Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Jaminan Keamanan Terhadap Stress Kerja Karyawan Pada PT. Tales Inti Sawit Patumbak
PENGAR
RUH GAYA
TERHADA
PT.
PROGR
D
UN
A KEPEMIM
AP STRESS
TALES IN
AYU F
0
RAM STUD
DEPARTEM
FAKUL
NIVERSITA
SKRIPSI
MPINAN D
S KERJA K
TI SAWIT
OLEH :
IZZA ARY
090502172
DI STRATA
MEN MAN
LTAS EKON
AS SUMATE
MEDAN
2014
DAN JAMIN
KARYAWA
PATUMBA
YANTI
-1 MANAJE
NAJEMEN
NOMI
ERA UTAR
NAN KEAM
AN PADA
AK
EMEN
RA
MANAN
(2)
ABSTRAK
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN JAMINAN KEAMANAN
TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN PADA
PT. TALES INTI SAWIT PATUMBAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh
Gaya Kepemimpinan dan Jaminan Keamanan terhadap Stress Kerja Karyawan
Pada PT. Tales Inti Sawit Patumbak.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Tales Inti Sawit Patumbak yaitu
sebanyak 120 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin
sebanyak 55 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan
metode deskriftif dan metode kuantitatif yaitu analisis Regresi Linier berganda
dengan tingkat singnifikan 0,05.
Hasil uji F menunjukkan bahwa gaya kepemimpianan dan jaminan
keamanan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap variabel terikat (stress kerja). Berdasarkan uji t bahwa variabel gaya
kepemimpinan yang paling dominan berpengaruh terhadap stress kerja. Pada
pengujian koefisien determinasi (R
2) menunjukkan bahwa pengaruh antara
variabel gaya kepemimpinan dan jaminan keamanan terhadap stress kerja
mempunyai hubungan yang erat.
(3)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LEADERSHIP STYLE AND SAFETY
ASSURANCE TO THE WORK STRESS OF EMPLOYEE AT PT. TALES
INTI SAWIT PATUMBAK
The objective of this research is to study and analyze the Influence of
Leadership Style and Safety Assurance to the Work Stress of Employee at PT.
Tales Inti Sawit Patumbak.
This research is an explanation study. The population in this research is all
of employee of PT. Tales Inti Sawit Patumbak for 120 persons. The sample was
took by Slovin formula for 55 persons. The data collecting method is
questionnaire, interview and documentation study. The data is analyzed by
descriptive and quantitative method, i.e. multi linear regression analysis with
significant level 0.05.
The result of F-test indicates that the leadership style and safety assurance
collectively has a positive and significant influence to the dependent variable
(work stress). Based on t-test indicates that the leadership study is a dominant
variable to the work stress. On testing of determination coefficient (R
2) indicates
that the influence between leadership style and safety assurance to the work stress
has a closer relationship.
(4)
r
b
K
t
N
y
m
m
2
3
4
5
Sega
rahmat-Nya
berjudul “Pe
Kerja Karya
Pada
terhingga ke
Nirmala.
Te
yang diberi.
Pene
motivasi da
menyampaik
1.
Bapak P
Ekonom
2.
Ibu Dr.
Fakultas
3.
Ibu Dra
Fakultas
4.
Ibu Dr.
Manajem
5.
Ibu Dra
memberi
peneliti d
ala puji dan
peneliti d
engaruh Gay
awan pada PT
a kesempata
epada kedua
erima kasih
eliti juga te
an doa da
kan terima k
Prof. Dr. Az
mi Universita
Isfenti Sada
s Ekonomi U
. Marhayan
s Ekonomi U
Endang Su
men Fakultas
a. Komariah
ikan ilmu
dalam prose
KATA
syukur keh
dapat menye
ya Kepemim
T.Tales Inti
an ini, pene
a orang tua
atas doa, k
lah memper
ari berbaga
kasih yang se
zhar Maksum
s Sumatera U
alia, S.E., M
Universitas S
nie, M.Si, se
Universitas S
ulistya Rini
s Ekonomi U
h Pandia, M
dan waktun
s penelitian
A PENGAN
hadiran Allah
elesaikan pe
mpinan dan J
Sawit”.
eliti mengu
a peneliti,
I
kasih sayang
roleh banya
ai pihak. O
ebesar-besarn
m, S.E., M.
Utara.
.E., selaku K
umatera Uta
elaku Sekre
umatera Uta
i, S.E., M.S
Universitas S
MSi, selaku
nya untuk
serta penyus
NTAR
h SWT kare
enelitian sk
aminan Kea
ucapkan teri
Ir.H.Irvino
g, nasehat,
ak masukan
Oleh karen
nya kepada
.Ec., Ak. se
Ketua Depar
ara.
etaris Depart
ara.
Si, selaku
Sumatera Uta
Dosen Pem
membimbin
sunan skrips
ena dengan
kripsi ini. S
amanan terha
ima kasih y
Irawadi
da
kerja keras,
n, bimbingan
na itu pene
:
ebagai Deka
rtemen S1 M
temen S1 M
Ketua Prog
ara.
mbimbing y
ng dan me
si ini.
berkat dan
Skripsi ini
adap Stress
yang tidak
an
Hj.Elvi
, semangat
n, nasehat,
eliti ingin
an Fakultas
Manajemen
Manajemen
gram Studi
yang telah
engarahkan
(5)
6.
Ibu Dra.Yulinda, MSi., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan
waktu, saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7.
Terima kasih kepada kakak dan adik saya Novita Sari dan Mhd.Farriz atas doa
dan dukungannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini
8.
Terima kasih kepada Yasmin Disya Azzahra, Daffa Al-Aqsha dan Mahnasya
Attira Zaira yang selalu mendukung dalam suka dan duka
9.
Terima kasih kepada Januarfi Izhan Harahap, SH atas segala doa, dukungan
dan semangatnya bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.
Terima kasih kepada sahabat-sahabat Suma Wijaya, Mirna Piay, dan Mario
Samuel atas doa, dukungan, motivasi, dan perjalanan kita selama masa
perkuliahan.
Thank’s guys for all the unforgetteble moment we’ve had!
11.
Terima kasih kepada teman-teman Sandra Attya, Tita, Dea, Tanto, Sri
Purnama Sari, Fadil, Dhika, Farah, dan untuk semua teman-teman Manajemen
2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Akhir kata, peneliti berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan peneliti
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangulun guna
menyempurnakan skripsi ini.
Medan, Januari 2014
Peneliti
(6)
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL
ABSTARK ...
i
ABSTRACT ...
ii
KATA PENGANTAR ...
iii
DAFTAR ISI ...
v
DAFTAR TABEL ...
vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...
ix
BAB I
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ... ………... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... ………... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... ………... 8
BAB II
URAIAN TEORITIS ... ... 9
2.1 Gaya Kepemimpinan ... 9
2.1.1
Pengertian
Kepemimpinan
...
...
9
2.1.2 Fungsi dan Sifat Kepemimpinan ... 9
2.1.3 Gaya Kepemimpinan ... 13
2.2 Jaminan Keamanan Kerja ... 16
2.2.1 Pengertian Keamanan Kerja ... ... 16
2.2.2 Tujuan Keamanan Kerja ... ... 17
2.2.3 Strategi Keamanan Kerja ... ... 17
2.2.4 Prosedur Keamanan Kerja ... ... 17
2.2.5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 19
2.2.6.
Kesehatan
Kerja
...
24
2.3 Stress Kerja Karyawan ... 26
2.3.1 Penegrtian Stress Kerja ... 26
2.3.2 Penyebab Stress Kerja ... 27
2.3.3 Sumber Potensi Stress Kerja .... ... 29
2.3.4 Kategori Stress Kerja ... 31
2.4 Penelitian Terdahulu ... 32
2.5 Kerangka Konseptual ... 33
(7)
BAB III
METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Jenis Penelitian ... 36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
3.3 Batasan Operasional ... 36
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 36
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... ... 38
3.6 Populasi dan Sampel ... 38
3.7 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 41
3.10 Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48
4.1.1 Sejarah Pendirian Perusahaan ... 48
4.1.2 Struktur Organisasi PT. Tales Inti Sawit ... 50
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 50
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 55
4.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 61
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 63
4.3
Pembahasan
...
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1. Kesimpulan ... 70
5.2.
Saran
...
70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul
Halaman
Tabel 1.1
Data kecelakaan kerja PT. Tales Inti Sawit Angka Kecelakaan
Kerja PT. Tales Inti Sawit Tahun 2010-2013 . ... 6
Tabel 2.1
Tiga Macam Gaya Kepemimpinan ... 14
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel ... ... 37
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert ... ... 38
Tabel 3.3
Rekapitulasi Karyawan Kantor PT. Tales Inti Sawit... 39
Tabel 3.4
Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X
1) ... 42
Tabel 3.5
Uji Validitas Variabel Jaminan Keamanan (X
2) ... 42
Tabel 3.6
Uji Validitas Variabel Stress Kerja Karyawan (Y) ... 42
Tabel 3.7
Uji Reliabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X
1) ... 43
Tabel 3.8
Uji Reliabilitas Variabel Jaminan Keamanan (X
2) ... 43
Tabel 3.9
Uji Reliabilitas Variabel Stress Kerja Karyawan (Y) ... 43
Tabel 4.1
Distribusi Jawaban Responden Gaya Kepemimpinan ... 50
Tabel 4.2
Distribusi Jawaban Responden Jaminan Keamanan ... 52
Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Responden Stress Kerja Karyawan ... 54
Tabel 4.4
Uji Kolmogorov-Smirnov ... . 58
Tabel 4.5
Uji Multikolinieritas ... . 59
Tabel 4.6
Hasil Uji Gleijser ... 60
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi ... 61
Tabel 4.8
Uji
Regresi
Linier
...
62
Tabel 4.9
Uji
Regresi
Linier
...
62
Tabel 4.10
Hasil Uji F ( Anova ) ... 64
Tabel 4.11
Hasil Uji T ( Coefficients ) ... 65
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul Halaman
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian ... ... 35
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT.Tales Inti Sawit ... 50
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas ... 56
Gambar 4.3
Pengujian Normalitas ... 57
Gambar 4.4
Pengujian
Multikolinearitas
...
59
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran
Judul Halaman
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian ... ... 75
Lampiran 2
Tabulasi Uji Validitas ... 78
Lampiran 3
Hasil Program SPSS versi 17.00 ... 83
Lampiran 4
Tabulasi Jawaban Responden tentang
Variabel Gaya Kepemimpinan (X
1) ...
91
Lampiran 5
Tabulasi Jawaban Responden tentangVariabel
Jaminan
Keamanan
...
93
Lampiran 6
Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Stress Kerja
(11)
ABSTRAK
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN JAMINAN KEAMANAN
TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN PADA
PT. TALES INTI SAWIT PATUMBAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh
Gaya Kepemimpinan dan Jaminan Keamanan terhadap Stress Kerja Karyawan
Pada PT. Tales Inti Sawit Patumbak.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Tales Inti Sawit Patumbak yaitu
sebanyak 120 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin
sebanyak 55 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan
metode deskriftif dan metode kuantitatif yaitu analisis Regresi Linier berganda
dengan tingkat singnifikan 0,05.
Hasil uji F menunjukkan bahwa gaya kepemimpianan dan jaminan
keamanan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap variabel terikat (stress kerja). Berdasarkan uji t bahwa variabel gaya
kepemimpinan yang paling dominan berpengaruh terhadap stress kerja. Pada
pengujian koefisien determinasi (R
2) menunjukkan bahwa pengaruh antara
variabel gaya kepemimpinan dan jaminan keamanan terhadap stress kerja
mempunyai hubungan yang erat.
(12)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LEADERSHIP STYLE AND SAFETY
ASSURANCE TO THE WORK STRESS OF EMPLOYEE AT PT. TALES
INTI SAWIT PATUMBAK
The objective of this research is to study and analyze the Influence of
Leadership Style and Safety Assurance to the Work Stress of Employee at PT.
Tales Inti Sawit Patumbak.
This research is an explanation study. The population in this research is all
of employee of PT. Tales Inti Sawit Patumbak for 120 persons. The sample was
took by Slovin formula for 55 persons. The data collecting method is
questionnaire, interview and documentation study. The data is analyzed by
descriptive and quantitative method, i.e. multi linear regression analysis with
significant level 0.05.
The result of F-test indicates that the leadership style and safety assurance
collectively has a positive and significant influence to the dependent variable
(work stress). Based on t-test indicates that the leadership study is a dominant
variable to the work stress. On testing of determination coefficient (R
2) indicates
that the influence between leadership style and safety assurance to the work stress
has a closer relationship.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Peran sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi adalah sangat
dominan, karena merupakan motor penggerak paling utama di dalam suatu
organisasi. Dengan demikian perhatian serius terhadap pengelolaan SDM adalah
salah satu faktor penentu keberhasilan organisasi yang mutlak diperlukan.
Pandangan terhadap SDM tidak hanya dapat dilihat secara individu saja,
melainkan juga secara kelompok dalam lingkungan organisasi, Hal tersebut
dikarenakan sikap dan perilaku manusia mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda, baik secara individu maupun antar kelompok dalam unit organisasi.
Sejalan dengan perkembangan zaman, perubahan-perubahan dalam manajemen
organisasi, tingkat kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan berbagai
persoalan lain menuntut adanya kemampuan dari para SDM (karyawan) untuk
dapat menyesuaikan diri, baik fisik maupun psikis. Apabila penyesuaian ini gagal
atau salah, maka akan mengakibatkan terjadinya stres di tempat kerja.
Kepemimpinan yang efektif merupakan kepemimpinan yang dipengaruhi
oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek
kepribadian yang dapat menunjang usahanya dalam mewujudkan hubungan
manusia yang efektif dengan anggota organisasinya. Kesuksesan atau kegagalan
suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah satunya adalah
kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut. Pemimpin yang sukses
adalah apabila pemimpin tersebut mampu menjadi pencipta dan pendorong bagi
(14)
bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu
pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya. Pemimpin tersebut juga
harus memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi
karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diarahkan dalam
rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai perilaku atau cara yang
dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan,
sikap, dan perilaku organisasinya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahannya, agar mau bekerja sama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan
yang biasanya diterapkan dalam sebuah perusahaan berbeda-beda, ada gaya
kepemimpinan demokratis yang berorientasi memberikan bimbingan yang efisien
kepada para karyawan maupun pengikutnya dan gaya kepemimpinan otoriter yaitu
gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin
(sentralistik)
sebagai
satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatanya
dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan otoriter sering
sekali diterapkan pada perusahaan khususnya pada perusahaan sendiri, meskipun
pada dasarnya gaya kepemimpinan seperti ini tidak dapat dikembangkan dalam
sebuah perusahaan, karena akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam sebuah
perusahaan, selain itu dapat mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja.
Gaya kepemimpinan yang seperti ini biasanya dapat mempengaruhi pisik dan
psikis karyawan yang disebabkan tekanan serta tuntutan-tuntutan kerja yang harus
dipenuhi sesuai dengan keinginan pimpinan, selain itu juga tanpa disadari dapat
(15)
menyebabkan stress kerja pada karyawan yang akhirnya menyebabkan karyawan
mengalami penurunan dalam bekerja.
Motivasi merupakan sebab, alasan dasar, pikiran dasar, gambaran
dorongan seorang pemimpin untuk berbuat atau ide pokok yang berpengaruh
besar terhadap segenap tingkah laku manusia. Motivasi menggambarkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja
sama secara produktif serta berhasil mencapai, mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan dan motivasi tersebut tidak hanya berwujud kepada kebutuhan
ekonomis yang bersifat materil saja (berbentuk uang) akan tetapi motivasi
karyawan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang akan menjadi suatu
keberhasilan pelaksanaan karyawan dalam bekerja.
Keberhasilan suatu organisasi dalam bekerja dipengaruhi oleh kinerja (
job
performance)
sumber daya manusia (SDM) nya. Untuk itu, setiap perusahaan
selalu berusaha meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan top manajemen. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan di dalam suatu perusahaan seperti gaji, jaminan keamanan ataupun
kesehatan, kedisplinan, dan kenyamanan di tempat kerja yang merupakan
faktor-faktor penting yang harus diperhatikan oleh setiap pimpinan perusahaan.
Perusahaan harus memiliki perencanaan kerja yang merupakan suatu
proses dimana karyawan dan manajer bekerja sama merencanakan apa yang akan
dikerjakan karyawan pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus
diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai
pemahaman bersama tentang pekerjaan itu. Kinerja karyawan akan baik jika dia
(16)
mempunyai keahlian
(skill)
yang tinggi, bersedia bekerja karena di gaji atau diberi
upah sesuai perjanjian, mempunyai harapan
(expectation)
merupakan hal yang
menciptakan motivasi seorang karyawan bersedia melaksanakan kegiatan kerja
dengan kinerja yang baik. Seorang yang sangat termotivasi, yaitu orang-orang
yang melaksanakan upaya subtansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi
kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana dia bekerja. Seorang yang tidak
termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Bila
sekelompok karyawan dan atasannya mempunyai kinerja yang baik, maka akan
berdampak pada kinerja perusahaan yang baik pula.
Kinerja SDM umumnya dipengaruhi dari dalam dan luar diri pegawai
sendiri, seperti halnya disiplin kerja yang harus dipatuhi oleh setiap pegawai tanpa
terkecuali serta pengenaan sanksi apabila pelaksanaan pekerjaan tidak memenuhi
standar pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan. Selain itu faktor karakteristik
individu dimana kinerja dipengaruhi oleh kemampuan, keahlian, masa kerja dan
tingkat pendidikan yang dimiliki pegawai untuk mampu memahami aturan/
standar prosedur untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan benar,
sehingga tercipta kenyamanan dalam bekerja serta meningkatkan jaminan
keamanan dalam perusahaan baik itu karyawan maupun pimpinan perusahaan.
Jaminan keamanan merupakan perlindungan terhadap fasilitas pengusaha
dan peralatan yang ada dari akses-akses yang tidak sah dan melindungi karyawan
ketika sedang bekerja atau sedang melaksanakan penugasan pekerjaan. Jaminan
keamanan ini sangat dibutuhkan dalam setiap perusahaan karena jaminan ini
merupakan jaminan yang akan menentukan keamanan bagi setiap pegawai
(17)
dilingkungan tempat kerja baik dalam bidang perencanaan, pengelolaan, serta
bidang yang lainnya yang merupakan aspek penting bagi setiap karyawan dalam
melindungi dirinya jika sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi seperti
kecelakaan kerja dan stress kerja yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
keinginan dan kemampuan dalam bekerja.
Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketegangan
karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi
tersebut dapat diperoleh dari dalam diri seseorang maupun dari lingkungan di luar
diri seseorang. Stres pekerjaan dapat diartikan sebagai tekanan yang dirasakan
karyawan karena tugas-tugas pekerjaannya tidak dapat mereka penuhi. Artinya,
stres muncul saat karyawan tidak mampu memenuhi apa yang menjadi tuntutan
pekerjaan.
Segala macam bentuk stress kerja pada dasarnya disebabkan oleh tidak
adanya dukungan fasilitas untuk menjalankan pekerjaan, ataupun lingkungan
kerja. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan
menimbulkan frustasi, konflik, gelisah dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe
dasar stress. Akibat-akibat stress tersebutlah seorang karyawan menunjukkan
perilaku yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan apa yang dirasakan untuk
menentukan besar kecilnya stress yang dihadapinya.
Faktor lain yang menyebabkan stress kerja karyawan adalah gaya
kepimpinan, khususnya gaya kepemimpinan yang otoriter. Gaya kepemimpinan
ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang
yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling berkuasa. Pemimpin
(18)
bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan karyawan semata-mata sebagai
pelaksana keputusan, perintah, sehingga dapat menyebabkan stress pada diri
karyawan antara lain seperti beban kerja yang berlebihan, desakan waktu yang
membuat karyawan tertekan, beberapa tekanan juga datang dari sikap pimpinan,
konflik dan ambiguitas peran mampu menyebabkan stress bagi karyawan. Akibat
stress kerja yang terlalu berat juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja di suatu
perusahaan. Tingkat kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1
.
Data kecelakaan kerja PT. Tales Inti Sawit
Angka Kecelakaan Kerja PT. Tales Inti Sawit Tahun 2010-2013
Tahun
Kategori Kecelakaan
Berat
(orang)
Sedang
(orang)
Ringan
(orang)
Jumlah
2010
6 2 5 13
2011
10 4 6 20
2012
15
5
8
28
2013(Tanggal 15 September 2013)
17 8 13 38
Sumber : Manajemen Intern PT. Tales Inti Sawit,2013
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa pada Tahun 2010 terdapat 13 kasus, tahun
2011 terdapat 20 kasus, tahun 2012 terdapat 28 kasus kecelakaan kerja, dan tahun
2013 sampai pertanggal 15 September 2013 ada 38 kasus. Dengan total
kecelakaan kerja 99 kasus selama tigasetengah tahun terakhir dengan jumlah
tenaga kerja keseluruhan120 karyawan yang masih aktif bekerja di PT. Tales Inti
Sawit. Kecelakaan yang terjadi di PT. Tales Inti Sawit ini terdiri dari kecelakaan
berat, sedang dan ringan. Dikatakan kecelakaan berat yaitu karyawan jatuh
kepenampungan limbah, pada saat karyawan tertimpa buah TBS, karyawan
terkena mesin-mesin reproduksi dan kecelakaan sedang itu dikarenakan karyawan
(19)
terkena gigitan serangga yang berbisa, tersayat oleh benda tajam seperti egrek dan
benda tajam lainnya. Dari data tersebut terlihat bahwa semakin meningkatnya
kasus kecelakaan kerja karyawan, itu menandakan adanya indikasi jaminan
keamanan yang kurang memadai dari PT.Tales Inti Sawit
PT. Tales Inti Sawit merupakan pabrik kelapa sawit yang beralamat di
Jalan Pertahanan No. 52 Patumbak Desa Bandar Meriah Kec. Bangun Purba Kab.
Deli Serdang Perusahaan ini menjalankan kegiatan perusahaannya menjadi
penyedia layanan dalam sektor perkebunan, kontraktor, kosultan/pengawas,
perencanaan maupun dalam pengadaan peralatan kelistrikan yang akan
memberikan nilai tambah bagi mitra perusahaan”. Karyawan PT. Tales Inti Sawit,
harus peka terhadap perubahan yang ada, seperti persaingan global dan perubahan
teknologi yang semakin meningkat. Para pekerja yg tersebut membutuhkan jam
kerja yang sangat tinggi dan kesabaran dalam melaksanakan aktifitas
pekerjaannya.
Berdasarkan alasan diatas, penulis ingin mewujudkan skripsi dengan judul
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Jaminan Keamanan terhadap Stress
Kerja Karyawan Pada PT.Tales Inti Sawit.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah didalam penelitian ini adalah “Apakah Gaya
kepemimpinan dan jaminan kerja berpengaruh signifikan terhadap stress kerja
pada PT. Tales Inti Sawit ?”.
(20)
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendapatkan
bukti empiris Gaya Kepemimpinan dan jaminan kerja berpengaruh terhadap stress
pada PT. Tales Inti Sawit
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan
berkaitan dengan gaya kepemimpinan dan jaminan keamanan untuk
penyelesaian stress kerja karyawan.
2.
Bagi pihak akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan
pengaplikasian ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam
bidang manajemen sumber daya manusia.
3.
Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi
penelitian selanjutnya serta sebagai pertimbangan bagi organisasi yang
menghadapi masalah serupa.
(21)
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1Gaya Kepemimpinan
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut Suyuti (2001:7) kepemimpinan adalah proses mengarahkan,
membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku
orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.
Kartono (2006:50), kepemimpinan adalah kemampuan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan
akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki khusus yang tepat bagi
situasi khusus. Definisi lain kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran (Robbins,2006:432).
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (2001:216) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu upaya menanamkan pengaruh dan bukan paksaan
untuk memotivasi karyawan sehingga mereka bekerja sesuai dengan yang manajer
kehendaki yaitu pencapaian tujuan organisasi.
2.1.2 Fungsi dan Sifat Kepemimpinan
Menurut P. Siagian (Dalam Yuli, 2005:167) terdapat 5 (lima) fungsi
kepemimpinan, yakni:
1.
Fungsi Penentu Arah
Setiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah ataupun kecil
semuanya pasti dibentuk dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan itu
bisa bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang harus
(22)
dicapai dengan melalui kerja sama yang dipimpin oleh seorang pemimpin.
Keterbatasan sumberdaya organisasi mengharuskan pemimpin untuk
mengelolanya dengan efektif, dengan kata lain arah yang hendak dicapai oleh
organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan
pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang ada.
2.
Fungsi Sebagai Juru Bicara
Fungsi ini mengharuskan seorang pemimpin untuk berperan sebagai
pengubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang berkepentingan seperti
pemilik saham, pemasok, penyalur, lembaga keuangan. Peran ini sangat penting
karena disadari bahwa tidak ada satupun organisasi yang dapat hidup tanpa
bantuan dari pihak lain.
3.
Fungsi Sebagai Komunikator
Suatu komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan efektif apabila pesan
yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh
sasaran komunikasi.Fungsi pemimpin sebagai komunikator disini lebih
ditekankan pada kemampuannya untuk mengkomunikasikan sasaran-sasaran,
strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh bawahan.
4.
Fungsi Sebagai Mediator
Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan kepentingan
dalam organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin dalam menyelesaikan
permasalah yang ada. Kiranya sangat mudah membayangkan bahwa tidak akan
ada seorang pemimpin yang akan membiarkan situasi demikian berlangsung
(23)
dalam organisasi yang dipimpinnya dan akan segera berusaha keras untuk
menanggulanginya.
Sikap yang demikian pasti diambil oleh seorang pemimpin, sebab jika tidak
citranya sebagai seorang pemimpin akan rusak, kepercayaan terhadap
kepemimpinan akan merosot bahkan mungkin hilang. Jadi kemampuan
menjalankan fungsi kepemimpinan selaku mediator yang rasional, objektif dan
netral merupakan salah satu indikator efektifitas kepemimpinan seseorang.
5.
Fungsi Sebagai Integrator
Adanya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana dan tenaga, serta
diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat menimbulkan
sikap, perilaku dan tindakan berkotak-kotak dan oleh karenanya tidak boleh
dibiarkan berlangsung terus-menerus. Dengan perkataan lain diperlukan integrator
terutama pada hirarki puncak organisasi. Integrator itu adalah pimpinan.Setiap
pemimpin, terlepas dari hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah
integarator, hanya saja cakupannya berbeda-beda.Semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam hirarki kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting pula
makna peranan tersebut.
Menurut Yuli (2005:171) sifat-sifat kepemimpinan, yakni:
1.
Watak dan kepribadian yang terpuji
Agar para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasi
mempercayainya, seorang pemimpin harus mempunyai watak dan kepribadian
yang terpuji.Mereka adalah cermin dari bawahan, sumber identifikasi, motivasi,
dan moral para bawahan.
(24)
2.
Keinginan melayani bawahan
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan.Ia mendengarkan pendapat
mereka dan berkeinginan untuk membantu mereka menimbulkan dan
mengembangkan keterampilan mereka agar karir mereka meningkat.
3.
Memahami kondisi lingkungan
Seorang pemimpin tidak hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadi
disekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian memadai, sehingga dapat
mengevaluasi perbedaan kondisi organisasi dan para bawahannya.
4.
Intelegensi yang tinggi
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berpikir pada taraf yang
tinggi.Ia dituntut untuk mampu menganalisis problem dengan efektif, belajar
dengan cepat, dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali
ilmu.
5.
Berorientasi ke depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi, dan visi
sehingga dapat mengetahui sejak awal tentangg kemungkinan-kemugkinan apa
yang dapat mempengaruhi organisasi yang dikelolanya.
6.
Sikap terbuka dan lugas
Pemimpin harus sanggup mempertimbangkan fakta-fakta dan inovasi
baru.Lugas namun konsisten pendiriannya.Bersedia mengganti cara kerja yang
lama dengan cara kerja yang baru yang dipandang mampu memberi nilai guna
yang efisien dan efektif bagi organisasi.
(25)
2.1.3 Gaya Kepemimpinan
Menurut Tjiptono (2006:161) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sementara itu,
pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku
(kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh
orang lain atau bawahan (Hersey, 2004:29).
Menurut Nawawi (2003:15). Beberapa Gaya Kepemimpinan tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
Gaya Kepemimpinan Demokratis.
Kepemimpinan Demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.Terdapat koordinasi pekerjaan
pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada
diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini
bukan terletak pada person atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru
terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
2.
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya Otoriter ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan
yang bersifat terpusat pada pemimpin
(sentralistik)
sebagai satu-satunya penentu,
penguasa, dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha
mencapai tujuan organisasi.
3.
Gaya Kepemimpinan Bebas
(Laissez Faire)
Pada gaya kepemimpinan bebas (
laissez faire
) ini sang pemimpin praktis
tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau
(26)
sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya,
semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri
Tabel 2.1
Perbedaan Tiga Jenis Gaya Kepemimpinan
OTORITER DEMOKRATIS LAISSEZ – FAIRE
(BEBAS)
1.
Semua
determinasi
“ policy”
1.
Semua
“Policies”
merupakan bahan
pembahasan kelompok dan
keputusan kelompok yang
dirangsang dan dibantu
olehpemimpin
1.
Kebebasan
lengkap untuk
keputusan
kelompok atau
individual dengan
minimum
partisipasi
pemimpin
2.
Teknik- teknik
dan
langkan-langkah aktivitas
ditentukan oleh
pejabat satu
persatu, hingga
langkah-langkan
mendatang
senantiasa tidak
pasti.
2.
Perspektif aktivitas dicapai
selama diskusi
berlangsung. Dilukiskan
langkah-langkah umum kea
rah tujuan kelompok dan
apabiladiperlukannasihatte
knis, maka pemimpin
menyarankan dua atau
lebih banyak
prosedur-prosedur alternatif yang
dapat dipilih.
2. Macam-macam bahan disediakan oleh
pemimpin,yang
dengan jelas mengatakan
bahwa bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia
tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.
3.
Pemimpin
biasanya mendikte
tugas pekerjaan
khusus dan teman
sekerja setiap
anggota
3. Para anggota bebas
untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan pembagian tugas terserah pada kelompok
3. Pemimpintidak berpartisipasi samasekali
(27)
4.
“Dominator”
cenderung
bersikap pribadi
dalam pujian dan
kritik pekerjaan
setiap anggota; ia
tidak turut serta
dalam partisipasi
kelompok secara
aktif kecuali
apabila ia
memberikan
demonstrasi
4. Pemimpin bersifat
objektif dalam pujian dan kritiknya dan ia berusaha untuk menjadi anggota
kelompok secara mental, tanpa terlampau banyak melakukan pekerjaan tersebut
4. Komentar spontan yang tidak frekuen atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur
kejadian-kejadian.
(28)
Menurut Siagian (2007:12) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan pada
dasarnya dikategorikan menjadi 5 (lima) tipe yakni :
1.
Gaya Kepemimpinan Otokratik.
Pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan bertindak
sendiri dan memberitahukan bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan
tertentu dan para bawahan itu hanya berperan sebagai pelaksana karena tidak
dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan.
Memelihara hubungan dengan para bawahannya, manajer yang otokratik
biasanya dengan menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan dan
statusnya dalam organisasi dan kurang mempertimbangkan apakah
kepemimpinannya dapat diterima dan diakui oleh para bawahan atau
tidak.Seorang pemimpin yang otokratik biasanya memandang dan
memperlakukan para bawahannya sebagai orang-orang yang tingkat kedewasa
atau kematangannya lebih rendah dari tingkat kedewasaan atau kematangan
pimpinan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam interaksi yang terjadi tidak
mustahil bahwa ia akan menonjolkan gaya memerintah dan bukan gaya mengajak.
2.
Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Pemimpin paternalistik menunjukkan kecenderungan-kecenderungan
bertindak sebagai berikut : Pengambilan keputusan, kecenderungannya
menggunakan cara mengambil keputusan sendiri dan kemudian berusaha menjual
keputusan itu kepada para bawahannya. Dengan menjual keputusan itu diharapkan
bahwa para bawahan akan mau menjalankan meskipun tidak dilibatkan didalam
proses pengambilan keputusan.
(29)
3.
Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Teori kepemimpinan belum dapat menjelaskan mengapa seseorang dipandang
sebagai pemimpin yang kharismatik, sedangkan yang lain tidak. Artinya, belum
dapat dijelaskan secara ilmiah faktor-faktor apa saja yang menjadi seseorang
memiliki kharisma tertentu.
4.
Gaya Kepemimpinan
Laissez-faire.
Karakteristik yang paling nampak dari seseorang pemimpin
laissez-faire
terlihat pada gayanya yang santai dalam memimpin organisasi. Dalam hal
pengambilan keputusan, misalnya, seorang pemimpin
laissez-faire
akan
mendelagisakan tugas-tugasnya kepada bawahannya, dengan pengarahan yang
minimal atau bahkan sama sekali tanpa pengarahan sama sekali.
5.
Gaya Kepemimpinan Demokratik.
Pengambilan keputusan pemimpin demokratik pada tindakannya
mengikutsertakan para bawahannya dalam seluruh pengambilan keputusan.
Seorang pemimpin demokratik akan memilih model dan teknik pengambilan
keputusan tertentu yang memungkinkan para bawahan ikut serta dalam
pengambilan keputusan.
2.2 Jaminan Keamanan Kerja
2.2.1 Pengertian Keamanan Kerja
Menurut Mathis dan Jackson (2002:245), keamanan adalah perlindungan
terhadap fasilitas pengusaha dan peralatan yang ada dari akses-akses yang tidak
sah dan untuk melindungi karyawan ketika sedang bekerja atau sedang
melaksanakan penugasan pekerjaan. Keamanan kerja adalah unsur-unsur
(30)
penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa
materil maupun nonmateril.
2.2.2
Tujuan Keamanan Kerja
Keamanan kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan atau kesehatan
jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.
2.2.3 Strategi Keamanan Kerja
Strategi keamanan kerja dibentuk oleh:
1.
Buku petunjuk penggunaan alat
2.
Rambu-rambu dan isyarat bahaya
3.
Himbauan-himbauan
4.
Petugas keamanan
2.2.4 Prosedur Keamanan Kerja
Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation
Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan
kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah
melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari
kecelakaan kerja.Pedoman dari ILO (International Labour Organization)
menerangkan bahwa keamanan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:
1.
Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.
(31)
3.
Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para
pekerja.
Pentingnya suatu hal dalam perusahaan terutama dalam hal keselamatan
kesehatan, dan keamanan kerja karyawannya.
Oleh karena itu betapa pentingnya peraturan atau undang-undang
mengenai keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja.Undang-undang yang
mengatur tentang keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja diantaranya yaitu :
Undang-undang nomor 1 tahun 1970 dalam pasal 3 ayat 1 yaitu :
1.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2.
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4.
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5.
Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6.
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran.
8.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
9.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10.
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11.
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
14.
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
15.
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
17.
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
(32)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam
keadaan selamat, sehat, dan aman selama bekerja di tempat kerja.Tempat kerja
adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber
bahaya.
2.2.5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Hariandja (2002:121).Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
aspek penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, dan produktivitas kerja.
Untuk itu adalah kewajiban dari perusahaan untuk meningkatkan program
Kesehatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kewajiban perusahaan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi pekerja
2.
Mematuhi semua standar dan syarat kerja
3.
Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan
keselamatan kerja
Daryanto (2002:21) keselamatan kerja pada hakikatnya adalah usaha
manusia untuk melindungi hidupnya dengan melakukan tindakan preventif dan
pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika sedang bekerja.
Leon C. Meggingson dalam Yuli (2005:211) keselamatan kerja diartikan
sebagai kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
ditempat kerja.
(33)
Yuli (2005;214). Tujuan dan pentingnya keselamatan kerja adalah jika
perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja,
dan hal-hal yang berkaitan dengan stress serta mampu menigkatkan kualitas
kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan akan semakin efektif.
Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan :
1.
Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang
2.
Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen
3.
Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi
4.
Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim
5.
Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan
6.
Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan
Hariandja (2002:315). Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa
faktor,yaitu :
1.
Faktor Manusia
Manusia memiliki keterbatasan dalam arti bisa lelah,lalai,atau melakukan
kesalahan yang disebabkan persoalan pribadi atau keterampilan yang
kurang dalam melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan
melakukan pelatihan, membuat pedoman pelaksanaan kerja secara tertulis,
(34)
meningkatkan disiplin, melakukan pengawasan oleh atasan langsung, dan
memberikan
reward
bagi yang mengikuti prosedur dengan benar.
2.
Faktor Peralatan Kerja
Peralatan kerja atau pelindung bisa rusak atau tidak memadai.Untuk itu
perusahaan senantiasa memperhatikan kelayakan setiap peralatan dan
mekanisme kerja peralatan tersebut.
3.
Faktor Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bisa menjadi tempat yang tidak aman, penerangan dan
ventilasinya tidak memadai, iklim psikolgis diantara pekerja kurang
baik.Jadi, perusahaan harus membangun
teamwork
yang baik melalui
bermacam program.
Ervianto (2005:196) bahwa elemen-elemen yang patut dipertimbangkan
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program Keselamatan dan
Kesejahteraan Kerja (K3) adalah sebagai berikut :
1.
Komitmen pimpinan perusahaan untuk mengembangkan program yang
mudah dilaksanakan
2.
Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3.
Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya
kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
4.
Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung
5.
Pendelegesian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung
6.
Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan
(35)
8.
Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja
9.
Mengukur kinerja program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
10.
Pendokumentasian yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja
secara kontiniu
Anizar (2009:4) klasifikasi kecelakaan kerja :
1.
Jenis kecelakaan yaitu jatuh, tertimpa benda jatuh, tertumbuk, terjepit,
gerakan berlebihan, pengaruh suhu tinggi,terkena aliran listrik, kontak
dengan bahan berbahaya atau beradiasi
2.
Penyebab yaitu mesin, alat angkut dan alat angkat, peralatan lain,
bahan-bahan, zat-zat,radiasi, dan lingkungan kerja
3.
Sifat luka yaitu patah tilang, keseleo,memar,amputasi,luka bakar, dan
mati lemas
4.
Letak di tubuh seperti kepala dan leher
Daryanto (2004:21), akibat dari kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
1.
Kerugian bagi instansi
a.
Biaya pengangkutan korban kerumah sakit
b.
Biaya pengobatan atau biaya penguburan jika korban meninggal dunia
c.
Hilangnya waktu kerja si korban
d.
Mencari pengganti atau melatih tenaga kerja baru
e.
Mengganti atau memperbaiki mesin yang rusak
2.
Kerugian bagi korban
Kerugian yang fatal adalah jika kecelakaan mengakibatkan cacat atau
meninggal dunia, ini berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga
(36)
3.
Kerugian bagi perusahaan
Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya
produksi yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan.
Ervianto (2005:198) usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja adalah :
1.
Mengidentifikasikan setiap jenispekerjaan yang beresiko dan
mengelompokkannya sesuai tingkat risiko
2.
Adanya pelatihan bagi para pekerja kontraksi sesuai keahlian
3.
Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan
pekerjaan
4.
Menyediakan alat perlindungan selama durasi proyek
5.
Melakukan pengaturan di lokasi proyek konstruksi
Pada waktu pelaksanaan pembangunan, pekerja selayaknya tidak diizinkan
untuk beraktivitas bila terjadi hal-hal berikut :
1.
Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan
mengelompokkannya sesuai tingkat risiko
2.
Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya
3.
Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan
pekerjaan
4.
Menyediakan alat perlindungan selama durasi proyek
5.
Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek kontruksi
Pada waktu pelaksaan pembangunan,pekerja selayaknya tidak diizinkan
untuk beraktivitas bila terjadi hal-hal berikut :
(37)
2.
Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja
3.
Pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman
Penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada bidang
konstruksi diperlukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
1.
Pendekatan perilaku mengarah pada peranan masing-masing peserta
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu manajer
puncak, pengawas dan manajer proyek, mandor dan pekerja dalam
menciptakan kondisi kerja yang aman.
2.
Pendekatan fisik dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dapat dilakukan dengan cara pendidikan dan latihan mengenai
metode dan prosedur yang benar, perhatian atas perawatan peralatan
yang dapat membahayakan.
2.2.6
Kesehatan Kerja
Yuli (2005:211) kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental,emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Mathis dan Jakson (2002:245) bahwa individu yang sehat adalah yang
bebas dari penyakit,cedera serta masalah mental dan emosi yang bisa mengganggu
aktivitas manusia normal. Praktik manajemen kesehatan diperusahaan bertujuan
untuk memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh.
Flippo dan Panggabean (2004:113) Kesehatan Kerja dibedakan menjadi
dua, yaitu :
(38)
1.
Physical Health
a.
Pemeriksaan jasmani pra-penempatan
b.
Pemeriksaan jasmani secara berkala dan sukarela untuk semua
personalia
c.
Klinik medis yang mempunyai staf dan perlengkapan yang baik
d.
Perhatian yang sistematik dan preventif yang dicurahkan pada
tekanan dan ketegangan industry
2.
Mental Health
a.
Tersedianya penyuluhan dan psikiater
b.
Pendidikan personalia perusahaan sehubungan dengan hakikat dan
pentingnya masalah kesehatan mental
c.
Pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan
yang tepat
Tujuan program Keselamatan dan Kesehatan kerja akan tercapai, jika ada
unsur-unsur yang mendukung, yaitu :
1.
Adanya dukungan dari manajemen puncak
2.
Ditunjuknya direktur keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
3.
Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman
4.
Diberikannya pendidikan bagi seluruh karyawan untuk bertindak aman
5.
Terpilihnya catatan-catatan tentang kecelakaan
6.
Menganalisis penyebab kecelakaan
7.
Kontes keselamatan
(39)
2.3 Stress Kerja Karyawan
2.3.1 Pengertian Stres Kerja
Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
dan kondisi seorang karyawan (Rivai 2004:108).
Menurut Robbins (2008:368) stres adalah suatu kondisi dinamis di mana
seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan hasilnya dipandang
tidak pasti dan penting.
Sebagian stres bisa bersifat positif dan sebagian lagi negatif.Dewasa ini
para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai
tantangan di lingkugan kerja (seperti memiliki banyak proyek, tugas dan
tanggung), beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang
menghalangi mencapai tujuan (birokrasi, politik kantor, kebingungan terkait
tanggung jawab kerja).Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres kerja
merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran
dan kondisi fisik seseorang (Siagian, 2007:300).
Stres kerja mengakibatkan kelelahan kerja, seringkali tanda awal dari stres
kerja adalah suatu perasaan bahwa dirinya mengalami kelelahan emosional
terhadap pekerjaan-pekerjaan. Bila diminta menjelaskan yang dirasakan, seorang
karyawan yang lelah secara emosional akan merasa kehabisan tenaga dan lelah
secara fisik. Beberapa aspek dalam stres kerja antara lain:
(40)
a.
Kelelahan Emosional
Kelelahan emosional yang gawat dapat sangat melemahkan baik di dalam
maupun diluar pekerjaan, sehingga orang-orang yang mengalami hal itu harus
mencari cara untuk mengatasinya.Satu cara yang umum mengatasi hal tersebut
adalah dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan mengurangi
keterlibatan pribadi terhadap persoalan-persoalan yang ada.
b.
Perasaan tidak mampu
Bila digabungkan dengan kelelahan emosional, perasaan tidak mampu
akan menurunkan motivasi sampai suatu titik dimana kualitas kerja karyawan
akan menurun yang akhirnya menuju kepada kegagalan lebih lanjut.
2.3.2 Penyebab Stres Kerja
Bentuk yang paling nyata stres kerja meliputi “empat S”, perubahan
organisasi, tingkat kecepatan kerja, lingkungan fisik, pekerja yang rentan terhadap
stres (Schuler, 1999:233)
a.
Empat S
Penyebab umum stress bagi hanya pekerja adalah
supervisor
(atasan),
salary
(gaji),
security
(keamanan) dan
safety
(keselamatan). Aturan-aturan kerja
yang sempit dan tekanan yang tiada henti untuk mencapai jumlah produksi yang
lebih tinggi adalah penyebab utama stres yang dikaitkan pekerja dengan
supervisor.Gaji adalah penyebab stres bila dianggap tidak diberikan secara
adil.Banyak karyawan merasa mereka rendah dibandingkan dengan rekan-rekan
mereka. Para karyawan mengalami stres kerja ketika merasa tidak pasti apakah
mereka tetap mempunyai pekerjaan bulan depan, minggu depan, atau bahkan
(41)
besok. Bagi banyak karyawan rendahnya keamanan kerja bahkan lebih
menimbulkan stres kerja dari rendahnya keselamatan kerja.
Tekanan produksi meningkat, ketakutan mengenai keselamatan tempat
kerja dapat meningkat sampai ke titik dimana produksi justru semakin
menurun.Hal ini, pada gilirannya dapat mengarah kepada suatu lingkaran setan
yang tidak produktif bagi para karyawan dan juga perusahaan.
b.
Perubahan Organisasi
Perubahan yang dibuat oleh perusahaan biasanya melibatkan sesuatu yang
penting dan disertai ketidak pastian.Banyak perubahan dibuat tanpa
pemberitahuan. Walaupun kabar-kabar burung sering beredar bahwa akan ada
perubahan, bentuk perubahan yang pasti hanya sebatas spekulasi. Para pekerja
was-was apakah perubahan tersebut akan mempunyai dampak , barangkali dengan
mengganti dengan pekerja baru, atau dipindah tugaskan. Akibatnya, banyak
karyawan menderita gejala-gejala stres kerja.
c.
Tingkat Kecepatan Kerja
Tingkat kecepatan kerja dapat dikendalikan oleh mesin atau
manusia.Kecepatan kerja ditentukan oleh mesin memberikan kendali atas
kecepatan pelaksanaan dan hasil pekerjaan kepada sesuatu selain
manusia.Kecepatan yang ditentukan oleh manusia memberikan kendali kepada
manusia. Akibatnya sangat besar, karena pekerja tidak dapat memuaskan
kebutuhan yang penting untuk mengendalikan situasi.Menurut laporan, para
pekerja yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan dengan kecepatan yang ditentukan
(42)
oleh mesin merasa lelah diakhir giliran mereka, dan tidak dapat bersantai segera
setelah bekerja karena pengeluaran adrenalin yang meningkat selama bekerja.
d.
Lingkungan Fisik
Walaupun otomatisasi kantor adalah suatu cara meningkatkan
produktivitas, hal itu juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang berhubungan
dengan stres kerja. Suatu aspek otomatisasi kantor yang mempunyai karekteristik
berkaitan dengan stres adalah
Video Display Terminal
(VOT): Swedia dan
Norwegia telah mengambil banyak tindakan yang berhubungan dengan peralatan
ini. Aspek lain lingkungan kerja yang berkaitan stres adalah tempat kerja yang
sesak, kurangnya kebebasan pribadi, dan kurangnya pengawasan.
2.3.3 Sumber-sumber Potensi Stres Kerja
Ada tiga kategori penderita stres kerja potensial yakni lingkungan,
organisasi, dan individual (Robbins, 2008:370)
1.
Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur organisasi,
ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres kerja di kalangan para
karyawan dalam organisasi.Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan
ketidakpastian ekonomi.Bila ekonomi mengerut, orang menjadi mekin
mencemaskan keamanan.Hal-hal tersebut dapat menjadi sumber – sumber stres
kerja di kalangan karyawan.
2.
Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres
kerja.Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
(43)
suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, serta rekan kerja
yang tidak menyenangkan.Faktor – faktor ini dapat dikategorikan pada tuntutan
tugas, tuntutan peran, dan tuntutan hubungan antar pribadi, struktur organisasi,
kepemimpinan organisasi, dan tingkat hidup organisasi.
Menurut Monday (2008: 96) faktor-faktor keorganisasian meliputi budaya
perusahaan, pekerjaan seseorang, dan kondisi kerja.Budaya perusahaan banyak
berhubungan dengan stres. Gaya kepemimpinan sering mempengaruhi suasana.Di
samping itu, persaingan yang didorong oleh sistem balas jasa organisasi untuk
promosi, kenaikan bayaran, dan status juga bisa menambah masalah.
Sejumlah faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang dijalankan
seseorang bisa menyebabkan stres berlebihan. Beberapa pekerjaan dipersepsikan
lebih penuh stres dibandingkan yang lain karena karakteristik tugas yang harus
dikerjakan serta tingkat tanggung jawab dan kontrol yang dimungkinkan oleh
pekerjaan. Kondisi kerja termasuk karakteristik fisik tempat kerja serta mesin dan
perkakas yang digunakan juga bisa menciptakan stres. Kelebihan beban
kebisingan yang berlebihan, pencahayaan yang kurang, pemeliharaan tempat kerja
yang buruk, dan peralatan yang rusak secara umum bisa berpengaruh buruk pada
semangat kerja karyawan dan meningkatkan stres.
3.
Faktor Individual
Lazimnya individu hanya bekerja 40 sampai 50 jam sepekan. Namun
pengalaman dan masalah yang dijumpai orang di luar jam kerja yang lebih dari
120 jam tiap pekan dapat melebihi dari pekerjaan. Maka kategori ini mencakup
faktor – faktor dalam kehidupan pribadi karyawan.Terutama sekali faktor – faktor
(44)
ini adalah persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan kateristik
kepribadian bawaan.
2.3.4
Kategori Stres Kerja
Menurut Phillip dalam Jacinta( 2002 ), seseorang dapat dikategorikan
mengalami stres kerja bila:
1.
Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan
tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam
perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan
masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress
kerja.
2.
Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk
menyelesaikan persoalan stres tersebut.
Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan
menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :Fisiologis, Psikologis
dan Perilaku (Robbins, 2003, pp. 800-802)
1.
Fisiologis memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme
tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya
tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2.
Psikologis memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja,
tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda
pekerjaan.
(45)
3.
Perilaku memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan,
meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat,
mudah gelisah dan susah tidur
2.4 Penelitian Terdahulu
Harefa (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Kepemimpinan dan Konflik terhadap Stres Kerja Karyawan pada PT. Bibit Baru
Medan”. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan
dan konflik terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit Baru Medan.Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 121 karyawan.Kepemimpinan dan konflik
secara bersama-sama berpengaruh terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit
Baru Medan.Berdasarkan Uji-t variabel kepemimpinan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap stres kerja karyawan.Variabel konflik berpengaruh dan
signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hasil pengujian koefisien determinasi
adalah sebesar 0.435 (43.5%) berarti varibel dependen (stres kerja karyawan)
dapat dijelaskan oleh kepemimpinan dan konflik sebesar 43.5% sedangkan
sisanya sebesar 56.6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini
Wiranata (2011) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Kinerja dan Stres Karyawan pada CV.
Mertanadi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
terhadap kinerja dan stres karyawan pada CV. Mertanadi. Jumlah responden
dalam penelitian ini sebanyak 30 karyawan.Hasil perhitungan korelasi diperoleh
(46)
nilai korelasi sebesar 0,47 yang berarti terdapat hubungan antara kepemimpinan
terhadap stres kerja karyawan, dengan tingkat hubungan sedang. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap stres
karyawan sebesar 22,09%, dan 77,81% stres karyawan disebabkan oleh faktor
lain. Dari analisis t test hubungan antara kepemimpinan terhadap stres karyawan
menunjukkan nilaisignifikansi sebesar 2,81 > 2,048 maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja dan stres
Karyawan
2.5 Kerangka Konseptual
Sumber daya manusia yang berkualitas dan loyal sangat menentukan maju
mundurnya suatu usaha. Untuk memperoleh sumber daya manusia yang
berkualitas dapat meningkatkan kinerja nya salah satu nya melalui gaya
kepemimpinan. Menururt Nawawi (2003:115) gaya kepemimpinan adalah
perilaku atau car yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi bawahannya.
Pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dan merancang
kembali lingkungan kerja dengan baik lagi sehingga dapat menjadi salah satu
penentu dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Selain faktor kepemimpinan, jaminan keamanan kerja bagi karyawan
juga berperan penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas dan jauh dari
stress kerja. Menurut Mathis dan Jackson (2002:245), keamanan adalah
perlindungan terhadap fasilitas pengusaha dan peralatan yang ada dari akses-akses
yang tidak sah dan untuk melindungi karyawan ketika sedang bekerja atau sedang
(47)
melaksanakan penugasan pekerjaan. Keamanan kerja adalah unsur-unsur
penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa
materil maupun nonmateril.
Menurut Rivai (2004:108) stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan
yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Gaya
kepemimpinan yang kurang baik dapat menyebabkan stress kerja bagi karyawan
misalnya gaya kepemimpinan yang otoriter dapat menjadikan karyawan tidak
nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya, dan merasa terganggu dengan
aturan-aturan yang ditetapkan meskipun awalnya aturan-aturan tersebut baik untuk karyawan.
Gaya kepemimpinan yang seperti ini biasanya menyebabkan gangguan mental
ataupun psikis karyawan yang akhirnya tanpa disadari karyawan mengalami stress
dalam melaksanakan pekerjaannya. Jaminan keamanan juga sangat diperlukan
dalam setiap pelaksanaan pekerjaan khususnya perusahaan yang bergerak
dibidang industri dan pengolahan kelapa sawit, karena jaminan keamanan ini
sangat dibutuhkan karyawan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Stress kerja dapat terjadi apabila jaminan keamanan dalam perusahaan
tidak terlaksana dengan baik, hal ini terlihat apabila sewaktu-waktu karyawan
mengalami kecelakaan kerja, dan tidak terdapat jaminan yang akan
mempertanggungjawabkan kecelakaan atas dirinya, maka akan timbul stress kerja
pada diri karyawan tersebut. Dari uraian tersebut, secara skematis dapat
digambarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini.
(48)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Sumber :Nawawi (2003:115) , Mathis dan Jackson (2002:245 ), Rivai (2004:108)
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya
melalui riset dan mengamati untuk penelitian selanjutnya. Adapaun hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
“
Gaya Kepemimpinan dan Jaminan Keamanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stress Kerja Karyawan pada
PT.Tales Inti Sawit”.
X1
Gaya Kepemimpinan
(X
1)
Jaminan Keamanan
(X
2)
Stress Kerja
Karyawan
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis eksplanatori, yaitu penelitian yang dapat dikaji
menurut tingkatannya yang berdasarkan kepada tujuan dan obyek-obyeknya, yang
bertujuan untuk mempelajari, mendeskripsikan, mengungkapkan dan menyelidiki
hubungan kausalitas antara variabel independen dengan variabel dependen.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di PT. Tales Inti Sawit Pabrik Kelapa Sawit Desa
Bandar Meriah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang Jalan Pertahanan No. 52
Patumbak Telp. 061-7875521 Fax.061-7875584. Penelitian dimulai dari bulan
September sampai dengan bulan Desember 2013.
3.3. Batasan Operasional Variabel
1.
Variabel independen (X) yaitu gaya kepemimpinan (X
1) dan jaminan
keamanan (X
2).
2.
Variabel dependen (Y) adalah Stress Kerja
3.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dari variabel yang diteliti adalah :
1.
Variabel Gaya Kepemimpinan (X
1)
Gaya kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.
(50)
2.
Variabel Jaminan Keamanan karyawan (X
2)
Keamanan adalah perlindungan terhadap fasilitas pengusaha dan peralatan
yang ada dari akses-akses yang tidak sah dan untuk melindungi karyawan
ketika sedang bekerja atau sedang melaksanakan penugasan pekerjaan.
3.
Variabel Stress Kerja Karyawan (Y)
Stres kerja adalah penderitaan jasmani, mental,atau emosional yang
disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi di lingkungan dan merupakan
suatu ancaman bagi agenda pribadi seorang individu.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi OperasionalVariabel Dimensi Indikator
Skala Pengukuran Gaya
Kepemimpinan (X1)
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. 1. Otoriter 2. Demokrasi 3. Bebas
1.Memerintah dengan
paksaan 2.Berkoordinasi
dengan bawahan
3.Adanya perhatian
yang besar kepada bawahan
Skala Likert
Jaminan Keamanan (X2)
Keamanan adalah perlindungan terhadap fasilitas pengusaha dan peralatan yang ada dari akses-akses yang tidak sah dan untuk melindungi karyawan ketika sedang bekerja
atau sedang melaksanakan
penugasan pekerjaan
1. Keamanan
2. Peralatan
1.Sistem keamanan
2.Ketersediaan alat
pelindung 3.Peralatan keselamatan Skala Likert Stress Kerja Karyawan (Y)
Stres kerja karyawan adalah sesuatu kondisi dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuannya
1. Fisiologis
2. Psikologis
1.Mudah marah dan
emosi tidak stabil
2.Timbul kebosanan
dalam bekerja
3.Kurangnya
kedisiplinan
Skala Likert
(51)
3.5.
Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan
(Sugiyono, 2007:86).
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No Item
Instrumen
Bobot
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
Sumber : Sugiyono (2010 : 135 )
3.6.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Menurut Sugiyono (2006:90) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Tales Inti Sawit yang
masih aktif yaitu sebanyak 120 orang yang dapat diperlihatkan pada Tabel 3.3
dibawah ini.
(52)
Tabel 3.3.
Rekapitulasi Karyawan Kantor PT. Tales Inti Sawit
No Satuan
Kerja Jumlah
(Orang)
1 Administrasi
Pabrik
15
2
Mekanik Alat Pabrik
10
3 Pemeliharaan
Pabrik
33
4
Bagian Pengolahan & Penyulingan
62
TOTAL 120
Sumber : Manajemen Intern PT. Tales Inti Sawit, 20132.
Sampel
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin
yang dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
n
= jumlah sampel
N
= jumlah populasi
e
= tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (error term)
Populasi (N) sebanyak 120 orang karyawan PT. Tales Inti Sawit dengan
asumsi tingkat kesalahan (e) sebesar 10% maka perhitungan jumlah sampel
adalah sebagai berikut :
2
)
1
,
0
(
120
1
120
n
=54,54 orang
dari perhitungan di atas maka sampel yang diambil sebanyak 55 karyawan dari
jumlah populasi pegawai 120 orang.
2
)
(
1
N
e
N
n
(53)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proportional
random sampling
. Hal ini dilakukan karena peneliti telah memahami
bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari kelompok sasaran tertentu
yang mampu memberikan informasi yang dikehendaki karena mereka memiliki
informasi seperti itu dan mereka memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti,
(Ferdinand, 2006:37). Metode
purposive
digunakan sebagai pertimbangan layak
tidaknya seseorang menjadi sampel dalam penelitian ini.
3.7.
Jenis dan Sumber Data
1.
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui
kuesioner dan wawancara terstruktur kepada responden.
2.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang
telah mengolah informasi terlebih dahulu seperti PT. Tales Inti Sawit,
jurnal, buku-buku pendukung dan sebagainya.
3.8.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Wawancara
(interview)
Melakukan tanya jawab dengan pimpinan perusahaan, kepala-kepala
bagian dan para karyawan yang bersangkutan untuk memberikan data atau
informasi yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
2.
Kuesioner
Pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar
pertanyaan tertulis untuk diisi responden
(1)
Lampiran 4. Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Gaya Kepemimpinan (X1)
No GAYA KEPEMIMPINAN
1 2 3 4 5 6 skor
1 5 3 3 5 1 4 21
2 4 2 2 2 3 4 17
3 4 3 3 3 1 2 16
4 4 3 3 4 2 4 20
5 4 4 3 5 3 3 22
6 3 3 2 4 2 1 15
7 1 2 1 1 5 3 13
8 2 5 3 2 1 4 17
9 4 4 3 3 4 5 23
10 2 3 3 3 2 3 16
11 4 3 3 2 2 3 17
12 3 3 3 2 1 1 13
13 4 4 4 3 1 3 19
14 4 4 4 3 1 3 19
15 4 5 2 4 4 4 23
16 3 4 4 4 1 5 21
17 4 4 4 3 1 5 21
18 3 4 5 3 4 4 23
19 4 4 4 3 1 5 21
20 2 4 5 4 5 5 25
21 3 5 2 5 5 5 25
22 5 4 5 5 3 4 26
23 4 4 5 4 4 3 24
24 3 4 4 4 1 2 18
25 2 3 3 3 3 1 15
26 3 3 3 3 3 5 20
27 2 4 2 4 4 4 20
28 2 4 3 4 4 4 21
29 4 4 4 2 1 4 19
30 4 3 3 3 3 3 19
31 5 3 4 4 3 4 23
32 2 3 2 2 4 5 18
33 5 3 3 5 1 5 22
34 4 5 4 4 3 5 25
35 5 3 5 4 3 3 23
36 4 4 4 2 2 4 20
(2)
37 5 2 2 3 4 3 19
38 4 3 3 3 3 5 21
39 4 4 4 3 3 5 23
40 4 4 4 4 4 2 22
41 4 4 4 4 4 3 23
42 4 4 3 4 4 3 22
43 2 4 3 3 4 4 20
44 4 4 4 3 3 4 22
45 4 4 4 3 3 5 23
46 4 4 4 3 3 5 23
47 4 4 4 3 3 3 21
48 4 4 4 3 3 1 19
49 4 4 4 3 3 5 23
50 4 4 4 3 3 4 22
51 3 5 2 5 5 5 25
52 5 4 5 5 3 4 26
53 4 4 5 4 4 3 24
54 3 4 4 4 1 2 18
(3)
Lampiran 5. Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Jaminan Keamanan (X2)
JAMINAN KEAMANAN
1 2 3 4 5 6 skor
5 4 5 1 4 4 23
5 4 5 1 4 5 24
1 3 2 2 4 5 17
3 1 3 3 3 4 17
4 4 5 2 5 5 25
3 2 2 2 5 5 19
2 3 4 3 3 3 18
4 4 4 4 4 4 24
4 2 3 2 3 5 19
4 3 3 3 4 5 22
4 3 3 3 4 3 20
4 4 1 3 3 5 20
4 3 1 4 2 3 17
2 3 1 4 2 5 17
4 2 5 2 3 4 20
4 4 1 3 3 5 20
2 3 1 4 2 5 17
4 4 4 4 1 4 21
2 3 1 2 4 5 17
4 2 4 2 1 5 18
4 4 4 2 4 5 23
4 4 5 4 4 4 25
4 4 5 2 1 5 21
4 4 1 3 3 2 17
3 3 4 4 3 1 18
3 2 5 2 3 5 20
4 3 5 4 4 5 25
3 4 4 4 4 5 24
4 3 4 1 1 4 17
2 2 5 4 3 3 19
4 4 2 2 3 4 19
2 2 4 2 2 3 15
5 4 5 1 4 5 24
5 4 5 2 4 3 23
4 4 2 2 3 3 18
2 2 5 4 4 5 22
(4)
2 2 5 1 3 3 16
3 3 5 4 4 5 24
4 3 2 2 4 5 20
4 3 5 3 4 2 21
4 4 4 4 4 3 23
2 2 4 4 2 5 19
4 3 4 4 4 4 23
4 3 2 2 4 3 18
4 3 2 2 4 5 20
4 3 2 2 4 5 20
4 3 2 2 4 2 17
4 3 2 2 4 1 16
4 4 2 2 4 5 21
4 4 2 2 4 3 19
4 4 4 2 4 5 23
4 4 5 4 4 4 25
4 4 5 2 1 5 21
4 4 1 3 3 2 17
(5)
Lampiran 6 . Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Stress Kerja Karyawan (Y) STRESS KERJA KARYAWAN
1 2 3 4 5 6 Skor
5 5 5 5 4 4 28
5 5 5 5 5 5 26
4 4 4 5 4 3 24
4 4 3 3 3 4 21
4 5 5 5 5 5 29
3 4 3 3 3 2 18
4 4 4 4 1 3 20
4 5 4 3 3 4 23
2 4 4 4 4 5 23
3 3 5 3 3 3 20
3 3 5 4 4 2 21
4 3 4 4 3 1 19
4 5 5 3 5 3 25
5 5 5 2 5 2 24
2 5 4 3 3 4 21
2 4 5 4 5 3 23
5 4 5 5 3 2 24
5 5 3 5 5 4 27
5 4 5 5 5 3 27
2 5 2 3 4 5 21
3 5 2 5 5 5 25
5 5 2 5 4 4 25
2 5 5 5 5 3 25
3 5 4 5 3 1 21
3 3 5 4 4 1 20
2 5 5 4 3 5 24
2 5 5 5 5 4 26
3 3 5 5 5 3 24
5 4 4 2 3 4 22
5 5 3 4 3 3 23
5 5 4 5 4 4 27
2 3 5 3 3 5 21
5 5 5 5 4 5 29
4 5 4 5 4 5 27
4 5 5 5 4 3 26
4 5 5 3 4 4 25
(6)
5 5 2 5 5 3 25
4 4 3 4 4 4 23
2 5 3 5 2 5 22
3 5 5 5 4 2 24
3 5 4 4 4 4 24
2 4 4 3 3 3 19
3 4 5 4 4 4 24
2 4 3 5 3 5 22
3 5 3 5 3 5 24
2 5 3 5 3 5 23
2 4 3 5 3 3 20
3 5 2 5 3 1 19
2 5 3 5 3 4 22
2 5 3 5 3 5 23
3 5 2 5 5 5 25
5 5 2 5 4 4 25
2 5 5 5 5 3 25
3 5 4 5 3 1 21
3 3 5 4 4 1 20