Memiliki ambang penduduk threshold population Memiliki jangkauan pasar wilayah cakupan layanan markete range Memiliki struktur hirarki pelayanan

1. Memiliki ambang penduduk threshold population

Ambang penduduk adalah jumlah penduduk minimum untuk dapat mendukung suatu penawaran akan jasa. Dalam hal ini, jasa yang ditawarkan adalah jasa pelayanan yang diberikan oleh fasilitas-fasilitas yang ada ditempat pusat tersebut. Bila jumlah penduduk yang dilayani berada dibawah ambang, maka pelayanan tersebut akan menjadi kurang baik dan kurang efektif.

2. Memiliki jangkauan pasar wilayah cakupan layanan markete range

Jangkauan pasar suatu aktifitas jasa adalah jarak yang seseorang bersedia untuk menempuhnya untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan. Lebih jauh dari jarak ini, orang yang bersangkutan akan mencari tempat lain yang lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama. Jangkauan pasar setiap kegiatan pelayanan jasa akan saling berbeda-beda, tergantung pada arti pentingnya suatu tempat pusat pelayanan jasa tersebut.

3. Memiliki struktur hirarki pelayanan

Struktur hirarki pelayanan adalah tingkat pelayanan kegiatan jasa dari mulai tingkatan yang paling tinggi seperti pada tingkatan kota, sampai pada tingkatan yang paling rendah seperti pada tingkatan desa.

b. Teori Daerah Wilayah Inti

Friedmann 1964 menganalisis aspek-aspek tata ruang, lokasi serta persoalan-persoalan kebijakan dan perencanaan pengembangan wilayah dalam ruang lingkup yang lebih general. Pusat-pusat besar pada umumnya berbentuk kota-kota besar, metropolis atau megapolis, dikategorikan sebagai daerah inti, dan daerah-daerah yang relatif Universitas Sumatera Utara statis sisanya merupakan subsistem-subsistem yang kemajuan pembangunannya ditentukan oleh lembaga-lembaga daerah inti dalam arti bahwa daerah-daerah pinggiran berada dalam suatu hubungan ketergantungan yang substansial. Daerah inti dan wilayah pinggiran bersama-sama membentuk sistem spasial yang lengkap. Pada umumnya daerah-daerah inti melaksanakan fungsi pelayanan terhadap daerah-daerah sekitarnya. Beberapa daerah inti memperlihatkan fungsi yang khusus, misalnya sebagai pusat perdagangan atau pusat industri, ibukota pemerintah dan sebagainya. Hubungan dengan peranan daerah inti dalam pembangunan spasial, friedmann mengemukakan 5 lima buah preposisi utama, yaitu sebagai berikut N.M Hansen: 1972,96 – 99 dalam Adisasmita: 119 : 1. Daerah inti mengatur keterhubungan dan ketergantungan daerah-daerah disekitarnya melalui sistem suplay, pasar dan daerah administrasi. 2. Daerah inti meneruskan secara sistematis dorongan-dorongan inovasi ke daerah-daerah disekitarnya yang terletak dalam wilayah pengaruhnya. 3. Sampai pada suatu titik tertentu pertumbuhan daerah inti cenderung mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan sistem spasial, akan tetapi mungkin pula mempunyai pengaruh negatif jika penyebaran pembangunan wilayah inti kepada daerah-daerah disekitarnya tidak berhasil ditingkatkan, sehingga keterhubungan dan ketergantungan daerah-daerah disekitarnya terhadap daerah inti menjadi berkurang. Universitas Sumatera Utara 4. Dalam sistem spasial, hirarki daerah-daerah inti ditetapkan berdasarkan pada kedudukan fungsionalnya masing-masing meliputi karakteristik- karakteristiknya secara terperinci dan prestasinya. 5. Kemungkinan inovasi akan ditingkatkan keseluruh daerah sistem spasial dengan cara mengembangkan pertukaran informasi. Teori ini memiliki kelemahan yaitu : 1. Teori ini tidak membahas masalah pemilihan lokasi optimum industri dan tidak pula menentukan jenis investasi apa yang sebaiknya ditetapkan di pusat- pusat urban, oleh karena itu mereka di klasifikasikan sebagai tanpa tata ruang. 2. Dominannya pusat-pusat urban dapat menimbulkan dampak negatif yaitu munculnya susunan-susunan ketergantungan dualistik menimbulkan akibat- akibat yang mendalam bagi pembangunan Nasional.

c. Model Gravitasi Sebagai Faktor Penting Penentu Lokasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering di gunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yang benar. Selain itu, apabila kita ingin membangun suatu fasilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal. Artinya, fasilitas itu akan digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Model gravitasi berfungsi ganda, yaitu sebagai teori lokasi dan sebagai alat dalam perencanaan. Universitas Sumatera Utara Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang spatial order kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber- sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial Tarigan, 2006:77. Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya Tarigan, 2006:73. Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi standard for location requirement atau standar jarak Jayadinata, 1999:160 seperti terlihat pada Tabel 2.1 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Standar Jarak Dalam Kota No Prasarana Jarak dari tempat tinggal berjalan k ki 1 Pusat tempat kerjaPusat kota dengan pasar, dan sebagainyaPasar lokal 20 sampai 30 menit30 sampai 45 Menit ¾ km atau 10 menit 2 Sekolah Dasar ¾ km atau 10 menit 3 Sekolah Menengah Pertama 1 ½ km atau 20 menit 4 Sekolah Lanjutan Atas 20 atau 30 menit 5 Tempat bermain anak-anak dan ¾ km atau 20 menit 6 Tempat olah raga dan pusat lalita 1 ½ km atau 20 menit 7 Taman untuk umum atau cagar seperti kebun binatang, dan sebagainya 30 sampai 60 menit Sumber: Chapin dalam Jayadinata 1999:161

d. Teori Penempatan Lokasi Pusat Pelayanan

Penempatan lokasi suatu pusat pelayanan pada prinsipnya harus mempertimbangkan aspek keruangan dengan cermat Hal tersebut berlaku bagi semua hirarki struktur pusat pelayanan, mulai dari tingkat pusat kota, sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota, tingkat perdesaan sampai kepada pusat lingkungan, penempatan lokasi yang tepat akan dapat mewujudkan sistem pelayanan wilayah yang baik dan efisien. Secara umum, pusat pelayanan tersebut harus ditempatkan pada lokasi yang sentral. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan lokasi pusat pelayanan, yaitu:

1. Pendapat Christaller 1933 Dalam Teori Tempat Pusat