bahwa mereka pegawai adalah makhluk sosial yang mempunyai keinginan dan kebutuhan yang harus diperlakukan secara manusiawi.
Secara garis besar pemeliharaan etika kerja yang baik merupakan tanggung jawab pimpinan yang bersifat konstan. Kemampuan pimpinan dan
profesionalisme akan jauh berkembang apabila etika kerja tetap dipertahankan pada suatu tingkat yang prima. Oleh karena itu amatlah penting untuk secara
kontinu menganalisis kekuatan yang mempengaruhi etika kerja dan mengambil langkah-langkah yang efektif sebelum terjadinya dekadensi etika kerja pegawai.
1.5.2.2. Faktor Pengukur Etika Kerja
Dari uraian dan penjelasan mengenai etika kerja yang dikemukakan para ahli, dalam penelitian ini penulis menetapkan tiga faktor yang dapat dijadikan
tolok ukur etika kerja yaitu:
1. Disiplin
Pengertian disiplin pegawai yang dikemukakan Ranupandoyo 1989:98 sebagai berikut : “Kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan berbagai
kebijakan pemerintah atau instansi tertentu yang berhubungan dengan kepegawaian dan kebijakan lain yang menjadi acuan pelaksanaan pekerjaannya”.
Pengertian lain tentang disiplin, Sukatono 1994:171 memberikan pengertian tentang disiplin pribadi adalah “Disiplin pribadi adalah kepatuhan
seseorang untuk menghormati dan melaksanakan suatu keputusan, perintah atau
Universitas Sumatera Utara
peraturan yang berlaku, baik yang dating dari pemerintah maupun yang datang dari kehidupan dan budaya dalam bermasyarakat”. Keith Davis 1985:366
mengemukakan pengertian disiplin kerja adalah “Dicipline is management action to enforce organization standars”. Disiplin kerja dapat diartikan pelaksanaan
manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Faktor-faktor yang sangat penting yang menjadi tolok ukur bahwa
Pegawai Negeri Sipil disiplin dalam melaksanakan tugasnya, menurut Reksosudirdjo 1996:7 sebagai berikut :
a Patuh dan sadar terhadap nilai atau norma pedoman kehidupan
nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam arti mempunyai kesadaran berpolitik dan berkonstitusi yang positif.
b Berkemauan untuk menghadapi usaha yang mengancam integritas
bangsa. c
Mengendalikan diri dalam menggunakan kewenangan dengan tidak berlaku sewenang-wenang.
d Ulet dalam mengatasi berbagai masalah sosial, masalah kehidupan
berbangsa dan bernegara. e
Memiliki harga diri, patriotisme dan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia yang merdeka.
f Mempunyai sikap dan perilaku yang selaras dengan kebijakan
pemerintah sebagai pengelola negara dalam mewujudkan tujuan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Hasibuan 1993:193 mengemukakan : Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang
berlaku, kesadaran merupakan sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, jadi dia akan
mematuhi, mengerjakan semua tugasnya dengan baik bukan atas paksaan. Berikut indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai :
1 Tujuan dan kemampuan
2 Teladan pimpinan
3 Balas jasa
4 Keadilan
5 Waskat
6 Sanksi hukuman
7 Ketegasan
8 Hubungan kemanusiaan
Selanjutnya Mangkunegara 2002:129-230 mengemukakan “Ada dua bentuk disiplin kerja yaitu disiplin prepentif dan disiplin korektif”. Disiplin
prepentif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh organisasi.
Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai untuk berdisiplin. Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu
peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
pedoman yang berlaku pada organisasi. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Produktivitas