Penggunaan rokokmerupakan faktorrisiko
untukterjadinya DKA.
16,17
Merokokmeningkatkanproduksi sitokinproinflamasi sepertiTumor Necrosis Factor TNF-
α danInterleukin IL-1dan menurunkankadar sitokinanti- inflamasi seperti IL-10.Merokokmemiliki banyakefek merusak padasistem imun,
meskipunmekanisme yang tepatbelum sepenuhnya dipahami.
18,19
Dari penelitian-penelitian tersebut didapatkan hasil-hasil yang bervariasi dalam hubungan antara merokok dengan kejadian DKA dan penelitian ini belum
pernah dilakukan di Indonesia.Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai hubungan merokok dengan DKA yang
direncanakan dilakukan di Satuan Medis Fungsional SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin IKKK RSUP HAM
Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara merokok dengan kejadian DKA.
1.3. Hipotesis
Hipotesis mayor : ada hubungan antara merokok dengan kejadian DKA. Hipotesis minor :
1. Ada hubungan antara status merokok dengan kejadian DKA.
2. Ada hubungan antara derajat berat merokok dengan kejadian DKA.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
1. Mengetahui hubungan status merokok dengan kejadian DKA.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengetahui hubungan derajat berat merokok dengan kejadian DKA.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui proporsiDKA pada pasienDK.
2. Mengetahui proporsi status merokok pada pasien DKA.
3. Mengetahui proporsi derajat berat merokok pada pasien DKA.
4. Mengetahui alergenpenyebab pada pasienDKA.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bidang akademik atau ilmiah
Membuka wawasan yang lebih mendalam mengenai peran merokok sebagai perkiraan salah satu faktor risiko dalam kejadianDKA.
1.5.2. Pelayanan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit alergi pada kulit terutama yang dikaitkan dengan gaya hidup merokok.
1.5.3. Pengembangan penelitian
Menjadi landasan teori dan data tambahan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dermatitis Kontak Alergi
2.1.1. Definisi
DKA merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat diperantarai sel atau reaksi imun tipe IV yang disebabkan oleh kontak kulit dengan alergen
lingkungan.
6.20
2.1.2. Epidemiologi
DKA terjadi pada 5-11 pria dan 13-18 wanita.
3,21,22
Di Indonesia terlihat bahwa frekuensi DKA menunjukkan peningkatan dalam tahun-tahun
terakhir ini. Di bagian Alergi-Imunologi Rumah Sakit dr. Cipto
MangunkusumoRSCM Jakarta pada tahun 1988 dilaporkan 35 kasus yang berumur antara 6-67 tahun, 21 diantaranya dengan DKA yang tidak diketahui
penyebabnya dan 14 orang dengan dermatitis kronis non spesifik yang penyebabnya tidak diketahui.
1
2.1.3. Faktor predisposisi 2.1.3.1. Usia
Selama dekade terakhir, beberapapenelitian telahmemperlihatkan DKsebagai penyebab pentingpada dermatitismasa kanak-kanak, meskipunalergen
palingsering yang diidentifikasiantara kelompokusiaadalah berbeda.
6,23
Universitas Sumatera Utara
Hasil reaksiuji tempel positif cenderung meningkatdengan usiakarena akumulasialergiyang diperolehselama
hidupnya. Orang
dewasamuda lebihcenderung mengalami alergipekerjaan ataukosmetiksedangkanorang tua lebih
cenderungterjadi sensitivitas obat. Usia merupakan faktor penting dalam setiap penelitian uji tempel.
20,24
2.1.3.2. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamindalam terjadinyaDKA sebagian besar tidak diketahui.
6
Wanitabiasanyalebih seringdiuji tempel, dan memiliki lebih banyak hasilpositifdaripada pria.
24,25
Perbedaan jenis kelaminmungkin disebabkanfaktor- faktor sosial danlingkungan dimanawanita lebih mungkinuntukmemiliki
sensitivitasnikelkarena peningkatanpemakaianperhiasan, danprialebih mungkin untukmemiliki sensitivitaskromatakibat paparan pekerjaan.
24,25
2.1.3.3. Ras
Peranrasdalam kejadian
DKA terhadapbeberapaalergenpoten sepertiPara-PhenylenediaminePPDmasih
kontroversial.
6
Penelitian yang
terbatasmenunjukkantingkat sensitisasilebih rendah terhadapnikel danneomisin di Afrika Amerika dibandingkan dengan Kaukasia.
6,17,23
Berkenaan denganprotokoluji tempel, penilaian reaksi positifmungkin sedikitlebih sulit
padajeniskulit yang lebih gelapFitzpatrick tipeVdanVI. Hal ini disebabkan oleh eritemayang tidakjelas sehinggaterjadirisikomengabaikanreaksialergi positif
ringan.
6
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.4. Dermatitis atopik DA
Sampai saat ini, pasien dengan DA kebanyakan dianggap kurang mungkin untuk menderita DKA.Beberapa peneliti telah melaporkan penurunan
frekuensi sensitisasi kontak antara individu dengan DA. Ada juga sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa sensitisasi kontak dalam DA berhubungan
terbalik dengan keparahan klinis DA.
23,24
2.1.3.5. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering adalah gangguan yang terkait dengan defisiensi imun, sepertiAcquired Immunodeficiency SyndromeAIDS, penyakit
yang beragam seperti limfoma, sarkoidosis, kusta lepromatosa, dan dermatitis atopik telah dikaitkan dengan kurangnya reaktivitas atau anergi.
20,23
2.1.3.6. Faktor-faktor lain
Paparan alergen dan kemungkinan terjadinya sensitisasi bervariasi dengan usia, faktor sosial, lingkungan, kegemaran, dan pekerjaan. Penelitian
telahmenyelidikihubungan yang mungkin antarafaktor-faktor gaya hidupseperti minum alkohol dan merokoktembakaudengansensitisasikontak.
15,16
2.1.4. Etiologi
Ada sekitar 25bahan kimiapenyebab DKA, termasukpoison ivy, nikel, sarung tangan karet, pewarna rambut dan tato temporer, tekstil, bahan pengawet,
fragrance, kortikosteroid, neomisin, benzokain, tabir surya.
4,8,29
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Patogenesis
DKA merupakan reaksi hipersensitivitas diperantarai selyang lambat tipe IVakibat adanyapaparan dan sensitisasi berikutnya hostyang rentan secara
genetikterhadap alergen lingkungan dimana pada paparan berulangakan memicu reaksi inflamasi kompleks.
2,4,6,8
Ini merupakan perbedaanpenting dengan DKIdimana
DKI tidak adareaksisensitisasidanintensitasreaksi
inflamasiiritasisebanding dengandosis, konsentrasi danjumlahiritan.
6,7,26
Adadua fase berbedadalam DKA yaitufasesensitisasidan faseelisitasi.
6,24,25
2.1.5.1. Fase sensitisasi
Sebagian besar alergen adalah molekul lipofilik dan kecil 500 Dalton yang mampu menembus stratum korneum dan mencapai sel penyaji antigen dalam
epidermis sel Langerhans atau dermis sel dendritik dermal.Bahan-bahan kimiawi ini merupakan antigen yang tidak lengkap atau hapten dimana harus
ditangkap oleh sel penyaji antigen, diinternalisasi, diikat ke protein kompleks histokompatibilitas major, dan diekpresikan kembali pada permukaan sel untuk
menjadi antigen lengkap.Sel penyaji antigen kemudian migrasi ke kelenjar getah bening lokal dimana alergen yang baru dibentuk dipresentasikan ke sel T naif.
Limfosit ini selanjutnya mengalami proliferasi klonal dan berdiferensiasi menjadi sel efektor, supresor, dan memori Cluster of Differentiation CD4 dan CD8 yang
dilepaskan ke dalam aliran darah dan kulit. Proses ini terjadi selama 10-15 hari dan jarang menimbulkan lesi kulit yang terlihat.
21
2.1.5.2. Fase elisitasi
Universitas Sumatera Utara
Paparan berulang terhadap alergen menyebabkan sel T yang tersensitisasi sebelumnya menghasilkan Interleukin IL-1, IL-2, dan Interferon IFN-
γ. Limfokin-limfokin ini menginduksi proliferasi sel T sitotoksik dan perekrutan
makrofag.
21
Selain itu, sel-sel T teraktivasi mensekresi Interferon IFN- γuntuk
mengaktifkan keratinosit yang mengekspresikanIntercellular Adhesion
MoleculeICAM-1 dan HLA-DR.
6,10,20
Molekul ICAM-1 memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi dengan sel T dan leukosit lain yang
mengekspresikan molekulLymphocyte Function-associated AntigenLFA-1 sedangkan ekspresi HLA-DR memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi
langsung dengan sel T CD4 dan untuk presentasi antigen ke sel-sel ini juga.Selain itu, ekspresi HLA-DR dapat membuat keratinosit menjadi target bagi sel T
sitotoksik. Keratinosit teraktivasi juga menghasilkan sejumlah sitokin termasuk IL-1, IL-6, dan Granulocyte Macrophage Colony-Stimulating Factor GMCSF,
yang semuanya dapat lebih lanjut memperluas keterlibatan dan aktivasi sel T. Selain itu, IL-1 dapat merangsang
keratinosit untuk menghasilkan eikosanoid.
10,20,26
Adanya kombinasi sitokin dan eikosanoid menyebabkan aktivasi sel mast dan makrofag.
26
Histamindari selmastdaneikosanoiddari selmast, keratinosit,
daninfiltrasileukosit menyebabkandilatasipembuluh darah danpeningkatan permeabilitasterhadapfaktor-faktor dan sel-sel proinflamatori larut yang beredar.
Kaskadeini menyebabkanresponklinis inflamasi DKA, kerusakanselular, dan selanjutnyaprosesperbaikan.
Dalam waktu 8-48 jam, sel-sel efektor ini dan sitokin proinflamatori akan menyerang epidermis dan menimbulkan gambaran klinis dermatitis. Bila tidak
10,27
Universitas Sumatera Utara
diobati, proses ini akan berlanjut selama beberapa hari atau minggu hingga sel supresor yang terutama mensekresikan IL-4 dan IL-10 mengambil alih dan
menghambat reaksi.
21
2.1.6. Gambaran klinis
Pasien umumnya mengeluh gatal dengan gambaran klinis dermatitis berupaefloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas.
6,20
2.1.6.1.Fase akut
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontakdengan bahan penyebab.
6
Pada yang ringan hanya berupa eritema danedema, sedangkan pada yang berat terdapat eritema dan edema yang lebih
hebat disertaivesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi.Lesicenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan subjektif
berupa gatal.
6,20,28
2.1.6.2.Fase sub akut
Pada fase ini akan terlihateritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.
6,28
2.1.6.3.Fase kronis
Lesi cenderung simetris,batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papul, skuama, terlihat pulabekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta
serta eritema ringan.
6,20,28
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Diagnosis
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab DKA,diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan mencari penyebab yang penting dalam menentukan terapi serta tindak lanjutuntuk
mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang
pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, pertanyaanpersonal mengenai pakaian baru, sepatu lama, kosmetik, kaca mata, dan jam tangan serta
kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
5,6,28
Pemeriksaan fisik didapatkan eritema, edema dan papuldengan pembentukan vesikel yang jika pecahakan membentuk dermatitis yang
membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas, dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
5,6,25
Uji tempel digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas terhadap zat yang bersentuhan dengan kulit sehingga alergen dapat ditentukan dan tindakan
korektif dapat diambil. Uji tempel dilakukanuntuk konfirmasi dan diagnostik tetapi hanya dalam kerangka anamnesis dan pemeriksaan fisik.
5,6,20
4
Uji tempel dapat dilakukan dengan Thin-layer Rapid-Use Epicutaneous TRUE atau dengan
chamber aluminium yang disiapkan tersendiri Finn yang dipasang pada tape Scanpor.
4,27,29
Serangkaian alergen standar atau dasar direkomendasikan untuk penggunaanpada setiap orang yang menjalani uji tempel.
4,30,31
The European Standard Series adalah yang paling umum digunakan di Eropa dan tempat lain di
Universitas Sumatera Utara
dunia.
31
Dalam protokol uji tempel umum, jumlah tertentu hapten yang diduga diaplikasikan ke kulit selama 48 jam 24 jam di beberapa negara, dan penilaian
selanjutnya reaksi kulit dilakukan pada waktu tertentu, biasanya setelah 2, 3, 4, danatau 7 hari. Pembacaan tambahan setelah 7 hari dapat memperlihatkan hingga
10reaksi positif yang negatif pada pemeriksaan sebelumnya.
5,6,31
Intensitas reaksi dinilai dan dicatat sesuai International Contact Dermatitis Research Group
ICDRG menurut sistem penilaian oleh Wilkinson dkk. yaitu dari + reaksi non vesikular lemah dengan eritema yang dapat diraba, ++ reaksi kuat edema atau
vesikular, +++ reaksi hebat bulosa atau ulserasi. Bila reaksi sangat lemah atau meragukan dimana hanya ada eritema samar atau makular tidak dapat diraba
dicatat dengan tanda tanya ?+, dan reaksi iritan dicatat sebagai IR.
6,30,31
Jika memungkinkan, tes tempelharus dipasang di bagian punggung atas pasien karena
merupakan lokasi yang paling nyaman baik untuk dokter dan pasien, dan sebagian besar validasi uji tempel dilakukan di daerah ini. Aplikasi tes di daerah tubuh
lainmisal tangan, lengan, paha, perut harus dibatasi dalam situasi pengecualian dan harus dilakukan oleh dokter berpengalaman karena kesulitan interpretasi.
10,31
2.2. Merokok
2.2.1. Definisi
Merokok merupakan prosesmenghirupasappembakarantembakau yang terbungkusdalam rokok, pipa, dan cerutu. Seorang perokokadalahseseorang yang
merokoksetidaknya saturokokdalam seminggu.
32
2.2.2. Epidemiologi
Universitas Sumatera Utara
Merokokmencapai tingkat epidemikselama abadterakhir danmencapai puncakpada tahun 1964dimana40 orang dewasadiAmerika Serikatadalah
perokok. Sejak itu,penggunaan tembakautelah menurunsecara bertahap, meskipun28 orang dewasadi negara-negaramajumasihperokok. Selama dekade
terakhir, jumlah perokokdi Spanyoltelahsedikit menurun menjadisekitar30 dari populasi orang dewasa.
32
Merokok adalahpenyebab utamapenyakitdan kematiandi dunia Barat dengan persentase sekitar 20 darikematian dinegara-negara tersebut. Di seluruh
dunia,sekitar 2juta orangmeninggal setiap tahunkarena merokok, setengah darimereka berusia di bawah70tahun.
32,33
2.2.3. Klasifikasi
WHO telah menerbitkan pedoman standar untuk pengukuran merokok. Berdasarkan pedoman ini, orang dapat diklasifikasikan sebagai perokok atau non
perokokdan dua kategori utama ini dapat dibagi menjadi beberapa sub kategori. Seorang perokok adalah orang yangpada saat surveimerokok produk
tembakau baik harian atau okasionaldimanaperokok dapat berupa perokok harian atau okasional. Seorang perokok harian adalah orangyang merokok produk
tembakau setidaknya sekali sehari kecuali bahwa orang yang merokok setiap hari, tetapi tidak pada hari-hari puasa agama, masih diklasifikasikan sebagai
perokok harian.Seorang perokok okasional adalah orangyang merokok, tetapi tidak setiap hari.Perokok okasional bisa reducer, perokok okasional
berkesinambungan atau experimenter. Seorang reducer adalah orang yang dulunya merokok setiap hari tetapi sekarang tidak merokok setiap hari
34
Universitas Sumatera Utara
lagi.Seorang perokok okasional berkesinambungan adalah orang yang tidak pernah merokok setiap hari, tetapi telah merokok 100 atau lebih rokok atau
jumlah tembakauyang setara dan sekarang merokok sesekali.
Seorangexperimenteradalah orang yang telah merokok kurang dari 100 batang rokok atau jumlah tembakauyang setara dan sekarang perokok sesekali.
Seorang nonperokok adalah orang yang pada saat survei tidak merokok sama sekali.Non perokok dapat dibagi eks-perokok, tidak pernah merokok atau
perokok eks-okasional. Seorang eks-perokok adalah orang yang dulunya seorang perokok harian tetapi saat ini tidak merokok sama sekali. Seorang tidak pernah
merokok adalah orang yangtidak pernah merokok sama sekali atau belum pernah menjadi perokok harian dan telah merokok kurang dari 100 batang rokok atau
jumlah setara tembakau sepanjang hidupnya. Seorang perokok eks-okasional adalah orang yang sebelumnya merokok sesekali, tetapi tidak pernah merokok
setiap hari dan yang telah merokok 100 atau lebih rokok atau jumlah setara tembakau sepanjang hidupnya.
33,34
Derajat berat merokok dihitung dengan menggunakan Indeks Brinkman IB, yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan
dengan lama merokok dalam tahun, dan dikategorikan dalam ringan 0-200, sedang 200-600, berat 600.
33,34
33
2.2.4. Risiko dan komponen rokok
Merokokberbahayakarena ada banyakbahan dalamasap tembakauyang dapat membahayakantubuh.
35
Seperti juga nikotin, ada lebih dari 4.000 bahan kimia dalam asap tembakauyang banyak diantaranya adalah racun. Setidaknya 60
Universitas Sumatera Utara
dari bahan kimia ini menyebabkan kanker.
35,36
Asap tembakauterdiri darifasepartikulatpadattermasukalkaloid,
nikotin, dan fasegasyang mudah menguap.Ada banyakmutagendan karsinogendalam asap tembakau, terutama
hidrokarbon aromatikpolisiklik, nitrosamin, dan aminaheterosiklik. Komponen beracunutama fase padattermasuknikotin, fenol, katekol, kuinolin, anilin, toluidin,
nikel, N-nitrosodimetilamin,
benzopiren, benzanthracenedan2-naftilamin.
Komponenberacunutama fasegastermasukkarbon dioksida, karbon monoksida, hidrogen sianida, nitrogen oksida, aseton, formaldehid, akrolein, amonium,
piridin, 3-vinilpiridin, N-nitrosodimetilamin, danN-nitrosopirolidin.
18,37
Studi ekspresi gen pada kulit memperlihatkan bahwa komponen tembakau
mengupregulasi 14 gen berbeda yang terlibat dalam metabolisme xenobiotik, stres oksidatif, dan respon stres. Tembakau juga memiliki efek nongenomik yang
menghasilkan sebagiandari aktivasi spesies oksigen reaktif. Nikotin dan senyawa terkait secara farmakologi lain menggunakan efek mereka pada kulit dengan
mengaktifkan reseptor asetilkolin nikotinik nAChR yang diekspresikan oleh sel- sel kulit.
38
2.3. Merokok dan Kulit
Nikotinselama beberapa dekadetelahdianggap sebagaifaktor utamayang menimbulkangangguanterkait
merokok, tetapi bukti terbaru
secarajelas menunjukkanbahwa efekvasoaktifsementarapadakulitdanperfusisubkutantidak
dapatmenjelaskandengan memuaskan
mekanisme patofisiologiyangmengganggupenyembuhan lukadankontribusi terhadap
gangguanterkait merokok.
35,38
Universitas Sumatera Utara
Merokok menimbulkan efek imunomodulator sistemik melalui pelepasan spesies oksigen reaktif dari asap tembakauyang diyakini menyebabkan kaskade
efek merugikan pada fungsi sel inflamasi normal dengan melemahkan mekanisme fagositosis dan bakterisidal serta meningkatkan pelepasan enzim proteolitik.
Selain itu, sintesis kolagen dan endapan kolagen matur dalam matriks ekstraselular berkurang.
18,38
Gangguan tersebutakan mempengaruhi mekanisme biologi yang menyebabkan efek merugikan pada jalur perbaikan selular pada kulit
dan apendiksnya. Hal inidapat diamati dalam penyembuhan luka akut pada perokok.
35,38
Tidak diragukan lagi, kelainan kulitdegeneratifadalah akibat darimerokok dalammekanismereparatifdanperkembangandegradasiekstraselularelastin,
kolagen, dan molekulmatriks ekstraselularlainnya.
35,36
Hal ini semakinmenjelaskan bahwaefek imunomodulatordan perubahanfungsi selinflamatoriakibat
merokokmempengaruhiperjalanan klinispenyakitkulit. Penelitiandermatologimasih perludilakukan untuk menjelaskanmengapamerokok
merupakanfaktor yang memperberat beberapa penyakit, sementara tampak mengurangiperjalanan klinisyang lain.
37,38
Di seluruh dunia,prevalensipenyakit alergitelah meningkat secara bermaknadalam beberapadekade terakhiryang mungkin memilikidua penjelasan.
Disatu sisi, adanya
peningkatan kesadarandoktersertakesadaran pasien danorangtua yang menyebabkanpeningkatanidentifikasi danpeningkatanpresentasi
kasus kepadadokter. Di sisi lain, ada kemungkinan bahwapeningkatan ini disebabkanperubahanpaparan terhadap faktorrisiko yang diketahuidantidak
diketahui dimana merokokmungkin memainkan peran.
39
Universitas Sumatera Utara
Merokokmeningkatkanproduksi sitokinproinflamasi sepertiTNF- α dan
IL-1dan menurunkankadar sitokinanti-inflamasi seperti IL-10.
17
Cirikhas imunologiDKAadalahreaksi
imun diperantarai sel tipe IVdimana sel- selThelpertipe 1dansitokinterkaitadalah
dominan. Halini diketahui baik
bahwamerokokmemiliki banyakefek merusak padasistem imun, meskipunmekanisme yang tepatbelum sepenuhnya dipahami. Efekimunologi juga
bisamemainkan perandalam regulasi reaksi imun diperantarai selThelper tipe 1 sehinggamemperantaraiterjadinyaalergi kontak.
15,16
Merokok mungkin juga memiliki efeknonimunologimisalnyadengan mengurangialiran darahdalam
kulityang dapatmemiliki pengaruh padareaktivitas uji tempel. Dengan demikian, kemungkinanmekanisme yang mendasarihubungan yang diamatiantara
merokokdanalergi kontakmasih harus dijelaskan.
16
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Teori