Jarak Waktu Tempuh Pusat-Pusat Pelayanan adalah titik-titik pertumbuhan yang terjadi di Pola Pergerakan

mempertimbangkan kegiatan usahanya sebagai tempat melayani kebutuhan yang memenuhi persyaratan mudah, menarik, dan mendapatkan konsumen lokasi yang mudah dicapai, strategis, dalam arti dapat dicapai dari semua arah secara merata dan dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

2.4 Konsep Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah konsep yang menghubungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya Tamin, 2000:32. Selain itu, aksesibilitas juga memiliki pengertian berupa suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, serta tingkat kemudahan kesulitan lokasi tersebut dicapai melalui jaringan transportasi Black dalam tamin, 2000:32. Tingkat kemudahan kesulitan tersebut merupakan suatu hal yang subjektif dan kualitatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu ukuran yang kuantitatif untuk menyatakannnya. Terdapat tiga besaran ukuran untuk menyatakan aksesibilitas, yaitu :

1. Jarak

Konsep yang menyatakan aksesibilitas melalui jarak merupakan konsep paling sederhana. Konsep ini menyatakan bila jarak antara dua tempat berdekatan, maka dikatakan bahwa tingkat aksesibilitas antara keduanya tinggi. Begitu juga sebaliknya bila jarak antara keduanya berjauhan, maka dikatakan bahwa tingkat aksesibilitas antara keduanya rendah. Universitas Sumatera Utara

2. Waktu Tempuh

Konsep ini menyatakan bila semakin singkat waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan antar dua tempat yang berbeda, maka semakin tinggi pula tingkat aksesibilitas antar keduanya.

3. Biaya

Konsep ini menyatakan bila semakin rendah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan antar dua tempat yang berbeda, maka semakin tinggi pula tingkat aksesibilitas antar keduanya. Ada penggunaan konsep ini, seringkali juga digunakan konsep biaya gabungan antara jumlah biaya perjalanan tiket, parkir, bensin, dan biaya operasi kendaraan lainnya dengan nilai waktu perjalanan. Nilai waktu perjalanan tersebut merupakan waktu tempuh perjalanan yang dinyatakan dalam satuan biaya tertentu.

2.5 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan kajian tentang pengembangan pusat-pusat pelayanan yang pernah dilakukan seperti penelitian yang dilakukan Teuku 2006 dalam tesisnya “Penentuan Pusat Pemerintahan dan Pelayanan Kabupaten Aceh Timur Berdasarkan Pengembangan Wilayah”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengembangan pusat pelayanan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Timur. Kemudian penelitian Paula Issabel Baun 2008 dalam tesisnya “Kajian Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun di Kawasan Pesisir Kota Kupang” menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan pesisir Kota Kupang untuk penanganan permasalahan pemanfaatan ruang terbangun di kawasan pesisir Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan cara antara lain renewal, rehabilitasi, revitalisasi, dan reklamasi. Pengembangan fungsi kawasan ini disesuaikan dengan karateristik pantai Kota Kupang dengan mampertimbangkan fisik kawasan pesisir, sosial ekonomi kawasan pesisir dan kebijakan kawasan pesisir Kota Kupang. Selain itu, penelitian Erwin Harahap 2009 dalam tesisnya “Kecamatan Perbaungan Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Serdang Bedagai”, menyimpulkan bahwa Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai mengalami pertumbuhan tiap tahunnya, dan dalam penyediaan sarana prasarana yang ada di Kecamatan Perbaungan perlu terus ditingkatkan, baik dari sarana prasarana Pendidikan dan sarana prasarana Kesehatan yang ada sampai pada tahun 2014 berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini. Berdasarkan penelusuran beberapa penelitian yang telah dilakukan terdahulu, tampaknya secara khusus hanya menelaah kajian tentang peranan pusat-pusat pelayanan yang masih dalam proses pembangunan belum ada. Sehingga dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana pengembangan pusat-pusat pelayanan yang telah ada terhadap pengembangan wilayah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan di Kabupaten Serdang Bedagai.

2.6 Kerangka Penelitian

Pengembangan pusat-pusat pelayanan berperan terhadap pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Ketiga aspek tersebut diharapkan akan berperan positif bagi pengembangan pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah Kabupaten Universitas Sumatera Utara Serdang Bedagai. Berikut kerangka penelitian yang dapat digambarkan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini: Gambar 2.1 Kerangka Penelitian PUSAT-PUSAT PELAYANAN PENGEMBANGAN WILAYAH PEMANFAATAN RUANG PENCIPTAAN LAPANGAN PEKERJAAN PENGEMBANGAN PUSAT- PUSAT PELAYANAN PERDA KAB.SERDANG BEDAGAI NO.22 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA RTRW KAB.SERDANG BEDAGAI TAHUN 2006-2016 PEMBENTUKKAN KAB.SERDANG BEDAGAI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NO.36 TAHUN 2003 Universitas Sumatera Utara

2.7 Hipotesis

Hipotesis pada studi ini adalah Kajian Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pengaruh positif terhadap pemanfaatan ruang di Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pengaruh positif terhadap penciptaan lapangan pekerjaan di Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada studi ini adalah Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah + 1.900,22 km 2  Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka , yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 desa kelurahan, dengan batas administrasi wilayah adalah sebagai berikut :  Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun  Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang  Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun Pemilihan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran dimana memiliki luas wilayah yang sangat luas.

3.2 Populasi dan Sampel

Sebelum melakukan sampel didaerah penelitian perlu diketahui terlebih dahulu populasi penelitian. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga Singarimbun, 1995. Populasi merupakan keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diselidiki. Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi. Maka yang dijadikan populasi dalam Universitas Sumatera Utara penelitian “Kajian Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai” ini dibatasi dalam lingkup spasial penelitian yaitu 3 tiga Kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Lokal PKL yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Dolok Masihul. Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti Arikunto, 2006. Pengambilan sampel ini dimaksudkan untuk mengefisiensikan waktu, tenaga dan biaya. Sampel yang akan diambil dalam penelitian harus mewakili populasi, dimana semakin heterogen kondisi populasi maka semakin besar sampel yang dibutuhkan. Suatu model sampel yang ideal mempunyai 4 empat sifat yaitu : 1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti; 2. Sederhana hingga mudah dilaksanakan; 3. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku standar dari taksiran yang diperoleh; 4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah- rendahnya Teken dalam Singarimbun, 1989. Penentuan besarnya sampel yang akan dijadikan responden dengan mengikuti pendapat Arikunto 2006 yang mengatakan bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang maka sampel diambil secara keseluruhan, sedangkan populasi diatas 100 orang maka sampel diambil 10 - 15 atau 20 - 25 dari populasi. Dalam penelitian ini, populasi dari 3 tiga kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Sei Universitas Sumatera Utara Rampah dan Kecamatan Dolok Masihul lebih dari 100 orang maka sampel diambil 10 - 15 dari seluruh populasi yang ada. Pengambilan sampel berdasarkan jumlah populasi yang ada dapat kita lihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di ke-3 tiga Kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai No Kecamatan Jumlah Penduduk 10 Keterangan 1 Perbaungan 103.016 103 2 Sei Rampah 67.025 67 3 Dolok Masihul 54.000 54 TOTAL 224.041 224 Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012 Dari ke 3 tiga Kecamatan tersebut yaitu Kecamtan Perbaungan, Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Dolok Masihul, maka jumlah keseluruhan penduduknya adalah 224.041 jiwa. Sehingga sampel yang diambil secara keseluruhan yaitu 224 sampel. Responden akan diajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai permasalahan yang ada dalam kuesioner maupun pedoman wawancara, observasi disamping diberi kesempatan untuk mengemukakan berbagai pandangan secara bebas dan terbuka.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data pada dasarnya meliputi metode pengambilan data sekunder dan metode pengambilan data primer yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Metode pengambilan data sekunder adalah metode pengumpulan data dengan mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan data tertulis dari topik yang akan dikaji. 2. Metode pengambilan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan survey langsung ke wilayah penelitian untuk mendapatkan data – data primer berupa kondisi lapangan, sehingga diharapkan dapat melengkapi data sekunder di lapangan dan validitas data yang digunakan menjadi lebih baik. 3. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden untuk mendapatkan potensi dan peluang, kelemahan, kekuatan serta ancaman yang ada dikawasan penelitian. 4. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi secara langsung kepada masyarakat setempat yang tinggal disekitar kawasan penelitian. Pembicaraan berupa beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

3.4 Teknik Observasi yang Dilakukan

Teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi langsung dan tidak langsung meliputi : 1. Mengamati dan mencari data baik langsung survey maupun data instansional ke Dinas Tarukim, Kebersihan dan Pertamanan dan Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai tentang kondisi perencanaan pengembangan pusat-pusat pelayanan diwilayah Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Membuat gambar objek penelitian melalui foto dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

3.5 Variabel Penelitian

Variable penelitian dalam penelitian ini yaitu : 1. Variable Terikat Dependent Variable pada penelitian ini adalah :  Aspek pengembangan wilayah  Aspek pemanfaatan ruang  Aspek penciptaan lapangan pekerjaan; dan 2. Variabel Bebas Independent Variable pada penelitian ini adalah pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

3.6 Uji Kualitas Data

Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan reabilitas dan validitas sebab kebenaraan data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Indriantoro dan Supomo 1999 menyatakan bahwa ada dua konsep mengukur kualitas data, yaitu reabilitas dan validitas. Data yang telah dikumpulkan berdasarkan persepsi responden kemudian dikuantitatifkan agar dapat dilakukan uji statistik. Untuk menguji kesahihan persepsi responden digunakan uji kualitas data kuesioner kepada seluruh responden.

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam Universitas Sumatera Utara mengukur apa yang ingin diukur. Alat analisis yang digunakan adalah Korelasi Bivariate Pearson Produk Moment Pearson dan Corrected Item Total Correlation, dengan kriteria pengujian Priyatno, 2011 :  Jika r-hitung ≥ r-tabel uji 2 sisi dengan Sig. 0,05, maka instrument atau item- item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item pernyataan dinyatakan valid.  Jika r-hitung r-tabel uji 2 sisi dengan Sig. 0,05, maka instrument atau item- item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item pernyataan dinyatakan tidak valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sekaran dalam Erlina 2011, reliabilitas adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur, mengukur dengan stabil dan konsisten. Lebih lanjut, Priyatno 2011 mengemukakan bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Alat analisis atau metode uji reliabilitas yang sering digunakan adalah Cronbach’s Alpha, dengan kriteria pengujian Ghozali, 2005 :  Jika Alpha 0,6 maka instrumen pengamatan dinyatakan reliabel.  Jika Alpha 0,6 maka instrumen pengamatan dinyatakan tidak reliabel.

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linear, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat menganggu model yang telah Universitas Sumatera Utara ditemukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Uji mengetahui apakah penaksiran dalam regresi merupakan penaksir linear tak bias dilakukan uji asumsi klasik terhadap model yang telah formulasikan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila nilai Asymp. Sig. 2- tailed lebih besar dari œ 5 Ghozali, 2005.

3.7.2 Uji Heteroskedastisitas Uji Gleiser

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang Universitas Sumatera Utara lain atau dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat pola gambar scatter plot model tersebut. Bila titik-titik menyebar secara acak, tidak terbentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas Priyatno, 2011. Uji statistik dilakukan dengan Glejser, jika variabel bebas tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai Absolut Absult, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005.

3.8 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan persepsi masyarakat sebagai data primer. Untuk menguji perumusan masalah pertama, kedua dan ketiga yang terdiri dari aspek pengembangan wilayah, aspek pemanfaatan ruang, dan aspek penciptaan lapangan pekerjaan yaitu dengan metode pengujian menggunakan skala Likert melalui kuesioner dengan rentangan bobot 1 sampai dengan 5, yang kemudian dalam pengolahan datanya menggunakan persamaan regresi linear sederhana melalui program SPSS, yang bentuk persamaannya sebagai berikut : Y 1 Y = œ + ß X + µ 2 Y = œ + ß X + µ 3 Dimana : = œ + ß X + µ X : Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan Y 1 Y : Pengembangan Wilayah 2 : Pemanfaatan ruang Universitas Sumatera Utara Y 3 œ : Konstanta : Penciptaan Lapangan Pekerjaan µ : Erorr Term ß : Koefisien Regresi Adapun dasar pertimbangan menggunakan metode analisis regresi linear sederhana ini adalah untuk mengetahui besarnya peranan variabel bebas Independent Variable terhadap variabel terikat Dependent Variable.

3.9 Uji Hipotesis

3.9.1 Uji Koefisien Determinasi R

2 Ghozali 2005 menyatakan bahwa koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Satu hal yang perlu dicatat adalah regresi lancung spurious regression.

3.9.2 Uji Simultan Uji F

Ghozali 2005 menyatakan bahwa uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

3.9.3 Uji Parsial t-test

Universitas Sumatera Utara Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen Ghozali, 2005.

3.10 Defenisi Operasional

Dibawah ini merupakan batasan operasional dari variabel yang digunakan pada penelitian ini, sebagai berikut : 1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan sesuatu secara efektif dan bukan hanya sekedar menguji teori saja.

2. Pusat-Pusat Pelayanan adalah titik-titik pertumbuhan yang terjadi di

beberapa tempat tertentu saja karena adanya kekuatan penggerak pembangunan, dimana kekuatan tersebut dapat merangsang kegiatan- kegiatan lainnya untuk tumbuh dan berkembang pada suatu wilayah. 3. Pengembangan Wilayah adalah Strategi memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan tantangan yang ada sebagai potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal pada suatu wilayah. 4. Pemanfaatan Ruang adalah suatu upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Universitas Sumatera Utara

5. Penciptaan Lapangan Pekerjaan adalah suatu upaya dalam menciptakan

banyak lapangan pekerjaan untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan pada suatu wilayah. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kebijakan

4.1.1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan UU No.36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai, bahwa pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah.

4.1.2 Kedudukan dan Peran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam

Lingkup Nasional Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN ditetapkan rencana pola pengembangan sistem permukiman atau perkotaan yang menggambarkan sebaran kota, fungsi kota-kota dan hirarki fungsional kota-kota yang terkait dengan pola transportasi dan prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah nasional. Hirarki Fungsional kota dalam wilayah nasional terdiri dan Pusat Kegiatan Nasional PKN, Pusat Kegiatan Wilayah PKW, dan Pusat Kegiatan Lokal PKL. Dalam kaitan ini, hirarki fungsional kota-kota di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN; 2. Perbaungan, Sei Rampah dan Dolok Masihul sebagai Pusat Kegiatan Lokal PKL.

4.1.3 Kedudukan dan Peran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam Lingkup Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan tujuan pengembangan jangka panjang Provinsi Sumatera Utara, strategi pengembang struktur tata ruang di Provinsi Sumatera Utara, yaitu: a. Mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:  Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat sesuai dengan daya dukung.  Membangun dan meningkatkan jaringan jalan poros timur dan barat. b. Mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:  Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan.  Meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi unggulan menuju pusat pemasaran.  Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin kestabilan produksi komoditi unggulan.  Mengembangkan pusat-pusat agropolitan untuk meningkatkan daya saing Universitas Sumatera Utara  Meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia serta memperluas jaringan transmisi tenaga listrik guna mendukung produksi komoditas unggulan. c. Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang ada dan ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:  Mempertahankan luasan pertanian lahan basah yang ada saat ini  Meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah.  Mencetak kawasan pertanian lahan basah baru untuk memenuhi swasembada pangan. d. Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:  Mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas kawasan lindung  Mengembalikan ekosistem kawasan lindung. e. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:  Mengendalikan perkembangan fisik permukiman perkotaan  Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan f. Meningkatkan aksesibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi ke seluruh wilayah provinsi, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara  Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah provinsi.  Menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi kesehatan, pendidikan, air bersih, pemerintahan dan lain-lain.

4.1.4 Kebijakan Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Rencana struktur ruang bertujuan untuk pemerataan pembangunan diseluruh wilayah dan sekaligus menghindari terjadinya pemusatan kegiatan yang berlebihan agar terjamin keserasian agar tercapai pemanfaatan ruang yang sesuai dan seimbang dengan pola pemanfaatan tata ruang seoptimal mungkin dengan penyebaran prasarana dan sarana sosial, dan kecenderungan yang berlaku dilapangan. Berdasarkan strategi pengembangan struktur tata ruang, wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dibagi menjadi hirarki dimana tiap-tiap hirarki mempunyai pusat sebagai sentral pertumbuhan berdasarkan potensi dan kendala yang dimilikinya serta peningkatan akses ke pusat-pusat hirarki dan antar pusat hirarki. Setiap pusat-pusat pengembangan akan memberi dapak terhadap pusat- pusat pengembangan yang lain sehinga terjalin satu keterkaitan untuk saling memenuhi kebutuhan tiap pusat hirarki melalui sumberdaya alam yang dimilikinya. Jangkauan pusat pelayanan merupakan kemampuan tiap-tiap fungsi pusat pelayan untuk melayani daerah hinterlandnya. Semakin tinggi hirarki pusat Universitas Sumatera Utara pelayanan maka semakin luas jangkauannya begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penilaian terhadap pusat-pusat pelayanan maka dapat ditentukan jangkauan pusat pelayanan sebagai berikut: • Pusat pelayanan dengan hirarki I dengan jangkauan pelayanan seluruh wilayah Kabupaten Serdang Bedagai selain melayani beberapa Kecamatan di sekitarnya. • Pusat pelayanaan dengan hirarki ke II dengan jangkauan pelayanan meliputi wilayah pengembangan yang menjadi daerah hinterlandnya. • Pusat pelayanan dengan hirarki ke III dengan jangkauan pelayanan wilayah Kecamatan atau desakelurahan yang menjadi hinterlandnya. Dari hasil analisis di atas dapat ditentukan fungsi masing-masing pusat pelayanan. Tiap-tiap pusat pelayanan memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan jenjang tiap pusat-pusat permukiman. Semakin tinggi jenjang pusat permukiman maka semakin kompleks fungsi sebagai pusat pelayanan, dan semakin rendah jenjang pusat permukiman maka semakin kecil fungsi sebagai pusat pelayanan. Pusat-pusat pelayanan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari: 1. Pusat pelayanan Sei Rampah, merupakan kota hirarki ke I dengan fungsi sebagai :  Pusat pelayanan wilayah pengembangan A sekaligus sebagai pusat pemerintahan kabupaten  Pusat perekonomian, jasa, perdagangan bagi Wilayah Pengembangan A dan wilayah kabupaten. Universitas Sumatera Utara  Pusat pendidikan, sampai dengan perguruan tinggi untuk lingkup kabupaten  Pusat Kesehatan, sampai dengan tingkat pelayanan tertinggi dalam bentuk Rumah Sakit Umum. 2. Pusat pelayanan Perbaungan dan Dolok Masihul, merupakan kota hirarki ke II dengan fungsi sebagai :  Pusat pelayanan wilayah pengembangan sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kecamatan  Pusat perekonomian, jasa, perdagangan bagi Wilayah Pengembangan.  Pusat pendidikan menengah, kesehatan RSU, dan pertanian Pusat pelayanan hirarki ke III dan seterusnya, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan Kecamatan, Pendidikan Menengah, kesehatan, perekonomian dan perdagangan, dan permukiman. Untuk lebih jelasnya pembagian hirarki di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 No Hirarki di Kabupaten Serdang Bedagai Hirarki Kecamatan Fungsi 1 I Kecamatan Sei Rampah Pusat Pelayanan Wilayah Pengembangan A dan Pusat Pemerintahan Kabupaten Pusat Perekonomian, jasa, Perdagangan Bagi Pengembangan Wilayah A dan Wilayah Kabupaten Pusat Pendidikan Sampai Dengan Perguruan Tinggi Untuk Lingkup Kabupaten Pusat Kesehatan Sampai Dengan Tingkat Pelayanan Tertinggi Dalam Bentuk Rumah Sakit Umum 2 II Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Dolok Masihul Pusat Pelayanan Wilayah Pengembangan Sekaligus Sebagai Pusat Pemerintahan Kecamatan. 3 III Kecamatan Bandar Khalifah Kecamatan Tebing Syahbandar Kecamatan Dolok Merawan Kecamatan Tebing Tinggi Kecamatan Sei Bamban Kecamatan Tanjung Beringin Kecamatan Teluk Mengkudu Kecamatan Pegajahan Kecamatan Pantai Cermin Kecamatan Sipispis Kecamatan Serbajadi Kecamatan Bintang Bayu Kecamatan Kotarih Kecamatan Silinda Berperan Sebagai Pusat Pemerintah Kecamatan, Pendidikan Menengah, Kesehatan, Perekonomian dan Perdagangan dan Permukiman. Sumber : RTRW Kabupaten Bandung, Tahun 2006-2016 Universitas Sumatera Utara 4.2 4.2.1 Aspek Fisik Dasar dan Pemanfaatan Ruang Batasan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas 1.900,22 km 2 serta terletak pada posisi 03 01’57” Lintang Utara – 3 40’48” Lintang Utara dan 98 45’00” Bujur Timur - 99 1. Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka 18’36” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai batas-batas wilayah : 2. Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun 3. Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 4. Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun Untuk lebih jelasnya batas administrasi dan luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai No Kecamatan Luas Wilayah Km2 Jumlah DesaKelurahan 1 Kotarih 78,024 11 2 Silinda 56,740 9 3 Bintang Bayu 95,586 19 4 Dolok Masihul 237,417 28 5 Serbajadi 50,690 10 6 Sipispis 145,259 20 7 Dolok Merawan 120,600 17 8 Tebing Tinggi 182,291 14 9 Tebing Syahbandar 120,297 10 10 Bandar Khalipah 116,000 5 11 Tanjung Beringin 74,170 8 12 Sei Rampah 198,900 17 13 Sei Bamban 72,260 10 14 Teluk Mengkudu 66,950 12 15 Perbaungan 111,620 28 16 Pegajahan 93,120 13 17 Pantai Cermin 80,296 12 JUMLAH 1.900,22 243 Sumber: BPS Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012

4.2.2 Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh bidang-bidang tanah dengan bidang horizontal dan dihitung dalam persen . Menurut Mabbery Sampurno,1979:5 membuat klasifikasi tujuh kelas lereng untuk melihat kemungkinan penggunaan lahan yang optimum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Penggunaan Lahan dan Sudut Lereng yang Optimum No. Penggunaan Lahan Kelas Sudut Lereng 0-3 3-5 5-10 10-15 15-30 30-70 70 1 Rekreasi Umum 2 Bangun Terhitung 3 Perumahan 4 Penggunaan Kota 5 Jalan Urban Kota 6 Sistem Septictank 7 Pusat Perdagangan 8 Jalan Raya 9 Jalan Lain Sumber: Mabery Sampurno, 1979: 5 Keterangan : : Yang boleh dimanfaatkan dalam penggunaan lahan Klasifikasi keminngan lahan juga dapat mempengaruhi potensi yang dapat dikembangkan di kawasan yang memiliki keminngan lahan tertentu, diantaranya: a. Kemiringan 0,0-1,0 mudah tergenang, harus dilakukan perbaikan drainase, pembangunannya hampir selalu diseriai dengan penimbunan, pembangunan saluran pembuangan relatif mahal. Wilayah ini cocok untuk dipertahankan sebagai daerah pertanian atau dijadikan kawasan hijau kota; b. Kemiringan l,l-4 kadang tergenang pada kawasan tertentu, hampir tidak dibutuhkan perbaikan drainase sedikit penimbunan, ideal bagi pembangunan saluran pembuangan. Wilayah ini cocok bagi segala macam peruntukan baik untuk peruntukan perkotaan maupun perdesaanpertanian; c. Kemiringan 4,1-12 tidak tergenang, tidak dibutuhkan perubahan darainase, tidak ditimbun sedikit grading, dapat dibangun saluran pembuangan Universitas Sumatera Utara tanpa sistem, tracejalur jalan harus disesuaikan dengan kemiringan wilayah untuk menghindar grading. Wilayah ini sangat cocok untuk pengembangan pemukiman perkotaan terutama bagi perumahan; d. Kemiringan 12,l-25,0 selalu kering, tidak dibutuhkan perbaikan drainase, pengembangan bagi pemukim kota harus disertai dengan grading dan sedikit mengganggu ekosistem kehidupan dan lingkungan kota, agak sulit ditentukan trace jalan dan saluran pembuangan serta biaya pembangunan relatif mahal. Wilayah ini boleh dikembangkan menjadi kawasan perumahan dengan kontrol yang ketat dan 40 arealnya harus dihijaukan;

e. Kemiringan 25, wilayah ini sebaiknya dikonservasikan, karena

pembangunannya selain akan menjadi mahal juga akan mengganggu ekosistem lingkungan dan kehidupan penduduk. Morfologi Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari wilayah datarlandai, kaki bukit, dan pegunungan dengan kemiringan lereng beragam antara 0-8, 8- 15 hingga di atas 45. Untuk lebih jelasnya luas dan klasifikasi kemiringan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat di lihat pada Tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Luas Kemiringan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai No Kemiringan Lahan Luas Ha 1 0-3 32,91 62.540,38 2 15-25 23,20 44.087 3 25-40 1,10 2.101 4 3-8 9,10 17.301 5 8-15 4,80 9.123 6 40 28,8 54.870 Total 190.022,38 100 Sumber: Bapeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012 Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Ketinggian Lahan

Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai merupakan rangkaian wilayah yang memiliki ketinggian lahan yang bervariasi, ketinggian lahan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai didominasi oleh dengan ketinggian lahan 500 mdpl. Untuk lebih jelasnya luas dan klasifikasi ketinggian lahan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat di lihat pada Tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Luas Ketinggian Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai No Ketinggian Lahan Luas Ha 1 1000-1500 28.869 12,19 2 1500-2000 16.634 10,75 3 500-1000 69.380,38 36,51 4 500 75.139 39,54 Total 190.022,38 100 Sumber: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012

4.2.4 Curah Hujan

Suhu udara berkisar antara 19°C sampai 24°c dengan penyimpangan harian mencapai 50°c dan kelembaban udara beragam antara 78 pada musim hujan dan 70 pada musim kemarau. Dari data curah hujan yang tertera pada tabel dibawah menunjukan bahwa curah hujan rata-rata tahunan adalah 2000- 2500 mmth. Untuk lebih jelasnya kondisi curah hujan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Sebaran Curah Hujan di Kabupaten Serdang Bedagai No Curah Hujan Luas Ha 1 1500-2000 23.876 12,56 2 2000-2500 94.432 49,69 3 2500-3000 45.045,38 23,70 4 3000-3500 16.694 8.78 5 1500 9.975 5,24 Total 190.022,38 100 Sumber : Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012

4.2.5 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Serdang Bedagai dipengaruhi oieh 5 lima faktor pembentuk tanah yaitu batuan induk, topografi, umur, iklim, dan vegetasi, diantaranya jenis tanah aluvial, yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi aluvial dengan pasir, terbentuk akibat pengangkutan dan pengendapan sisa-sisa bahan induk oleh aliran sungai dan memiliki karakteristik yang rentan terhadap gangguan alarm maupun akibat dampakpengaruh pengolahan lahan yang berlebihan. Untuk lebih jelasnya kondisi jenis tanah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Serdang Bedagai No Jenis Tanah Luas Ha 1 Alluvial Kelabu 7.634 4,01 2 Alluvial Kelabu dan merah 154 0,08 3 Andosol Coklat 12.076 6,35 4 Andosol coklat dan regosoi coklat 9,10 17301 5 Glei humus dan alluvial 24.876,38 17,09 6 Glei humus dan alluvial kelabu 8.087 0,004 7 Latosol coklat 6,57 12.500 8 Latosol merah dan coklat 12,1 23.088 9 Latosol merah kekuningan 59.591,08 31,3 10 Latosol tua kemerahan 18.778 9,88 11 Regosol kelabu dan litosol 5.997 3,15 Total 190.022,38 100 Sumber: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012

4.2.6 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari hutan, ladang, perkebunan, permukiman, sawah dan semak belukar. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai didominasi oleh sawah seluas 9.9971,58 Ha 76,56 dimana sebaran pertanian sawah terdapat di hampir semua Kecamatan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk lebih jelasnya kondisi exsisting pemanfaatan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan data tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 No Pemanfaatan Lahan Luas Ha 1 Hutan 5.477,95 2,88 2 Ladang 6.459,58 3,39 3 Perkebunan 6.6285,67 34,88 4 Permukiman 8.689,72 4,57 5 Sawah 9.9971,58 52,61 6 Semak belukar 3.137,88 1,65 Total 190.022,38 100 Sumber: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012

4.3 Sosial dan Kependudukan

4.3.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2011 sebesar 630.728 jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Perbaungan dengan jumlah penduduk sebesar 101.052 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah terletak di Kecamatan Kotarih dengan jumlah penduduk sebesar 8.649 jiwa. Sampai pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai terus bertambah menjadi 642.983 jiwa, dengan jumlah penduduk yang tertinggi terletak di Kecamatan Perbaungan dengan jumlah penduduk sebesar 103,016 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah terdapat di Kecamatan Kotarih dengan jumlah penduduk sebesar 8.818 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Jumlah dan Persebaran Penduduk per Kecamatan No. Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Kecamatan Jumlah Penduduk jiwa 2009 2010 2011 2012 1 Sei Rampah 64.489 63.131 65.747 67.025 2 Sei Bamban 41.505 42.397 43.224 44.064 3 Tanjung Beringin 36.842 36.066 37.561 38.291 4 Teluk Mengkudu 42.192 41.304 43.015 43.851 5 Tebing Tinggi 47.345 46.348 48.269 49.207 6 Tebing Syahbandar 34.119 33.401 34.785 35.460 7 Perbaungan 99.118 97.031 101.052 103.016 8 Dolok Merawan 18.064 17.683 18.417 18.775 9 Bandar Khalifah 25.940 25.393 26.446 26.959 10 Dolok Masihul 51.958 50.864 52.972 54.000 11 Pantai Cermin 41.681 40.804 42.494 43.319 12 Pegajahan 28.415 27.817 28.970 29.533 13 Bintang Bayu 12.526 12.262 12.770 13.018 14 Serbajadi 22.058 21.594 22.488 22.925 15 Sipispis 33.284 32.583 33.934 34.594 16 Kotarih 8.304 8.483 8.649 8.818 17 Silinda 9.540 9.745 9.935 10.128 Jumlah 605.630 618.656 630.728 642.983 Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012

4.3.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data penduduk per Kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012 adalah 642.983 jiwa, dengan luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah 190.022.38 Ha. Kepadatan penduduk tertinggi yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai terletak di Kecamatan Perbaungan dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduknya adalah 923 JiwaKm2 dan Kepadatan penduduk tertinggi kedua adalah Kecamatan Teluk Mengkudu dengan tingkat rata-rata kepadatan penduduknya adalah 655 JiwaKm2. Sedangkan untuk tingkat kepadatan Universitas Sumatera Utara penduduk rendah di Kabupaten Serdang Bedagai terletak di Kecamatan Kotarih dengan rata-rata tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan tersebut adalah 113 JiwaKm2. Untuk Lebih Jelas dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 Kepadatan Penduduk per Kecamatan Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 No Kecamatan Luas Wilayah Km2 Jml. Penduduk Rata-rata kepadatan jiwaKm 1 Sei Rampah 198.900 67.025 337 2 Sei Bamban 72.260 44.064 610 3 Tanjung Beringin 74.170 38.291 516 4 Teluk Mengkudu 66.950 43.851 655 5 Tebing Tinggi 182.291 49.207 270 6 Tebing Syahbandar 120.297 35.460 295 7 Perbaungan 111.620 103.016 923 8 Dolok Merawan 120.600 18.775 156 9 Bandar Khalifah 116.000 26.959 232 10 Dolok Masihul 237.417 54.000 227 11 Pantai Cermin 80.296 43.319 540 12 Pegajahan 93.120 29.533 317 13 Bintang Bayu 95.586 13.018 136 14 Serbajadi 50.690 22.925 452 15 Sipispis 145.259 34.594 238 16 Kotarih 78.024 8.818 113 17 Silinda 56.740 10.128 178 1900,22 Total 642.983 338 Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka tahun 2012

4.4 Kondisi Transportasi

1. Pola Pergerakan

Pola pergerakan di Kabupaten Serdang Bedagai pada dasarnya merupakan pergerakan skala regional antar kecamatan dan wilayah. Dilihat dari kegiatannya, pola pergerakan di Kabupaten Serdang Bedagai terbagi menjadi dua kegiatan, vaitu pola pergerakan orang dan pola pergerakan barang. Universitas Sumatera Utara  Pola Pergerakan Orang Kabupaten Serdang Bedagai merupakan Kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara, sehingga kecenderungan pola pergerakan orang masih dipengaruhi oleh pola pergerakan lama yaitu ke pusat kegiatan sebelumnya seperti Kabupaten Deli Serdang dan Kota Tebing Tinggi, untuk pola pergerakan internalnya terpusat ke Perbaungan, Sei Rampah dan Sei Bamban sebagai kawasan perdagangan dan perkantoran.  Pola Pergerakan Barang Kegiatan perekonomian di Kabupaten Serdang Bedagai lebih didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan, walaupun ada beberapa kegiatan perdagangan tetapi lingkupnya tergolong masih terbatas. Lingkup pelayanan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Serdang Bedagai termasuk bisa melayani seluruh wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Jaringan Jalan