1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui hubungan nilai produktivitas primer fitoplankton dengan
konsentrasi klorofil a di kawasan perairan Danau Siais Kabupaten Tapanuli Selatan.
b. Untuk mengetahui pengaruh faktor fisik-kimia perairan terhadap Produktivitas primer fitoplankton di perairan Danau Siais Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4 Hipotesis
a. Produktivitas Primer fitoplankton berhubungan dengan Konsentrasi Klorofil a di perairan Danau Siais Kabupaten Tapanuli Selatan
b. Faktor Fisik-kimia berhubungan dengan Produktivitas Primer fitoplankton di perairan Danau Siais Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a.
Memberikan informasi awal mengenai hubungan nilai produktivitas primer fitoplankton dengan konsentrasi klorofil a di Danau Siais Kabupaten Tapanuli
Selatan. b.
Memberikan informasi mengenai hubungan faktor fisik kimia perairan terhadap nilai produktivitas primer fitoplankton di Danau Siais Kabupaten Tapanuli
Selatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Danau
Danau merupakan ekosistem yang memiliki sumber daya akuatik yang bermanfaat bagi manusia sehingga harus diperhatikan kelestariannya Dinas
Perikanan, 1993. Danau termasuk ke dalam perairan tenang lentic water, atau di sebut juga sebagai perairan tenang Barus, 2001.
Ekosistem air tawar secara umum dibagi atas 2 yaitu perairan lentik perairan tenang misalnya danau dan perairan lotik perairan mengalir yaitu sungai.
Perbedaan utama antara perairan lotik dan perairan lentik adalah arus. Dimana arus pada perairan lentik umumnya sangat lambat sehingga kelihatan seperti air tenang.
Menurut Odum, 1994, suatu danau terdiri dari 3 zona yaitu : a. Zona litoral, yaitu daerah perairan dangkal dengan penetrasi cahaya sampai ke
dasar. b. Zona limnetik, yaitu daerah air terbuka sampai kedalaman penetrasi cahaya yang
efektif, disebut juga tingkat kompensasi, yaitu daerah dimana fotosintesa seimbang dengan respirasi.
c. Zona profundal, yaitu merupakan bagain dasar dan daerah air yang dalam yang tidak tercapai oleh penetrasi cahaya efektif.
Selanjutnya Payne, 1986 Smith, 1992, membagi danau atas 3 jenis berdasarkan keadaan nutrisinya yaitu :
a. Danau Oligotrofik Yaitu suatu danau yang mengandung sedikit nutrien miskin nutrien, biasanya
dalam danau produktivitas primernya rendah. Sedimen pada bagian dasar
Universitas Sumatera Utara
kebanyakan mengandung senyawa anorganik dan konsentrasi oksigen pada bagian hipolimnion tinggi. Walaupu jumlah organisme pada danau ini rendah
tetapi keanekaragaman spesies tinggi b. Danau
Eutrofik Yaitu suatu danau yang mengandung banyak nutrien kaya nutrien, khususnya
Nitrat dan Fosfor yang menyebabkan pertumbuhan algae dan tumbuhan akuatik lainnya meningkat. Dengan demikian produktivitas primer pada danau ini tinggi
dan konsentrasi oksigen rendah. Walaupun jumlah dan biomassa organisme pada danau ini tinggi tetapi keanekaragaman spesies rendah.
c. Danau Dystrofik Yaitu suatu danau yang memperoleh sejumlah bahan-bahan organik dari luar
danau, khususnya senyawa-senyawa asam yang menyebabkan air berwarna coklat. Produktivitas primer pada danau ini rendah, yang umumnya berasal dari
hasil fotosintesa plankton. Tipe danau dystrofik ini juga sedikit mengandung nutrien dan pada bagian hipolimnion terjadi defisit oksigen. Suatu danau
berlumpur mewakili bentuk danau dystrofik ini.
Pada danau juga terjadi stratifikasi thermal yang menyebabkan danau terbagi atas 3 lapisan secara vertikal yaitu lapisan epilimnion bagian permukaan danau
dimana air lebih hangat dan tersirkulasi; lapisan mesolimnion bagian tengah danau dimana pada lapisan ini terjadi termoklin dan lapisan hipolimnion bagaian bawah
danau dimana air lebih dingin Odum,1994; Heddy Kurniati, 1996
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen komponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk
satukesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan biotik produsen, konsumen dan pengurai yang membentuk suatu hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi. Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Ekosistem danau termasuk habitat
Universitas Sumatera Utara
air tawar yang memiliki perairan tenang yang dicirikan oleh adanya arus yang sangat lambat sekitar 0,1–1 cmdetik atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu
residence time waktu tinggal air bisaberlangsung lebih lama.
Menurut Odum, 1993, pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: danau alami dan danau buatan. Danau alami
merupakan danau yang terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam, kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik. Sedangkan danau buatan
adalah danau yang dibentuk dengan sengaja oleh kegiatan manusia dengan tujuan tujuan tertentu dengan jalan membuat bendungan pada daerah dataran rendah.
Umumnya perairan danau selalu menerima masukan air dari daerah tangkapan air di sekitar danau, sehingga perairan danau cenderung menerima bahan-bahan
terlarut yang terangkut bersamaan dengan air yang masuk. Oleh karena itu konsentrasi zat-zat yang terdapat di danau merupakan resultante dari zat-zat yang
berasal dari aliran air yang masuk Payne, 1986. Kualitas perairan danau sangat tergantung pada pengelolaan atau pengendalian daerah aliran sungai DAS yang
berada di atasnya. Berdasarkan kemampuan penetrasi cahaya matahari menembus ke dalam danau, wilayah danau dapat dibagi menjadi tiga mintakat zone yaitu: zone
litoral, zone limnetik, dan zone profundal. Zone litoral merupakan daerah pinggiran danau yang dangkal dengan penetrasi cahaya sampai ke dasar, sedangkan zone
limnetik adalah daerah air terbuka dimana penetrasi cahaya bisa mencapai daerah yang cukup dalam, sehingga efektif untuk proses fotosintesis.
Bagian air di zone litoral terdiri dari produsen plantonik, khususnya diatome dan spesies alga hijau-biru. Daerah ini juga merupakan daerah produktif dan kaya
akan plankton. Selain itu, daerah ini juga merupakan daerah untuk memijah bagi banyak organisme air seperti insekta. Zone profundal merupakan bagian dasar yang
dalam yang tidak tercapai oleh penetrasi cahaya efektif. Menurut Goldmen dan
Universitas Sumatera Utara
Horne, 1989, berdasarkan kandungan hara tingkat kesuburan danau diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu: danau eutrofik, danau oligotrofik dan danau
mesotrofik. Danau eutropik kadar hara tinggi merupakan danau yang memiliki perairan yang dangkal, tumbuhan litoral melimpah,kepadatan plankton lebih tinggi,
sering terjadi blooming alga dengan tingkat penetrasi cahaya matahari umumnya rendah. Sementara itu, danau oligotropik adalah danau dengan kadar hara rendah,
biasanya memiliki perairan yang dalam,dengan bagian hipolimnion lebih besar dibandingkan dengan bagian epilimnion.Semakin dalam danau tersebut semakin tidak
subur, tumbuhan litoral jarang dan kepadatan plankton rendah, tetapi jumlah spesiesnya tinggi. Danau mesotropik merupakan danau dengan kadar nutrien sedang,
juga merupakan peralihan antara kedua sifat danau eutrofik dan danau oligotrofik. Jorgensen, 1990 menambahkan bahwa tingkat trofik kesuburan suatu danau juga
dapat dinyatakan berdasarkan kandungan total nitrogen TN, total fosfat TP, klorofil-a dan biomassa fitoplankton, seperti disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tingkat Kesuburan Perairan Danau Jorgensen, 1990
Tipe trofik Biomassa
fitoplankton Klorofil a
Mgl TN
µgl TP
µgl
oligotrofik 10 - 30
0,3 - 3 250
5 mesotrofik
100 -300 2 - 15
260 - 600 5 – 10
Eutrofik 300
10 - 500 500 – 1100
10 -30 hipermetrofik
- -
500 - 1500 - 5000
2.2. Ekosistem Danau Siais