besok. Bagi banyak karyawan rendahnya keamanan kerja bahkan lebih menimbulkan stres kerja dari rendahnya keselamatan kerja.
Tekanan produksi meningkat, ketakutan mengenai keselamatan tempat kerja dapat meningkat sampai ke titik dimana produksi justru semakin
menurun.Hal ini, pada gilirannya dapat mengarah kepada suatu lingkaran setan yang tidak produktif bagi para karyawan dan juga perusahaan.
b. Perubahan Organisasi
Perubahan yang dibuat oleh perusahaan biasanya melibatkan sesuatu yang penting dan disertai ketidak pastian.Banyak perubahan dibuat tanpa
pemberitahuan. Walaupun kabar-kabar burung sering beredar bahwa akan ada perubahan, bentuk perubahan yang pasti hanya sebatas spekulasi. Para pekerja
was-was apakah perubahan tersebut akan mempunyai dampak , barangkali dengan mengganti dengan pekerja baru, atau dipindah tugaskan. Akibatnya, banyak
karyawan menderita gejala-gejala stres kerja.
c. Tingkat Kecepatan Kerja
Tingkat kecepatan kerja dapat dikendalikan oleh mesin atau manusia.Kecepatan kerja ditentukan oleh mesin memberikan kendali atas
kecepatan pelaksanaan dan hasil pekerjaan kepada sesuatu selain manusia.Kecepatan yang ditentukan oleh manusia memberikan kendali kepada
manusia. Akibatnya sangat besar, karena pekerja tidak dapat memuaskan kebutuhan yang penting untuk mengendalikan situasi.Menurut laporan, para
pekerja yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan dengan kecepatan yang ditentukan
Universitas Sumatera Utara
oleh mesin merasa lelah diakhir giliran mereka, dan tidak dapat bersantai segera setelah bekerja karena pengeluaran adrenalin yang meningkat selama bekerja.
d. Lingkungan Fisik
Walaupun otomatisasi kantor adalah suatu cara meningkatkan produktivitas, hal itu juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang berhubungan
dengan stres kerja. Suatu aspek otomatisasi kantor yang mempunyai karekteristik berkaitan dengan stres adalah Video Display Terminal VOT: Swedia dan
Norwegia telah mengambil banyak tindakan yang berhubungan dengan peralatan ini. Aspek lain lingkungan kerja yang berkaitan stres adalah tempat kerja yang
sesak, kurangnya kebebasan pribadi, dan kurangnya pengawasan.
2.3.3 Sumber-sumber Potensi Stres Kerja
Ada tiga kategori penderita stres kerja potensial yakni lingkungan, organisasi, dan individual Robbins, 2008:370
1. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres kerja di kalangan para
karyawan dalam organisasi.Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi.Bila ekonomi mengerut, orang menjadi mekin
mencemaskan keamanan.Hal-hal tersebut dapat menjadi sumber – sumber stres kerja di kalangan karyawan.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres kerja.Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
Universitas Sumatera Utara
suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan.Faktor – faktor ini dapat dikategorikan pada tuntutan
tugas, tuntutan peran, dan tuntutan hubungan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tingkat hidup organisasi.
Menurut Monday 2008: 96 faktor-faktor keorganisasian meliputi budaya perusahaan, pekerjaan seseorang, dan kondisi kerja.Budaya perusahaan banyak
berhubungan dengan stres. Gaya kepemimpinan sering mempengaruhi suasana.Di samping itu, persaingan yang didorong oleh sistem balas jasa organisasi untuk
promosi, kenaikan bayaran, dan status juga bisa menambah masalah. Sejumlah faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang dijalankan
seseorang bisa menyebabkan stres berlebihan. Beberapa pekerjaan dipersepsikan lebih penuh stres dibandingkan yang lain karena karakteristik tugas yang harus
dikerjakan serta tingkat tanggung jawab dan kontrol yang dimungkinkan oleh pekerjaan. Kondisi kerja termasuk karakteristik fisik tempat kerja serta mesin dan
perkakas yang digunakan juga bisa menciptakan stres. Kelebihan beban kebisingan yang berlebihan, pencahayaan yang kurang, pemeliharaan tempat kerja
yang buruk, dan peralatan yang rusak secara umum bisa berpengaruh buruk pada semangat kerja karyawan dan meningkatkan stres.
3. Faktor Individual
Lazimnya individu hanya bekerja 40 sampai 50 jam sepekan. Namun pengalaman dan masalah yang dijumpai orang di luar jam kerja yang lebih dari
120 jam tiap pekan dapat melebihi dari pekerjaan. Maka kategori ini mencakup faktor – faktor dalam kehidupan pribadi karyawan.Terutama sekali faktor – faktor
Universitas Sumatera Utara
ini adalah persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan kateristik kepribadian bawaan.
2.3.4 Kategori Stres Kerja
Menurut Phillip dalam Jacinta 2002 , seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja bila:
1. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan
tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan
masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerja.
2. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut.
Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :Fisiologis, Psikologis
dan Perilaku Robbins, 2003, pp. 800-802 1.
Fisiologis memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya
tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung. 2.
Psikologis memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda
pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Perilaku memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat,
mudah gelisah dan susah tidur
2.4 Penelitian Terdahulu
Harefa 2011 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik terhadap Stres Kerja Karyawan pada PT. Bibit Baru
Medan”. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit Baru Medan.Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 121 karyawan.Kepemimpinan dan konflik secara bersama-sama berpengaruh terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit
Baru Medan.Berdasarkan Uji-t variabel kepemimpinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan.Variabel konflik berpengaruh dan
signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hasil pengujian koefisien determinasi adalah sebesar 0.435 43.5 berarti varibel dependen stres kerja karyawan
dapat dijelaskan oleh kepemimpinan dan konflik sebesar 43.5 sedangkan sisanya sebesar 56.6 dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini Wiranata 2011 melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Kinerja dan Stres Karyawan pada CV. Mertanadi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
terhadap kinerja dan stres karyawan pada CV. Mertanadi. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 karyawan.Hasil perhitungan korelasi diperoleh
Universitas Sumatera Utara
nilai korelasi sebesar 0,47 yang berarti terdapat hubungan antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan, dengan tingkat hubungan sedang. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap stres karyawan sebesar 22,09, dan 77,81 stres karyawan disebabkan oleh faktor
lain. Dari analisis t test hubungan antara kepemimpinan terhadap stres karyawan menunjukkan nilaisignifikansi sebesar 2,81 2,048 maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja dan stres Karyawan
2.5 Kerangka Konseptual