Pendapat Christaller 1933 Dalam Teori Tempat Pusat Kaidah most accesible, Rushton 1979

Tabel 2.1 Standar Jarak Dalam Kota No Prasarana Jarak dari tempat tinggal berjalan k ki 1 Pusat tempat kerjaPusat kota dengan pasar, dan sebagainyaPasar lokal 20 sampai 30 menit30 sampai 45 Menit ¾ km atau 10 menit 2 Sekolah Dasar ¾ km atau 10 menit 3 Sekolah Menengah Pertama 1 ½ km atau 20 menit 4 Sekolah Lanjutan Atas 20 atau 30 menit 5 Tempat bermain anak-anak dan ¾ km atau 20 menit 6 Tempat olah raga dan pusat lalita 1 ½ km atau 20 menit 7 Taman untuk umum atau cagar seperti kebun binatang, dan sebagainya 30 sampai 60 menit Sumber: Chapin dalam Jayadinata 1999:161

d. Teori Penempatan Lokasi Pusat Pelayanan

Penempatan lokasi suatu pusat pelayanan pada prinsipnya harus mempertimbangkan aspek keruangan dengan cermat Hal tersebut berlaku bagi semua hirarki struktur pusat pelayanan, mulai dari tingkat pusat kota, sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota, tingkat perdesaan sampai kepada pusat lingkungan, penempatan lokasi yang tepat akan dapat mewujudkan sistem pelayanan wilayah yang baik dan efisien. Secara umum, pusat pelayanan tersebut harus ditempatkan pada lokasi yang sentral. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan lokasi pusat pelayanan, yaitu:

1. Pendapat Christaller 1933 Dalam Teori Tempat Pusat

Konsumen penduduk pengguna fasilitas akan berusaha mencari pusat pelayanan yang terdekat. Hal ini berarti bahwa pusat pelayanan tersebut harus ditempatkan pada daerah kosentrasi pemukiman penduduk. Setiap pusat Universitas Sumatera Utara pelayanan akan saling terhubung oleh suatu jaringan heksagonal. Dalam konteks dunia modern saat ini, pendapat Christaller ini dapat diartikan bahwa lokasi pusat pelayanan harus sedekat mungkin dengan daerah kosentrasi permukiman penduduk. Sementara itu, jaringan heksagonal dapat diartikan sebagai jaringan pergerakan yang menghubungkan antara bagian wilayah yang satu dengan yang lainnya. Jadi, pusat pelayanan harus berlokasi di simpul-simpul pertemuan jaringan pergerakan yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pusat pelayanan tersebut dapat dengan mudah dicapai penduduk.

2. Kaidah most accesible, Rushton 1979

Lokasi yang paling optimum untuk sebuah pusat pelayanan adalah lokasi yang paling mudah diaksesdicapai oleh penduduk. Terdapat beberapa kriteria yang dapat mendefiisikan kaidah most accecible ini, seperti kriteria minimasi jarak total, kriteria minimasi jarak rata-rata, kriteria minimasi jarak terjauh, kriteria pembebanan merata, kriteria batas ambang, serta kriteria batas kapasitas.

2.2 Pusat Pelayanan

2.2.1 Pengertian Pusat Pelayanan

Pusat pelayanan merupakan titik-titik pertumbuhan yang terjadi di beberapa tempat tertentu saja karena adanya kekuatan penggerak pembangunan, dimana kekuatan tersebut dapat merangsang kegiatan-kegiatan lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai kecendrungan untuk mengelompok membentuk suatu kesatuan yang pada akhirnya menjadi pusat dari kegiatan atau disebut sebagai pusat pelayanan, jadi pusat-pusat Universitas Sumatera Utara pelayanan merupakan suatu aglomerasi dari berbagai kegiatan atau aktivitas serta aglomerasi dari berbagai prasarana dan sarana yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Suatu ciri umum dari daerah-daerah nodal adalah bahwa penduduk kota tidaklah tersebar secara merata diantara pusat-pusat yang sama besarnya tetapi tersebar diantara pusat-pusat yang besarnya berbeda-beda yang secara keseluruhan membentuk suatu hirarki perkotaan Harry W 1991, 72. Struktur dan hirarki pusat pelayanan pada dasarnya adalah suatu arahan mengenai jenjang atau hirarki pusat pelayanan yang ditentukan berdasarkan fungsi dan skala lingkup pelayanan yang dikembangkan pada masing-masing pusat pelayanan. Pembentukan atau pengadaan pola pelayanan kota yang baik dan efisien adalah mempertimbangkan pola pendistribusian pusat-pusat pelayanan yang mencakup penghirarkian dan mengatur penempatannya secara ruang Sujarto 1977, 170. Konsep pola pendistribusian pusat-pusat pelayanan menurut Sujarto adalah dengan menempatkan pusat kota sebagai pusat pelayanan tertinggi, baik dilihat dari kelengkapan fasilitas, daya layanan maupun skala pelayanannya. Disamping itu, pusat kota berfungsi dan berperan melayani kebutuhan penduduk seluruh kota atau bahkan dari daerah sekitarnya. Dibawah pusat kota adalah sub pusat kota yang mempunyai hirarki yang lebih rendah dari pusat kota tetapi lebih tinggi dari pusat lingkungan. Sub pusat ini mempunyai fungsi melayani kebutuhan penduduk dari suatu bagian wilayah kota. Universitas Sumatera Utara Hirarki berikutnya adalah pusat lingkungan yang berfungsi melayani kebutuhan penduduk dari lingkungan kecil dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari. Jadi, hirarki dari pusat-pusat pelayanan tersebut adalah hirarki pertama pusat kota, hirarki kedua adalah sub pusat kota, dan yang terakhir adalah pusat lingkungan. Secara garis besar ada 2 faktor yang sangat berpengaruh didalam penentuan dan pendistribusian pusat pelayanan yaitu faktor manusia yang akan mempergunakan pusat-pusat pelayanan tersebut dan faktor lingkungan tempat manusia tersebut melaksanakan kegiatan hidupnya. Faktor manusia terutama menyangkut pertimbangan-pertimbangan mengenai jumlah penduduk yang akan mempergunakan pelayanan tersebut, kepadatan penduduk, perkembangan penduduk, keadaan sosial ekonomi masyarakat, potensi masyarakat dan sebagainya. Faktor lingkungan terutama menyangkut pertimbangan mengenai skala lingkungan dalam arti fungsi dan peranan sosial ekonominya, jaringan pergerakan, letak geografis lingkungan dan sifat keterpusatan lingkungan.

2.2.2 Dasar Pemikiran Perlunya Pusat Pelayanan

Perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah sangat banyak di pengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, kultural dan politik. Manifestasi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada segi-segi tersebut diatas adalah perubahan-perubahan struktur fisik suatu wilayah. Pertambahan jumlah penduduk, baik yang disebabkan oleh pertambahan alamiah maupun oleh karena Universitas Sumatera Utara terjadinya perpindahan penduduk dan perdesaan ke kota telah meningkatkan tuntutan akan pelayanan kebutuhan seperti pusat Komersial Sujarto, 2006. Pada hakekatnya pusat-pusat pelayanan berkaitan juga dengan tujuan sosial. Pengertian sosial itu sendiri didalam usaha pembangunan selalu dihubungkan dengan segi- segi kesejahteraan masyarakat. Jadi dalam hubungan ini tersangkut usaha peningkatan taraf kehidupan penduduk serta usaha-usaha pendistribusian yang merata dari kebutuhan baik materil maupun spiritual yang akan menyertai usaha peningkatan produksi yang dihasilkan oleh suatu usaha pembangunan perekonomian Sujarto, 1977. Secara naluriah selalu akan terjadi suatu proses bahwa didalam rangka memenuhi kebutuhannya manusia akan mencari suatu pusat pemenuhan kebutuhan yang paling dekat, mudah dan murah dicapai serta yang sesuai dan dapat memenuhi selera kebutuhannya. Demikian pula dari pihak penyedia akan selalu dipertimbangkan bahwa penempatan kegiatan usaha pemenuhan kebutuhan sebagai tempat melayani kebutuhan ingin memenuhi persyaratan-persyaratan mudah dicapai strategis dalam arti dapat dicapai dari semua arah secara merata dan dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya Sujarto, 1977. Antara masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan pusat pelayanan dengan pihak penyedia akan terdapat sifat hubungan yang saling ketergantungan satu sama lain. Masyarakat ingin terlayani segala kebutuhannya dan penyedia juga membutuhkan masyarakat untuk dapat menjamin eksistensinya mengenai kategori masyarakat yang membutuhkan fasilitas pelayanan adalah seluruh lapisan penduduk. Universitas Sumatera Utara Keadaan ini pada dasarnya juga merupakan suatu akibat dari proses pertumbuhan kota dimana secara keseluruhan kota akan mengalami 4 proses perubahan yaitu Ratcliff, 398-405 dalam TA Riri S, 2002: 1. Perluasan fisik yaitu pengisian dan perluasan areal kearah pinggir kota yang pada umumnya disepanjang jalur utama regional dan juga pembentukan wilayah-wilayah baru di kawasan pinggir kota. 2. Pergeseran yaitu perubahan struktur kota akibat pergeseran penggunaan yang disebabkan karena adanya penyesuaian penggunaan terhadap kebutuhan pelayanan baru. 3. Pergerakan wilayah perumahan yaitu perpindahan atau pergeseran wilayah perumahan karena motif ekonomi dan kebutuhan sosial penduduk. 4. Pergeseran ekonomi yaitu pergantian fungsi ekonomi akibat adanya peningkatan nilai tanah. Demikian bahwa proses perubahan diatas terjadi terus selama kota itu tumbuh dan berkembang dari masalah-masalah nyata yang timbul sebagai akibat perubahan tadi secara keseluruhan antara lain adalah : 1. Penggunaan tanah yang tidak teratur, salah satu diantaranya disebabkan karena terkonsentrasinya aktifitas dan fasilitas dipusat kota yang menyebabkan pula timbulnya masalah-masalah lalu lintas dipusat kota. 2. Kepadatan yang tinggi pada kawasan-kawasan tertentu khususnya dipusat kota sehingga menyebabkan penurunan standar lingkungan dan kebutuhan sosial dalam hal penyediaan sarananya. Universitas Sumatera Utara 3. Desakan-desakan yang terjadi dipusat kota terjadinya Proses Invasi dan Suksesi menyebabkan terjadinya perkembangan fisik dikawasan pinggir kota yang menjalar mengikuti jaringan jalan dimana akibat-akibat yang dapat terjadi dari pola perkembangan semacam ini adalah Ditjen Cipta Karya, 1973:  Pengaturan pengadaan prasarana yang mahal dan sulit.  Timbulnya kepadatan lalu lintas di jalur-jalur jaringan urat nadi lalu lintas, yang dapat menimbulkan masalah-masalah yang menghambat kegiatan pembangunan.  Pola perkembangan kota yang menjalar akan menghilangkan dasar-dasar kesatuan hidup kota yang amat diperlukan dalam membina kehidupan kota yang sehat. Sebagian besar kegiatan produktif di suatu wilayah terjadi atau berada pada gedung-gedung dan antar gedung. Gedung-gedung tersebut dapat merupakan kantor-kantor, pabrik, toko, pasar, sekolah, rumah sakit, terminal, gedung pertemuan, bioskop, masjid, dan lain sebagainya. Pembangunan gedung - gedung tersebut berkembang cepat, bahkan sebagian tidak terarah atau tidak terkontrol dengan baik. Dalam hubungan ini pemerintah daerah harus berusaha menciptakan lingkungan fisik perkotaan urban setting yang serasi dan harmonis.

2.2.3 Tinjauan Sistem Pusat-pusat Pelayanan

Proses perkembangan suatu wilayah akan dipengaruhi oleh peran dan fungsi wilayah lain. Implikasi yang terjadi dari adanya pengaruh tersebut adalah terwujudnya keterkaitan antar wilayah yang berupa hubungan yang saling Universitas Sumatera Utara menguntungkan atau ketergantungan antara suatu wilayah dengan wilayah lain. Suatu wilayah yang telah berkembang menjadi kota akan membentuk suatu sistem dengan wilayah lainnya yang mencakup keseluruhan dari sistem sosial, sistem mekanik, serta sistem ekonomi yang merupakan sistem yang kompleks dan menghasilkan suatu pola hubungan yang sitematis. Perwujudan dari pola hubungan yang sistematis tersebut adalah berupa hubungan wilayah desa yang akan membentuk sistem, dimana setiap wilayah mempunyai hubungan dengan wilayah yang lebih tinggi dan lebih rendah, area pelayanan berdasarkan sistem yang terbentuk dan terjadi interaksi antar area pelayanan. Hubungan keruangan tersebut dapat diinterpretasikan melalui pengorganisasian ruang yang meliputi ukuran jumlah, bentuk, pola keruangan dan fungsi fasilitas. Komponen-komponen fasilitas tersebut digunakan untuk rnenentukan hirarki fungsi permukiman serta keterkaitannya dengan wilayah belakangnya Pushkar K.Pradhan dalam Andry Andreas N, 2006:14 Walter Christaller, seorang ahli geografi Jerman dalam bukunya Central Place in Southern Germany, menjelaskan konsep yang menekankan pada tingkatan skala dan perkiraan ambang, dimana ia mengasumsikan pada wilayah homogen dan dengan distribusi penduduk yang merata. Penduduk pada wilayah homogen tersebut memerlukan pelayanann barang dan jasa yang memiliki dua karakteristik utama, yaitu: Universitas Sumatera Utara

1. Skala