komisariat-komisariat, serta pembinaan aparat organisasi yang menjadi tulang punggung gerak perkaderan HMI kedepan natinya.

HMI di Medan diharapkan pula untuk dapat menjalin kerjasama dengan oraganisasi yang ada dikota Medan ini dalam usaha membangun kehidupan yang kondusif diantara organisasi-organisasi mahasiswa yang ada di kota Medan juga nantinya dapat memberikan sumbangsih nyata akan perbaikan kehidupan bangsa Indonesia saat ini. HMI di Medan harus dapat melakukan sebuah sikap yang dapat membawa kebaikan


(4)

bagi masyarakat Islam di Medan, melalui gerakan dakwah yang lazimnya dipakai oleh organisasi Islam lainnya dan ini tidak terlepas dari HMI sendiri yang memakai Islam sebagai asas organisasi. Tidak hanya itu saja HMI juga harus dapat menjadi agen perubahan (agent of change) terhadap kebijakan pemerintah. Yaitu dengan mendukung kebijakan pemerintah yang dianggap dapat membawa kebaikan bagi masyarakat serta mampu pula untuk bertindak tegas terhadap kebijaan masyarakat yang dinilai membawa kemudharatan bagi masyarakat banyak.

Mudah-mudahan HMI Cabang Medan tetap eksis dalam aktifitas organisasnya sehingga nantinya dapat membawa kebaikan bagi umat Islam di Medan maupun di Indonesia serta secara keseluruhan, serta dapat mewujudkan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Samsul, dan Tobroni, Islam PluralismeBudaya dan Politik, SIPRESS, 1994.

Ali, Fachry, dan Effendy, Bahtiar, Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: MIZAN,1986.

Esposito, John, L, terj. Alwiyah Abdurrahman dan MISSI, Ancaman Islam Mitos atau Realitas?, Bandung, MIZAN, 1994.

Gottschalk, Louis, , Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985.

HMI Komisariat Fakultas Sastra USU, Buku Panduan MOP, Medan: tanpa penerbit, 2005.

Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: :P.T.Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1993. ---, paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: MIZAN, 1991 Karim, M. R., Dinamika Islam di Indonesia: Suatu tinjauan Sosial dan Politik, Yogyakarta: Hanindita, 1995.

Noer, Deliar, Islam, Pancasila dan Azas Tunggal, Jakarta: Perkhidmatan,1983. Nasution, Harun, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995.

Naim, Mochtar, Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1979.

PB HMI, Hasil-hasil kongres XXV 2006, Makassar: tanpa penerbit, 2006.

Pandapotan, Sihar, Proses Adaptasi Etnis Jawa Asal Solo di Kota Medan, Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2006.

Pelly, Usman, Hubungan Antar Kelompok Etnis, Beberapa Kerangka Teoritis Dalam Kasus Kota Medan dalam Interaksi Antar Suku Bangsa Yang Majemuk, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Rahman, Fazlur, Tema-Tema Pokok Al-Qu’ran, Terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka: 1980.


(6)

Rais, Amien, M, Cakrawala Islam, Antara Cita Dan Fakta, Bandung: Mizan, 1984. Rahardjo, Dawam, M. Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa, Risalah Cendikiawan Muslim, Bandung, MIZAN, 1993.

Sitompul, Agussalim, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1993, Jakarta: Intermasa, 1995.

---, Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1975, Surabaya: Bina Ilmu, 1976.

Sembiring Pelawi, Kencana, Corak dan Pola Hubungan Sosial Antara Golongan dan Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.