2 Menerima tetapi secara sporadis insidental tidak konsisten dan
konsekuen. b.
Menerima tidak sepenuhnya nilai dan norma yang berlaku, sikap ini membahayakan dalam kelangsungan hidup organisasi.
Pada tahap evaluasi, organisasi dapat memberikan penilaian pada sikap dan perbuatan individu secara nyata sesuai atau tidak dengan nilai dan norma
yang berlaku, apabila sesuai maka organisasi dapat memberikan penghargaan dan kalau tidak sesuai organisasi akan melakukan tindakan penertiban. Karena adanya
kemungkinan sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma organisasi, maka organisasi disediakan peraturan yang mengatur mengenai
penghargaan dan hukuman untuk mengantisipasi sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
1.5.2.1 Pengertian Etika Kerja
Etika kerja merupakan gabungan dari dua kata yaitu etika dan kerja. Disamping itu terdapat istilah norma yang berasal dari bahasa Latin, norma berarti
penyiku atau pengukur, dalam bahasa Inggris norma berarti aturan atau kaidah. Secara etimologi istilah etika berasal dari bahasa Yunani dari kata “ethos” yang
berarti kebiasaan atau watak. Dari kedua asal kata tersebut antara etika dan norma dapat kita simpulkan bahwa dalam kaitannya dengan perilaku manusia, norma
digunakan sebagai pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnya dan juga untuk menakar atau menilai sebelum ia dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Etika kerja dapat diartikan sebagai suatu perilaku seseorang sehubungan dengan pekerjaannya. Keraf 2002:2 menyatakan bahwa “Etika berkaitan dengan
kebiasaan yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau masyarakat”. Sedangkan Sinungan 2003:135 menyatakan bahwa “Etika adalah
sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang di dalam membina hubungan yang serasi, selaras dan seimbang baik di dalam kelompok itu sendiri
maupun dengan kelompok lain”. Mondy 1993:25 menyatakan bahwa : Ethics is the discipline dialing with what is good and bad or right and wrong or
with moral duty and obligation.Etika adalah suatu disiplin yang berhubungan dengan apa yang baik dan apa yang buruk atau dengan yang benar dan apa yang
salah atau dengan hak dan kewajiban moral. Adapun yang dimaksud dengan disiplin lebih lanjut dijelaskan oleh
Mondy sebagai berikut : “Discipline : The state of employee self-control and orderly conduct”. Yang artinya bahwa disiplin merupakan keadaan pengendalian
diri sendiri dan tingkah laku pegawai yang tertib. Sedangkan Syafiie 1994:1 menyatakan bahwa “Etika artinya sama dengan kata Indonesia “kesusilaan” yang
terdiri dari bahasa sangsekerta “su” berarti baik dan “sila” berarti norma kehidupan. Etika menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma yang baik”.
Magnis Suseno 1987:17 mengatakan “Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah
bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik”. Menurut Solomon Kumorotomo, 1999:6 etika merujuk kepada dua hal, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya dan dalam hal ini etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat.
b. Etika merupakan pokok permasalahan didalam disiplin ilmu itu
sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia.
Sedangkan istilah kerja menurut The Liang Gie 1992:323 adalah “keseluruhan aktivitas-aktivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh
manusia untuk mencapai tujuan tertentu, atau mengandung suatu maksud tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya”.
Gondokusumo 1980:36 menyatakan bahwa “etika kerja sebagai refleksi dari sikap pribadi maupun dari sikap kelompok terhadap kerja dan
kerjasama”. Etika kerja sebagai suatu kebiasaan pegawai untuk bekerja dan berprestasi lebih baik sangat bertalian dengan emosi sehingga dapat dipupuk
dengan pendekatan yang ramah tamah dan penuh kesabaran. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa dukungan, arahan dan kepercayaan pada pegawai.
Musanef 1991:80 mengartikan etika kerja “sebagai tingkah laku atau kelakuan dari seseorang yang mendukung kaidah-kaidah atau ketentuan mengenai
tingkah laku yang baik atau buruk”. Sedangkan menurut Davis Taufiq, 1984:155, ‘Etika kerja berarti sikap individu atau kelompok terhadap seluruh
lingkungan kerja dan terhadap kerjasama dengan orang lain yang secara maksimal sesuai dengan kepentingan yang paling baik bagi perusahaan’. Sinungan
2003:135 menyatakan bahwa “Etika kerja dapat diartikan sebagai terciptanya
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara pelaku dalam proses produksi ke arah peningkatan produksi dan produktivitas kerja”.
Setelah memahami beberapa pengertian etika, kerja dan etika kerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika kerja adalah bagaimana pegawai harus
bertindak atau bagaimana perilaku pegawai yang seharusnya baik secara individu maupun secara kelompok dalam melakukan sesuatu didalam pelaksanaan
tugasnya. Etika kerja disini dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku pegawai dalam
berhubungan dengan pekerjaannya. Etika yang baik akan tercapai bilamana pegawai dan pimpinan
mempunyai peranan masing-masing di dalam organisasi dan mereka secara bersama-sama mempunyai satu tujuan yang ingin diwujudkan dalam bentuk suatu
kerjasama. Menurut Yoder 1956:739, Etika kerja yang kurang baik ditandai
dengan kegelisahan-kegelisahan, beberapa tanda kegelisahan antara lain : a.
Strikes pemogokan b.
Labour turover perpindahan pegawai c.
Absenyeisme and tardiness absensi dan keterlambatan d.
Disciplinary problem masalah disiplin e.
Restriction of output berkurangnya hasil f.
Grievances keluhan Hal tersebut selaras dengan pendapat Siagian 1997:24 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
…yang berkaitan dengan iklim kerja di dalam organisasi yang sering menampakkan gejalanya dalam berbagai bentuk seperti absentisme yang tinggi,
banyaknya pegawai yang minta pindah, disiplin yang rendah, produktivitas yang tidak setinggi yang diharapkan, keluhan baik yang secara gambling dinyatakan
maupun yang disampaikan secara terselubung dan berbagai manifestasi ketidakpuasan lainnya.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas jelas efektivitas kepemimpinan dituntut adanya kemahiran dalam membaca situasi, sehingga dapat berpikir dan
bertindak sedemikian rupa dengan melalui perilaku yang positif dalam memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Perlu ditetahui etika kerja pegawai tidak bersifat statis tetapi akan berubah menurut keadaan lingkungan organisasi, dan etika kerja pegawai ini akan
tetap baik apabila pegawai merasa terpuaskan. Dalam hal ini pimpinan harus memperhatikan kepuasan-kepuasan pegawai dalam bentuk materi dan non materi.
Kepuasan dalam bentuk non materi ini berupa rangsangan, pertumbuhan pribadi, martabat dan sebagainya. Kecendrungan ini tidak pasti atau tidak universal, tetapi
amat urgen dalam mengantisipasi masa depan hubungan manajemen dengan para pegawai. Di dalam lingkungan organisasi pemerintahan, dalam usaha peningkatan
etika kerja pegawai perlu diperhatikan kepuasan baik materi maupun non materi. Dalam bentuk kepuasan materi, pegawai sudah mendapatkan hak mereka sesuai
dengan ketentuan sistem penggajian pegawai, karena itu perlu diperhatikan lebih lanjut tentang kepuasan non materi yang berupa penghargaan, kesempatan untuk
maju, perlakuan yang adil dan satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah
Universitas Sumatera Utara
bahwa mereka pegawai adalah makhluk sosial yang mempunyai keinginan dan kebutuhan yang harus diperlakukan secara manusiawi.
Secara garis besar pemeliharaan etika kerja yang baik merupakan tanggung jawab pimpinan yang bersifat konstan. Kemampuan pimpinan dan
profesionalisme akan jauh berkembang apabila etika kerja tetap dipertahankan pada suatu tingkat yang prima. Oleh karena itu amatlah penting untuk secara
kontinu menganalisis kekuatan yang mempengaruhi etika kerja dan mengambil langkah-langkah yang efektif sebelum terjadinya dekadensi etika kerja pegawai.
1.5.2.2. Faktor Pengukur Etika Kerja