mempertimbangkan kegiatan usahanya sebagai tempat melayani kebutuhan yang memenuhi persyaratan mudah, menarik, dan mendapatkan konsumen lokasi yang
mudah dicapai, strategis, dalam arti dapat dicapai dari semua arah secara merata dan dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
2.4 Konsep Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menghubungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya Tamin, 2000:32. Selain itu, aksesibilitas juga memiliki pengertian berupa suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara
lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, serta tingkat kemudahan kesulitan lokasi tersebut dicapai melalui jaringan transportasi Black
dalam tamin, 2000:32. Tingkat kemudahan kesulitan tersebut merupakan suatu hal yang subjektif dan kualitatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu ukuran yang
kuantitatif untuk menyatakannnya. Terdapat tiga besaran ukuran untuk menyatakan aksesibilitas, yaitu :
1. Jarak
Konsep yang menyatakan aksesibilitas melalui jarak merupakan konsep paling sederhana. Konsep ini menyatakan bila jarak antara dua tempat berdekatan,
maka dikatakan bahwa tingkat aksesibilitas antara keduanya tinggi. Begitu juga sebaliknya bila jarak antara keduanya berjauhan, maka dikatakan bahwa tingkat
aksesibilitas antara keduanya rendah.
Universitas Sumatera Utara
2. Waktu Tempuh
Konsep ini menyatakan bila semakin singkat waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan antar dua tempat yang berbeda, maka semakin tinggi pula
tingkat aksesibilitas antar keduanya.
3. Biaya
Konsep ini menyatakan bila semakin rendah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan antar dua tempat yang berbeda, maka semakin tinggi pula
tingkat aksesibilitas antar keduanya. Ada penggunaan konsep ini, seringkali juga digunakan konsep biaya gabungan antara jumlah biaya perjalanan tiket, parkir,
bensin, dan biaya operasi kendaraan lainnya dengan nilai waktu perjalanan. Nilai waktu perjalanan tersebut merupakan waktu tempuh perjalanan yang dinyatakan
dalam satuan biaya tertentu.
2.5 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan kajian tentang pengembangan pusat-pusat pelayanan yang pernah dilakukan seperti penelitian yang dilakukan Teuku 2006 dalam tesisnya
“Penentuan Pusat Pemerintahan dan Pelayanan Kabupaten Aceh Timur Berdasarkan Pengembangan Wilayah”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara pengembangan pusat pelayanan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Timur.
Kemudian penelitian Paula Issabel Baun 2008 dalam tesisnya “Kajian Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun di Kawasan Pesisir Kota Kupang”
menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan pesisir Kota Kupang untuk penanganan permasalahan pemanfaatan ruang terbangun di kawasan pesisir
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan cara antara lain renewal, rehabilitasi, revitalisasi, dan reklamasi. Pengembangan fungsi kawasan ini disesuaikan dengan karateristik
pantai Kota Kupang dengan mampertimbangkan fisik kawasan pesisir, sosial ekonomi kawasan pesisir dan kebijakan kawasan pesisir Kota Kupang.
Selain itu, penelitian Erwin Harahap 2009 dalam tesisnya “Kecamatan Perbaungan Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Serdang Bedagai”,
menyimpulkan bahwa Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai mengalami pertumbuhan tiap tahunnya, dan dalam penyediaan sarana prasarana
yang ada di Kecamatan Perbaungan perlu terus ditingkatkan, baik dari sarana prasarana Pendidikan dan sarana prasarana Kesehatan yang ada sampai pada
tahun 2014 berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini. Berdasarkan penelusuran beberapa penelitian yang telah dilakukan
terdahulu, tampaknya secara khusus hanya menelaah kajian tentang peranan pusat-pusat pelayanan yang masih dalam proses pembangunan belum ada.
Sehingga dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana pengembangan pusat-pusat pelayanan yang telah ada terhadap
pengembangan wilayah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan di Kabupaten Serdang Bedagai.
2.6 Kerangka Penelitian
Pengembangan pusat-pusat pelayanan berperan terhadap pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan di wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai. Ketiga aspek tersebut diharapkan akan berperan positif bagi pengembangan pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Serdang Bedagai. Berikut kerangka penelitian yang dapat digambarkan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
PUSAT-PUSAT PELAYANAN
PENGEMBANGAN WILAYAH
PEMANFAATAN RUANG
PENCIPTAAN LAPANGAN
PEKERJAAN
PENGEMBANGAN PUSAT- PUSAT PELAYANAN
PERDA KAB.SERDANG BEDAGAI NO.22 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA RTRW KAB.SERDANG
BEDAGAI TAHUN 2006-2016 PEMBENTUKKAN KAB.SERDANG
BEDAGAI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NO.36 TAHUN 2003
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis
Hipotesis pada studi ini adalah Kajian Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten
Serdang Bedagai. 2. Pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
memiliki pengaruh positif terhadap pemanfaatan ruang di Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pengaruh positif terhadap penciptaan lapangan pekerjaan di
Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada studi ini adalah Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah + 1.900,22 km
2
Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka
, yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 desa
kelurahan, dengan batas administrasi wilayah adalah sebagai berikut :
Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Timur
: Berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun
Pemilihan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang
terbentuk dari hasil pemekaran dimana memiliki luas wilayah yang sangat luas.
3.2 Populasi dan Sampel
Sebelum melakukan sampel didaerah penelitian perlu diketahui terlebih dahulu populasi penelitian. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis
yang ciri-cirinya akan diduga Singarimbun, 1995. Populasi merupakan keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diselidiki. Pendapat
lain mengatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi. Maka yang dijadikan populasi dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian “Kajian Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai” ini dibatasi dalam lingkup spasial penelitian yaitu 3 tiga
Kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Lokal PKL yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan
Dolok Masihul. Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti Arikunto, 2006.
Pengambilan sampel ini dimaksudkan untuk mengefisiensikan waktu, tenaga dan biaya. Sampel yang akan diambil dalam penelitian harus mewakili populasi,
dimana semakin heterogen kondisi populasi maka semakin besar sampel yang dibutuhkan. Suatu model sampel yang ideal mempunyai 4 empat sifat yaitu :
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti;
2. Sederhana hingga mudah dilaksanakan; 3. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku standar dari taksiran yang diperoleh; 4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-
rendahnya Teken dalam Singarimbun, 1989.
Penentuan besarnya sampel yang akan dijadikan responden dengan mengikuti pendapat Arikunto 2006 yang mengatakan bahwa apabila populasi
kurang dari 100 orang maka sampel diambil secara keseluruhan, sedangkan populasi diatas 100 orang maka sampel diambil 10 - 15 atau 20 - 25 dari
populasi. Dalam penelitian ini, populasi dari 3 tiga kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Sei
Universitas Sumatera Utara
Rampah dan Kecamatan Dolok Masihul lebih dari 100 orang maka sampel diambil 10 - 15 dari seluruh populasi yang ada. Pengambilan sampel
berdasarkan jumlah populasi yang ada dapat kita lihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di ke-3 tiga Kecamatan
Kabupaten Serdang Bedagai No
Kecamatan Jumlah Penduduk
10 Keterangan
1 Perbaungan
103.016 103
2 Sei Rampah
67.025 67
3 Dolok Masihul
54.000 54
TOTAL 224.041
224
Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012
Dari ke 3 tiga Kecamatan tersebut yaitu Kecamtan Perbaungan,
Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Dolok Masihul, maka jumlah keseluruhan penduduknya adalah 224.041 jiwa. Sehingga sampel yang diambil
secara keseluruhan yaitu 224 sampel. Responden akan diajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai permasalahan yang ada dalam
kuesioner maupun pedoman wawancara, observasi disamping diberi kesempatan untuk mengemukakan berbagai pandangan secara bebas dan terbuka.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data pada dasarnya meliputi metode pengambilan data sekunder dan metode pengambilan data primer yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Metode pengambilan data sekunder adalah metode pengumpulan data dengan mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan data tertulis dari topik yang
akan dikaji. 2. Metode pengambilan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan
survey langsung ke wilayah penelitian untuk mendapatkan data – data primer berupa kondisi lapangan, sehingga diharapkan dapat melengkapi data
sekunder di lapangan dan validitas data yang digunakan menjadi lebih baik. 3. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertulis yang diajukan kepada
responden untuk mendapatkan potensi dan peluang, kelemahan, kekuatan serta ancaman yang ada dikawasan penelitian.
4. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi secara langsung kepada masyarakat setempat yang tinggal disekitar kawasan penelitian.
Pembicaraan berupa beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
3.4 Teknik Observasi yang Dilakukan
Teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi langsung dan tidak langsung meliputi :
1. Mengamati dan mencari data baik langsung survey maupun data instansional ke Dinas Tarukim, Kebersihan dan Pertamanan dan Bappeda
Kabupaten Serdang Bedagai tentang kondisi perencanaan pengembangan pusat-pusat pelayanan diwilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Membuat gambar objek penelitian melalui foto dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.5 Variabel Penelitian
Variable penelitian dalam penelitian ini yaitu : 1. Variable Terikat Dependent Variable pada penelitian ini adalah :
Aspek pengembangan wilayah Aspek pemanfaatan ruang
Aspek penciptaan lapangan pekerjaan; dan 2. Variabel Bebas Independent Variable pada penelitian ini adalah
pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
3.6 Uji Kualitas Data
Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan reabilitas dan validitas sebab kebenaraan data yang diolah sangat menentukan
kualitas hasil penelitian. Indriantoro dan Supomo 1999 menyatakan bahwa ada dua konsep mengukur kualitas data, yaitu reabilitas dan validitas. Data yang telah
dikumpulkan berdasarkan persepsi responden kemudian dikuantitatifkan agar dapat dilakukan uji statistik. Untuk menguji kesahihan persepsi responden
digunakan uji kualitas data kuesioner kepada seluruh responden.
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam
Universitas Sumatera Utara
mengukur apa yang ingin diukur. Alat analisis yang digunakan adalah Korelasi Bivariate Pearson Produk Moment Pearson dan Corrected Item Total
Correlation, dengan kriteria pengujian Priyatno, 2011 : Jika r-hitung
≥ r-tabel uji 2 sisi dengan Sig. 0,05, maka instrument atau item- item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item
pernyataan dinyatakan valid. Jika r-hitung r-tabel uji 2 sisi dengan Sig. 0,05, maka instrument atau item-
item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka item pernyataan dinyatakan tidak valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Menurut Sekaran dalam Erlina 2011, reliabilitas adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur, mengukur dengan stabil dan konsisten. Lebih lanjut,
Priyatno 2011 mengemukakan bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan konsisten
jika pengukuran tersebut diulang. Alat analisis atau metode uji reliabilitas yang sering digunakan adalah Cronbach’s Alpha, dengan kriteria pengujian Ghozali,
2005 : Jika Alpha 0,6 maka instrumen pengamatan dinyatakan reliabel.
Jika Alpha 0,6 maka instrumen pengamatan dinyatakan tidak reliabel.
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linear, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat menganggu model yang telah
Universitas Sumatera Utara
ditemukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk.
Uji mengetahui apakah penaksiran dalam regresi merupakan penaksir linear tak bias dilakukan uji asumsi klasik terhadap model yang telah
formulasikan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui probability plot dengan
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Suatu data dikatakan
terdistribusi secara normal apabila nilai Asymp. Sig. 2- tailed lebih besar dari œ 5 Ghozali, 2005.
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas Uji Gleiser
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang
Universitas Sumatera Utara
lain atau dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat pola gambar
scatter plot model tersebut. Bila titik-titik menyebar secara acak, tidak terbentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas Priyatno, 2011. Uji statistik dilakukan dengan Glejser, jika variabel bebas tidak signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel terikat nilai Absolut Absult, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005.
3.8 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan persepsi masyarakat sebagai data primer. Untuk menguji perumusan masalah pertama, kedua dan ketiga yang terdiri dari
aspek pengembangan wilayah, aspek pemanfaatan ruang, dan aspek penciptaan lapangan pekerjaan yaitu dengan metode pengujian menggunakan skala Likert
melalui kuesioner dengan rentangan bobot 1 sampai dengan 5, yang kemudian dalam pengolahan datanya menggunakan persamaan regresi linear sederhana
melalui program SPSS, yang bentuk persamaannya sebagai berikut : Y
1
Y = œ + ß X + µ
2
Y = œ + ß X + µ
3
Dimana : = œ + ß X + µ
X : Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan
Y
1
Y : Pengembangan Wilayah
2
: Pemanfaatan ruang
Universitas Sumatera Utara
Y
3
œ : Konstanta
: Penciptaan Lapangan Pekerjaan
µ : Erorr Term
ß : Koefisien Regresi
Adapun dasar pertimbangan menggunakan metode analisis regresi linear sederhana ini adalah untuk mengetahui besarnya peranan variabel bebas
Independent Variable terhadap variabel terikat Dependent Variable.
3.9 Uji Hipotesis
3.9.1 Uji Koefisien Determinasi R
2
Ghozali 2005 menyatakan bahwa koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Satu hal yang perlu dicatat adalah regresi lancung spurious regression.
3.9.2 Uji Simultan Uji F
Ghozali 2005 menyatakan bahwa uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
3.9.3 Uji Parsial t-test
Universitas Sumatera Utara
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen
Ghozali, 2005.
3.10 Defenisi Operasional
Dibawah ini merupakan batasan operasional dari variabel yang digunakan pada penelitian ini, sebagai berikut :
1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan sesuatu secara efektif dan bukan hanya sekedar menguji teori saja.
2. Pusat-Pusat Pelayanan adalah titik-titik pertumbuhan yang terjadi di
beberapa tempat tertentu saja karena adanya kekuatan penggerak pembangunan, dimana kekuatan tersebut dapat merangsang kegiatan-
kegiatan lainnya untuk tumbuh dan berkembang pada suatu wilayah. 3. Pengembangan
Wilayah adalah
Strategi memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor internal kekuatan dan kelemahan dan
eksternal peluang dan tantangan yang ada sebagai potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan
barang dan jasa yang merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara
internal maupun eksternal pada suatu wilayah. 4. Pemanfaatan Ruang adalah suatu upaya untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
Universitas Sumatera Utara
5. Penciptaan Lapangan Pekerjaan adalah suatu upaya dalam menciptakan
banyak lapangan pekerjaan untuk meningkatkan pendapatan dan
mengurangi kemiskinan pada suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kebijakan
4.1.1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai
Berdasarkan UU No.36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai, bahwa pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan
akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam
pemanfaatan potensi daerah.
4.1.2 Kedudukan dan Peran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam
Lingkup Nasional
Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN ditetapkan
rencana pola pengembangan sistem permukiman atau perkotaan yang menggambarkan sebaran kota, fungsi kota-kota dan hirarki fungsional kota-kota
yang terkait dengan pola transportasi dan prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah nasional. Hirarki Fungsional kota dalam wilayah nasional terdiri dan
Pusat Kegiatan Nasional PKN, Pusat Kegiatan Wilayah PKW, dan Pusat Kegiatan Lokal PKL. Dalam kaitan ini, hirarki fungsional kota-kota di wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN; 2. Perbaungan, Sei Rampah dan Dolok Masihul sebagai Pusat Kegiatan Lokal
PKL.
4.1.3 Kedudukan dan Peran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam Lingkup Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan tujuan pengembangan jangka panjang Provinsi Sumatera Utara, strategi pengembang struktur tata ruang di Provinsi Sumatera Utara, yaitu:
a. Mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat, kebijakan
tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat sesuai
dengan daya dukung. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan poros timur dan barat.
b. Mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi
sebagai berikut: Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi
komoditi unggulan. Meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi
unggulan menuju pusat pemasaran. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin
kestabilan produksi komoditi unggulan. Mengembangkan pusat-pusat agropolitan untuk meningkatkan daya saing
Universitas Sumatera Utara
Meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia serta memperluas jaringan transmisi tenaga listrik
guna mendukung produksi komoditas unggulan. c. Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang ada dan
ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
Mempertahankan luasan pertanian lahan basah yang ada saat ini Meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah.
Mencetak kawasan pertanian lahan basah baru untuk memenuhi swasembada pangan.
d. Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
Mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas kawasan lindung Mengembalikan ekosistem kawasan lindung.
e. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi
sebagai berikut: Mengendalikan perkembangan fisik permukiman perkotaan
Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan f. Meningkatkan aksesibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi ke
seluruh wilayah provinsi, kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah provinsi.
Menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi kesehatan, pendidikan, air bersih, pemerintahan dan lain-lain.
4.1.4 Kebijakan Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
Rencana struktur ruang bertujuan untuk pemerataan pembangunan diseluruh wilayah dan sekaligus menghindari terjadinya pemusatan kegiatan yang
berlebihan agar terjamin keserasian agar tercapai pemanfaatan ruang yang sesuai dan seimbang dengan pola pemanfaatan tata ruang seoptimal mungkin dengan
penyebaran prasarana dan sarana sosial, dan kecenderungan yang berlaku dilapangan.
Berdasarkan strategi pengembangan struktur tata ruang, wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dibagi menjadi hirarki dimana tiap-tiap hirarki
mempunyai pusat sebagai sentral pertumbuhan berdasarkan potensi dan kendala yang dimilikinya serta peningkatan akses ke pusat-pusat hirarki dan antar pusat
hirarki. Setiap pusat-pusat pengembangan akan memberi dapak terhadap pusat-
pusat pengembangan yang lain sehinga terjalin satu keterkaitan untuk saling memenuhi kebutuhan tiap pusat hirarki melalui sumberdaya alam yang
dimilikinya. Jangkauan pusat pelayanan merupakan kemampuan tiap-tiap fungsi pusat
pelayan untuk melayani daerah hinterlandnya. Semakin tinggi hirarki pusat
Universitas Sumatera Utara
pelayanan maka semakin luas jangkauannya begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penilaian terhadap pusat-pusat pelayanan maka dapat ditentukan jangkauan pusat
pelayanan sebagai berikut:
•
Pusat pelayanan dengan hirarki I dengan jangkauan pelayanan seluruh wilayah Kabupaten Serdang Bedagai selain melayani beberapa Kecamatan
di sekitarnya.
•
Pusat pelayanaan dengan hirarki ke II dengan jangkauan pelayanan meliputi wilayah pengembangan yang menjadi daerah hinterlandnya.
•
Pusat pelayanan dengan hirarki ke III dengan jangkauan pelayanan wilayah Kecamatan atau desakelurahan yang menjadi hinterlandnya.
Dari hasil analisis di atas dapat ditentukan fungsi masing-masing pusat pelayanan. Tiap-tiap pusat pelayanan memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan
jenjang tiap pusat-pusat permukiman. Semakin tinggi jenjang pusat permukiman maka semakin kompleks fungsi sebagai pusat pelayanan, dan semakin rendah
jenjang pusat permukiman maka semakin kecil fungsi sebagai pusat pelayanan. Pusat-pusat pelayanan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari:
1. Pusat pelayanan Sei Rampah, merupakan kota hirarki ke I dengan fungsi sebagai :
Pusat pelayanan wilayah pengembangan A sekaligus sebagai pusat pemerintahan kabupaten
Pusat perekonomian, jasa, perdagangan bagi Wilayah Pengembangan A dan wilayah kabupaten.
Universitas Sumatera Utara
Pusat pendidikan, sampai dengan perguruan tinggi untuk lingkup kabupaten
Pusat Kesehatan, sampai dengan tingkat pelayanan tertinggi dalam bentuk Rumah Sakit Umum.
2. Pusat pelayanan Perbaungan dan Dolok Masihul, merupakan kota hirarki ke II dengan fungsi sebagai :
Pusat pelayanan wilayah pengembangan sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kecamatan
Pusat perekonomian, jasa, perdagangan bagi Wilayah Pengembangan.
Pusat pendidikan menengah, kesehatan RSU, dan pertanian
Pusat pelayanan hirarki ke III dan seterusnya, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan Kecamatan, Pendidikan Menengah, kesehatan, perekonomian
dan perdagangan, dan permukiman. Untuk lebih jelasnya pembagian hirarki di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1
No
Hirarki di Kabupaten Serdang Bedagai
Hirarki Kecamatan
Fungsi 1
I Kecamatan Sei Rampah
Pusat Pelayanan Wilayah Pengembangan A dan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Pusat Perekonomian, jasa,
Perdagangan Bagi Pengembangan Wilayah A dan Wilayah
Kabupaten Pusat Pendidikan Sampai Dengan
Perguruan Tinggi Untuk Lingkup Kabupaten
Pusat Kesehatan Sampai Dengan Tingkat Pelayanan Tertinggi
Dalam Bentuk Rumah Sakit Umum
2 II
Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Dolok
Masihul Pusat Pelayanan Wilayah
Pengembangan Sekaligus Sebagai Pusat Pemerintahan Kecamatan.
3 III
Kecamatan Bandar Khalifah
Kecamatan Tebing Syahbandar
Kecamatan Dolok Merawan
Kecamatan Tebing Tinggi Kecamatan Sei Bamban
Kecamatan Tanjung Beringin
Kecamatan Teluk Mengkudu
Kecamatan Pegajahan Kecamatan Pantai Cermin
Kecamatan Sipispis Kecamatan Serbajadi
Kecamatan Bintang Bayu Kecamatan Kotarih
Kecamatan Silinda Berperan Sebagai Pusat
Pemerintah Kecamatan, Pendidikan Menengah, Kesehatan,
Perekonomian dan Perdagangan dan Permukiman.
Sumber : RTRW Kabupaten Bandung, Tahun 2006-2016
Universitas Sumatera Utara
4.2 4.2.1
Aspek Fisik Dasar dan Pemanfaatan Ruang Batasan Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten
Serdang Bedagai memiliki luas 1.900,22 km
2
serta terletak pada posisi 03 01’57”
Lintang Utara – 3 40’48” Lintang Utara dan 98
45’00” Bujur Timur - 99
1. Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka
18’36” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter diatas permukaan laut.
Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai batas-batas wilayah :
2. Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun
3. Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4. Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten
Simalungun
Untuk lebih jelasnya batas administrasi dan luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan
Luas Wilayah Km2 Jumlah
DesaKelurahan
1 Kotarih
78,024 11
2 Silinda
56,740 9
3 Bintang Bayu
95,586 19
4 Dolok Masihul
237,417 28
5 Serbajadi
50,690 10
6 Sipispis
145,259 20
7 Dolok Merawan
120,600 17
8 Tebing Tinggi
182,291 14
9 Tebing Syahbandar
120,297 10
10 Bandar Khalipah
116,000 5
11 Tanjung Beringin
74,170 8
12 Sei Rampah
198,900 17
13 Sei Bamban
72,260 10
14 Teluk Mengkudu
66,950 12
15 Perbaungan
111,620 28
16 Pegajahan
93,120 13
17 Pantai Cermin
80,296 12
JUMLAH 1.900,22
243
Sumber: BPS Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012
4.2.2 Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh bidang-bidang tanah dengan bidang horizontal dan dihitung dalam persen . Menurut Mabbery
Sampurno,1979:5 membuat klasifikasi tujuh kelas lereng untuk melihat kemungkinan penggunaan lahan yang optimum. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Penggunaan Lahan dan Sudut Lereng yang Optimum
No. Penggunaan Lahan Kelas Sudut Lereng
0-3 3-5
5-10 10-15
15-30 30-70
70
1 Rekreasi Umum 2 Bangun Terhitung
3 Perumahan 4 Penggunaan Kota
5
Jalan Urban Kota 6 Sistem Septictank
7 Pusat Perdagangan 8 Jalan Raya
9 Jalan Lain
Sumber: Mabery Sampurno, 1979: 5
Keterangan : : Yang boleh dimanfaatkan dalam penggunaan lahan
Klasifikasi keminngan lahan juga dapat mempengaruhi potensi yang dapat dikembangkan di kawasan yang memiliki keminngan lahan tertentu, diantaranya:
a. Kemiringan 0,0-1,0 mudah tergenang, harus dilakukan perbaikan drainase, pembangunannya hampir selalu diseriai dengan penimbunan, pembangunan
saluran pembuangan relatif mahal. Wilayah ini cocok untuk dipertahankan sebagai daerah pertanian atau dijadikan kawasan hijau kota;
b. Kemiringan l,l-4 kadang tergenang pada kawasan tertentu, hampir tidak dibutuhkan perbaikan drainase sedikit penimbunan, ideal bagi pembangunan
saluran pembuangan. Wilayah ini cocok bagi segala macam peruntukan baik untuk peruntukan perkotaan maupun perdesaanpertanian;
c. Kemiringan 4,1-12 tidak tergenang, tidak dibutuhkan perubahan darainase, tidak ditimbun sedikit grading, dapat dibangun saluran pembuangan
Universitas Sumatera Utara
tanpa sistem, tracejalur jalan harus disesuaikan dengan kemiringan wilayah untuk menghindar grading. Wilayah ini sangat cocok untuk pengembangan
pemukiman perkotaan terutama bagi perumahan; d. Kemiringan 12,l-25,0 selalu kering, tidak dibutuhkan perbaikan drainase,
pengembangan bagi pemukim kota harus disertai dengan grading dan sedikit mengganggu ekosistem kehidupan dan lingkungan kota, agak sulit ditentukan
trace jalan dan saluran pembuangan serta biaya pembangunan relatif mahal. Wilayah ini boleh dikembangkan menjadi kawasan perumahan dengan kontrol
yang ketat dan 40 arealnya harus dihijaukan;
e. Kemiringan 25, wilayah ini sebaiknya dikonservasikan, karena
pembangunannya selain akan menjadi mahal juga akan mengganggu ekosistem lingkungan dan kehidupan penduduk.
Morfologi Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari wilayah datarlandai, kaki bukit, dan pegunungan dengan kemiringan lereng beragam antara 0-8, 8-
15 hingga di atas 45. Untuk lebih jelasnya luas dan klasifikasi kemiringan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat di lihat pada Tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Luas Kemiringan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Kemiringan Lahan
Luas Ha
1 0-3
32,91 62.540,38
2 15-25
23,20 44.087
3 25-40
1,10 2.101
4 3-8
9,10 17.301
5 8-15
4,80 9.123
6 40
28,8 54.870
Total 190.022,38
100
Sumber: Bapeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Ketinggian Lahan
Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai merupakan rangkaian wilayah yang memiliki ketinggian lahan yang bervariasi, ketinggian lahan di wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai didominasi oleh dengan ketinggian lahan 500 mdpl. Untuk lebih jelasnya luas dan klasifikasi ketinggian lahan di Kabupaten Serdang
Bedagai dapat di lihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Luas Ketinggian Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Ketinggian Lahan Luas Ha
1 1000-1500
28.869 12,19
2 1500-2000
16.634 10,75
3 500-1000
69.380,38 36,51
4 500
75.139 39,54
Total 190.022,38
100
Sumber: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012
4.2.4 Curah Hujan
Suhu udara berkisar antara 19°C sampai 24°c dengan penyimpangan harian mencapai 50°c dan kelembaban udara beragam antara 78 pada musim
hujan dan 70 pada musim kemarau. Dari data curah hujan yang tertera pada tabel dibawah menunjukan bahwa curah hujan rata-rata tahunan adalah 2000-
2500 mmth. Untuk lebih jelasnya kondisi curah hujan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Sebaran Curah Hujan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Curah Hujan Luas Ha
1 1500-2000
23.876 12,56
2 2000-2500
94.432 49,69
3
2500-3000 45.045,38
23,70 4
3000-3500 16.694
8.78
5
1500 9.975
5,24
Total 190.022,38
100
Sumber : Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012
4.2.5 Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Serdang Bedagai dipengaruhi oieh 5 lima faktor pembentuk tanah yaitu batuan induk, topografi, umur, iklim, dan vegetasi,
diantaranya jenis tanah aluvial, yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi aluvial dengan pasir, terbentuk akibat pengangkutan dan pengendapan sisa-sisa
bahan induk oleh aliran sungai dan memiliki karakteristik yang rentan terhadap gangguan alarm maupun akibat dampakpengaruh pengolahan lahan yang
berlebihan. Untuk lebih jelasnya kondisi jenis tanah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Serdang Bedagai
No Jenis Tanah
Luas Ha
1 Alluvial Kelabu
7.634 4,01
2 Alluvial Kelabu dan merah
154 0,08
3 Andosol Coklat
12.076 6,35
4 Andosol coklat dan regosoi coklat
9,10 17301
5 Glei humus dan alluvial
24.876,38 17,09
6 Glei humus dan alluvial kelabu
8.087 0,004
7 Latosol coklat
6,57 12.500
8 Latosol merah dan coklat
12,1 23.088
9 Latosol merah kekuningan
59.591,08 31,3
10 Latosol tua kemerahan
18.778 9,88
11 Regosol kelabu dan litosol
5.997 3,15
Total 190.022,38
100
Sumber: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012
4.2.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari hutan, ladang, perkebunan, permukiman, sawah dan semak belukar. Pemanfaatan lahan
di Kabupaten Serdang Bedagai didominasi oleh sawah seluas 9.9971,58 Ha 76,56 dimana sebaran pertanian sawah terdapat di hampir semua Kecamatan
di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk lebih jelasnya kondisi exsisting pemanfaatan lahan di Kabupaten
Serdang Bedagai berdasarkan data tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012
No Pemanfaatan Lahan
Luas Ha
1 Hutan 5.477,95
2,88 2 Ladang
6.459,58 3,39
3 Perkebunan 6.6285,67
34,88 4 Permukiman
8.689,72 4,57
5 Sawah 9.9971,58
52,61 6 Semak belukar
3.137,88 1,65
Total 190.022,38
100
Sumber: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2012
4.3 Sosial dan Kependudukan
4.3.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2011 sebesar 630.728 jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi terletak di Kecamatan
Perbaungan dengan jumlah penduduk sebesar 101.052 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah terletak di Kecamatan Kotarih dengan jumlah penduduk
sebesar 8.649 jiwa. Sampai pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai terus bertambah menjadi 642.983 jiwa, dengan jumlah penduduk
yang tertinggi terletak di Kecamatan Perbaungan dengan jumlah penduduk sebesar 103,016 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah terdapat di
Kecamatan Kotarih dengan jumlah penduduk sebesar 8.818 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Jumlah dan Persebaran Penduduk per Kecamatan
No. Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012
Kecamatan Jumlah Penduduk jiwa
2009 2010
2011 2012
1 Sei Rampah
64.489 63.131
65.747 67.025
2 Sei Bamban
41.505 42.397
43.224 44.064
3 Tanjung Beringin
36.842 36.066
37.561 38.291
4 Teluk Mengkudu
42.192 41.304
43.015 43.851
5 Tebing Tinggi
47.345 46.348
48.269 49.207
6 Tebing Syahbandar
34.119 33.401
34.785 35.460
7 Perbaungan
99.118 97.031
101.052 103.016
8 Dolok Merawan
18.064 17.683
18.417 18.775
9 Bandar Khalifah
25.940 25.393
26.446 26.959
10 Dolok Masihul
51.958 50.864
52.972 54.000
11 Pantai Cermin
41.681 40.804
42.494 43.319
12 Pegajahan
28.415 27.817
28.970 29.533
13 Bintang Bayu
12.526 12.262
12.770 13.018
14 Serbajadi
22.058 21.594
22.488 22.925
15 Sipispis
33.284 32.583
33.934 34.594
16 Kotarih
8.304 8.483
8.649 8.818
17 Silinda
9.540 9.745
9.935 10.128
Jumlah 605.630
618.656 630.728
642.983
Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012
4.3.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data penduduk per Kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012
adalah 642.983 jiwa, dengan luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah 190.022.38 Ha. Kepadatan penduduk tertinggi yang ada di Kabupaten Serdang
Bedagai terletak di Kecamatan Perbaungan dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduknya adalah 923 JiwaKm2 dan Kepadatan penduduk tertinggi kedua
adalah Kecamatan Teluk Mengkudu dengan tingkat rata-rata kepadatan penduduknya adalah 655 JiwaKm2. Sedangkan untuk tingkat kepadatan
Universitas Sumatera Utara
penduduk rendah di Kabupaten Serdang Bedagai terletak di Kecamatan Kotarih dengan rata-rata tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan tersebut adalah 113
JiwaKm2. Untuk Lebih Jelas dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10 Kepadatan Penduduk per Kecamatan
Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 No
Kecamatan Luas Wilayah
Km2 Jml.
Penduduk Rata-rata
kepadatan jiwaKm
1 Sei Rampah
198.900 67.025
337 2
Sei Bamban 72.260
44.064 610
3 Tanjung Beringin
74.170 38.291
516 4
Teluk Mengkudu 66.950
43.851 655
5 Tebing Tinggi
182.291 49.207
270 6
Tebing Syahbandar 120.297
35.460 295
7 Perbaungan
111.620 103.016
923 8
Dolok Merawan 120.600
18.775 156
9 Bandar Khalifah
116.000 26.959
232 10 Dolok Masihul
237.417 54.000
227 11 Pantai Cermin
80.296 43.319
540 12 Pegajahan
93.120 29.533
317 13 Bintang Bayu
95.586 13.018
136 14 Serbajadi
50.690 22.925
452 15 Sipispis
145.259 34.594
238 16 Kotarih
78.024 8.818
113 17 Silinda
56.740 10.128
178
1900,22 Total
642.983 338
Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka tahun 2012
4.4 Kondisi Transportasi
1. Pola Pergerakan
Pola pergerakan di Kabupaten Serdang Bedagai pada dasarnya merupakan pergerakan skala regional antar kecamatan dan wilayah. Dilihat dari kegiatannya,
pola pergerakan di Kabupaten Serdang Bedagai terbagi menjadi dua kegiatan, vaitu pola pergerakan orang dan pola pergerakan barang.
Universitas Sumatera Utara
Pola Pergerakan Orang
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan Kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara, sehingga kecenderungan pola pergerakan orang masih dipengaruhi oleh
pola pergerakan lama yaitu ke pusat kegiatan sebelumnya seperti Kabupaten Deli Serdang dan Kota Tebing Tinggi, untuk pola pergerakan internalnya
terpusat ke Perbaungan, Sei Rampah dan Sei Bamban sebagai kawasan perdagangan dan perkantoran.
Pola Pergerakan Barang
Kegiatan perekonomian di Kabupaten Serdang Bedagai lebih didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan, walaupun ada beberapa kegiatan
perdagangan tetapi lingkupnya tergolong masih terbatas. Lingkup pelayanan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Serdang Bedagai termasuk bisa
melayani seluruh wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Jaringan Jalan