2.1.5. Patogenesis
DKA merupakan reaksi hipersensitivitas diperantarai selyang lambat tipe IVakibat adanyapaparan dan sensitisasi berikutnya hostyang rentan secara
genetikterhadap alergen lingkungan dimana pada paparan berulangakan memicu reaksi inflamasi kompleks.
2,4,6,8
Ini merupakan perbedaanpenting dengan DKIdimana
DKI tidak adareaksisensitisasidanintensitasreaksi
inflamasiiritasisebanding dengandosis, konsentrasi danjumlahiritan.
6,7,26
Adadua fase berbedadalam DKA yaitufasesensitisasidan faseelisitasi.
6,24,25
2.1.5.1. Fase sensitisasi
Sebagian besar alergen adalah molekul lipofilik dan kecil 500 Dalton yang mampu menembus stratum korneum dan mencapai sel penyaji antigen dalam
epidermis sel Langerhans atau dermis sel dendritik dermal.Bahan-bahan kimiawi ini merupakan antigen yang tidak lengkap atau hapten dimana harus
ditangkap oleh sel penyaji antigen, diinternalisasi, diikat ke protein kompleks histokompatibilitas major, dan diekpresikan kembali pada permukaan sel untuk
menjadi antigen lengkap.Sel penyaji antigen kemudian migrasi ke kelenjar getah bening lokal dimana alergen yang baru dibentuk dipresentasikan ke sel T naif.
Limfosit ini selanjutnya mengalami proliferasi klonal dan berdiferensiasi menjadi sel efektor, supresor, dan memori Cluster of Differentiation CD4 dan CD8 yang
dilepaskan ke dalam aliran darah dan kulit. Proses ini terjadi selama 10-15 hari dan jarang menimbulkan lesi kulit yang terlihat.
21
2.1.5.2. Fase elisitasi
Universitas Sumatera Utara
Paparan berulang terhadap alergen menyebabkan sel T yang tersensitisasi sebelumnya menghasilkan Interleukin IL-1, IL-2, dan Interferon IFN-
γ. Limfokin-limfokin ini menginduksi proliferasi sel T sitotoksik dan perekrutan
makrofag.
21
Selain itu, sel-sel T teraktivasi mensekresi Interferon IFN- γuntuk
mengaktifkan keratinosit yang mengekspresikanIntercellular Adhesion
MoleculeICAM-1 dan HLA-DR.
6,10,20
Molekul ICAM-1 memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi dengan sel T dan leukosit lain yang
mengekspresikan molekulLymphocyte Function-associated AntigenLFA-1 sedangkan ekspresi HLA-DR memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi
langsung dengan sel T CD4 dan untuk presentasi antigen ke sel-sel ini juga.Selain itu, ekspresi HLA-DR dapat membuat keratinosit menjadi target bagi sel T
sitotoksik. Keratinosit teraktivasi juga menghasilkan sejumlah sitokin termasuk IL-1, IL-6, dan Granulocyte Macrophage Colony-Stimulating Factor GMCSF,
yang semuanya dapat lebih lanjut memperluas keterlibatan dan aktivasi sel T. Selain itu, IL-1 dapat merangsang
keratinosit untuk menghasilkan eikosanoid.
10,20,26
Adanya kombinasi sitokin dan eikosanoid menyebabkan aktivasi sel mast dan makrofag.
26
Histamindari selmastdaneikosanoiddari selmast, keratinosit,
daninfiltrasileukosit menyebabkandilatasipembuluh darah danpeningkatan permeabilitasterhadapfaktor-faktor dan sel-sel proinflamatori larut yang beredar.
Kaskadeini menyebabkanresponklinis inflamasi DKA, kerusakanselular, dan selanjutnyaprosesperbaikan.
Dalam waktu 8-48 jam, sel-sel efektor ini dan sitokin proinflamatori akan menyerang epidermis dan menimbulkan gambaran klinis dermatitis. Bila tidak
10,27
Universitas Sumatera Utara
diobati, proses ini akan berlanjut selama beberapa hari atau minggu hingga sel supresor yang terutama mensekresikan IL-4 dan IL-10 mengambil alih dan
menghambat reaksi.
21
2.1.6. Gambaran klinis