Pengertian Konflik Sosial

1. Pengertian Konflik Sosial

Konflik adalah bagian dari interaksi sosial yang bersifat disasosiatif. Konflik atau per- tentangan diartikan sebagai suatu bentuk interaksi yang di- tandai oleh keadaan saling mengancam, menghancurkan, melukai, dan melenyapkan di antara pihak-pihak yang ter- libat. Konflik dapat melibatkan perorangan maupun kelom- pok. Sesuai kenyataan, konflik

Sumber: Worldbook Millenium 2000.

tidak dapat dilepaskan dari Gambar 2.2 Awal perubahan sosial yang terjadi di dinamika masyarakat. Hakikat masyarakat sering didahului oleh sebuah konflik. masyarakat yang selalu ber- ubah menjadi lahan bagi munculnya konflik sosial. Dapat dikatakan, bahwa konflik sosial sering muncul sebagai awal dari terjadinya perubahan dalam masyarakat.

Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistik dan di dalamnya terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya dalam suatu masyarakat senantiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dan berebut pengaruh. Dari persaingan dan perebutan pengaruh itulah, kemudian muncul kelompok yang paling berkuasa dan kelompok-ke- lompok lain yang berkedudukan sebagai pihak yang dikuasai. Kelompok yang paling berkuasa dan berpengaruh ini biasanya bersifat elit. Mereka memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan-peraturan yang tujuannya untuk membela kepentingan kelompok mereka sendiri. Peraturan-peraturan itu dapat berupa hukum yang mengikat kelompok sosial lain agar tetap patuh. Persaingan yang terjadi di antara kedua jenis kelompok sosial itulah yang menyebabkan terjadinya konflik sosial.

Teori konflik yang dianggap mampu menjelaskan terjadinya konflik sosial terdiri atas dua pandangan, yaitu sebagai berikut.

a. Pandangan pertama; digolongkan sebagai teori klasik yang dimunculkan oleh Karl Marx, George Simmel, Lewis Coser, dan Ralf Dahrendorf. Mereka menganggap bahwa konflik terjadi karena adanya perjuangan antarkelas sosial yang ada di masyarakat. Menurut Karl Marx, perjuangan itu berupa pertentangan (konflik) antara kelas borjuis melawan kelas proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur masyarakat.

Konflik dan Integrasi Sosial

Mereka terdiri atas orang-orang kaya yang menguasai alat-alat produksi. Pengaruhnya besar terhadap lembaga-lembaga ekonomi dan politik di masyarakat. Sementara itu, kaum proletar adalah kelompok yang diatur, yaitu para pekerja yang tereksploitasi sebagai buruh bayaran yang bekerja pada pabrik-pabrik milik orang-orang kaya (borjuis).

Konflik sebagai salah satu bentuk dasar interaksi sangat erat kaitannya dengan berbagai proses yang mempersatukan dalam kehidupan sosial. Menurut George Simmel, konflik dan persatuan merupakan bentuk lain dari sosiasi, yang artinya satu tidak lebih penting dari yang lain. Keduanya merupakan interaksi yang bersifat timbal balik. Lawan dari persatuan bukanlah konflik melainkan ketidakterlibatan. Sifat dasar manusia untuk berinteraksi dan bersosialisasi, konflik menjadi sarana interaksi timbal balik dan masyarakat bersemangat untuk melakukannya.

b. Pandangan kedua; dimunculkan oleh Taylor, Walton, dan Young. Teori mereka dianggap sebagai pemikiran terbaru (kontemporer), meskipun secara mendasar intinya sama dengan versi pertama. Terjadinya konflik sosial menurut mereka, juga berakar pada perbedaan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Kaum elit yang berkuasa dianggap sebagai pengontrol pem- buatan peraturan dan hukum-hukum untuk menjamin keamanan kepen- tingan kelompok mereka sendiri. Antara kelompok elit dengan kelompok yang tidak memiliki kekuasaan memiliki kepentingan yang berbeda dan selalu berlawanan.

Lebih jauh, pandangan ini menganggap tindak kriminal sebagai tindakan rasional dan memiliki fungsi dalam sistem sosial.Banyaknya tindakan kriminal di kalangan golongan masyarakat bawah disebabkan oleh distribusi kekayaan yang tidak seimbang. Tekanan ekonomi yang dialami oleh masyarakat kelas bawah mengakibatkan mereka merasa terasing dan dirugikan, yang kemudian termanifestasi melalui lemahnya ikatan-ikatan sosial dan kurangnya rasa taat terhadap tatanan sosial. Sementara itu, kelompok elit juga cenderung melakukan kejahatan kerah putih (white collar crime). Para penjahat kerah putih bertujuan untuk menumpuk kekayaan mereka. Bahkan, praktik kejahatan ini terorganisasi dan secara teknis terencana dengan baik menjadi bagian dari praktik usaha mereka.

Berdasarkan penjelasan (teori) di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa konflik sosial adalah pertentangan yang terjadi antara unsur-unsur yang ada di

dalam masyarakat. Masyarakat adalah suatu kesatuan yang memiliki struktur. Struktur masyarakat terdiri atas bagian-bagian yang disebut dengan kelompok- kelompok sosial. Setiap kelompok sosial memiliki kepentingan tidak sama. Apa-

bila dua atau lebih kelompok sosial saling berselisih karena kepentingannya berseberangan, maka terciptalah konflik. Pada tahap awal, suatu konflik mungkin

tidak tampak karena belum pecah secara terbuka. Sering pula pihak pemelihara

42 Sosiologi SMA/MA Kelas XI 42 Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Selama pemerintahan Orde Baru hampir tidak terdengar adanya konflik. Hal ini, karena aparat keamanan berhasil meredam setiap konflik yang akan muncul. Akan tetapi, ketika aparat keamanan dan pemerintah menghadapi krisis kepercayaan, maka kontrol sosial pun mengendor sehingga pecahlah berbagai konflik. Sejak kerusuhan Mei 1998, di berbagai daerah di Indonesia muncul sejumlah konflik.

Pengalaman itu menunjukkan, meskipun pemerintahan yang kuat dengan aparat keamanan yang represif dapat meredam konflik tidak akan efektif selamanya. Konflik yang diredam dengan tindakan represif (menekan) akan dapat kembali mencuat sewaktu-waktu apabila kontrol dari pemerintah dan aparat melemah. Oleh karena itu, pendekatan represif kurang efektif untuk mengatasi konflik, sebab kunci persoalan ada pada faktor penyebab konflik. Apabila faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan, maka konflik dapat dikelola dengan baik. Sebagai salah satu bentuk dasar interaksi, konflik tidak dapat dihilangkan, namun dapat diatur agar tidak menimbulkan kerusakan. Masyarakat memang selalu berubah, dan perubahan itu membuat tuntutan-tuntutan baru muncul di antara kelompok-kelompok di masyarakat. Potensi pergesekan ke- pentingan juga akan selalu muncul seiring lahirnya perkembangan baru.

Sebenarnya, konflik tidak selalu membawa dampak negatif. Sisi positif konflik sosial adalah konflik mengawali terjadinya perubahan. Pertentangan antara kelompok-kelompok sosial pada dasarnya adalah bentuk tuntutan terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. Suatu kelompok yang merasa diperlakukan tidak adil menuntut perubahan, untuk memperjuangkan perubahan itu, jalan yang ditempuh adalah dengan menentang kondisi yang ada.

Berbagai tuntutan perubahan disuarakan Infososio dalam berbagai demonstrasi di Jakarta dan

kota-kota besar. Mereka menuntut dilakukan- SISI POSITIF KONFLIK nya perubahan tata kehidupan berbangsa dan Manfaat konflik adalah: bernegara. Tentu pemerintah sebagai pihak 1. dapat menumbuhkan solidari-

tas kelompok,

yang berkuasa menolak tuntutan itu. Terjadilah konflik antara kelompok penuntut 2. dapat mendorong terbentuk-

nya lembaga pengamanan (sat-

perubahan dengan pemerintah. Beberapa

pam, polisi, tentara, dan pe-

mahasiswa menjadi korban dalam konflik itu.

ngadilan),

Rupanya, jatuhnya korban di pihak penuntut

3. dapat menjadikan masyarakat

perubahan (kelompok refor mis) tidak

lebih dinamis.

menyurutkan perjuangan Mereka justru

Lewis A. Coser

semakin keras bersuara dan semakin banyak pula orang yang bergabung. Akhirnya pemerintah mengalah dan Presiden menuruti kehendak kelompok reformis untuk mundur.

Konflik dan Integrasi Sosial

Sejak saat itu, berbagai perubahan terjadi. Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi pedoman dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diamandemen berkali-kali. Pemerintahan yang semula tepusat di Jakarta, kini didesentralisasikan ke daerah-daerah. Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung telah dilakukan sejak tahun 2004. Demikian juga, pemilihan kepala-kepala daerah (bupati). Semua itu merupakan hasil dari konflik yang pecah dan melahirkan reformasi.

Perlu diingat juga bahwa harga sosial untuk mencapai perubahan- perubahan tersebut sangatlah mahal. Harga sosial adalah nilai pengorban- an (kerugian) yang dialami oleh masyarakat selama terjadinya kon- flik. Berbagai kerusakan sarana dan prasarana kehidupan, baik milik pribadi, milik umum, maupun milik pemerintah apabila dihitung tentu sangat mahal. Belum lagi kerugian

Sumber: Haryana

nonfisik, seperti lumpuhnya pe-

Gambar 2.3 Inilah harga sebuah konflik..

merintahan, terganggunya kegiatan masyarakat, dan melayangnya

nyawa manusia. Hal tersebut merupakan harga sosial yang harus diperhitungkan sebagai akibat konflik. Apabila mengingat hal ini, maka konflik terbuka bukanlah cara terbaik untuk mengadakan perubahan sosial.