antara 32-34 mgl. Nilai padatan tersuspensi dari kelima stasiun masih berada dalam ambang batas baku mutu air kelas I PP No.82 tahun 2001.
Wofsy, 1983 dalam Cloern, 1987 menyatakan cahaya dapat menjadi faktor pembatas bagi fotosintesis ketika konsentrasi partikel tersuspensi melebihi 50
mgl. Nybakken, 1987 menyatakan bahwa pengaruh ekologi utama dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Selanjutnya hal ini
akan menurunkan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik, yang mengakibatkan turunnya produktivitas.
d. pH Air
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai pH pada masing-masing stasiun penelitian, pH berkisar antara 5,7-7,4. Nilai rata-rata pH tertinggi terdapat pada
stasiun 5 yakni 7,4, sedangkan nilai terendah diperoleh pada stasiun 2 dengan nilai 5,7 dan sudah berada di bawah baku mutu air kelas I. Menurut Barus 2004,
organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basah lemah. pH mempunyai
peranan penting dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan di air, sehingga pH dalam suatu perairan dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan
baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup.
Banerjea 1971, menyatakan bahwa nilai pH yang berkisar antara 6,5-8,5 menunjukkan tingkat kesuburan perairan tersebut berkisar antara cukup produktif
sampai produktif. Menurut Sutrisno, 1991, bahwa kebanyakan mikroorganisme seperti fitoplankton tumbuh baik pada pH 6,0-8,0.
h. Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai oksigen terlarut pada masing- masing stasiun penelitian maka diperoleh nilai rata-rata oksigen terlarut berkisar
Universitas Sumatera Utara
antara 7,1-7,6 mgl. Nilai oksigen terlarut dari kelima stasiun masih berada dalam ambang batas baku mutu air minum kelas I PP No.82 tahun 2001. Menurut Effendi
2003, kadar oksigen terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga
berfluktuasi secara harian dan musiman bergantung pada pencampuran, dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah. Menurut Barus
2004, sumber oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara, melalui kontak antara permukaan dengan udara, dan dari proses fotosintesis.
Organisme air akan hidup dengan baik jika nilai oksigen terlarut lebih besar dari 5,0 mgl air.
Menurut Eden, 1990 oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis sehingga ada hubungan erat antar produktivitas dengan oksigen yang dihasilkan.
Oksigen yang terlarut digunakan oleh organisme untuk melakukan proses pembakaran bahan makanan dan proses tersebut menghasilkan energi untuk
keperluan aktivitas organisme. Odum, 1993 mengatakan kebutuhan oksigen terlarut pada organisme sangat bervariasi tergantung jenis, stadia dan aktivitasnya.
i. Biological Oxygen Demand BOD
5
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai BOD
5
pada kelima stasiun penelitian maka diperoleh nilai BOD
5
berkisar antara 0,2-0,6 mgl. Nilai oksigen terlarut dari kelima stasiun masih berada dalam ambang batas baku mutu air minum
kelas I PP No.82 tahun 2001. Menurut Sastrwijaya 1991, perairan alami memiliki nilai BOD antara
0.5-7.0 mgl. Perairan yang memiliki nilai BOD5 lebih dari 10 mgl dianggap tercemar. Menurut Effendi 2003, BOD
5
merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan
organik menjadi karbondioksida dan air. BOD
5
hanya menggambarkan bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis. Bahan organik ini dapat berupa lemak, protein,
Universitas Sumatera Utara
glukosa dan sebagainya. Bahan organik dapat berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan yang mati atau hasil buangan limbah dari domestik dan industri.
j. Chemical Oxygen Demand COD