Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Empat S Perubahan Organisasi

terkena gigitan serangga yang berbisa, tersayat oleh benda tajam seperti egrek dan benda tajam lainnya. Dari data tersebut terlihat bahwa semakin meningkatnya kasus kecelakaan kerja karyawan, itu menandakan adanya indikasi jaminan keamanan yang kurang memadai dari PT.Tales Inti Sawit PT. Tales Inti Sawit merupakan pabrik kelapa sawit yang beralamat di Jalan Pertahanan No. 52 Patumbak Desa Bandar Meriah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang Perusahaan ini menjalankan kegiatan perusahaannya menjadi penyedia layanan dalam sektor perkebunan, kontraktor, kosultanpengawas, perencanaan maupun dalam pengadaan peralatan kelistrikan yang akan memberikan nilai tambah bagi mitra perusahaan”. Karyawan PT. Tales Inti Sawit, harus peka terhadap perubahan yang ada, seperti persaingan global dan perubahan teknologi yang semakin meningkat. Para pekerja yg tersebut membutuhkan jam kerja yang sangat tinggi dan kesabaran dalam melaksanakan aktifitas pekerjaannya. Berdasarkan alasan diatas, penulis ingin mewujudkan skripsi dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Jaminan Keamanan terhadap Stress Kerja Karyawan Pada PT.Tales Inti Sawit.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah didalam penelitian ini adalah “Apakah Gaya kepemimpinan dan jaminan kerja berpengaruh signifikan terhadap stress kerja pada PT. Tales Inti Sawit ?”. Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris Gaya Kepemimpinan dan jaminan kerja berpengaruh terhadap stress pada PT. Tales Inti Sawit

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan berkaitan dengan gaya kepemimpinan dan jaminan keamanan untuk penyelesaian stress kerja karyawan. 2. Bagi pihak akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengaplikasian ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi penelitian selanjutnya serta sebagai pertimbangan bagi organisasi yang menghadapi masalah serupa. Universitas Sumatera Utara BAB II URAIAN TEORITIS 2.1Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Suyuti 2001:7 kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu. Kartono 2006:50, kepemimpinan adalah kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansipenerimaan oleh kelompoknya dan memiliki khusus yang tepat bagi situasi khusus. Definisi lain kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran Robbins,2006:432. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono 2001:216 menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu upaya menanamkan pengaruh dan bukan paksaan untuk memotivasi karyawan sehingga mereka bekerja sesuai dengan yang manajer kehendaki yaitu pencapaian tujuan organisasi.

2.1.2 Fungsi dan Sifat Kepemimpinan

Menurut P. Siagian Dalam Yuli, 2005:167 terdapat 5 lima fungsi kepemimpinan, yakni: 1. Fungsi Penentu Arah Setiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah ataupun kecil semuanya pasti dibentuk dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan itu bisa bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang harus Universitas Sumatera Utara dicapai dengan melalui kerja sama yang dipimpin oleh seorang pemimpin. Keterbatasan sumberdaya organisasi mengharuskan pemimpin untuk mengelolanya dengan efektif, dengan kata lain arah yang hendak dicapai oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang ada. 2. Fungsi Sebagai Juru Bicara Fungsi ini mengharuskan seorang pemimpin untuk berperan sebagai pengubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang berkepentingan seperti pemilik saham, pemasok, penyalur, lembaga keuangan. Peran ini sangat penting karena disadari bahwa tidak ada satupun organisasi yang dapat hidup tanpa bantuan dari pihak lain. 3. Fungsi Sebagai Komunikator Suatu komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan efektif apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi.Fungsi pemimpin sebagai komunikator disini lebih ditekankan pada kemampuannya untuk mengkomunikasikan sasaran-sasaran, strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh bawahan. 4. Fungsi Sebagai Mediator Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan kepentingan dalam organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin dalam menyelesaikan permasalah yang ada. Kiranya sangat mudah membayangkan bahwa tidak akan ada seorang pemimpin yang akan membiarkan situasi demikian berlangsung Universitas Sumatera Utara dalam organisasi yang dipimpinnya dan akan segera berusaha keras untuk menanggulanginya. Sikap yang demikian pasti diambil oleh seorang pemimpin, sebab jika tidak citranya sebagai seorang pemimpin akan rusak, kepercayaan terhadap kepemimpinan akan merosot bahkan mungkin hilang. Jadi kemampuan menjalankan fungsi kepemimpinan selaku mediator yang rasional, objektif dan netral merupakan salah satu indikator efektifitas kepemimpinan seseorang. 5. Fungsi Sebagai Integrator Adanya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana dan tenaga, serta diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat menimbulkan sikap, perilaku dan tindakan berkotak-kotak dan oleh karenanya tidak boleh dibiarkan berlangsung terus-menerus. Dengan perkataan lain diperlukan integrator terutama pada hirarki puncak organisasi. Integrator itu adalah pimpinan.Setiap pemimpin, terlepas dari hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah integarator, hanya saja cakupannya berbeda-beda.Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting pula makna peranan tersebut. Menurut Yuli 2005:171 sifat-sifat kepemimpinan, yakni: 1. Watak dan kepribadian yang terpuji Agar para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasi mempercayainya, seorang pemimpin harus mempunyai watak dan kepribadian yang terpuji.Mereka adalah cermin dari bawahan, sumber identifikasi, motivasi, dan moral para bawahan. Universitas Sumatera Utara 2. Keinginan melayani bawahan Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan.Ia mendengarkan pendapat mereka dan berkeinginan untuk membantu mereka menimbulkan dan mengembangkan keterampilan mereka agar karir mereka meningkat. 3. Memahami kondisi lingkungan Seorang pemimpin tidak hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadi disekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian memadai, sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi organisasi dan para bawahannya. 4. Intelegensi yang tinggi Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berpikir pada taraf yang tinggi.Ia dituntut untuk mampu menganalisis problem dengan efektif, belajar dengan cepat, dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali ilmu. 5. Berorientasi ke depan Seorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi, dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal tentangg kemungkinan-kemugkinan apa yang dapat mempengaruhi organisasi yang dikelolanya. 6. Sikap terbuka dan lugas Pemimpin harus sanggup mempertimbangkan fakta-fakta dan inovasi baru.Lugas namun konsisten pendiriannya.Bersedia mengganti cara kerja yang lama dengan cara kerja yang baru yang dipandang mampu memberi nilai guna yang efisien dan efektif bagi organisasi. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Gaya Kepemimpinan

Menurut Tjiptono 2006:161 gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku kata-kata dan tindakan-tindakan dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain atau bawahan Hersey, 2004:29. Menurut Nawawi 2003:15. Beberapa Gaya Kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Gaya Kepemimpinan Demokratis. Kepemimpinan Demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal pada diri sendiri dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. 2. Gaya Kepemimpinan Otoriter Gaya Otoriter ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin sentralistik sebagai satu-satunya penentu, penguasa, dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. 3. Gaya Kepemimpinan Bebas Laissez Faire Pada gaya kepemimpinan bebas laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau Universitas Sumatera Utara sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya, semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri Tabel 2.1 Perbedaan Tiga Jenis Gaya Kepemimpinan OTORITER DEMOKRATIS LAISSEZ – FAIRE BEBAS 1. Semua determinasi “ policy” 1. Semua “Policies” merupakan bahan pembahasan kelompok dan keputusan kelompok yang dirangsang dan dibantu olehpemimpin 1. Kebebasan lengkap untuk keputusan kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin 2. Teknik- teknik dan langkan- langkah aktivitas ditentukan oleh pejabat satu persatu, hingga langkah-langkan mendatang senantiasa tidak pasti. 2. Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung. Dilukiskan langkah-langkah umum kea rah tujuan kelompok dan apabiladiperlukannasihatte knis, maka pemimpin menyarankan dua atau lebih banyak prosedur- prosedur alternatif yang dapat dipilih. 2. Macam-macam bahan disediakan oleh pemimpin,yang dengan jelas mengatakan bahwa bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok. 3. Pemimpin biasanya mendikte tugas pekerjaan khusus dan teman sekerja setiap anggota 3. Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan pembagian tugas terserah pada kelompok 3. Pemimpintidak berpartisipasi samasekali Universitas Sumatera Utara 4. “Dominator” cenderung bersikap pribadi dalam pujian dan kritik pekerjaan setiap anggota; ia tidak turut serta dalam partisipasi kelompok secara aktif kecuali apabila ia memberikan demonstrasi 4. Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya dan ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara mental, tanpa terlampau banyak melakukan pekerjaan tersebut 4. Komentar spontan yang tidak frekuen atas aktivitas- aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian. Sumber : Lingga 2011:11 Universitas Sumatera Utara Menurut Siagian 2007:12 menyatakan bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya dikategorikan menjadi 5 lima tipe yakni : 1. Gaya Kepemimpinan Otokratik. Pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan bertindak sendiri dan memberitahukan bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu hanya berperan sebagai pelaksana karena tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan. Memelihara hubungan dengan para bawahannya, manajer yang otokratik biasanya dengan menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan dan statusnya dalam organisasi dan kurang mempertimbangkan apakah kepemimpinannya dapat diterima dan diakui oleh para bawahan atau tidak.Seorang pemimpin yang otokratik biasanya memandang dan memperlakukan para bawahannya sebagai orang-orang yang tingkat kedewasa atau kematangannya lebih rendah dari tingkat kedewasaan atau kematangan pimpinan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam interaksi yang terjadi tidak mustahil bahwa ia akan menonjolkan gaya memerintah dan bukan gaya mengajak. 2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik Pemimpin paternalistik menunjukkan kecenderungan-kecenderungan bertindak sebagai berikut : Pengambilan keputusan, kecenderungannya menggunakan cara mengambil keputusan sendiri dan kemudian berusaha menjual keputusan itu kepada para bawahannya. Dengan menjual keputusan itu diharapkan bahwa para bawahan akan mau menjalankan meskipun tidak dilibatkan didalam proses pengambilan keputusan. Universitas Sumatera Utara 3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik Teori kepemimpinan belum dapat menjelaskan mengapa seseorang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik, sedangkan yang lain tidak. Artinya, belum dapat dijelaskan secara ilmiah faktor-faktor apa saja yang menjadi seseorang memiliki kharisma tertentu. 4. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire. Karakteristik yang paling nampak dari seseorang pemimpin laissez-faire terlihat pada gayanya yang santai dalam memimpin organisasi. Dalam hal pengambilan keputusan, misalnya, seorang pemimpin laissez-faire akan mendelagisakan tugas-tugasnya kepada bawahannya, dengan pengarahan yang minimal atau bahkan sama sekali tanpa pengarahan sama sekali. 5. Gaya Kepemimpinan Demokratik. Pengambilan keputusan pemimpin demokratik pada tindakannya mengikutsertakan para bawahannya dalam seluruh pengambilan keputusan. Seorang pemimpin demokratik akan memilih model dan teknik pengambilan keputusan tertentu yang memungkinkan para bawahan ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2.2 Jaminan Keamanan Kerja 2.2.1 Pengertian Keamanan Kerja Menurut Mathis dan Jackson 2002:245, keamanan adalah perlindungan terhadap fasilitas pengusaha dan peralatan yang ada dari akses-akses yang tidak sah dan untuk melindungi karyawan ketika sedang bekerja atau sedang melaksanakan penugasan pekerjaan. Keamanan kerja adalah unsur-unsur Universitas Sumatera Utara penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.

2.2.2 Tujuan Keamanan Kerja

Keamanan kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.

2.2.3 Strategi Keamanan Kerja

Strategi keamanan kerja dibentuk oleh: 1. Buku petunjuk penggunaan alat 2. Rambu-rambu dan isyarat bahaya 3. Himbauan-himbauan 4. Petugas keamanan

2.2.4 Prosedur Keamanan Kerja

Prosedur yang berkaitan dengan keamanan SOP, Standards Operation Procedure wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja.Pedoman dari ILO International Labour Organization menerangkan bahwa keamanan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain: 1. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja. 2. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya Universitas Sumatera Utara 3. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja. Pentingnya suatu hal dalam perusahaan terutama dalam hal keselamatan kesehatan, dan keamanan kerja karyawannya. Oleh karena itu betapa pentingnya peraturan atau undang-undang mengenai keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja.Undang-undang yang mengatur tentang keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja diantaranya yaitu : Undang-undang nomor 1 tahun 1970 dalam pasal 3 ayat 1 yaitu : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya. 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran. 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan. 9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. 12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang. 15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. 16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. 18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan selamat, sehat, dan aman selama bekerja di tempat kerja.Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.

2.2.5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Hariandja 2002:121.Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan aspek penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, dan produktivitas kerja. Untuk itu adalah kewajiban dari perusahaan untuk meningkatkan program Kesehatan dan Kesehatan Kerja K3. Kewajiban perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi pekerja 2. Mematuhi semua standar dan syarat kerja 3. Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan keselamatan kerja Daryanto 2002:21 keselamatan kerja pada hakikatnya adalah usaha manusia untuk melindungi hidupnya dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika sedang bekerja. Leon C. Meggingson dalam Yuli 2005:211 keselamatan kerja diartikan sebagai kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Universitas Sumatera Utara Yuli 2005;214. Tujuan dan pentingnya keselamatan kerja adalah jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, dan hal-hal yang berkaitan dengan stress serta mampu menigkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan akan semakin efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan : 1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi 4. Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim 5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan Hariandja 2002:315. Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu : 1. Faktor Manusia Manusia memiliki keterbatasan dalam arti bisa lelah,lalai,atau melakukan kesalahan yang disebabkan persoalan pribadi atau keterampilan yang kurang dalam melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan melakukan pelatihan, membuat pedoman pelaksanaan kerja secara tertulis, Universitas Sumatera Utara meningkatkan disiplin, melakukan pengawasan oleh atasan langsung, dan memberikan reward bagi yang mengikuti prosedur dengan benar. 2. Faktor Peralatan Kerja Peralatan kerja atau pelindung bisa rusak atau tidak memadai.Untuk itu perusahaan senantiasa memperhatikan kelayakan setiap peralatan dan mekanisme kerja peralatan tersebut. 3. Faktor Lingkungan Kerja Lingkungan kerja bisa menjadi tempat yang tidak aman, penerangan dan ventilasinya tidak memadai, iklim psikolgis diantara pekerja kurang baik.Jadi, perusahaan harus membangun teamwork yang baik melalui bermacam program. Ervianto 2005:196 bahwa elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja K3 adalah sebagai berikut : 1. Komitmen pimpinan perusahaan untuk mengembangkan program yang mudah dilaksanakan 2. Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 3. Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja K3 4. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung 5. Pendelegesian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung 6. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan 7. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja Universitas Sumatera Utara 8. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja 9. Mengukur kinerja program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 10. Pendokumentasian yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja secara kontiniu Anizar 2009:4 klasifikasi kecelakaan kerja : 1. Jenis kecelakaan yaitu jatuh, tertimpa benda jatuh, tertumbuk, terjepit, gerakan berlebihan, pengaruh suhu tinggi,terkena aliran listrik, kontak dengan bahan berbahaya atau beradiasi 2. Penyebab yaitu mesin, alat angkut dan alat angkat, peralatan lain, bahan-bahan, zat-zat,radiasi, dan lingkungan kerja 3. Sifat luka yaitu patah tilang, keseleo,memar,amputasi,luka bakar, dan mati lemas 4. Letak di tubuh seperti kepala dan leher Daryanto 2004:21, akibat dari kecelakaan kerja adalah sebagai berikut : 1. Kerugian bagi instansi a. Biaya pengangkutan korban kerumah sakit b. Biaya pengobatan atau biaya penguburan jika korban meninggal dunia c. Hilangnya waktu kerja si korban d. Mencari pengganti atau melatih tenaga kerja baru e. Mengganti atau memperbaiki mesin yang rusak 2. Kerugian bagi korban Kerugian yang fatal adalah jika kecelakaan mengakibatkan cacat atau meninggal dunia, ini berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga Universitas Sumatera Utara 3. Kerugian bagi perusahaan Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan. Ervianto 2005:198 usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja adalah : 1. Mengidentifikasikan setiap jenispekerjaan yang beresiko dan mengelompokkannya sesuai tingkat risiko 2. Adanya pelatihan bagi para pekerja kontraksi sesuai keahlian 3. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan 4. Menyediakan alat perlindungan selama durasi proyek 5. Melakukan pengaturan di lokasi proyek konstruksi Pada waktu pelaksanaan pembangunan, pekerja selayaknya tidak diizinkan untuk beraktivitas bila terjadi hal-hal berikut : 1. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkannya sesuai tingkat risiko 2. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya 3. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan 4. Menyediakan alat perlindungan selama durasi proyek 5. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek kontruksi Pada waktu pelaksaan pembangunan,pekerja selayaknya tidak diizinkan untuk beraktivitas bila terjadi hal-hal berikut : 1. Tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Universitas Sumatera Utara 2. Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja 3. Pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman Penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada bidang konstruksi diperlukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut : 1. Pendekatan perilaku mengarah pada peranan masing-masing peserta program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yaitu manajer puncak, pengawas dan manajer proyek, mandor dan pekerja dalam menciptakan kondisi kerja yang aman. 2. Pendekatan fisik dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 dapat dilakukan dengan cara pendidikan dan latihan mengenai metode dan prosedur yang benar, perhatian atas perawatan peralatan yang dapat membahayakan.

2.2.6 Kesehatan Kerja

Yuli 2005:211 kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental,emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Mathis dan Jakson 2002:245 bahwa individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit,cedera serta masalah mental dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas manusia normal. Praktik manajemen kesehatan diperusahaan bertujuan untuk memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh. Flippo dan Panggabean 2004:113 Kesehatan Kerja dibedakan menjadi dua, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Physical Health a. Pemeriksaan jasmani pra-penempatan b. Pemeriksaan jasmani secara berkala dan sukarela untuk semua personalia c. Klinik medis yang mempunyai staf dan perlengkapan yang baik d. Perhatian yang sistematik dan preventif yang dicurahkan pada tekanan dan ketegangan industry 2. Mental Health a. Tersedianya penyuluhan dan psikiater b. Pendidikan personalia perusahaan sehubungan dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental c. Pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan yang tepat Tujuan program Keselamatan dan Kesehatan kerja akan tercapai, jika ada unsur-unsur yang mendukung, yaitu : 1. Adanya dukungan dari manajemen puncak 2. Ditunjuknya direktur keselamatan dan kesehatan kerja K3 3. Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman 4. Diberikannya pendidikan bagi seluruh karyawan untuk bertindak aman 5. Terpilihnya catatan-catatan tentang kecelakaan 6. Menganalisis penyebab kecelakaan 7. Kontes keselamatan 8. Melaksanakan peraturan Universitas Sumatera Utara 2.3 Stress Kerja Karyawan 2.3.1 Pengertian Stres Kerja Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan Rivai 2004:108. Menurut Robbins 2008:368 stres adalah suatu kondisi dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Sebagian stres bisa bersifat positif dan sebagian lagi negatif.Dewasa ini para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkugan kerja seperti memiliki banyak proyek, tugas dan tanggung, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi mencapai tujuan birokrasi, politik kantor, kebingungan terkait tanggung jawab kerja.Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang Siagian, 2007:300. Stres kerja mengakibatkan kelelahan kerja, seringkali tanda awal dari stres kerja adalah suatu perasaan bahwa dirinya mengalami kelelahan emosional terhadap pekerjaan-pekerjaan. Bila diminta menjelaskan yang dirasakan, seorang karyawan yang lelah secara emosional akan merasa kehabisan tenaga dan lelah secara fisik. Beberapa aspek dalam stres kerja antara lain: Universitas Sumatera Utara a. Kelelahan Emosional Kelelahan emosional yang gawat dapat sangat melemahkan baik di dalam maupun diluar pekerjaan, sehingga orang-orang yang mengalami hal itu harus mencari cara untuk mengatasinya.Satu cara yang umum mengatasi hal tersebut adalah dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan mengurangi keterlibatan pribadi terhadap persoalan-persoalan yang ada. b. Perasaan tidak mampu Bila digabungkan dengan kelelahan emosional, perasaan tidak mampu akan menurunkan motivasi sampai suatu titik dimana kualitas kerja karyawan akan menurun yang akhirnya menuju kepada kegagalan lebih lanjut.

2.3.2 Penyebab Stres Kerja

Bentuk yang paling nyata stres kerja meliputi “empat S”, perubahan organisasi, tingkat kecepatan kerja, lingkungan fisik, pekerja yang rentan terhadap stres Schuler, 1999:233

a. Empat S

Penyebab umum stress bagi hanya pekerja adalah supervisor atasan, salary gaji, security keamanan dan safetykeselamatan. Aturan-aturan kerja yang sempit dan tekanan yang tiada henti untuk mencapai jumlah produksi yang lebih tinggi adalah penyebab utama stres yang dikaitkan pekerja dengan supervisor.Gaji adalah penyebab stres bila dianggap tidak diberikan secara adil.Banyak karyawan merasa mereka rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Para karyawan mengalami stres kerja ketika merasa tidak pasti apakah mereka tetap mempunyai pekerjaan bulan depan, minggu depan, atau bahkan Universitas Sumatera Utara besok. Bagi banyak karyawan rendahnya keamanan kerja bahkan lebih menimbulkan stres kerja dari rendahnya keselamatan kerja. Tekanan produksi meningkat, ketakutan mengenai keselamatan tempat kerja dapat meningkat sampai ke titik dimana produksi justru semakin menurun.Hal ini, pada gilirannya dapat mengarah kepada suatu lingkaran setan yang tidak produktif bagi para karyawan dan juga perusahaan.

b. Perubahan Organisasi

Perubahan yang dibuat oleh perusahaan biasanya melibatkan sesuatu yang penting dan disertai ketidak pastian.Banyak perubahan dibuat tanpa pemberitahuan. Walaupun kabar-kabar burung sering beredar bahwa akan ada perubahan, bentuk perubahan yang pasti hanya sebatas spekulasi. Para pekerja was-was apakah perubahan tersebut akan mempunyai dampak , barangkali dengan mengganti dengan pekerja baru, atau dipindah tugaskan. Akibatnya, banyak karyawan menderita gejala-gejala stres kerja.

c. Tingkat Kecepatan Kerja