BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu dampak fenomena globalisasi didalam konteks kehidupan bernegara adalah semakin kuatnya keinginan masyarakat untuk hidup didalam
suatu negara demokratis, dengan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN Korupsi, Kolusi, Nepotisme sebagai perwujudan dari penyelenggaraan Good
Governance, baik pada pemerintahan pusat maupun di daerah. Menghadapi permasalahan dan tantangan keadaan tersebut, mengisyaratkan perlu adanya
perubahan paradigma dalam sistem kepemerintahan maupun pembaharuan dalam sistem kelembagaan itu sendiri, dan salah satu yang dapat dilakukan
adalah melalui upaya peningkatan kompetensi aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal inilah yang erat kaitannya dengan
peningkatan fungsi pelayanan publik yang dijalankannya, agar segala aktivitas yang dijalankannya mampu mencapai taraf yang lebih sempurna.
Memperhatikan perkembangan yang terjadi baik secara faktual maupun berbagai macam kajian literatur, mengindikasikan bahwa fungsi
pelayanan publik harus dilakukan secara prima oleh pemerintahbirokrat dalam mewujudkan good governance. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi pelayanan publik tersebut, maka aparatur pemerintah dituntut untuk mampu melaksanakannya secara transparan, akuntabel, efektif, efisien
Universitas Sumatera Utara
dan terkendali baik dalam system, mekanisme kerja, kebijakan, maupun anggaran biayanya.
Kualitas pelayanan salah satunya akan bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang melakukannya, untuk itulah diperlukan pembinaan
terhadap aparatur pelaksana secara terus menerus baik secara formal maupun secara nonformal tidak menutup kemungkinan diantaranya ketegasan dari
seorang pimpinan dalam memberikan pembinaan tersebut. Sebagaimana Mc. Afee, and friend 1982 : 3-4 mengemukakan bahwa untuk meningkatkan
produktivitas dalam arti kinerja perlu dilakukan “using effective discipline and punishment” penerapan disiplin dan hukuman yang efektif. Hal ini
mengandung pemahaman aktivitas maupun produktivitas pelaksana fungsi pelayanan akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor disekitarnya, seperti
gaya pemimpin, lingkungan kerja sebagai sarana kerjasama, fasilitas pendukung, maupun hal lainnya dalam meningkatkan kualitas pelayanan itu
sendiri. Pemahaman yang disampaikan tersebut di atas, mengandung
pengertian bahwa salah satu unsur yang memiliki kontribusi cukup penting guna terciptanya kualitas pelayanan publik, adalah kualitas sumber daya
manusia pelaksananya. Apabila dikaitkan dengan fungsi pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah pada umumnya, maka upaya peningkatan
efektifitas, efisiensi dan kualitas aparatur sebagai sumber daya manusia pelaksananya, merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan. Upaya
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti salah satunya melalui bentuk pendidikan dan pelatihan
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan kemampuan, motivasi dan disiplin aparatur pelaksana sebagai ujung tombak pelayanan publik. Upaya tersebut pun selayaknya
diikuti dengan pemberian kompensasi yang berupa penghargaan dan hukuman secara proposional sesuai dengan kompetensi hak dan kewajibannya,
sehingga pada akhirnya dapat memberi efek positif dalam terciptanya pelayanan publik yang maksimal
Perubahan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dari Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 ke Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
mengubah pola dan struktur Pemerintahan Daerah. Perubahan ini tentu saja secara teoritis mengubah pola organisasi di Pemerintah Daerah, karena bagaimana pun
nilai sudah sangat berubah dari semula bentuk pelayanan pemerintahan harus berorientasi kepada penyediaservice to providermenjadi pelayanan
pemerintahan yang berorientasi kepada pengguna service to customer. Kembali ditekankan bahwa salah satu faktor yang paling dominan dalam
menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya adalah faktor sumber daya manusia melalui kepemimpinan yang mampu menggerakkan semua
komponen yang ada dalam organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya masing- masing. Pengaruh kepemimpinan yang paling utama dalam menjalankan fungsi
kepemimpinannya adalah pemimpin tersebut mampu untuk menerapkan fungsi- fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan
sampai dengan pengawasan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi dari manajemen karena kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber daya manusia,
Universitas Sumatera Utara
sarana dan prasarana dalam organisasi. Pada hakikatnya seorang administrator adalah seorang pemimpin, maka yang dimaksud dengan pemimpin disini adalah
setiap orang yang mempunyai bawahan. Tugas pokok dalam manajemen suatu organisasi adalah mempersatukan
keterampilan-keterampilan, mental dan sosial para anggotannya selaras dengan kepentingan sasaran-sasaran organisasi. Seorang pimpinan tentunya menentukan
hasil pekerjaan performance, baik hasil pekerjaan sendiri maupun hasil pekerjaan pihak lain yang berada di lingkungannya. Oleh karena seorang
pemimpin melaksanakan pekerjaan melalui bantuan pihak lain, maka tindakan mempengaruhi bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan dengan pihak lain
merupakan salah satu tugas para pimpinan. Ordway Thead Sutarto, 2001:12 memberikan pengertian kepemimpinan
adalah ‘Segala aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan’. Selanjutnya Delton Mc.
Farland Handayaningrat, 1996:64 menyatakan pengertian kepemimpinan adalah ‘Sebagai suatu proses dimana pimpinan digambarkan akan memberikan perintah
atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan’.
Produktivitas suatu organisasi selain dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pelatihan, penilaian prestasi kerja, sistem imbalan dan motivasi, juga
dipengaruhi oleh etika kerja. Etika kerja merupakan bagaimana individu itu seharusnya bertingkah-laku mengenai kewajiban-kewajiban atau tentang hal-hal
yang baik dan buruk menurut aturan dan norma tertentu di dalam pekerjaannya. Etika kerja sifatnya sangat tergantung pada perilaku seseorang dalam mentaati
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai atau norma-norma yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya sehubungan dengan pekerjaannya.
Dengan demikian dapat dikatakan apabila seorang pegawai melakukan tugas sesuai aturan dan norma-norma yang berlaku dalam
bekerja, maka pegawai tersebut mempunyai etika kerja yang baik dan sebaliknya apabila seorang pegawai melakukan tugas tidak sesuai dengan
aturan dan norma yang berlaku dalam bekerja, yang bersangkutan memiliki etika kerja buruk atau pegawai telah melakukan tugas sesuai dengan norma
yang berlaku dalam bekerja, tetapi hanya dilakukan pada waktu ada pimpinan atau waktu-waktu tertentu saja, maka pegawai tersebut juga
memiliki etika kerja yang buruk.
Di dalam organisasi pemerintahan, seperti halnya di Kantor Camat Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, dimana pegawai berkaitan langsung dengan
kualitas output yang dihasilkan, maka etika kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas, sehingga pimpinan organisasi camat berkewajiban untuk tetap
menjaga etika kerja pegawai agar tetap konsisten, sehingga menghasilkan output yang telah ditetapkan atau yang ingin dicapai organisasi.
Fungsi pimpinan dalam mempengaruhi perilaku bawahan sangat diperlukan dan akan terlihat bagaimana pimpinan dan pegawai saling berhubungan untuk
bekerjasama. Dalam mempengaruhi perilaku pegawai, kepemimpinan yang ditampilkan atasan kepada bawahan akan berpengaruh terhadap persepsi dan
semangat kerja pegawai. Secara nyata pengaruh ini dapat dilihat dari sikap pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan oleh pimpinan,
Universitas Sumatera Utara
akankah mereka menolak atau menerima pekerjaan tersebut. Dengan demikian perilaku kepemimpinan akan berpengaruh pada produktivitas kerja organisasi.
Dalam beberapa jurnal yang telah saya baca sebagai bahan referensi Kepemimpinan leadership selalu menjadi objek diskusi yang intensif
disepanjang sejarah peradaban manusia dimanapun juga. Masyarakat selalu haus akan kehadiran pemimpin yang dapat memenuhi harapan dan kreatif.
Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah suatu sikap alam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa terpanggil untuk memimpin dengan
segala macam ucapan, perbuatan dan perilaku hidup untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya kearah cita-cita luhur bersama dalam segala
bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis
tergugah untuk melakukan suatu penelitian kaitannya dengan fenomena hubungan antara karakteristik kepemimpinan dengan etika pegawai, yang selanjutnya
dituangkan dalam suatu skripsi dengan judul: ”Hubungan Kepemimpinan Camat Dengan Etika Kerja Pegawai di Kantor Camat Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Perumusan Masalah