akankah mereka menolak atau menerima pekerjaan tersebut. Dengan demikian perilaku kepemimpinan akan berpengaruh pada produktivitas kerja organisasi.
Dalam beberapa jurnal yang telah saya baca sebagai bahan referensi Kepemimpinan leadership selalu menjadi objek diskusi yang intensif
disepanjang sejarah peradaban manusia dimanapun juga. Masyarakat selalu haus akan kehadiran pemimpin yang dapat memenuhi harapan dan kreatif.
Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah suatu sikap alam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa terpanggil untuk memimpin dengan
segala macam ucapan, perbuatan dan perilaku hidup untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya kearah cita-cita luhur bersama dalam segala
bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis
tergugah untuk melakukan suatu penelitian kaitannya dengan fenomena hubungan antara karakteristik kepemimpinan dengan etika pegawai, yang selanjutnya
dituangkan dalam suatu skripsi dengan judul: ”Hubungan Kepemimpinan Camat Dengan Etika Kerja Pegawai di Kantor Camat Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dituangkan dalam latar belakang, maka mengangkat pokok permasalahan sebagai berikut: “Adakah hubungan
kepemimpinan camat dengan etika kerja pegawai, pada Kantor Camat Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang ?”.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
Mengetahui bagaimana Kepemimpinan Camat di Kantor Camat Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang,
2. Mengetahui bagaimana Etika Kerja Pegawai di Kantor Camat Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang, 3.
Mengetahui adakah hubungan kepemimpinan camat dengan etika kerja pegawai di Kantor Camat Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
a. Manfaat terhadap Dunia Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literature ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang kepemimpinan. Selain itu dapat dijadikan bahan
perbandingan bagi penelitian yang ingin meneliti pada masalah yang sama atau ingin melakukan penelitian lanjutan.
b. Manfaat terhadap Dunia Praktis
Hasil penelitian ini kiranya dapat dipergunakan oleh Pemerintah Kecamatan Batang Kuis sebagai bahan informasi dalam meningkatkan etika kerja
pegawai.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut seorang peneliti perlu
menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Teori adalah
serangkaian asumsi, konsep dan konstrak defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomenal social secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep Singarimbun, 2008:37 Mengacu pada pendapat diatas, maka dalam hal ini penulis
mengemukakan beberapa teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
1.5.1 Pengertian Kepemimpinan
Keberhasilan seorang pimpinan akan terlihat dari efektivitas kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi, yang sangat erat hubungannya dengan
keberadaan individu pimpinan itu sendiri dalam memberikan motivasi, pembinaan dan pengambilan keputusan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Komaruddin
1994:11 bahwa “kepemimpinan adalah untuk menstimulasi dan memotivasi bawahan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Sedangkan Siagian 1997:24 mengatakan bahwa: Kepemimpinan adalah Kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai
pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui
perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Pendapat tersebut memperlihatkan pemahaman kepemimpinan pada
Universitas Sumatera Utara
kelebihan pribadi, dimana dengan kelebihannya tersebut seorang pemimpin dapat mempengaruhi orang lain. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang mempunyai kecakapan secara khusus di suatu bidang atau secara umum di bidang-bidang lain sehingga ia
mampu mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan serta memanfaatkan orang lain untuk tujuan tertentu.
Apabila seseorang telah diakui atau diangkat menjadi pemimpin, maka ia harus menjalankan tugas atau perannya sebagai pemimpin yang merupakan
rangkaian yang timbul karena jabatan dan kedudukannya sebagai pemimpin. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar orang tersebut mempunyai daya kreativitas dan inovasi yang
tinggi, sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku dari mereka sesuai dengan keinginan pimpinan. Begitu juga dalam meningkatkan etika kerja pegawai, camat
sebagai pimpinan harus mampu mempengaruhi, memotivasi, mengatur dan mengarahkan pegawai untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan tugas.
1.5.1.1. Fungsi Kepemimpinan
Kartono 2001:81 menyatakan bahwa: Fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan
motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik : memberikan supervisipengawasan yang ingin dituju,
sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa fungsi kepemimpinan sangatlah mutlak dipahami
Universitas Sumatera Utara
oleh seorang pimpinan dalam upaya menggerakkan pengikutnya dalam suatu organisasi, yang pada hakekatnya tersirat bahwa fungsi kepemimpinan adalah
mengatur kehidupan organisasi sehingga diharapkan akan terciptanya suatu efektivitas kerja melalui kegiatan pemberian motivasi, arahan, bimbingan dan
pembinaan menuju terciptanya etika kerja pegawai untuk tercapainya tujuan organisasi.
Kemudian Siagian 1997:47 mengemukakan fungsi kepemimpinan meliputi sebagai berikut :
1 Pengarahan Aligning
2 Komunikasi communicating
3 Pengambilan Keputusan decision making
4 Motivasi motivating
Berdasarkan uraian tersebut di atas, terlihat bahwa fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat diperlukan dimana kepemimpinan berintikan
kemampuan untuk berkomunikasi, memberikan pembinaan maupun memberikan motivasi. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, pembinaan serta motivasi
merupakan kriteria utama dalam menilai efektivitas kepemimpinan seseorang untuk bertindak sebagai pimpinan dalam suatu organisasi. Dengan demikian akan
tergambar bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk menstimulasi dan memotivasi bawahan agar mampu mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui peningkatan efektivitas kerja. Dalam kehidupan nyata dikenal ada beberapa jenis kepemimpinan,
diantaranya kepemimpinan formal dan informal. Sebagai seorang pemimpin
Universitas Sumatera Utara
camat merupakan salah satu contoh kepemimpinan formal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartono 2001:8 yang menyatakan bahwa : Pemimpin formal ialah
orang yang oleh organisasi atau lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan
dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Dari pengertian pemimpin formal tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa seorang pimpinan formal memiliki legalitas formal, memiliki
persyaratan formal tertentu, mempunyai hak dan kewajiban yang antara lain menerima balas jasa atas kerjanya dan diberi kekuasaan dan wewenang dalam
menjalankan kepemimpinannya.
1.5.1.2 Pengertian Camat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pasal 66 menyebutkan bahwa :
a. Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan daerah kota
yang dipimpin oleh kepala kecamatan. b.
Kepala kecamatan disebut Camat. c.
Camat diangkat oleh BupatiWalikota atas usul sekretaris daerah kebupaten atau kota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat.
d. Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah dari
Bupatiwalikota. e.
Camat bertanggung jawab kepada Bupatiwalikota.
Universitas Sumatera Utara
f. Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Kemudian menurut Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 886 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok,Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah
Kabupaten Deli Serdang, menyebutkan bahwa Camat dibantu oleh 3 Kepala Sub Bagian dan Orang, 4 orang kepala seksi, 6 orang staf atau pegawai, beserta 4
orang sekertaris desa. Lebih lanjut pada pasal 4 PP Nomor 19 tahun 2008 menyebutkan bahwa
“Camat adalah Kepala Pemerintahan Kecamatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah”.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Camat merupakan seorang pemimpin dalam suatu wilayah pemerintah kecamatan, yang
diberikan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan oleh Bupati. Adapun dalam hal pembinaan pegawai camat membawahi satu secretariat, lima seksi dan
kelompok jabatan fungsional.
1.5.2. Konsep Etika Kerja
Sebelum membahas lebih lanjut tentang etika kerja pegawai perlu diperhatikan dua hal yang amat esensial dalam kaitannya dengan peningkatan
etika kerja pegawai dalam organisasi. Dua hal tersebut adalah nilai-nilai atau tujuan dan norma-norma perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap individu
anggota organisasi. Dengan nilai atau tujuan maka setiap kegiatan dan usaha yang dilikukan oleh setiap individu atau anggota diharapkan dapat mengarah pada
terwujudnya tujuan yang dikehendaki, sedangkan norma-norma, perilaku segala
Universitas Sumatera Utara
kegiatan dan usaha yang dilaksanakan oleh setiap individu diharapkan dapat mengarah kepada tujuan yang hendak diwujudkan konsekuen dan konsisten.
Menurut Dubbin Suhardjono, 1986:20 dalam memotivasi perilaku antar organisasi dan anggota organisasi dalam kehidupan berorganisasi terdapat
dua tahap yang berkaitan dengan norma dan nilai, yaitu : a.
Tahap pendahuluan : pada tahap ini organisasi memperkenalkan nilai-nilai tujuan yang hendak dicapai dan norma-norma perilaku
yang harus dipatuhi oleh setiap anggota organisasi. b.
Tahap evaluasi : organisasi berusaha menilai apakah perilaku atau perbuatan anggota sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Pada tahap pendahuluan setiap pegawai akan dapat mengetahui dan memahami nilai dan norma yang berlaku dalam organisasi. Seandainya individu
tersebut dapat menerima nilai dan norma yang ada, berarti ia akan masuk menjadi anggota organisasi dan apabila tidak mau menerima berarti individu tersebut tidak
akan masuk menjadi anggota organisasi. Bila seseorang individu dapat memahami norma dan nilai yang ada,
dalam kondisi seperti ini pimpinan harus dapat mengetahui kemungkinan sikap atau perilaku individu setelah masuk dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini
menurut Suhardjono 1986:55 ada dua kemungkinan yaitu : a.
Menerima sepenuhnya nilai dan norma yang berlaku, ada dua kemungkinan sikap yang timbul, yaitu :
1 Menerima secara konsisten dan konsekuen
Universitas Sumatera Utara
2 Menerima tetapi secara sporadis insidental tidak konsisten dan
konsekuen. b.
Menerima tidak sepenuhnya nilai dan norma yang berlaku, sikap ini membahayakan dalam kelangsungan hidup organisasi.
Pada tahap evaluasi, organisasi dapat memberikan penilaian pada sikap dan perbuatan individu secara nyata sesuai atau tidak dengan nilai dan norma
yang berlaku, apabila sesuai maka organisasi dapat memberikan penghargaan dan kalau tidak sesuai organisasi akan melakukan tindakan penertiban. Karena adanya
kemungkinan sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma organisasi, maka organisasi disediakan peraturan yang mengatur mengenai
penghargaan dan hukuman untuk mengantisipasi sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
1.5.2.1 Pengertian Etika Kerja
Etika kerja merupakan gabungan dari dua kata yaitu etika dan kerja. Disamping itu terdapat istilah norma yang berasal dari bahasa Latin, norma berarti
penyiku atau pengukur, dalam bahasa Inggris norma berarti aturan atau kaidah. Secara etimologi istilah etika berasal dari bahasa Yunani dari kata “ethos” yang
berarti kebiasaan atau watak. Dari kedua asal kata tersebut antara etika dan norma dapat kita simpulkan bahwa dalam kaitannya dengan perilaku manusia, norma
digunakan sebagai pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnya dan juga untuk menakar atau menilai sebelum ia dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Etika kerja dapat diartikan sebagai suatu perilaku seseorang sehubungan dengan pekerjaannya. Keraf 2002:2 menyatakan bahwa “Etika berkaitan dengan
kebiasaan yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau masyarakat”. Sedangkan Sinungan 2003:135 menyatakan bahwa “Etika adalah
sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang di dalam membina hubungan yang serasi, selaras dan seimbang baik di dalam kelompok itu sendiri
maupun dengan kelompok lain”. Mondy 1993:25 menyatakan bahwa : Ethics is the discipline dialing with what is good and bad or right and wrong or
with moral duty and obligation.Etika adalah suatu disiplin yang berhubungan dengan apa yang baik dan apa yang buruk atau dengan yang benar dan apa yang
salah atau dengan hak dan kewajiban moral. Adapun yang dimaksud dengan disiplin lebih lanjut dijelaskan oleh
Mondy sebagai berikut : “Discipline : The state of employee self-control and orderly conduct”. Yang artinya bahwa disiplin merupakan keadaan pengendalian
diri sendiri dan tingkah laku pegawai yang tertib. Sedangkan Syafiie 1994:1 menyatakan bahwa “Etika artinya sama dengan kata Indonesia “kesusilaan” yang
terdiri dari bahasa sangsekerta “su” berarti baik dan “sila” berarti norma kehidupan. Etika menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma yang baik”.
Magnis Suseno 1987:17 mengatakan “Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah
bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Menurut Solomon Kumorotomo, 1999:6 etika merujuk kepada dua hal, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya dan dalam hal ini etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat.
b. Etika merupakan pokok permasalahan didalam disiplin ilmu itu
sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia.
Sedangkan istilah kerja menurut The Liang Gie 1992:323 adalah “keseluruhan aktivitas-aktivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh
manusia untuk mencapai tujuan tertentu, atau mengandung suatu maksud tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya”.
Gondokusumo 1980:36 menyatakan bahwa “etika kerja sebagai refleksi dari sikap pribadi maupun dari sikap kelompok terhadap kerja dan
kerjasama”. Etika kerja sebagai suatu kebiasaan pegawai untuk bekerja dan berprestasi lebih baik sangat bertalian dengan emosi sehingga dapat dipupuk
dengan pendekatan yang ramah tamah dan penuh kesabaran. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa dukungan, arahan dan kepercayaan pada pegawai.
Musanef 1991:80 mengartikan etika kerja “sebagai tingkah laku atau kelakuan dari seseorang yang mendukung kaidah-kaidah atau ketentuan mengenai
tingkah laku yang baik atau buruk”. Sedangkan menurut Davis Taufiq, 1984:155, ‘Etika kerja berarti sikap individu atau kelompok terhadap seluruh
lingkungan kerja dan terhadap kerjasama dengan orang lain yang secara maksimal sesuai dengan kepentingan yang paling baik bagi perusahaan’. Sinungan
2003:135 menyatakan bahwa “Etika kerja dapat diartikan sebagai terciptanya
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara pelaku dalam proses produksi ke arah peningkatan produksi dan produktivitas kerja”.
Setelah memahami beberapa pengertian etika, kerja dan etika kerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika kerja adalah bagaimana pegawai harus
bertindak atau bagaimana perilaku pegawai yang seharusnya baik secara individu maupun secara kelompok dalam melakukan sesuatu didalam pelaksanaan
tugasnya. Etika kerja disini dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku pegawai dalam
berhubungan dengan pekerjaannya. Etika yang baik akan tercapai bilamana pegawai dan pimpinan
mempunyai peranan masing-masing di dalam organisasi dan mereka secara bersama-sama mempunyai satu tujuan yang ingin diwujudkan dalam bentuk suatu
kerjasama. Menurut Yoder 1956:739, Etika kerja yang kurang baik ditandai
dengan kegelisahan-kegelisahan, beberapa tanda kegelisahan antara lain : a.
Strikes pemogokan b.
Labour turover perpindahan pegawai c.
Absenyeisme and tardiness absensi dan keterlambatan d.
Disciplinary problem masalah disiplin e.
Restriction of output berkurangnya hasil f.
Grievances keluhan Hal tersebut selaras dengan pendapat Siagian 1997:24 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
…yang berkaitan dengan iklim kerja di dalam organisasi yang sering menampakkan gejalanya dalam berbagai bentuk seperti absentisme yang tinggi,
banyaknya pegawai yang minta pindah, disiplin yang rendah, produktivitas yang tidak setinggi yang diharapkan, keluhan baik yang secara gambling dinyatakan
maupun yang disampaikan secara terselubung dan berbagai manifestasi ketidakpuasan lainnya.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas jelas efektivitas kepemimpinan dituntut adanya kemahiran dalam membaca situasi, sehingga dapat berpikir dan
bertindak sedemikian rupa dengan melalui perilaku yang positif dalam memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Perlu ditetahui etika kerja pegawai tidak bersifat statis tetapi akan berubah menurut keadaan lingkungan organisasi, dan etika kerja pegawai ini akan
tetap baik apabila pegawai merasa terpuaskan. Dalam hal ini pimpinan harus memperhatikan kepuasan-kepuasan pegawai dalam bentuk materi dan non materi.
Kepuasan dalam bentuk non materi ini berupa rangsangan, pertumbuhan pribadi, martabat dan sebagainya. Kecendrungan ini tidak pasti atau tidak universal, tetapi
amat urgen dalam mengantisipasi masa depan hubungan manajemen dengan para pegawai. Di dalam lingkungan organisasi pemerintahan, dalam usaha peningkatan
etika kerja pegawai perlu diperhatikan kepuasan baik materi maupun non materi. Dalam bentuk kepuasan materi, pegawai sudah mendapatkan hak mereka sesuai
dengan ketentuan sistem penggajian pegawai, karena itu perlu diperhatikan lebih lanjut tentang kepuasan non materi yang berupa penghargaan, kesempatan untuk
maju, perlakuan yang adil dan satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah
Universitas Sumatera Utara
bahwa mereka pegawai adalah makhluk sosial yang mempunyai keinginan dan kebutuhan yang harus diperlakukan secara manusiawi.
Secara garis besar pemeliharaan etika kerja yang baik merupakan tanggung jawab pimpinan yang bersifat konstan. Kemampuan pimpinan dan
profesionalisme akan jauh berkembang apabila etika kerja tetap dipertahankan pada suatu tingkat yang prima. Oleh karena itu amatlah penting untuk secara
kontinu menganalisis kekuatan yang mempengaruhi etika kerja dan mengambil langkah-langkah yang efektif sebelum terjadinya dekadensi etika kerja pegawai.
1.5.2.2. Faktor Pengukur Etika Kerja
Dari uraian dan penjelasan mengenai etika kerja yang dikemukakan para ahli, dalam penelitian ini penulis menetapkan tiga faktor yang dapat dijadikan
tolok ukur etika kerja yaitu:
1. Disiplin
Pengertian disiplin pegawai yang dikemukakan Ranupandoyo 1989:98 sebagai berikut : “Kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan berbagai
kebijakan pemerintah atau instansi tertentu yang berhubungan dengan kepegawaian dan kebijakan lain yang menjadi acuan pelaksanaan pekerjaannya”.
Pengertian lain tentang disiplin, Sukatono 1994:171 memberikan pengertian tentang disiplin pribadi adalah “Disiplin pribadi adalah kepatuhan
seseorang untuk menghormati dan melaksanakan suatu keputusan, perintah atau
Universitas Sumatera Utara
peraturan yang berlaku, baik yang dating dari pemerintah maupun yang datang dari kehidupan dan budaya dalam bermasyarakat”. Keith Davis 1985:366
mengemukakan pengertian disiplin kerja adalah “Dicipline is management action to enforce organization standars”. Disiplin kerja dapat diartikan pelaksanaan
manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Faktor-faktor yang sangat penting yang menjadi tolok ukur bahwa
Pegawai Negeri Sipil disiplin dalam melaksanakan tugasnya, menurut Reksosudirdjo 1996:7 sebagai berikut :
a Patuh dan sadar terhadap nilai atau norma pedoman kehidupan
nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam arti mempunyai kesadaran berpolitik dan berkonstitusi yang positif.
b Berkemauan untuk menghadapi usaha yang mengancam integritas
bangsa. c
Mengendalikan diri dalam menggunakan kewenangan dengan tidak berlaku sewenang-wenang.
d Ulet dalam mengatasi berbagai masalah sosial, masalah kehidupan
berbangsa dan bernegara. e
Memiliki harga diri, patriotisme dan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia yang merdeka.
f Mempunyai sikap dan perilaku yang selaras dengan kebijakan
pemerintah sebagai pengelola negara dalam mewujudkan tujuan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Hasibuan 1993:193 mengemukakan : Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang
berlaku, kesadaran merupakan sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, jadi dia akan
mematuhi, mengerjakan semua tugasnya dengan baik bukan atas paksaan. Berikut indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai :
1 Tujuan dan kemampuan
2 Teladan pimpinan
3 Balas jasa
4 Keadilan
5 Waskat
6 Sanksi hukuman
7 Ketegasan
8 Hubungan kemanusiaan
Selanjutnya Mangkunegara 2002:129-230 mengemukakan “Ada dua bentuk disiplin kerja yaitu disiplin prepentif dan disiplin korektif”. Disiplin
prepentif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh organisasi.
Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai untuk berdisiplin. Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu
peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
pedoman yang berlaku pada organisasi. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Produktivitas
Produktivitas merupakan output dari suatu kegiatan yang diusahakan. Produktivitas merupakan tingkat capaian atau hasil dari perilaku kerja yang
dilakukan oleh sumber daya manusia dalam organisasi. Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut cara hidup
dan mengatur cara kerja, maka erat kaitannya antara manusia sukses dengan pribadi beretika. Jadi disimpulkan bahwa etika kerja dapat mendorong
produktivitas atau etika kerja merupakan sarana penting untuk mencapai produktivitas. Sedarmayanti 2001:57 menyatakan bahwa “Secara umum
produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai output dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan input”.
Lebih lanjut Paul Mali Sedarmayanti, 2001:57 menyatakan bahwa: Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi
mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam
satuan waktu tertentu. Sinungan 2003:16 mengartikan produktivitas adalah : Mencakup sikap
mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Cara kerja hari
ini harus lebih baik dari cara kerja hari kemarin dan hasil yang dicapai hari esok harus lebih banyak atau lebih baik dari hari yang diperoleh hari ini.
Universitas Sumatera Utara
Setiap pegawai memiliki berbagai latar belakang dalam mencapai tujuannya dalam organisasi. Kondisi psikologis setiap pegawai pada akhirnya
akan menentukan bagaimana organisasi berupaya mencapai tujuannya. Dalam hal ini kondisi psikologis pegawai dalam organisasi akan tergambar bagaimana cara
ia beretika dalam organisasi. Sinungan 2003:135 menyatakan bahwa “Etika dalam hubungan kerj
dapat diartikan sebagai terciptanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara pelaku dalam proses produksi ke arah peningkatan produksi dan
produktivitas kerja”. Dengan demikian sangat erat kaitannya antara etika dan produktivitas
pegawai dalam organisasi. Pada interaksi pegawai dengan organisasi akan mempengaruhi produktivitas kerja. Hal ini dapat tergambar bagaimana etika kerja
dijalankan baik terhadap rekan kerja dalam bentuk kerja sama ataupun ketaatan terhadap peraturan atau norma dalam organisasi.
3. Kerjasama
Kerjasama merupakan refleksi dari etika dan akan baik apabila moral tinggi Gondokusuma, 1980:38. Kerjasama menurut Pareek 1984 didefinisikan
dalam kaitan dengan “seseorang yang bekerja dengan orang lain atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap dapat dibagi”.
Kerjasama ini ditekankan yang berkenaan dengan keinginan untuk memaksimumkan hasil semua orang yang terlibat, berkenaan dengan perolehan
kepuasan atas prestasi menyeluruh dan gabungan antara prestasi perorangan dengan kepuasan prestasi bersama.
Universitas Sumatera Utara
Kerjasama dapat dilihat dari : a
Kesediaan para pegawai untuk bekerjasama dengan sejawat dan atasan untuk mencapai tujuan bersama.
b Kesediaan untuk saling membantu diantara rekan-rekan sejawat
sehubungan dengan tugas-tugas yang dilakukan.
c Adanya keaktifan dalam kegiatan organisasi.
1.5.2.3 Hubungan antara Kepemimpinan dengan Etika Kerja
Peran kepemimpinan yang berhasil dan efektif sangat berhubungan dengan pengharapan pegawai atas perilaku atasan yang diinginkan pegawai.
Hersey dan Blanchard 1994:151 mengartikan harapan sebagai “persepsi seseorang tentang perilaku yang tepat bagi peranan atau posisi dirinya sendiri atau
persepsi seseorang tentang peranan orang lain dalam organisasi”. Harapan orang- orang menentukan hal-hal yang harus mereka lakukan di berbagai keadaan dalam
pekerjaan tertentu dan bagaimana orang lain, atasan, teman sejawat dan bawahan mereka, menurut mereka seharusnya berperilaku dalam hubungannya dengan
posisi mereka. Dalam mempelajari peran kepemimpinan seseorang dan harapan
pegawai, perlu dipahami salah satu karateristik kepemimpinan yaitu bahwa pemimpin memiliki kuasa power. Etzioni Hersey dan Blanchard, 1994:128
membedakan kuasa dalam dua bentuk, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kuasa posisi position power, adalah kuasa pada seseorang yang
dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan pekerjaan tertentu karena posisinya didalam organisasi dipandang memiliki kuasa
posisi. 2.
Kuasa pribadi personal power, adalah kuasa pada seseorang dimana para pengikut menghormati, merasa senang dan terikat
dengan pemimpin mereka serta merasa bahwa tujuan mereka terpenuhi oleh tujuan pemimpin.
Peran kepemimpinan seseorang dianggap effektif apabila gaya kepemimpinan atasan mengarah pada pengharapan pegawai dan pegawai
melakukan pekerjaan tersebut karena ingin melakukannya dan merasa ada hasil yang diperolehnya, maka pimpinan dipandang tidak hanya memiliki kuasa posisi
tetapi juga kuasa pribadi. Pegawai menghormati pimpinan dan mau bekerjasama dengannya, dengan menyadari bahwa permintaan pimpinan konsisten dengan
tujuan pribadinya dan pegawai merasa tujuan pribadinya akan tercapai melalui aktifitas tersebut.
Pada kenyataannya harapan seseorang tidak selamanya dapat terpenuhi, karena adanya pembatasan bondary dari aturan dan norma yang berlaku
dilingkungan organisasi. Ketidaksesuaian antara kenyataan dan harapan itu akan menimbulkan kesenjangan, yang akhirnya menyebabkan pegawai bawahan
menjadi tidak puas. Misalnya seorang bawahan yang mengharapkan atasannya mempunyai gayaperilaku kepemimpinan yang mementingkan tugas, maka
kebutuhan seseorang akan harapan tersebut bertambah. Bila harapannya sesuai dengan gaya kepemimpinan yang ditampilkan atasannya, maka akan menunjang
Universitas Sumatera Utara
tingkah laku bawahan mengarah pada etika kerja yang baik dan akan berakibat sebaliknya bila gayaperilaku kepemimpinan atasan tidak sesuai dengan
harapannya. Bila harapan pegawai mengenai gaya kepemimpinan atasan yang diinginkan tinggi, tetapi pada kenyataannya atasan tidak bersikap seperti apa yang
diharapkan maka etika kerja pegawai dalam melaksanakan tugas akan tidak baik.
1.6 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah “Ada hubungan kepemimpinan camat dengan etika kerja pegawai di Kantor Camat Batang Kuis Kabupaten Deli
Serdang”
1.7 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu social. Singarimbun, 1995:37 Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan,
maka penulis mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :. 1.
Kepemimpinan adalah Kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan
sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Etika Kerja adalah sebagai tingkah laku atau kelakuan dari seseorang yang
mendukung kaidah-kaidah atau ketentuan mengenai tingkah laku yang baik atau buruk.
1.8 Definisi Operasional