7
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Tahun
Nama Peneliti
Variabel Samp
el Alat
Analisis Hasil
Ind. X Dep.
Y
Investor Irrationalit
y and Self Defeating
Behavior : Insights
from Perilaku
keuangan. The
Journal of Global
Business Manageme
nt.2012 Singh,
Sudir. Psikologi
kognitif atl.
Heuristik , dll
Peng ambil
an keput
usan Inves
tasi berk
aitan denga
n retur
n rate
- Review
Theory Ada pengaruh antara
penyimpangan psikologi kognitif
dengan proses pengambilan keputusan
investasi
Behavioral Factors
Influencing Individual
Investors Decision
Making and
Performan ce. Umea
School of Business.
2011 Luong,
Le Phuoe dan Ha,
Doan TT. Perilaku
keuangan keput
usan Inves
tor dan
Perfo rma
invest asi
Investo r at Ho
Chi Minh
Stock Exchan
ge Structural
Equation Model
SEM Perilaku keuangan
mempengaruhi keputusan investor dan
juga berdampak pada performa investasi.
Perilaku keuangan,
Pacific Basin
Finance Journal
Vol.11, No.4 Sept.
2003. Jay R.
Ritter Perilaku
keuangan Kepu
tusan invest
or Investo
r di Jepang,
Taiwan dan US
metode eksperime
ntal Perilaku keuangan
berpengaruh pada keputusan investor di
Jepang, Taiwan dan US
Universitas Sumatera Utara
8
Lanjutan
Judul Tahun
Nama Peneliti
Variabel Sampel
Alat Analisis
Hasil Ind. X
Dep. Y
Rational Herding in
Financial Economics.
European Economic
Review 1996.
Devenow , Andrea
dan Welch,
Ivo Herding
Kepu tusan
invest asi
- Review
Theory Herding
mempengaruhi keputusan investor
saat berinvestasi.
Sumber : Hasil penelitian, 2013 data diolah
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Perilaku Keuangan
Guru besar ekonomi dari Santa Clara University Hersh Shefrin telah melakukan riset tentang konsep perilaku keuangan. Shefrin 2002 menjelaskan
bahwa perilaku keuangan merupakan hasil dari interaksi dari psikologis dengan tingkah laku keuangan dan performa dari semua tipe kategori investor. Lebih
lanjut Shefrin menjelaskan bahwa para investor harus lebih berhati-hati dalam melakukan investasi yang mereka buat agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan perhitungan judgement. Shefrin 2000:4 menyatakan bahwa kesalahan dari satu investor dapat menyebabkan keuntungan bagi investor lain.
Pembahasan terkait perilaku keuangan juga dilakukan oleh Tilson. Tilson 2005:1 menyatakan bahwa perilaku keuangan adalah suatu teori yang didasarkan
atas ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan penyimpangan kognitif mempengaruhi perilaku investor.
Universitas Sumatera Utara
9
Selanjutnya, Ritter 2003:429 berpendapat bahwa perilaku keuangan adalah perilaku yang didasarkan atas psikologi yang mempengaruhi proses
keputusan yang tunduk kepada beberapa ilusi kognitif. Ilusi ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu, ilusi yang disebabkan karena proses keputusan yang bersifat
heuristik dan ilusi yang diadopsi dari mental frame yang ada pada teori prospek Waweru et al., 2008:27. Perilaku keuangan lainnya yang juga turut muncul dan
berpengaruh pada keputusan investor terkait dengan performa investasi yaitu herding dan faktor pasar Luong dan Ha, 2011:18.
2.2.1.2 Heuristik
Heuristik dapat diartikan sebagai rules of thumb atau ketetapan umum, yang terkait dengan sikap untuk membantu proses pengambilan keputusan
menjadi lebih mudah, khususnya pada lingkungan yang bersifat kompleks dan tidak pasti,dengan mengukur probabilitas dan memprediksi nilai saham sehingga
diharapkan dapat mengurangi kompleksitas tersebut Ritter, 2003:431. Ada lima penyimpangan
kognitif yang
dapat menimbulkan
heuristik yaitu,
representativeness, availability bias, anchoring, gambler’s fallacy and
overconfidence Luong dan Ha, 2011. a. Representativiness
Representativiness adalah penilaian berdasarkan stereotypes, yakni dua hal yang memiliki kualitas yang sama pasti sama Nofsinger, 2005:64. Misalnya investasi
yang baik adalah investasi pada perusahaan yang baik. Indikator yang digunakan yaitu, dalam menentukan tempat berinvestasi investor selalu memilih perusahaan
yang memiliki kinerja yang bagus.
Universitas Sumatera Utara
10
b. Availability Bias Availability bias adalah salah satu bentuk penyimpangan kognitif yang terjadi
ketika investor terlalu sering menggunakan informasi yang mudah diperoleh. Pada perdagangan saham, penyimpangan ini mencerminkan kecendrungan diri sendiri,
dimana investor sangat familiar dengan kondisi tersebut sehingga sangat mudah memperoleh informasi tersebut, meskipun prinsip fundamental menyebutkan
bahwa manajemen portofolio merupakan usaha untuk melakukan optimisasi Luong dan Ha, 2011:19.
c. Anchoring Anchoring adalah penyimpangan kognitif yang mendeskripsikan tentang situasi
saat seseorang menggunakan penilaian awal untuk melakukan estimasi, dimana penyimpangan ini mengarah pada perbedaan estimasi yield Kahneman dan
Tversky, 1979:1128. Pada pasar keuangan, anchoring muncul ketika hasil observasi memperlihatkan bahwa skala nilai sudah tetap dan investor cenderung
memperhatikan harga penawaran awal saat ingin menjual atau menganalisis. Harga yang sekarang terjadi umumnya dipengaruhi oleh kejadian di masa lalu.
Anchoring menyebabkan investor untuk menegaskan range harga saham atau income suatu perusahaan berdasarkan trend historis, sehingga menghasilkan under
reaction pada perubahan yang tidak diduga. Anchoring memiliki hubungan dengan representativness karena anchoring merupakan refleksi suatu kondisi
dimana investor umumnya berfokus pada peristiwa saat ini dan terlalu optimis saat terjadi kenaikan pasar, serta terlalu pesimis saat terjadi penurunan pasar
Waweru et al. 2008:28.
Universitas Sumatera Utara
11
d. Gambler’s fallacy
Keyakinan bahwa sekelompok kecil sampel dapat mewakili populasi yang dikenal dengan law of small numbers
” Rabin, 2002:775 merupakan pembuka munculnya
gamblers’ fallacy Barberis dan Thaler, 2003:1065. Khusus di bursa saham,
gamblers’ fallacy muncul saat prediksi investor tidak akurat yang kemudian dibandingkan dengan return akhir yang diperoleh Waweru et al.
2008:27. e. Overconfidence
Overconfidence adalah perasaan percaya pada dirinya sendiri secara berlebihan. Overconfidence membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang
dimiliki oleh investor itu sendiri, dan underestimate terhadap prediksi yang dilakukan karena investor melebih-lebihkan kemampuannya Nofsinger,
2005:10 Overconvidence juga mempengaruhi investor berperilaku mengambil resiko, investor yang rasional berusaha untuk memaksimalkan keuntungan
sementara memperkecil jumlah dari resiko yang diambil Nofsinger, 2005:15. Overconvidence juga dapat menyebabkan investor menanggung resiko yang lebih
besar dalam melakukan keputusan untuk berinvestasi. Indikator yang digunakan yaitu, “pengetahuan investor, dapat membantu investor dalam berinvestasi;
kemampuan investor, dapat membantu investor dalam berinvestasi”.
2.2.1.2 Prospek
Teori prospek dikembangkan oleh dua orang psikolog, Daniel Kahneman dan Amos Tversky di awal tahun 80-an yang pada dasarnya mencakup dua
disiplin ilmu, yaitu psikologi dan ekonomi psikoekonomi. Titik berangkatnya
Universitas Sumatera Utara
12
adalah pada analisis perilaku seseorang dalam mengambil keputusan ekonomi di dalam dua pilihan. Teori prospek dimulai dengan penelitian Kahneman dan
Tversky terhadap perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan. Subyek penelitian yang sama diberikan pilihan yang
sama namun diformulasikan secara berbeda, dan mereka menunjukkan dua perilaku yang berbeda.
Teori prospek merupakan teori yang terkait dengan sikap yang berfokus pada proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi sistem penilaian seorang
investor Luong dan Ha, 2011:25. Secara singkat dapat dikatakan teori prospek menunjukkan, bahwa orang akan memiliki kecenderungan irasional untuk lebih
enggan mempertaruhkan keuntungan daripada kerugian. Dalam kondisi rugi, seseorang akan cenderung lebih nekat menanggung resiko dibandingkan pada
kondisi berhasil. Seseorang akan merasakan seolah-olah nilai kekalahan sejumlah uang tertentu dalam suatu taruhan lebih menyakitkan daripada nilai kemenangan
dari sejumlah uang yang sama, sehingga dalam situasi rugi orang lebih nekat
untuk menanggung resiko.
Teori prospek mendeskripsikan beberapa pernyataan yang mempengaruhi proses berpikir seseorang saat mengambil keputusan. Komponen dari teori
prospek ini yaitu, regret aversion, loss aversion, and mental accounting Waweru et al., 2008:28.
a. Regret aversion Penyesalan adalah emosi yang muncul setelah seseorang melakukan kesalahan.
Investor menghindari sikap penyesalan ini dengan menolak untuk menjual saham
Universitas Sumatera Utara
13
dengan performa yang terus menurun dan menginginkan untuk menjual saham saat performanya semakin meningkat Luong dan Ha, 2011:19. Regret aversion
berusaha mencegah rasa sakit dari penyesalan yang dihubungkan dengan kesalahan keputusan. Regret aversion juga membuat investor terlalu khawatir
tentang perubahan di pasar keuangan yang menghasilkan kerugian. Ketika investor mengalami hasil investasi yang negatif, secara naluri mereka merasa
didorong untuk konservatif dan mundur. Walaupun demikian, saat terjadi penurunan harga saham sebahagian yang lain sering menjadikan ini sebagai
peluang untuk membeli saham tersebut. Regret aversion tidak terjadi hanya pada saat mengalami kerugian tetapi juga pada saat seseorang mengalami
keuntungan. Regret aversion biasanya membuat investor enggan untuk memilih pilihan lain. Seperti contoh, untuk menjual saham yang nilainya naik terus jika
dilihat dari indikator yang mengisyaratkan dengan tegas investor harus melakukan keputusan jual. Tetapi, dengan adanya regret aversion ini maka investor
berpegang teguh pada posisi tersebut dimana seharusnya dia jual. Pompian 2006 menyatakan bahwa regret aversion dapat menyebabkan
beberapa hal yaitu, investor menjadi terlalu konservatif; terlalu antipati terhadap pasar karena pasar turun terus menerus; investor pada posisi rugi
yang cukup lama; muncul perilaku herding pada investor; investor menyukai good companies; investor akan menunggu untuk melakukan aksi menjual saham
dengan performa yang bagus. b. Loss Aversion
Investor akan lebih merasa terluka ketika mengalami loss dari pada mengalami
Universitas Sumatera Utara
14
gain meskipun dalam jumlah yang sama Tilson, 2005:8. Perasaan kecewa yang dialami oleh investor yang mengalami loss bisa dua kali lebih dalam dari pada
mengalami gain meskipun dalam jumlah yang sama. Indikator yang digunakan yaitu, “tingkat kekecewaan saya jauh lebih tinggi pada saat mengalami kerugian
daripada tingkat kepuasan yang saya peroleh setelah mendapatkan keuntungan dalam jumlah yang sama”.
c. Mental Accounting Investor yang mempunyai mental accounting dalam pengambilan keputusan saat
bertransaksi ialah investor yang mempertimbangkan cost dan benefit dari keputusan yang diambil Nofsinger, 2005:45. Dengan seperti itu investor
merasa aman. Dalam arti investor lebih aman dalam melakukan transaksi sehingga bisa meminimalkan resiko karena adanya pertimbangan cost dan
benefit yang akan diperoleh dengan keputusan yang diambil misalnya resiko terjadinya loss
dalam jumlah yang besar. Indikator yang digunakan yaitu, “dalam berinvestasi investor selalu menghitung keuntungan yang akan diperoleh; dalam
melakukan investasi investor selalu menghitung biaya yang akan dikeluarka n”.
2.2.1.3 Pasar
Waweru et al. 2008:36 mengidentifikasikan beberapa faktor pasar yang
berpengaruh pada keputusan investor yaitu: perubahan harga; informasi pasar; trend masa lalu saham; fundamental saham; kecendrungan investor; overunder
reaksi terhadap perubahan harga. Umumnya, perubahan informasi pasar,
fundamental saham dan harga saham dapat menyebabkan overunder reaksi terhadap perubahan harga. Perubahan ini secara empiris terbukti memiliki
Universitas Sumatera Utara
15
pengaruh yang tinggi terhadap perilaku investor saat membuat keputusan. Para peneliti yakin over raksi DeBondt dan Thaler, 1985:804 atau under reaksi Lai,
2001:215 terhadap informasi mungkin dapat menyebabkan perbedaan strategi trading seorang investor sehingga berpengaruh pada keputusan investasi mereka.
Penelitian oleh Waweru et al. juga menyimpulkan, informasi pasar memiliki pengaruh yang tinggi pada pembuatan keputusan investor dan hal ini membuat
beberapa investor berfokus pada saham yang populer dan percaya pada informasi pasar saham. Selanjutnya, Barber dan Odean 2000:800 menekankan bahwa
perhatian investor dapat mempengaruhi peristiwa di bursa saham. Waweru et al.
melalui hasil penelitiannya menyatakan bahwa perubahan harga saham memiliki pengaruh kepada perilaku investor pada level tertentu. Odean 1999:1887
menyatakan bahwa investor cenderung membeli atau menjual saham berdasarkan pengalaman perubahan harga tertinggi dalam dua tahun terakhir. Investor
mungkin dapat merevisi kembali estimasi return saham terhadap perubahan harga yang mempengaruhi keputusan investor Waweru et al., 2008:37. Penelitian oleh
Waweru et al. membuktikan bahwa beberapa investor befokus pada saham yang populer di bursa saham. Pemilihan saham ini juga dipengaruhi oleh
kecenderungan seorang investor. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh performa masa lalu. Tren saham masa lalu juga berpengaruh pada keputusan investor pada
tingkat tertentu Waweru et al., 2008:37.
Faktor pasar merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku keuangan investor. Meskipun demikian, faktor pasar berpengaruh terhadap
perilaku keuangan seorang investor seperti yang diuraikan sebelumnya dan juga
Universitas Sumatera Utara
16
berpengaruh kepada rasionalitas seorang investor, sehingga tidak cukup jika faktor pasar tidak dimasukkan ke dalam faktor perilaku yang memberi dampak ke
pada keputusan investasi. Pada penelitian ini akan dibicarakan faktor pasar dalam perspektif perilaku keuangan yang mempengaruhi keputusan investor di bursa
saham.
2.2.1.4 Herding
Herding di pasar keuangan diidentifikasikan sebagai suatu kecendrungan perilaku investor mengikuti tindakan investor yang lain Luong dan Ha, 2011:21.
Pada perspektif perilaku, herding dapat menyebabkan munculnya penyimpangan emosi. Investor lebih memilih melakukan herding saat mereka percaya bahwa
herding dapat menolong mereka untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipercaya. Herding dapat menyebabkan tindakan irasional yang berkenaan
pada harga, khususnya harga saham yang dipengaruhi sentimen tertentu, yang sulit untuk dijelaskan Devenow dan Welch, 1996:605.
Tindakan herding ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu, aksi jual beli; saham yang dipilih untuk diperdagangkan; volume saham yang
diperdagangkan; kecepatan melakukan herding Waweru et al., 2008:37.
2.2.2 Keputusan Investor
Keputusan investor berkaitan dengan jualbeli saham yang dilakukan oleh investor individual merupakan fokus pada penelitian ini. Hal ini karena kedua hal
tersebut saling berhubungan dan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap performa investasi.
Universitas Sumatera Utara
17
Odean 1999:1293 menyatakan beberapa hal yang menyebabkan investor mau untuk membeli saham dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, tingkat trading
volume saham; tingkat return saham; informasi saham. Saat investor ingin membeli saham, mungkin saja ia tidak menemukan saham yang bagus untuk
dibeli setelah mempertimbangkan ribuan saham yang listing. Investor umumnya membeli saham karena tertarik dan mungkin karena perhatian mereka tertuju pada
performa masa lalu, baik itu bagus atau buruk. Barber dan Odean 2002:2 menyatakan bahwa pada investor individu,
saat melakukan keputusan menjual ternyata perhatian mereka pada performa investasi lebih kecil dibandingkan saat membeli. Barberis dan Odean juga
menyatakan bahwa perilaku investor berpengaruh pada tindakan menjual atau membeli dengan level yang berbeda. Terkait dengan keputusan jual ini ada
beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu, rendahnya ekspektasi pasar; terjadi koreksi pasar yang cukup besar; pengalaman rugi Luong dan Ha, 2011:24.
2.2.3 Performa Investasi
Menilai performa investasi yang diperoleh oleh investor merupakan tahap akhir dari proses investasi yang berkesinambungan. Melalui tahap ini akan dapat
diketahui apakah keputusan investasi yang dilakukan investor telah memberikan pengaruh pada terciptanya performa investasi yang dapat memenuhi tujuan yang
diharapkan atau tidak. Banyak metode untuk mengukur performa investasi yang dilakukan investor, yaitu :
a. Lin dan Swanson 2003:208 mengukur performa investasi dengan
menggunakan tiga kriteria return yaitu raw return, risk adjusted returns, dan
Universitas Sumatera Utara
18
momentum adjusted returns yang dilihat pada waktu yang berbeda yakni harian, mingguan, bulanan, semester dan tahunan. Mereka menyimpulkan
bahwa investor memperoleh performa bagus, saat melakukan short run dan sebagian lagi dipengaruhi oleh short term price momentum dibandingkan
dengan memilih menjadi risk taker. b.
Oberlechner dan Osler 2004:33 mengidentifikasi performa investasi dengan mengukur return rate dan pengalaman melakukan trading. Oberlechner dan
Osler yakin bahwa tingkat return investasi akan muncul secara objektif pada performa investasi. Return rate di evaluasi dengan membandingkan pada profit
rate yang setara. Pengalaman trading investor menjadi pertimbangan untuk hal yang terkait dengan durasi kehadiran investor di pasar saham.
c. Luong dan Ha 2011:26 melakukan pengukuran performa investasi dengan
cara membandingkan tingkat return yang nyata diperoleh investor dengan tingkat return yang diharapkannya dan tingkat return rata-rata dari pasar,
selain itu tingkat kepuasan keputusan investasi juga menjadi salah satu pertimbangan dalam pengukuran ini.
Pengukuran performa investasi yang dilakukan oleh Luong dan Ha selain membandingkan tingkat return yang nyata diperoleh investor dengan tingkat
return yang diharapkan dan tingkat return rata-rata dari pasar tetapi juga mempertimbangkan unsur kepuasan investor itu sendiri, sehingga dengan
demikian pengukuran tersebut dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Peneliti akan mendapat informasi yang lebih lengkap sehingga diharapkan dapat
memperoleh gambaran nyata tentang performa investasi yang diperoleh investor.
Universitas Sumatera Utara
19
Oleh karena itu lah maka penelitian ini juga menggunakan metode pengukuran performa investasi yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Luong dan
Ha.
2.3 Mekanisme Antar Variabel Penelitian 2.3.1 Pengaruh Perilaku Keuangan Terhadap Keputusan Investor
Ritter 2003:429 berpendapat bahwa perilaku keuangan adalah perilaku yang didasarkan atas psikologi yang mempengaruhi proses keputusan yang
tunduk kepada beberapa ilusi kognitif. Hal senada juga diungkapan oleh peneliti lain yaitu Tilson. Tilson 2005:1 menyatakan bahwa perilaku keuangan adalah
suatu teori yang didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan penyimpangan kognitif mempengaruhi perilaku investor.
Perilaku sesorang dalam kesehariannya tentu akan berpengaruh pada setiap keputusan atau tindakan yang dilakukannya dalam berbagai hal. Demikian
juga halnya pada perilaku keuangan, perilaku tersebut akan berpengaruh pada setiap keputusan yang diambil Davenow dan Welch, 1996:604. Hal ini terjadi
karena ada unsur emosi dan kognitif yang turut dipertimbangkan dalam proses alami saat seseorang mengambil keputusan, dan hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Ritter. Salah satu perilaku manusia yang sering ditemui misalnya saja perilaku
meniru dan ikut-ikutan atau disebut juga dengan herding dalam pembahasan terkait dengan perilaku keuangan. Meniru dan ikut-ikutan merupakan instink
dasar dari setiap manusia. Herding dapat ditemukan di berbagai bidang dalam
Universitas Sumatera Utara
20
kehidupan manusia, misalnya saja pada bidang fashion, dan lain sebagainya. Ada satu keyakinan yang ditemukan di masyarakat umum, tidak hanya di kalangan
praktisi tapi juga di kalangan praktisi ekonomi keuangan, bahwa keputusan investor dipengaruhi oleh keputusan investor yang lain Davenow dan Welch,
1996:604. Pada bidang keuangan kenyataannya diketahui bahwa herding berpotensi terjadi secara menyeluruh. Sulit untuk mendefenisikan herding dengan
tepat, karena herding memiliki banyak bentuk Davenow dan Welch, 1996:604. Lebih lanjut Davenow dan Welch menguraikan bahwa herding dapat
didefenisikan sebagai pola perilaku yang berhubungan dengan kepribadian individu. Jika investor banyak membeli saham yang hot, ini bisa saja terjadi
karena disebabkan adanya hubungan antara informasi yang diterima dengan aksi yang dilakukan oleh investor. Herding dipertimbangkan sebagai salah satu
penyebab kesalahan sistematis dalam pengambilan keputusan oleh suatu populasi. Pada kasus ini, herding sangat jelas berhubungan dengan fenomena yakni
ekspektasi yang tidak sempurna, pilihan yang berubah-ubah tanpa memperoleh banyak informasi, bubble, dan lain sebagainya.
Herding memerlukan mekanisme koordinasi. Mekanisme ini dapat menyebar luaskan ketentuan untuk mengkoordinasikan beberapa sinyal dasar, atau
didasarkan atas kemampuan langsung mengobservasi pembuat keputusan lainnya, misalnya observasi investor yang masih berstatus mahasiswa. Ada dua sikap yang
berlawanan dari herding yaitu, melihat dari sudut pandang irasional dan dari sudut pandang rasional. Sudut pandang irasional membahas tentang psikologi
investor dan menganggap agent berperilaku seperti lemmings, yaitu mengikuti
Universitas Sumatera Utara
21
yang lain secara buta dan jauh dari analisis rasional. Sudut pandang rasional berpusat pada lingkungan eksternal, mengoptimalkan pembuatan keputusan
dengan memutarbalikkan kesulitan informasi yang diperoleh. Beberapa penelitian lain terkait dengan perilaku keuangan juga dilakukan
oleh Singh. Singh 2012:116 melalui penelitian yang dilakukannya menyatakan bahwa penyimpangan psikologi kognitif salah satu diantaranya yakni heuristik
dan prospek mempengaruhi keputusan investor di lantai bursa. Selanjutnya, Waweru, et al.2008:27 menyatakan bahwa faktor pasar dalam perspektif
perilaku keuangan ternyata dapat mempengaruhi keputusan investor di bursa saham.
2.3.2 Pengaruh Perilaku Keuangan Terhadap Performa Investasi
Kritik yang muncul terhadap perilaku keuangan menyatakan bahwa performa investasi yang buruk merupakan hasil dari keputusan investor irasional
yang dapat menyebabkan mereka keluar dari pasar saham Luong dan Ha, 2011:25. Sebaliknya, sebahagian yang lain percaya bahwa investor yang
overconfident dengan perilaku trading yang ekstrim dapat meningkatkan performa investasi mereka Anderson et al., 2005:72. Pada kondisi yang seimbang,
investor yang overconfidance melakukan perdagangan lebih tinggi dibandingkan dengan golongan rasional, dan mengharapkan performa investasi yang lebih tinggi
dalam jangka panjang. Wang 2001:138 mengakui bahwa under confidence dan high overconfidence tidak selalu hadir bersamaan pada jangka panjang, tapi rata-
rata overconfidance dapat bertahan dan mendominasi perilaku rasional.
Universitas Sumatera Utara
22
Beberapa penelitian terkait dengan perilaku keuangan dan performa investasi yang diuraikan pada alinea sebelumnya, memberikan kita kesimpulan
awal yaitu perilaku keuangan juga berpengaruh langsung ke performa investasi yang diperoleh investor, dan hal senada juga dilakukan oleh Luong dan Ha. Luong
dan Ha 2011:57 melalui hasil penelitiannya menyatakan bahwa perilaku keuangan mempengaruhi performa investasi pada investor di Ho Chi Minh Stock
Exchange.
2.3.3 Pengaruh Keputusan Investor Terhadap Performa Investasi
Keputusan investasi berpengaruh terhadap performa investasi khususnya terkait dengan tingkat return dan kepuasan yang diperoleh investor Luong dan
Ha, 2011:57. Lebih lanjut Luong dan Ha menguraikan, bahwa pada umumnya investor akan berharap untuk memperoleh performa investasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan apa yang mereka peroleh saat itu. Kondisi ini terjadi saat investor tidak merasa puas dengan keputusan investasi yang telah mereka lakukan
sebelumnya. Keputusan investasi dengan pertimbangan yang tepat akan memberikan
peluang bagi investor untuk meningkatkan performa investasi yang lebih baik lagi. Sebaliknya, ketika keputusan investasi dilakukan tanpa pertimbangan yang
tepat akan menyebabkan kerugian atau penurunan performa investasi.
2.4 Kerangka Konseptual