Hubungan antara Status Merokok dengan Kejadian DKA

Dari gambar 4.1 tampak bahwa alergen penyebab DKA paling banyak pada kelompok usia 18-34 tahun adalah nikel sulfat, yang disusul kobalt klorida, potassiumdichromate, dan myroxylon pereirae resin. Alergen penyebab pada kelompok usia 35-49 tahun adalah nikel sulfat, kobalt klorida, potassiumdichromate, benzokain, PTBP. Pada kelompok usia 50-65 tahun alergen penyebab adalah potassium Faktor penting yang meningkatkan induksi DKA dalam kelompok usia dewasa muda 15-40 tahun adalah pekerjaan, misalnya pekerjaan industri, katering, dan pertanian. Penyebab lain adalah pakaian, memakai kosmetik dan faktor lingkungan lain. dichromate, nikel sulfat, fragrance mix I, PPD, thiuram mix, kobalt klorida, benzokain, IPPD, PTBP, 2-Methoxy-6-n-pentyl-4- benzoquinone. Kelompok usia yang berbeda memiliki pekerjaan tertentu dan kesempatan paparan terhadap alergen kontak yang juga berbeda. Resistensi terhadap dermatitis kontak okupasional menurun seiring usia sehingga risiko dermatitis kontak okupasional meningkat secara progresif dengan usia. 48 48,49 Sugai, dkk. yang memeriksa sensitivitas kontak terhadap alergen standar yang terdapat dalam lingkungan sehari-hari kromat, kobalt, nikel dan formaldehid mengamati penurunan pada dekade ke-4. 48 Hubungan antara status merokok dengan kejadian DKA dapat dilihat pada tabel 4.4

4.3. Hubungan antara Status Merokok dengan Kejadian DKA

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4Hubungan antara status merokok dengan kejadian DKA DKA + DKA - Nilai p n n Status merokok Tidak pernah ≤15 batanghari 6 13 31,6 68,4 7 8 46,7 53,3 0,369 Total 19 100,0 15 100,0 Chi-Square Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai signifikansi p 0,369 dengan menggunakan uji Chi-Square pada hubungan antara status merokok dengan kejadian DKA. Oleh karena p0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna antara status merokok dengan kejadian DKA. Dari tabel 4.4 terlihat bahwa pada status merokok tidak pernah merokok didapatkan sebesar 7 orang atau 20,6 yang tidak memiliki DKA dan 6 orang atau 17,6 yang memiliki DKA. Sedangkan status merokok ≤ 15 batanghari diperoleh sebesar 8 orang atau 23,5 yang tidak memiliki DKA dan 13 orang atau 38,2 yang memiliki DKA. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kejadian DKA bukan hanya ditentukan oleh jumlah rokok yang dihisap setiap harinya, tetapi juga ditentukan oleh lamanya waktu merokok, jenis rokok yang digunakan, cara merokok, dan yang paling penting adalah adanya paparan terhadap alergen. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5Frekuensi jenis kelamin berdasarkan status merokok Status merokok Tidak pernah ≤15 batanghari n n Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 3 10 23,1 76,9 20 1 95,2 4,8 Total 13 100,0 21 100,0 Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 3 orang atau 8,8 laki-laki dengan status merokok tidak pernah dan sebanyak 20 orang atau 58,8 yang merokok ≤15 batanghari. Pada status merokok tidak pernah ditemukan sebesar 10 orang perempuan atau 29,4 dan yang merokok ≤15 batanghari ada 1 orang atau 2,9 perempuan. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Allan dkk di Kopenhagen, Denmark yang ditemukan prevalensi merokok adalah sama antara laki-laki dan perempuan, tetapi merokok berat 15 batanghari lebih sering terdapat pada laki-laki. Dalam penelitian tersebut ditemukan tidak ada interaksi yang signifikan secara statistik antara merokok dan jenis kelamin. Dengan demikian, efek merokok pada prevalensi alergi kontak adalah sama antara laki-laki dan perempuan, dan tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara merokok dan usia. 16

4.4. Hubungan antara Derajat Berat Merokok dengan Kejadian DKA