Dukungan Keluarga Dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

(1)

DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI PAMARDI PUTRA INSYAF DESA LAU BAKERI KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG

DRAFT WAWANCARA A. INFORMAN KUNCI

Profil Informan a. Nama : b. Jenis Kelamin : c. Umur : d. Alamat : e. Jabatan :

1. Bagaimana proses pelaksanaan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkoba yang dilakukan di rehabilitasi PSPP Insyaf?

2. Apakah setiap peksos di rehabilitasi PSPP Insyaf menjalankan perannya sebagai konselor? Dan seperti apa pelaksanaanya di lapangan?

3. Apa yang anda lakukan saat mengadakan pertemuan dengan keluarga klien? 4. Apa saja yang anda terapkan kepada klien selama berada di panti rehabilitasi? 5. Ilmu apa saja yang anda berikan pada kelaurga agar klien tidak mengalami

relaps?

6. Apakah ada keluarga yang tidak peduli terhadap perkembangan klien di panti rehabilitasi? Jika ada, bagaimana cara anda menghadapi keluarga yang tidak peduli tersebut?

7. Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada anaknya selama berada di dalam panti?

8. Berapa lama setiap kali keluarga mengunjungi anaknya/klien?

9. Pendekatan seperti apa yang anda lakukan terhadap klien agar klien mau terbuka dengan anda?

10. Dalam rencana kegiatan untuk keluarga, setelah 2 bulan keluarga dapat bertemu dengan klien. Mengapa begitu?


(2)

B. INFORMAN UTAMA (Keluarga) Profil Informan

a. Nama : b. Jenis Kelamin : c. Umur : d. Agama : e. Pekerjaan : f. Status :

1. Dari siapa anda mengetahui tentang panti rehabilitasi PSPP “Insyaf”? 2. Mengapa anda memilih PSPP “Insyaf” ?

3. Siapakah yang membiayai rehabilitasi klien?

4. Dari siapa anda mengetahui bahwa klien telah mengkonsumsi narkoba? 5. Sudah berapa lama klien menjalani proses rehabilitasi di PSPP “Insyaf” ?

6. Bagaimana cara anda mengajak klien sehingga klien mau menjalani rehabilitasi di PSPP “Insyaf” ?

1. Bagaimana komunikasi antara keluarga dan klien dalam kehidupan sehari-hari? PROGRAM BIMBINGAN

2. Bagaimana cara anda dengan klien menyikapi masalah yang ada dalam keluarga? 3. Apakah keluarga pernah memberikan pengetahuan kepada klien tentang bahaya

narkoba baik setelah atau sebelum mengetahui klien adalah seorang pecandu narkoba?

4. Bagaimana reaksi anda ketika mengetahui klien telah menggunakan narkoba? 5. Apa perasaan keluarga saat pertama kali klien berada di PSPP “Insyaf” ? 6. Apakah selama di rehabilitasi anda tetap memberikan perhatian kepada klien? 7. Bagaimana perasaan anda saat pertama kali bertemu klien setelah menjalani 6

bulan rehabilitasi?

8. Bagaimana komunikasi keluarga dengan klien setelah direhabilitasi?

9. Apakah setelah direhabilitasi klien terbuka kepada keluarga mengenai masalah-masalahnya?

10. Apakah keluarga mengakui keberadaan klien kepada lingkungan luar?

11. Bagaimana tanggapan anda terhadap perkembangan klien selama direhabilitasi? 12. Bagaimana tanggapan saat anda dipuji karena perkembangan positif klien?


(3)

13. Apakah anda memberikan dorongan semangat kepada klien untuk pulih? 14. Bagaimana perlakuan anda kepada klien setelah menajalani masa rehabilitasi? 15. Apakah anda selalu mendampingi klien dalam masa program bimbingan di panti?

Bimbingan apa saja yang anda damping?

16. Apakah keluarga sering mengajak klien untuk mencoba pengobatan terhadap kecanduan klien sebelum direhabilitasi?

17. Apakah kebutuhan klien selalu dipenuhi dalam keluarga?

18. Apakah keluarga selalu meluangkan waktu khusus untuk bertemu klien pada masa rehabilitasi?

19. Adakah perubahan yang anda rasakan dari klien selama proses rehabilitasi? Perubahan dalam hal apa saja?

20. Setelah proses rehabilitasi dan keluar dari rehabilitasi PSPP “Insyaf”, apa yang ingin anda lakukan untuk kehidupan klien selanjutnya?

C. INFORMAN UTAMA (Klien) Profil Informan

a. Nama : b. Jenis Kelamin : c. Umur : d. Agama : e. Pekerjaan : f. Status :

1. Dari siapa anda mengetahui tentang Panti Rehabilitasi PSPP “Insyaf” ? 2. Mengapa anda memilih PSPP “Insyaf” ?

3. Siapakah yang membiayai rehabilitasi anda?

4. Dari siapa keluarga tahu bahwa anda telah mengkonsumsi narkoba? 5. Sudah berapa lama anda menjalani proses rehabilitasi di PSP “Insyaf” ?

6. Bagaimana cara keluarga mengajak anda sehingga anda mau menjalani rehabilitasi di PSPP “Insyaf” ?

7. Apa yang menyebabkan anda mengkonsumsi narkoba?

8. Siapa yang mengajak anda pertama kali menggunakan narkoba? 9. Narkoba jenis apa yang anda konsumsi?

10. Bagaimana anda mendapatkan uang untuk membeli narkoba? 11. Sudah berapa lama anda mengkonsumsi narkoba?


(4)

12. Kenikmatan apa yang anda rasakan ketika sedang menggunakan narkoba?

1. Bagaimana komunikasi antara anda dan keluarga dalam kehidupan sehari-hari? PROGRAM BIMBINGAN

2. Bagaimana cara anda dengan keluarga menyikapi masalah yang ada dalam keluarga?

3. Apakah keluarga pernah memberikan pengetahuan kepada anda tentang bahaya narkoba baik setelah atau sebelum mengetahui anda adalah seoarng pecandu narkoba?

4. Bagaimana reaksi keluarga ketika mengetahui anda telah menggunakan narkoba? 5. Apa perasaan anda saat pertama kali berada di PSPP “Insyaf” ?

6. Apakah selama di rehabilitasi keluarga tetap memberikan perhatian kepada anda? 7. Bagaimana perasaan anda saat pertama kali bertemu keluarga setelah menjalani 6

bulan rehabilitasi?

8. Bagaimana komunikasi keluarga dengan anda setelah direhabilitasi?

9. Apakah setelah direhabilitasi anda terbuka kepada keluarga mengenai masalah-masalah anda?

10. Apakah keluarga mengakui keberadaan anda kepada lingkungan luar?

11. Bagaimana tanggapan keluarga terhadap perkembangan anda selama direhabilitasi?

12. Bagaimana tanggapan saat anda dipuji karena perkembangan positif anda? 13. Apakah keluarga memberikan dorongan semangat kepada anda untuk pulih? 14. Bagaimana perlakuan keluarga kepada anda setelah menajalani masa rehabilitasi? 15. Apakah keluarga selalu mendampingi anda dalam masa program bimbingan di

panti?

16. Apakah keluarga sering mengajak anda untuk mencoba pengobatan terhadap kecanduan anda sebelum direhabilitasi?

17. Apakah kebutuhan anda selalu dipenuhi oleh keluarga?

18. Apakah keluarga selalu meluangkan waktu khusus untuk bertemu anda pada masa rehabilitasi?

19. Adakah perubahan yang anda rasakan dari dampingan konselor selama proses rehabilitasi? Perubahan dalam hal apa saja?

20. Setelah proses rehabilitasi dan keluar dari rehabilitasi PSPP “Insyaf”, apa yang ingin anda lakukan untuk kehidupan anda selanjutnya


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang. Ns. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto. Afiatin, Tina. 2008. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba: Dengan Program AJI.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Badan, Narkotika. 2009. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba bagi Bagi Petugas Lapas atau Rutan. Jakarta: Pusat Pencegahan Lakhar BNN.

Badan, Narkotika. 2013. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya. Medan: BNN Provinsi Sumut.

Dachlis. 2010. Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA. Lau Bakeri: Copyright.

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC. Hawari, Dadang. 2009. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta. Muhidin, Syarif. 1992. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi

Kesejahteraan Sosial.

Partodiharjo, Subagyo. 2000. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Kesehatan. . Medan: PT. Grasindo Monoratama.

Sudarsosno. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Surya, 2011. Manajemen Kinerja. Yogyakarta : Pustaka Pekajar

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Tanjung, Ain. 2006. Pahami Kejahatan Narkoba: Pentingnya memahami Bahaya Narkoba dan Kaitannya dengan HIV/AIDS. Jakarta: Letupan Indonesia.


(6)

Sumber Online:

Pukul 13.40 wib).

tanggal 10 Agustus 2015 pukul 12.10 wib).

diakses pada tanggal 13 Agustus 2015 pukul 20.40 wib).

Wib).


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Tipe penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Terasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitan itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan suatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata . Pendekatan penelitian ini adalah berupa pendekatan kualitatif, yaitu denag mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suat satuan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga dalam proses rehabilitasi di Panti Parmadi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Pamardi Putra Insyaf jalan Berdiakri No. 37 Desa Laubakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi ini adalah karena merupakan salah satu UPT yang didirikan Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI yang berdasarkan Berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003,


(8)

mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba.

3.3 Subyek Penelitian

Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tetapi menggunakan subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagi informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Kaelan, 2012: 89). Informan penelitian ini meliputi beberapa macam seperti:

a. Informan kunci yaitu, mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan selama penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu Indra selaku Konselor Adiksi di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Laubakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. b. Informan utama yaitu, mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti . Informan utama dalam penelitian ini adalah korban penyalahgunaan narkoba berumur 18-35 beserta anggota keluarganya yaitu 5 orang .

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada pada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.


(9)

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah: a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap segala gejala bentuk kegiatan

yang dilakukan oleh korban.

b. Wawancara yaitu cara pengumpulan data dimana penelitian dan responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 211). Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud yaitu mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara kemudian dikumpulkan lalu diolah dan dianalisis dengan menggambarkan dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas sehingga data dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti (Kaelan, 2012: 12).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistic dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan


(10)

untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.


(11)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Panti Pamardi Putra Insyaf

Pertengahan tahun 1970 dilaksanakan rapat koordinasi Pemda TK. I Sumatera Utara, salah satu hasil rapat tersebut untuk mendirikan Panti Sosial bagi Anak Nakal dan Korban Narkotika. Untuk mewujudkan impian tersebut, pihak kepolisian Sumatera Utara menyediakan sebidang tanah 8.960 m2 (128 × 70 m) di Jalan Pancing Medan, sedangkan dana pembangunan berasal dari Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara tahun anggaran 1976.

Seiring dengan meningkat dan meluasnya korban penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun dengan dimensi yang sangat beragam sehingga membutuhkan penanganan secara menyeluruh dan utuh. Lokasi PSPP “Insya” Medan saat ini tidak memungkinkan sebagai Panti Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA karena berada dipusat kota. Untuk mendapatkan solusi atas permasalahan di atas dilakukan rapat koordinasi antara Departemen Sosial RI dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 tentang pemindahan lokasi PSPP “Insyaf” Medan ke Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, Jl. Berdikari No. 37. Setelah terbitnya, KEPMENSOS RI No. 09/HUK/2008 tanggal 23 Januari 2008 tentang Pemindahan Lokasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf ke Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang maka dilakukan perpindahan sarana dan prasarana secara bertahap dan kegitan operasional pelayanan rehabilitasi social mulai dilaksanakan bulan Juni 2008 di Lau Bakeri Deli Serdang. Dengan . Luas areal Panti Sosial 46.962 m2 dengan luas bangunan 8.103 m2 yang terdiri dari 11 unit bangunan.


(12)

Pembangunan fasilitas gedung beserta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya membutuhkan waktu hampir dua tahun, sehingga panti social baru melakukan aktivitasnya pada tahun 1979 dan warga binaan pertama yang bina merupakan hasil penjaringan dan penangkaan pihak kepolisisan terhadap anak-anak yang menajdi korban penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan hanya berkisar setahun setelah beroperasinya kegiatan panti, warga binaan tidak hanya terbatas dari titipan pihak kepolisian saja, tetapi permintaan dari masyarakat luas terus berdatangan. Hal ini menunjukkan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang di Provinsu Sumatera Utara begitu telah merebak begitu luas (Dachlis, 2010: 4).

4.2 Visi dan Misi Panti Pamardi Putra Insyaf 4.2.1 Visi Panti Pamardi Putra Insyaf

Sebagai sebuah organisasi yang memberikan pelayanan rehabilitasi social bagi korban penyalahgunaan narkoba “PSPP” Insyaf” Sumatera Utara memilih visi memberikan pelayanan yang berkualitas dan professional.

4.2.2 Misi Panti Pamardi Putra Insyaf

1. Menetapkan standarisasi pelayanan dan rehabilitasi social korban penyalahgunaan narkoba.

2. Legislasi pelayanan dan rehabilitasi social korban penyalahgunaan narkoba. 3. Mengembangkan alternative intervensi di bidang pelayanan dan rehabilitasi

social korban penyalahgunaan narkkoba.

4. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi pekerja sosial. 5. Membangun jaringan dengan dunia usaha.


(13)

4.3 Struktur Organisasi

Panti Sosial yang disebut dengan PSPP “Insyaf” Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehbailitasi social bagi penyandang maslaah kesejahteraan social agar mampu berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyipan standar pelayanan, pemeberian informasi serta koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku.

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf KEPALA PSPP

“INSYAF”

SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI PROGRAM ADVOKASI SOSIAL

SEKSI REHABILITASI SOSIAL

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

INSTALASI PRODUKSI (SHELTERED WORKSHOP)


(14)

Berikut adalah paparan tentang strukutur organisasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf :

1. Kepala PSPP “Insyaf”

Kepala Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” sebagai penanggungjawab pelaksanaan tugas pelayanan dan rehabilitasi social bagi penyandang masalah kesejahteraan social, berperan aktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas Kepala Panti “Insyaf” melaksanakan tugas-tugas manajerial dan teknis opersional pelayanan dan rehbailitasi social sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Panti “Insyaf” bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasi bawahannya memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya, wajib mengelolah dan mempergunakan setiap laporan yang diterima dari bawahannya sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut.

2. Sub Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan rencana anggran, urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumas panti.

3. Seksi Program dan Advokasi Sosial

Mempunyai tugas melakukan penjangkauan awal dan penerimaan klien yang meliputi identifikasi awal, observasi awal. Menyusun program rehabilitasi social. Memberikan informasi dan sosialisasi pelayanan. Memberikan bantuan perlindungan dan advokasi social, melakukan penyaluran atau resosialisasi setelah rehabilitasi, melakukan kerja sama, melakukan pengkajian dan penyiapan bahab standarisasi pengembangan program pelayanan rehabilitasi, serta melakukan pemantauan dan mengevaluasi pelaporan program rehabilitasi dan perlindungan sosial.


(15)

4. Seksi Rehabilitasi Sosial

Mempunyai tugas melakukan registrasi atau penyimpanan file klien. Mealkaukan assessment, observasi lanjutan, pemeliharaan jasmani, penetapan diagnose klien, pengasuhan dan perawatan. Memberikan bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja serta kewirausahaan, bimbingan mental, social dan fisik, sera mengadakan praktek belajar kerja dan bimbingan lanjut.

5. Kelompok Jabatan Fungsional Pekerja Sosial a. Pekerja Sosial Terampil Pelaksana Pemula b. Pekerja Sosial Terampil Pelaksana

c. Pekerja Sosial Terampil Pelaksana Lanjutan d. Pekerja Sosial Terampil Penyelia

e. Pekerja Sosial Tingkat Ahli Pertama f. Pekerja Sosial Ahli Muda

g. Pekerja Sosial Ahli Madya

4.4 Fasilitas Panti Pamardi Putra Insyaf

Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf terletak di Jl. Berdiakri No. 37 Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Pusat Rehabilitasi ini dengan nuansa alamiah yang bertuuan untuk memberikan ketenangan serta merubah pikiran para korban narkoba agar mereka bertobat sekaligus untuk mendidik para korban narkoban narkoba kembali kepada alam. Adapun sarana yang disediakan oleh pengelola Panti Sosial Pamaadi Putra Insyaf meliputi:

1. Ruang medis dan obat-obatan standart

Fasilitas ruang medis dan obat-obatan standart diperuntukan bagi pasien selama dalam proses detoksifikasi yaitu proses pengobatan yang memberikan obat-obatan


(16)

medis guna menghancurkn racun-racun dari bahan narkoba itu sendiri. Ruang dan obat-obatan ini memang diperuntukan bagi proses detoksifikasi.

Pasien diberi berbagai jenis obat-obatan medis yang berfungsi menghilangkan zat-zat beracun yang ada didalam tubuh mereka. Sebagimana kita ketahui bahwasannya narkoba itu sendiri banyak mengandung zat-zat beracun, oleh karena itu salah satu cara penyembuhannya adalah dengan memberikan penawarannya, disinilah diilangkan berbagai jenis racun yang ada di dalam tubuh pasien atau pecandu narkoba.

2. Tempat Ibadah

Pusat Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Insyaf juga menyediakan tempat ibadah bagi pasiennya. Ibadah dilaksanakan secara teratur dan para pasien dididik untuk dapat hidup secara disiplin. Jadi dengan rutinitas ibadah ini diharapkan mereka dapat dididik dengan baik untuk berdisiplin dengan waktu juga untuk ibadah. Di sekitar Panti Pamardi Putra Insyaf ini terdapat juga sebuah musollah. Luas musollah ini adalah 10 x 15 m dengan dilengkapi 30 buah terjemahan Al-qur’an dan 2 buah tempat berwudhu, serta dilengkapi dengan kamar mandi.

3. Asrama Re-Entry Putra

Ruangan ini merupakan kamar tidur pasien. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kamar putra terdiri atas lima belas (15) kamar. Setiap kamar terdapat lima (5) buah tempat tidur. Masing-masing pasien diberi sebuah lemari. Kamar mandi ditempatkan dalam masing-masing kamar. Bagian depan kamar mereka berjeruji besi seperti dipenjara. Pada ujung gedung asrama di terdapat sebuah kamar kecil yang berfungsi sebagai ruang isoslasi bagi pasien baru. Jadi kalau ada pasien yang baru masuk, pasien tersebut akan dimasukkan ke ruang isoslasi ini. Biasanya pecandu ini akan mengalami masa sakau kalau tidak menggunakan


(17)

narkoba, biasanya pasien akan sakau selama satu minggu. Untuk itu mereka dimasukkan dalam ruangan tersebut selama seminggu dan tidak boleh keluar. Di situlah nanti pasien baru akan diajak utnuk merenungi jalan hidupnya selama ini dengan dibantu senior mereka.

Dalam kamar tersebut terdapat 2 buah kasur dan 1 kamar mandi, akan tetapi disesuaikan dengan jumlah pasien yang masuk. Ruang tersebut berukuran 2 × 10m. bedanya dengan kamar lain, kamar ini lebih sempit dan pasien yang baru masuk tidak bisa keluar buat makan atau kegiatan lain seperti pasien lain dan kedua kaki mereka dirantai.

Di sebuah ruangan isolasi ini terdapat ruang hukuman, ruang ini di khususkan bagi pasien yang melanggar peraturan yang berat dan sebagai hukumannya mereka dimasukkan ke dalam ruang ini. Salah satu contoh kesalahan yang berat dan tergolong besar seperti berkelahi dan biasanya berkelahi karena saling mengejek. Jadi hukuman bagi mereka adalah di kamar seperti itu. masa hukumannya relative dan variatif tergantung dari kesalahan yang dilakukan. Ruang ini terdapat lima kamar tidur dan satu kamar mandi. Ruangan ini sama seperti ruang isolasi pasien baru yang juga beruji. Ukuran kamar tersebut 7 × 10m.

4. Dapur

Dapur terletak di sebelah ruang makan. Dalam kantin ini terlihat adanya 10 meja panjang berikut dengan kursinya, estalase yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari pasien, serta sebuah pesawat televisi, pasien dipersilahkan untuk menonton dan di ruang inilah paasien juga diharapkan dapat bersosialisasi antar sesama warga Panti Parmadi Putra Insyaf. Jadi mereka akan merasakan kebersamaan dan solidaritas antar sesama.


(18)

Fungsi ruangan ini dapat untuk tempat berdiskusi bagi pasien yang didampingi oleh konselor. Dengan berdiskusi pasien bisa bebas mengeluarkan pendapat. Pasien diminta untuk saling menghargai pendapat orang lain dan tidak boleh memaksakan kehendak. Di sisnilah pasien bisa memupuh dan menumbuhkan rasa saling menghargai sesama warga. Jadi pasien akan merasa dihargai dan layak didengar pendapatnya. Di samping itu tentunya untuk mengasuh kembali daya pikir mereka yang selama ini banyak tidak berfungsi karena obat.

Dengan diskusi ini juga dijadikan sebagai salah satu terapi psikologis bagi pasien. Dalam diskusi ini pasien dirangsang untuk memiliki kepercayaan diri dan merasa dihargai dan saling menghargai. Ruangan ini berukuran 12 × 13 m. Jadi cukup luas untuk menampung jumlah seluruh pasien yang ada. Dindingnya tertutup dengan lantai keramik.

7. Lapangan Olahraga

Lapangan olahraga yang disediakan di Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf ini terdiri atas lapangan bola kaki, bulu tangkis, tennis meja dan basket. Dengan berolahraga diharapkan pasien dapat memperbaki fungsi tubuh mereka agar kembali normal seperti sedia karena dengan berolahraga yang teratur badan akan bekeringat, tubuh akan lentur dan berotot. Jadi kegiatan ini memang difungsikan untuk terapi fisik untuk pasien.

Fisik pasien pecandu narkoba selama ini dalam kondisi yang tidak normal, maka dengan berolahraga tubuh pasien akan terbantu untuk kembali normal. Melalui fasilitas ini pasien dirangsang untuk terus memiliki aktivitas. Dengan tubuh bergerak maka pikiran juga bergerak seiring gerak tubuh, ini dapat meminimalisir pasien melamun yang dapat mengingat kembali narkoba yang pernah mereka konsumsi. Dengan demikian, fasilitas olahraga ini dimanfaatkan untuk merangsang pasien


(19)

berpikir kreatif dan terus beraktivitas. Kegiatan ini mengaandung unsur terapi psikologis bagi pasien.

8. Laboraturium Komputer

Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf juga menyediakan fasilitas laboraturium computer. Tujuan utama penyediaan fasilitas ini adalah agar pasien dididik dan dilatih untuk menggunakan computer guna mempersiapkan mereka untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat dimana mereka berasal. Pasien disini memang tidak hanya disembuhkan tapi juga dididik dan dilatih agar nantinya bila mereka keluar dari Panti Rehabilitasi tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kerja. Mereka dapat memanfaatkan keterampilan computer mereka untuk bekerja, sehingga mereka akan dapat bersosialisasi dengan baik dan akan timbul rasa percaya diri bahwa mereka juga bisa berbuat dan tidak menajdi beban seperti selama ini. Materi computer yang diberikan pada pasien adalah menggunakan MS.Office seperti word, excel, access, power point serta internet. Program-program ini menurut pengelolah rehabilitasi banyak digunakan di dunia kerja, agar pasien nantinya memang benar-benar kemabli ke masyarakt dalam arti tidak hanya kedalam keluarganya namun juga dunia kerja sehingga mereka tidak menjadi beban keluarganya dan bisa mandiri. Laboraturium computer ini memiliki 10 buah computer yang berkapasitas Pentium IV. Dengan kapasitas seperti ini memang akan sangat mendukung upaya Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf untuk memberikan keterampilan kepada pasien.

10. Ruang Asessment

Ruang Asessment terdapat di sebelah ruang medis. Fungsi ruangan bimbingan medis adalah sebagai tempat konsultasi dan evaluasi perkembangan psikologi pasien. Ruang ini khususnya digunakan oleh konsleor untuk memberikan bimbingan dan


(20)

penyuluhan bagi pasien, sehingga dapat memperoleh terapi psikologi dari ahlinya. Di sini juga nantinya perkembangan psikologi pasien diamati dan dievaluasi, misalnya pasien pecandu shabu-shabu mengalami penurunan mental, jadi perkembangan mentalnya dapat dievaluasi secara terus-menerus.

11. Perpustakaan

Fungsi perpustakaan di panti sebagai sumber informasi serta temapat penyimpanan karya manusia. Ruang ini khususnya digunakan semua pihak panti sebagi sarana pendidikan dan pemebelajaran artinya perpustakaan merupakan tempat belajar di luar bangku sekolah maupun juga tempat belajar bagi klien di PSPP “Insyaf”.

4.5Metode Bimbingan di Panti Pamardi Putra Insyaf

Seseorang pecandu narkoba sangat tergantung pada narkoba dimana semakin lama mereka menguunakan narkoba, maka semakin besar pula ketergantungannya terhadap narkoba. apabila keinginan mereka terhadap narkoba tidak terpenuhi, maka mereka akan merasa kedinginan, sakit kepala, gelisah dan meronta-ronta. Hal inilah yang disebut dengan isitilah ‘sakau’. Pecandu narkoba yang dirawat dipusat, maka pada saat itulah terjadi proses resosialisasi karena pada tahap awal seseorang pasien itu diasingkan dan ditempatkan di suatu kamar khusus yang terpisah dari pasien lainnya. Selain merupakan proses pencabutan diri juga untuk menghilangkan rasa sakaunya. Apabila sakaunya kambuh, maka tangan dan kaki pasien akan diikat. Selama masa sakau ini pasien dijaga ketat oleh dokter dan perawat serta tidak dibenarkan berinteraksi dengan siapapun baik sesama pasien maupun keluarganya. Hal ini terjadinya selama ± 1 minggu (tergantung dari tingkat kecanduannya pada narkoba). Setelah satu minggu dan sakaunya telah hilang, maka pasien dipindahkan


(21)

ke kamar biasa dan telah dapat berinteraksi dengan pasien lainnya, dapat mengikuti aktivitas sehari-hari bersama dengan pasien yang lainnya, serta sudah diperbolehkan dikunjungi oleh para orang tua atau keluarga pada saat minggu kunjungan yang telah ditetapkan pihak pusat. Pada saat inilah berlangsung proses resosialisasi dimana pasien ditanamkan sesuatu nilai-nilai baru.

Selama dalam panti, aktivitas sehari-hari yang dilakukan pasien adalah pada pagi hari biasanya mereka sholat shubuh bagi muslim, lalu dilanjutkan dengan olahraga. Setelah berolahraga mereka mandi, sarapan lalu mengikuti program bimbingan yang telah ditentukan oleh pihak pusat. Pada sore hari, mereka dapat melakukan beberapa kegiatan seperti menonton televisi, bermain game dan lain-lain. Di sela-sela aktivitasnya, mereka tetap diingatkan untuk melakukan sholat pada waktunya. Malam harinya, mereka tidak diperkenankan berada di luar kamar melebihi jam 11 malam.

Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf terdapat beberapa metode bimbingan, yaitu :

1. Bimbingan Medis

Pada metode pengobatan medis, dokter memeriksa kondisi tubuh pasien untuk mengetahui apakah apsien memiliki penyakit bawaan atau tidak, sehingga dalam perawatan selanjutnya dapat diantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Bimbingan Rohani (Spritual)

Selama dalam panti, para pasien diberikan pelajaran dan pengetahuan tentang agama sesuai dengan agama masing-masing. Pasien diajarkan untuk beribadah, membawa kitab suci dan belajar mengenal diri sendiri sesuai denga agamanya. Metode ini dilakukan agar pasien lebih mendekatkan diri dengan Allah, memiliki iman yang kuat sehingga tidak lagi terpengaruh pada penggunaan narkoba.


(22)

3. Bimbingan Fisik dan Psikis

Metode fisik dan psikis di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf dilakukan dengan cara berolahraga setiap hari seperti basket, tenis meja, bulu tangkis, sepak bola dan lain-lain. Selain itu juga dilakukan cross country pada waktu-waktu tertentu. Melalui kegiatan ini para pasien dapat melihat langsung kondisi masyarakat di sekitar mereka, sehingga mereka dapat membuka pemikiran mereka bahwa mereka juga bagian dari masyarakat. Metose psikis dilakukan dengan cara konsultasi dengan psikolog yang bertugas di pusat, dimana psikolog bertugas membantu pasien mempersiapkan dirinya untuk kembali ke tengah-tengah masyarkat. Psikolog tidak hanya melakukan konsultasi dengan pasien tetapi juga keluarga pasien.

4. Bimbingan Sosial

Upaya memulihkan dan mengembangkan tingkah laku yang positif, kemauan dan ekmampuan klien dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Bertujuan untuk memulihkan dan mengembangkan tingkah laku yang positif sehingga mampu melaksanakan teman, keluarga, orang tua dan lingkungannya. Kegiatan bimbingan social fungsi sosialnya secara wajar, dapat bersosialisasi, beradaptasi dengan meliputi: pertemuan informal, pertemuan kelompok kecil, kelompok diskusi yang terfokus, diskusi logis serta pertemuan akhir pekan.

5. Bimbingan Keterampilan

Serangkaian kegiatan yang terencana memberikan bekal keterampilan kerja bagi klien untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan keterampilan klien agar dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat dan minatnya. Setelah klien mengikuti bimbingan keterampilan selama satu tahun, mereka diharapkan dapat memanfaatkan potensinya sebagai modal hidup serta dapat mandiri


(23)

secara social maupun ekonomi. Disamping itu menghilangkan stigma negative masyarakat terhadap korban penyalahgunaan narkoba.


(24)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskriptif tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberpa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan.

Analisis data adalah upaya mengelolah data menjadi informasi, sehingga karateristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

Adapun informan yang peneliti wawancari adalah informan utama, informan kunci dan informan tambahan. Informan utama terdiri dari Pekerja Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf, informan kunci adalah terdiri dari 5 Responden yang sedang menjalani masa rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf dan informan tambahan adalah orang tua dari klien. Lokasi dari Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf ini terletak di Jl. Berdikari No.37 Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.


(25)

5.2 Hasil Temuan

5.2.1Informan kunci : Konselor Adiksi PSPP “Insyaf” Nama : Indra

Jenis Kelamin : Pria Umur : 27 tahun

Alamat : Perumahan Griya II Tanjung Anom

Indra adalah seorang konselor di Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf. Awalnya beliau bertugas di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf saya mewawancarai beliau, beliau menjelaskan :

“Pada tahun 2013 saya salah satu penerima manfaat di PSPP “Insyaf”, kemudian karena salah satu pekerjan dalam merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba NAPZA terdapat sebagai konselor adiksi, dimana konselor adiksi mempunyai pekerjaan sebagai mendampingi klien dalam menangani masalah-masalahnya, saya diangkat menjadi salah satu konselor pada tahun 2014.”

Tugas yang dilakukan koselor saat pertama kali bertemu keluarga klien adalah menyelaraskan tujuan awal keluarga dalam merehabilitasi klien, memberikan pengetahuan kepada keluarga klien sebagai modal bagi keluarga dalam menghadapi klien setelah selesai direhabilitasi, menciptakan nilai-nilai kekeluargaan antara sesama keluarga yang mempunyai masalah pecandu narkoba dan memberi dukungan serta motivasi dalam proses pemulihan.

Sedangkan bagi klien yang sedang direhabilitasi para konselor menerapkan adanya peraturan untuk tidak boleh membahas tentang narkoba selama masa rehabilitasi dan apabila tertangkap membicarakan narkoba, seperti rasa narkoba lebih enak dari bandar yaitu akan dikenakan sanksi. Menurut Indra :


(26)

“Diharapkan kebiasaan yang dibuat selama di Panti akan dilihat berlaku atau tidak saat pasien bertemu dengan keluarga. Diharapkan juga kelurga tidak menaruh curiga berlebihan terhadap pecandu. Contoh : ibu yang takut anaknya berteman dengan salah seorang kawannya yang merupakan penyedia narkoba bagi anaknya, jadi setiap pulang larut malam orang tua khawatir dan curiga berlebihan.”

Selaku konselor di PSPP “Insyaf”, banyak keluarga yang bercerita tentang masalah anak atau keluarganya yang menjadi korban penyalahguna narkoba. Beliau menjelaskan :

“Mereka bercerita sejarah anaknya sewaktu dirumah. Mereka mencuri rice cooker, dispenser, menjual handpone orang tuanya, dan lain-lain untuk dijual dan uangnya dibelikan narkoba dan kebanyakan keluarga yang datang bercerita kejadian yang sama.”

Pada masa penyembuhan konselor akan memberikan banyak sekali ilmu kepada keluarga guna mencegah relaps (kambuh). Ilmu yang diberikan adalah seputar pencegah kekambuhan seperti pengetahuan adiksi mulai dari jenis-jenis narkoba sampe efek yang ditimbulkan serta dampaknya, cara pencegahan relaps (kambuh) seperti tidak berkumpul dengan lingkungan narkoba kembali, proses pemulihan seperti pola makan, pola tidur, dan lain-lain. Keterbukaan tentang ketergantungan, contohnya saat klien merasa dirinya sedang ingin mengkonsumsi narkoba setelah selesai direhabilitasi, saat seperti ini keluarga harus membantu mengalihkan pikiran klien pada hal-hal lain selain narkoba.

Keterlibatan keluarga sangat diharapkan dan harus diusahakan semaksimal mungkin, baik saat sedang direhabilitasi maupun sudah direhabilitasi. Di saat sedang dalam masa rehabilitasi keluarga harus aktif menanyakan sampai dimana perkembangan klien dan harus membekali diri dengan ilmu-ilmu yang telah diberikan oleh pihak panti, agar saat klien telah


(27)

selesai menjalani masa rehabilitasi keluarga dapat menyikapi keadaan klien dan mendukung penyembuhan klien baik secara fisik, psikis, spiritual, dan social ekonomi.

Maka sekali lagi konselor sebagai penjembatani antara keluarga dengan panti harus menjelaskan seberapa penting dukungan mereka kepada klien, melalui pertemuan keluarga tiap minggunya akan dibuat komitmen atau perjanjian untuk tidak mengelurkan klien sebelum program selesai dilaksanakan. Selain itu juga diyakinkan bahwa semua yang dilakukan itu adalah untuk masa depan klien ke arah yang lebih baik. Pertemuan keluarga dengan klien setelah menjalani masa rehabilitasi selama dua (2) bulan dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada keluarga agar tidak terlena terhadap perubahan sesaat atau tidak diizinkan utnuk puas sesaat. Menurut Indra :

“Kita mengumpulkan keluarga bukan hanya untuk menonton video saja, tetapi juga untuk membekali keluarga dengan ilmu dan pengetahuan sehingga keluarga kuat dan siap secara mental saat klien sudah keluar dari rehabilitasi.”

Dengan demikian kesembuhan yang dicapai oleh klien tidak hanya sebatas masa rehabilitasi saja, melainkan setelah klien keluar dari pusat rehabilitasi dan berkumpul dengan keluarga serta dapat beraktifitas kembali.

5.2.2Informan Utama I a. Keluarga : Isteri klien

Nama : PC

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 34 tahun Agama : Kristen


(28)

Pekerjaan : Petani Status : Menikah

PC adalah isteri klien JPS. Mereka memiliki seorang anak laki-laki dari pernikahan mereka. Saat berpacaran dengan JPS, PC mengaku sudah mengetahui bahwa JPS adalah pecandu narkoba jenis shabu-shabu sejak JPS bekerja. Menurut PC:

“Saya menerima JPS apa adanya begitu juga keluarga saya dan mengenai JPS merupakan seorang pecandu itu tidak masalah bagi saya. Namun saya tetap berniat untuk membantu JPS pulih dari ketergantungannya, hal itu saya lakukan untuk masa depan kami nanti. Sebelum saya menikah dengan JPS, saya mengatakan kepadanya untuk berhenti mengkonsumsinya, bagi saya dapat merusak kualitas alat vitalnya sehingga kami tidak mempunyai anak itu yang saya takutkan, apalagi untuk masa depan kami selanjutnya bagaimana kalau dia terus-menerus mengkonsumsi?”

Setelah menikah, JPS mencoba untuk menghentikannya. Namun, tetap saja tidak bisa karena sudah ketergantungan. Dalam keluarga JPS merupakan anak laki-laki yang bertanggung jawab, hal itu dibuktikan dari keseriusan JPS bekerja dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Namun keadaan tersebut tidak berlangsung begitu lama, beberapa bulan setelah pernikahan mereka JPS mulai tidak bisa memberikan sebagian dari penghasilannya untuk menutupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Demi menanggulangi masalah tersebut, PC memutuskan untuk bekerja sebagai petani dikampungnya. Keputusan ini membuat PC dan JPS semakin jarang bertemu dirumah karena kesibukan PC mengurus ladang sehingga hubungan mereka kian memburuk. Setelah mereka memiliki seorang anak, kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka pun juga meningkat. PC mengaku selalu marah melihat JPS yang


(29)

terus-terusan menghamburkan uangnya untuk membeli narkoba, bahkan JPS sudah mulai berani mecuri uang tabungan PC yang diletaknya di lemari dan menjual perabotan rumah tangga. Satu persatu tanpa disadari oleh PC hilang, mulai dari handpone, rice cooker, kipas angin dan lain-lain. Menurutnya adalah wajar apabila sebuah rumah tangga mengalami sedikit masalah seperti pemasukan yang kurang memenuhi kebutuhan hidup atau sedikit perselisihan paham antara suami dan isteri. Namun menurut PC narkoba adalah sumber masalah terbesar yang mereka hadapi yang tidak terselesaikan.

Semenjak banyak kehilangan dalam rumah, PC sangat tidak mempercayai JPS. Hubungan mereka pun menjadi tidak harmonis dengan komunikasi yang kian memburuk. Tidak ada lagi saling percaya antara suami isteri, karena di tutupi oleh rasa curiga dan emosi yang tidak terkendali.

PC tidak tahan dengan tingkah laku suaminya yang kian hari semakin merajalela, PC mencari cara agar JPS dapat pulih dari ketergantungannya. PC pun mendapat info dari keponakannya yang bekerja di salah satu rumah sakit medan, setelah dapat info dari keponakannya PC pun langsung memutuskan untuk berkonsultasi terlebih dahulu kemudian mendaftarkan JPS ke Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra “Insyaf”.

Setelah mendaftarkan suaminya, PC merasa lebih lega karena suaminya akan segera menjalani proses rehabilitasi hingga pulih. Sesampainya di rumah PC terkejut karena melihat JPS lagi mengkonsumsi shabu-shabu, PC dan JPS lagi-lagi megalami pertengkaran hebat. PC yang sudah tahan lagi dengan kelakuan suaminya mengajukan permintaan agar JPS segera di rehabilitasi hingga sembuh dan kalau JPS menolak PC akan mengancam bercerai dari suaminya dengan membawa serta hak


(30)

asuh anak mereka. Ternyata, permintaan PC dituruti oleh JPS, karena tidak mau pernikahan mereka berkahir begitu saja.

Setelah PC dan JPS menyepakati bahwa JPS akan direhabilitasi, PC pun mengantarkan suaminya ke Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf. Sesampai di Panti, JPS dibawa keruangan isolasi. PC menjelaskan:

“Saat JPS dibawa, dia hanya pasrah dengan apa yang dia perbuat. Saya sendiri ikut melihatnya sampai di ruang isolasi kemudian kaki dan tangan dirantai oleh konselor Panti. Saya sedih melihatnya seperti itu, tetapi hal itu harus kami lakukan untuk masa depan keluarga kami juga.”

Selama JPS direhabilitasi PC lah yang menyiapkan segala kebutuhan JPS untuk masa rehabilitasi, PC juga selalu mengahdiri pertemuan keluarga yang diadakan oleh pihak panti. Pada pertemuan keluarga tersebut, PC mengaku awalnya merasa takut menceritakan masalahnya kepada orang banyak. Namun, setelah diberikan arahan oleh konselor, PC menjadi sangat terbuka karena merasa bahwa ada juga keluarga lain yang memiliki masalah yang sama sepertinya. Pada pertemuan keluarga, PC dapat menceritakan apa yang dialaminya dan saling bertukar pikiran dengan keluarga lainnya. Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi PC untuk tetap mendukung kesembuhan suaminya. Selain itu PC juga diberikan pengertian mengenai bagaimana menghadapi orang yang sedang dalam proses rehabilitasi dan bagaimana cara mencegah kambuh. Menurut PC:

“Saya belajar untuk lebih sabar dan percaya pada suami saya, apalagi selama JPS menjalani rehabilitasi biasanya akan lebih sensitif. Saya juga lebih bersemangat untuk mendukung suami saya agar dapat pulih. Selain itu saya juga berniat untuk memperbaiki hubungan rumah tangga kami yang mulai renggang selama ini.”


(31)

Setelah menjalani rehabilitasi selama 2 (dua) bulan, PC pun mengadakan kunjungan keluarga ke PSPP “Insyaf” untuk bertemu dengan suaminya. Saat bertemu dengan JPS, PC mengaku sangat menjaga cara mereka berkomunikasi agar terhindar dari konflik. PC juga menjelaskan dengan tenang saat bertemu dengan JPS karena keadaan JPS semakin membaik dan bisa merubah perlakuannya. Tanggapan positif yang diberikan oleh JPS kepada PC menunjukkan bahwa suaminya telah mengalami perkembangan emosi, yaitu awalnya yang suka marah-marah menjadi lebih tenang. Selama mengadakan kunjungan JPS langsung memeluk anak dan isterinya, PC tidak henti-hentinya mengucapkan syukur atas perubahan yang dialami JPS. Selain itu PC juga sangat senang atas kemajuan suaminya, PC tidak sungkan memuji suaminya di depan keluarganya.

Masa rehabilitasi JPS sudah memasuki bulan ke 2 (dua) yang berarti 4 (empat) bulan lagi JPS sudah selesai melaksanakan proses rehabilitasinya di PSPP “Insyaf”. Saat PC bertemu dengan JPS pada kunjungan keluarga keduanya, PC mengaku telah membuat beberapa kesepakatan dengan suaminya. Kesepakatan itu dibuat guna mempertahankan pemulihan yang telah dicapai oleh suaminya, seperti akan melanjutkan program rehabilitasinya menjadi 9 (Sembilan) bulan. Atau jika JPS menyelesaikan hanya 6 (enam) bulan saja PC mempunyai kesepakatan jumlah uang yang akan dipegang oleh JPS setiap hari, jam pulang kerja tepat waktu, ibadah gereja yang tidak boleh ditinggalkan serta kebiasaan-kebiasaan positif lain selama berada di PSPP “Insyaf”.

PC berharap setelah keluar nanti, JPS dapat mempertahankan sifat-sifat positif yang telah ia pelajari dan pindah ke lingkungan yang baru. Selain itu PC juga mengharapkan agar JPS mampu membentengi dirinya dari bahaya relaps. Namun PC


(32)

sadar bahwa pemulihan JPS akan dapat bertahan apabila dia juga ikut mendukung baik secara emosional dan hubungan eksternal JPS di masyarkat luar nantinya.

b. Klien : Suami PC Nama : JPS Jenis Kelamin : Pria Umur : 31 tahun Agama : Kristen Pekerjaan : Wiraswasta Status : Menikah

JPS adalah seorang karyawan disalah satu perusahaan. JPS sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki. JPS sudah menggunakan narkoba selama 8 tahun, yaitu semenjak ia mulai bekerja. Narkoba yang JPS gunakan adalah shabu-shabu. JPS mengatakan dia mendapatkan shabu-shabu dari teman lingkungannya. JPS mengatakan :

“Teman lingkungan saya banyak yang menggunakan narkoba dan mereka sering mendapat kasus narkoba, lalu barang itulah yang dijual kepada saya. Shabu-shabu yang dijual lebih murah dari pada yang dijual oleh pengedar lain.”

Isterinya sudah mengetahui bahwa JPS adalah pemakai sejak sebelum mereka menikah, tetapi isterinya tidak terlalu mempermasalhkannya. Selama mereka menikah, JPS tidak bisa memnuhi kebutuhan rumah tangganya karena lebih memilih untuk menghabiskan uangnya dengan membeli shabu-shabu. Tingkah JPS ini semakin lama membuatnya isterinya tidak tahan, mereka pun sering bertengkar


(33)

karena JPS tidak memberikan nafkah kepada isterinya sehingga isterinya membantunya dengan cara bertani.

JPS lelah selalu saja bertengkar dengan isterinya karena maslah anrkoba, hingga memutuskan untuk menjalani rehabilitasi agar mereka berhenti bertengkar namun JPS belum siap secara mental untuk mengatakan ekpada isterinya. Hingga pada suatu saat JPS kedapatan sedang memakai narkoba di rumah, mereka lagi-lagi bertengkar. Di sela pertengkaran, isterinya mengusulkan agar JPS direhabilitasi saja dan JPS pun menyetujuinya. Kemudian JPS menyuruh isterinya untuk mencari pusat rehabilitasi mana yang akan dimasuki oleh JPS. Setelah mendapatkan PSPP “Insyaf”, JPS diajak oleh isterinya ke sana untuk segera menjalani masa rehabilitasi. JPS mengaku sama sekali tidak tahu dimana letak PSPP “Insyaf”, tidak tahu berapa lalma dia akan direhabilitasi, dan tidak mengetahui bagaimana kegiatan serta program yang akan dijalankannya.

Sesampainya di PSPP “Insyaf”, JPS dibawa keruangan isolasi dan dipakaikan rantai pada kaki dan tangannya. JPS sangat terkejut mendapat perlakuan seperti tahanan penjara, karena memang sebelumnya ia tidak mengetahui sedikit pun tentang panti rehabilitasi yang dimasukinya. Selama berada di ruangan isolasi JPS merasa tidak diterima dia dikurung seperti itu. Di dalam pikiran JPS sebelum masuk di PSPP “Insyaf”, pusat yang dimasukinya seperti rumah sakit umumnya. Pertama kali sampai di PSPP “Insyaf”. JPS tidak menjalani pemeriksaan medis karena dia dalam keadaan tidak bersedia untuk direhabilitasi setelah mendapatkan perlakuan yang dirasanya tidak pantas. Selain itu JPS juga masih memberikan perlawanan-perlawanan kepada petugas pusat rehabilitasi. JPS mendapatkan pemeriksaan medis dari dokter saat dia sedang dan sudah melewati masa sakau, yaitu setelah 7 (tujuh) hari. Hasil


(34)

pemeriksaan dari tim medis menunjukkan JPS dalam kondisi sehat tanpa ada penyakit bawaan.

Beberapa hari berada di ruang isolasi tanpa merasakan shabu-shabu membuat JPS seperti orang yang tidak diberi makan. JPS merasakan tubuhnya sangat lemah dan tidak bersemangat. Setelah dikeluarkan dari ruang isolasi, JPS dibiasakan untuk melakukan kegiatan olahraga pada pagi dan sore hari dan membuat kerajinan tangan dari pihak panti. Disitulah JPS bisa merasakan dirinya menjadi lebih positif dari sebelumnya, ditambah lagi dengan JPS lebih mendalami pelajaran agama selama berada di PSPP “Insyaf”.

Setelah menjalani rehabilitasi selama 2 (dua) bulan lamanya, JPS berfikir bahwa dia sudah merasa pulih dan setelah menjalani proses rehabilitasi 6 (enam) bulan dia ingin pulang. JPS pun berencana untuk mengatakan pada isterinya bahwa dia sudah lepas dari ketergantungan narkoba. Saat bertemu dengan isterinya, JPS menyampaikan maksud dan niat yang telah direncanaknnya. Namun isterinya menolak permintaan JPS dan mengatakan bahwa program PSPP “Insyaf” dilaksanakan selama 9 (Sembilan) bulan hingga JPS benar-benar pulih. Disitulah JPS terkejut bukan main.

Selama menjalani masa rehabilitasinya, JPS mengatakan bahwa isterinya memberikan dukungan yang paling banyak untuknya agar pulih dari ketergantungan. Dia juga mengaku sangat semangat apabila mengingat wajah gembira isterinya saat bertemu dengannya yang tidak hentinya memuji dia atas perkembangannya. Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi JPS dalam menjalani masa rehabilitasinya. Walaupun JPS dan isterinya tidak pernah berkomunikasi secara langsung selain pada saat kunjungan keluarga, isterinya selalu menanyakan kondisi JPS pada konselor atau


(35)

menitipkan salam padanya. Setelah hampir 9 (Sembilan) bulan menjalani masa rehabilitasi, JPS bertekad untuk pulih secara total dari ketergantungannya terhadap narkoba. JPS berniat untuk memulai hidup baru dilingkungan yang baru nanti. Dia ingin membangun keluarga yang bahagia dengan tanpa ancaman dari narkoba.

5.2.3Informan Utama II a. Keluarga : Kakak klien

Nama : WK

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 28 tahun Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Menikah

WK adalah kakak klien ES yang tinggal di Polonia Medan. WK adalah kakak tertua dari 3 bersaudara, dimana ES adalah anak bungsu di keluarganya. ES dan keluarganya tidak mengetahui bahwa ES adalah pengguna narkoba, karena ES menggunakan narkoba semenjak ia duduk di bangku 3 (tiga) SMP.

WK mengetahui ES menggunakan narkoba dari teman-teman ES dan tingkah laku ES yang semakin buruk. WK menjelaskan:

“Kami sebagai keluarganya tidak tahu menahu mengenai masalah ini, sampai teman-temannya menelepon saya dan meceritakan apa yang terjadi begitu juga dengan orang tua saya mengeluh karena tingkah lakunya. Saya dan keluarga sangat terkejut saat mendengar cerita teman-temannya, karena sebelumnya ES tidak pernah bermasalah dengan narkoba, apalagi untuk mencobanya.”


(36)

Setelah mendengar cerita dari teman-teman ES, WK segera membicarakan langkah apa yang terbaik untuk ES dalam mengobati dari ketergantungannya. Cara rehabilitasi adalah keputusan yang diambil oleh keluarga dan WK pun mencari tempat rehabilitasi untuk ES, WK mendapatkannya dari saudara mereka. WK segera mencari tahu bagaimana cara untuk memasukkan ES ke pusat rehabilitasi tersebut. WK menanyakan tentang pusat rehabilitasi kepada teman-temannya yang sering berhubungan dengan narkoba. setelah mendapat informasi yang WK butuhkan, beliau segera mendatangi PSPP “Insyaf” yang ada di Lau Bakeri dan berkonsultasi dengan pihak rehabilitasi. Segera WK mendaftarkan ES tanpa sepengetahuan calon klien. Pendanaan bulanan ES dikumpulkan dari hasil patungan keluarga.

Beberapa hari setelah mendaftarkan ES, WK segera membawa ES ke PSP “Insyaf”. Karena ES belum menyetujuinya untuk mulai di rehabilitasi, WK dan keluarga terpaksa menggunakan cara lain agar ES dapat di rehabilitasi di PSPP “Insyaf”. Dengan alasan ES diajak untuk melihat-lihat tempat rehabilitasi yang ditawarkan saudaranya, apabila merasa cocok dengan tempat rehabilitasinya ES dapat memberitahukannya kepada WK untuk didaftarkan.

Saat sampai di PSPP “Insyaf”, ES dipersilahkan untuk berkeliling melihat keadaan PSPP “Insyaf”. Segera dengan sigap dan cekatan konselor dan bagian keamanan yang sedang bertugas memegangi ES dengan kuat. ES yang tidak mengetahui rencana yang sudah dibuat WK dan pihak panti memberikan perlawanan dan memberontak. Namun Es tidak sanggup melawannya, WK dan orang tuanya yang ikut mengantar melihatnya sampai dimasukkan ke ruangan isolasi. WK yang tidak mengikuti hanya melihat dari jauh ES dibawa paksa sambil mengucapkan kata- kata kasar, alasan WK tidak ikut ngantar ke ruang isolasi karena sebenarnya ia tidak tega lihat adiknya diperlakukan seperti itu.


(37)

WK dan keluarganya memaklumi perlawananya yang diberikan oleh ES, karena memang pada awalnya Es tidak mengetahui niat keluarganya yang akan memasukkannya ke pusat rehabilitasi. Setelah yakin kondisi ES sudah dapat dikontrol oleh pihak panti, WK dan keluarganya segera meninggalkan ES dan kembali ke Medan.

Seperti yang sudah diprogramkan pihak panti kepada keluarga klien lain, keluarga ES juga diharuskan mengikuti pertemuan keluarga setiap hari jum’at sesuai yang sudah dijadwalkan. Pada pertemuan keluarga, konselor menjelaskan perkembangan klien selama berada di pusat rehabilitasi. Perkembangan ES sendiri seperti yang dijelaskan konselor kepada keluarga WK:

“Biar pun ES sudah hampir 5 bulan menjalani masa rehabilitasi, dia tetap belum bisa menerima kenyataan bahwa ia sedang dalam masa rehabilitasi. Menurut cerita ES kepada konselor dirinya tidak separah itu sehingga dirinya ahrus direhabilitasi secara paksa seperti ini. Kami sekeluarga juga sangat menyayangkan kejadian ini, kami keluarganya yang berada di Medan tidak satu pun yang menyangka bahwa ES adalah pecandu narkoba.”

Setelah 2 (dua) bulan menjalani masa rehabilitasi, WK dan keluarganya diperbolehkan bertemu dengan ES di PSPP “Insyaf”. Awalnya keluarga sangat takut untuk bertemu dengan ES karena saat itu telah membohongi ES agar dapat masuk kepusat rehabilitasi. Ternyata telah sampai di PSPP “Insyaf” dan bertemu dengan ES, respon yang diberikan sangatlah positif. Menurut WK:

“Kami pikir ES akan marah kepada kami karena telah berbohong saat hendak memasukkannya ke panti ini. Ternyata saat kami bertemu dengannya, ES justru menyambut kami dengan senang. Saat dia tahu kami sampai kami melihatnya bergegas menemui kami dan memeluk kami satu per satu. ES mengucapkan kata maaf telah terlena


(38)

pada barang haram itu, ES mengaku sangat menyesal pernah berbuat kesalahan yang begitu fatal sehingga membuat keluarga kecewa kepadanya. Selain itu ES juga mengatakan dia akan mengikuti program rehabilitasi ini sampai sembuh.”

Keluarga tidak menyangka respon positif yang telah diberikan ES. Selama menjalani rehabilitasi, ES menjadi lebih sabar dan dewasa. Hal ini membuat keluarga merasa keputusan untuk merehabilitasi ES tidaklah sia-sia. WK dan keluarga juga mengatakan akan memperbaiki hubungan yang mulai renggang satu dengan lainnya. WK dan keluarganya memberikan dukungan penuh kepada ES guna kesembuhannya. WK juga mengatakan kepada ES bahwa dia dan keluarga siap mendukung setiap keputusan ES selama tujuannya baik dan untuk proses kesembuhannya.

Keluarga juga sangat senang melihat kemajuan ES yang mulai rajin sholat, tidak jarang ES juga menjadi imam pada sholat berjamaah dengan klien lain. Selain rajin sholat, keluarga juga salut akan perubahan ES yang sudah banyak menghafal ayat-ayat al-qur’an, bahkan sesekali dia diminta untuk menyampaikan khotbah pada sholat jum’at. Hal ini sangat berbeda sekali mengingat selama dirumah ES jarang sekali sholat atau berjamaah.

Selama mengikuti pertemuan keluarga setelah mengadakan kunjungn ke panti, WK mengatakan dia dan keluarga mendapat banyak pelajaran penting. Selain mengerti bagaimana mencegah relaps pada mantan pecandu narkoba, WK juga belajar bagaimana menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan ES dan belajar untuk saling mempercayai satu dengan yang lainnya. Keluarga berharap setelah menyelesaikan masa rehabilitasinya, ES dapat tetap melaksanakan ajaran-ajaran yang telah dilakukannya selama berada di pusat rehabilitasi. Keluarga juga berharap agar ES dapat kembali bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat walaupun


(39)

keadaannya saat ini tidak diberitahukan ke masyarakat atau keluarga jauhnya, serta membuat kegiatan-kegiatan positif baginya dan keluarga.

b.Klien : Adik WK Nama : ES Jenis Kelamin : Pria Umur : 23 tahun Agama : Islam Pekerjaan : -

Status : Belum Menikah

ES adalah adalah klien dari PSPP “Insyaf” dan ia bertempat tinggal di Polonia di Medan. ES menggunakan narkoba mulai dari 3 SMP. ES menjelaskan:

“Saya sudah 5 tahun menggunakan narkoba, jenis narkoba yang saya gunakan adalah shabu-shabu. Awal saya memakai narkoba karena ajakan teman lingkungan. Pertama saya coba-coba saya sedikit merasa bersalah, namun kenikmatan yang saya dapatkan lebih besar.”

Menurut ES saat memakai shabu-shabu, dia menjadi sangat bersemangat. ES membeli narkoba dari uang jajannya ditambah dengan membohongi orang tuanya dengan alasan lain serta menjual barang-barang dan perabotan yang ada dirumah secara perlahan.

Awal ES memakai narkoba, satu pun keluarganya tidak ada yang tahu. Malah kalau ES ingin pakai dia keluar dari rumah pergi kerumah temannya yang sama sekali tidak terjerat dalam kasus itu. Namun karena teman ES tidak tahan dengan kelakuan ES temannya melaporkannya kepada kakak ES. Hingga pada suatu saat ES


(40)

dan temannya bertengkar karena kelakuannya yang tidak bisa berubah dan tetap menggunakan narkoba tanpa memikirkan hubungan pertemanan. Menurut ES:

“Mungkin setelah kami bertengkar hebat waktu itu, teman saya melaporkan saya ke kakak saya atau orang tua saya. Makanya mereka bisa mengetahui bahwa saya memakai narkoba.”

Setelah mengetahui bahwa ES sudah 5 tahun lamanya mengkonsumsi shabu-shabu, keluarganya memaksa ES untuk jujur atas perbuatannya di luar sana. Dengan adanya kesepakatan bersama karena keluarga sudah tidak tahan lagi dengan tingkah laku ES, ES ditawarkan untuk direhabilitasi dimana namun dia tidak tahu berapa lama serta kapan akan memulai masa rehabilitasi. Segera setelah ES menyetujui dia akan direhabilitasi, ES langsung dibawa ke Pusat Rehabilitasi PSPP “Insyaf” dengan alasan untuk melihat keadaan tempat dimana dia akan menjalani masa rehabilitasi nanti saat dia sudah siap untuk direhabilitasi. ES juga mengatakan bahwa dia tidak tahu perihal masa yang akan ia jalankan adalah kurang lebih setahun.

Sesampainya di panti, Es langsung berkeliling melihat kegiatan dan situasi panti. Namun tidak lama kemudian, ES ditarik dan dibawa paksa oleh konselor dan satpam ke ruang isolasi. ES sangat terkejut karena secara tiba-tiba dia seperti di culik dan dimasukkan ke ruang isolasi kemudian tangan dan kakinya dipasangkan rantai.. ES seketika berontak merasa dibohongi dan mengatakan bahwa dia belum siap untuk menjalani masa rehabilitasi.ES lantas mengelurkan bahasa-bahasa kasar untuk memaki keluarga serta konselor yang telah memaksanya masuk ke ruang isolasi. Selama ES berada diruang isolasi, dirinya merasa sangat lemas karena tidak mendapatkan asupan shabu-shabu sedikit pun. Selain itu ES juga harus bisa beraktifitas dengan tetap menggunakan rantai di tangan dan kakinya. ES merasa sangat sulit bergerak, untuk berjalan saja dia merasa sangat harus berhati-hati agar


(41)

tidak jatuh. Begitulah selama dia berada diruang isolasi. Pertama kali sampai di panti, ES tidak menjalani proses pemeriksaan karena mengantisipasi perlawaanannya untuk bebas ataupun dari usaha melarikan diri. ES mendapatkan pemeriksaan medis saat sedang dan setelah mengalami masa sakaunya. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya penyakit atau alergi klien terhadap sesuatu.

Setelah berada di luar ruang isolasi dan dipindahkan ke asrama bersama klien lainnya, rantai pada tangannya sudah bisa dilepaskan. Hari pertama berada di luar ruang isolasi, ES merasa ada sedikit kebebasan. Dia dapat menghirup udara luar selain ruang isolasi. Dia juga dapat berjalan ke sana dan kemari. ES dapat ikut senam bersama di pagi hari dan merilekskan tubuh di sore harinya. Hal yang paling sulit bagi ES adalah saat ia harus mengikuti pengembangan keterampilan karena ia belum terbiasa melakukan kegiatan tersebut. Hampir seminggu ES baru dapat merasakan bahwa kegiatan yang selama ini ia ikuti sangat bermanfaat utnuk dirinya karena dapat menghilangkan rasa emosi secara perlahan.

Selama 5 (lima) bulan direhabilitsi, ES masih belum rela menjalani masa rehabilitasi. ES juga mengaku dia masih suka memberikan pemberontakan apabila diminta untuk melakukan suatu hal oleh konselor. Namun perlawanan apapun yang dilakukan ES, konselor tidak peduli. Konselor tetap menyuruh ES melakukan banyak hal, seperti menyikat kamar mandi dengan sikat gigi. Mau tidak mau ES harus mengikuti apa yang konselor perintahkan kepadanya, karena tidak mau nantinya akan dihukum lebih berat lagi. Setelah menyelesaikan perintah yang disuruh oleh konselor, ES baru sadar bahwa dia sedang dilatih untuk bersabar dan menahan emosinya. Hal ini membuat ES merasa dia mendapatkan pelajaran berharga dan menyadari kalau dirinya memang pantas untuk dihukum.


(42)

Namun ES tetap saja belum menerima kenyataan bahwa dia direhabilitasi walaupun sudah mempelajari banyak hal selama beberapa bulan direhabilitasi. Setelah 2 (dua) bulan, ES diperbolehkan untuk bertemu dengan keluarganya. Kakak, orang tua serta keluarga besarnya ikut mengunjungi ES di panti. Merasa senang bertemu dengan seluruh anggota keluarganya, ES seperti mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk sembuh dari ketergantungan narkoba. Selain mendapat dukungan dari keluarga terdekatnya, ES juga banyak diberikan arahan oleh para staf yang ada di panti dan meyakinkan bahwa ia layak mendapatkan kehidupan yang lebih baik di luar lingkungan narkoba. Semenjak itu ES sudah bisa menerima kenyataan bahwa dia memang harus direhabilitasi demi masa depannya.

Menjelang 5 (lima) bulan masa rehabilitasi, ES merasa jenuh akan setiap rutinitasnya di panti. ES beranggapan bahwa dia sudah yakin sembuh dari ketergantungan dan sudah pantas untuk diperbolehkan pulang kerumahya. Namun konselor dan kelaurganya tidak sependapat dengan ES. Menurut ES :

“Untuk apa saya direhabilitasi lebih lama lagi di panti ini, saya yakin sudah sembuh. Berada 4 bulan lagi disini hanya menghambur-hamburkan uang saja. Lebih baik uangnya dipakai untuk hal lain yang lebih berguna daripada dipakai untuk melanjutkn masa rehabilitasi saya yang sudah sembuh.”

Permintaan Es untuk dibawa pulang oleh keluarganya ditepis dengan segera, karena merasa ES belum dapat mengontrol emosinya. Hal itu dilihat dari keinginan ES untuk pulang, apabila ES sudah bisa mengontrol keinginanya, ia tidak akan minta untuk dibawa pulang melainkan merasa dirinya harus menyelesaikan proses pengobatannya di panti. ES pun menerima keputusan keluarganya untuk menyelesaikan masa rehabilitasi selama 4 bulan lagi. Menurut ES:

“Saya tidak akan melawan permintaan keluarga untuk melanjutkan masa rehabilitasi, saya berusaha menghindari konflik


(43)

antara saya dan keluarga. Saya tidak mau komunikasi baik yang sudah terjalin putus karena masalah yang dapat diselesaikan secara kekeluargaan.”

ES berharap saat ia keluar dari PSPP “Insyaf” 4 bulan mendatang, keluarganya dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan tidak pernah menaruh kecurigaan berlebihan kepada setiap kegiatan ES nanti. ES juga sudah merencanakan akan membangun sebuah usaha keluarga di Medan nanti untuk mengisi waktunya agar tidak terjerumus lagi ke dunia narkoba dan berharap dapat kembali ketengah-tengah masyarakat. ES juga sudah mempersiapkan diri dengan berbagai trik saat menghadapi teman-teman dari lingkungan lamanya, karena ES sudah jera merasakan rehabilitasi selama 9 bulan akibat dari pemakaian narkoba.

5.2.4Informan Utama III a. Keluarga : Ibu AA

Nama : NL

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 53 tahun Agama : Islam

Pekerjaan : Penjaga Sekolah Status : Menikah

Ibu NL adalah orang tua dari AA. Ibu NL adalah seorang penjaga sekolah di Jl.Pancing. AA adalah anak satu-satunya di keluarganya. Hubungan keluarga sebelumnya sangatlah baik, kecuali setelah AA memakai narkoba. hubungan dengan


(44)

keluarga mulai tidak harmonis lagi. Sejak AA menggunakan narkoba, hubungan AA dengan orang tuanya menjadi renggang.

Ibu NL mulai menaruh rasa curiga bahwa anaknya adalah seorang pecandu narkoba saat AA mulai tidak disiplin dalam beraktivitas. Menurut Ibu AA:

“AA adalah anak yang semangat dalam belajar dan berprestasi selalu disekolah dan giat membantu orang tuanya, kalu dirumah dia termasuk anak pendiam gak banyak bicara atau permintaan. Namun beberapa waktu terakhir saya melihat kinerjanya menurun dan tingkahnya terkadang aneh kalau abis keluar kamar seperti orang gila.”

Hal-hal yang sangat membuat Ibu NL dan suaminya merasa aneh, yaitu barang-barang dan perabotan dirumah yang sering hilang. Namun masih tidak begitu yakin bahwasannya AA lah yang mencuri. Pada saat itu orang tua AA ini tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa anaknya memang benar-benar adalah seorang pecandu narkoba dan merasa dugaannya adalah kecurigaan yang tidak beralasan. Lalu pada suatu hari AA mengakui keadaannya bahwasannya ia mengkonsumsi narkoba mulai tamat SMA. Terkejut mendengar perkataan itu, Ibu NL langsung menceritakan kepada suaminya dan AA untuk menceritakan lagi kebenaran yang ia ceritakan. AA sama sekali mengakui perkataannya, ia mengakui secara jelas bahwa ia adalah pemakai narkoba. menurut Ibu NL:

“Saat saya menanyakan tentang hal itu, AA tidak mengelak dan berkata jujur kalau ia mengkonsumsi narkoba. dari cerita AA, ia telah terpengaruh lingkungan sekitarnya. Padahal AA ini anaknya termasuk pendiam dan tidak banyak permintaannya, apalagi dengan kondisi kami seperti ini dia sangat mengerti. Saat dia mengakui kesalahnnya, saya benar-benar kecewa mendengarkannya. Anak satu-satunya disekolah sangat beprestasi yang kami harapkan masa depannya, ternyata hancur dibuat lingkungan sekitar kami.”


(45)

Suatu saat orang tua AA pulang bekerja, AA ketahuan oleh orang tuanya ia sedang menggunakan narkoba dirumahnya, disitulah orang tuanya jerah dengan tingkahnya. Mau tidak mau Ibu NL memaksa AA untuk direhabilitasi. Dengan sigap Ibu NL mencari tempat rehabilitasi. Menurut Ibu NL:

“Saya dan suami saya tidak tahu sama sekali tempat rehabilitasi, tapi dengan sigapnya kami untuk mencari informasi dari saudara kami dan dia menyarankan untuk direhabilitasi di panti ini. Saya memilih panti ini karena kedisiplinanya, dan saya merasa nyaman saja anak saya di letak di panti tidak ada beban pikiran lagi dirumah.”

Setelah mendaftarkan anaknya di kantor PSPP “Insyaf” yanga ada di Lau Bakeri, Ibu NL mencari agar anaknya dapat di bawa ke panti tersebut. Saat ibu NL mengajukan tawaran kepada AA untuk direhabilitasi, AA langung menolak tawarannya mentah-mentah. Ibu NL lalu mencari jalan lain agar AA dapat segera di bawa ke panti rehabilitasi, yaitu dengan mengatakan kepada AA bahwa pengobatan di panti tersebut hanya sebulan saja setelah itu pulang kerumah. Dugaan orang tua AA tidak melesat, AA langsung saja mau dibawa oleh keluarga walaupun dengan cara dibohongi.

Sesampainya di panti, AA yag tidak mengetahui bahwa ia akan direhabilitasi selama sampai masa pemulihan, AA terkejut dan melakukan perlawanan. Ia berontak minta dipulangkan kerumah seperti kehidupan biasanya dan tidak perlu direhabilitasi. Namun, Ibu NL tetap pada pendiriannya bahwa AA harus direhabilitasi demi kenyamanan dan ketenangan hati orang tuanya. Dibantu konselor dan bagian keamanan panti, AA dibawa masuk ke ruang isolasi kemudian dirantai kaki dan tangannya. Setelah Ibu NL dan keluarga merasa kondisi AA sudah dapat dikendalikan oleh pihak panti, beliau pun pulang dan berpamitan dengan pihak panti. Setelah keluarga membawa AA ke panti, Ibu NL menganjurkan agar AA tidak perlu diperiksa dahulu hasil cek medis takut AA memberi pemberontakan. Ibu NL


(46)

memberikan hasil cek medis AA sebelumnya kepada tim medis panti untuk menunjukkan bahwa AA tidak memiliki penyakit apa pun dan dalam kondisi sehat.

Dua bulan kemudian, Ibu NL dikabari pihak panti untuk mengikuti pertemuan keluarga. Dimana dalam pertemuan ini akan diberitahu perkembangan anak melalui video dan ilmu serta pengetahuan mengenai narkoba. Keluarga merasa sangat senang dan lega karena AA sudah menunjukkan perubahan maupun sedikit. Ia mulai mau mengerjakan kegiatan program oleh panti dan sudah mulai sedikit terbuka kehidupan pribadinya kepada konselor.

Setelah 2 (dua) bulan direhabilitasi, keluarga diizinkan untuk bertemu dengan AA. Namun pada saat ditemui, AA justru meminta agar dia dibawa pulang dari panti ini dan meyakinkan orang tuanya bahwa dia sudah bisa berubah. Menurut Ibu NL:

“AA belum bisa dibawa pulang walaupun ia katakan sudah berubah, ia harus direhabilitasi sampai sembuh dan mengikuti programnya, karena ini semua untuk masa depannya. Walaupun dia selesai masa rehabilitasinya kami orang tuanya akan meletakkannya jauh dari kami, agar tidak terpengaruh lagi di lingkungan rumah kami.”

Ibu NL sangat berharap, bahwa AA harus mampu menyelesaikan masa rehabilitasinya. Rehabilitasi untuk AA adalah jalan terbaik untuk dirinya agar dapat sembuh dari ketergantungan narkoba. Ibu NL dan keluarga juga sudah membekali diri masing-masing dengan trik-trik menghadapi klien pasca rehabilitasi dan pengetahuan-pengetahuan untuk mencegah kambuhnya keinginan klien untuk mencoba narkoba lagi.

b. Klien : Anak dari NL Nama : AA Jenis Kelamin : Pria


(47)

Umur : 28 tahun Agama : Islam

Status : Belum Menikah

AA adalah anak satu-satunya dari Ibu NL. AA menggunakan narkoba hampir 9 tahun dan ia berada di panti sudah hampir 2 bulan. Narkoba yang digunakannya adalah shabu-shabu. Hasil wawancara peneliti, bahwa AA orangnya pendiam dan tidak banyak cakap terhadap orang lain. AA masuk di PSPP “Insyaf” ini awal juni 2015. AA mengatakan:

“Awalnya menjadi residen tidak senang karena kepaksaan orang tua saya dan saya ketakutan disini, karena saya orangnya pendiam dan saya tidak berani menegur yang lain. Namun sekarang ini sudah mulai terbiasa, dan sudah seperti keluarga sendiri.”

Dalam masa pendidikan AA sering berkumpul bersama teman-teman, kadang untuk mengerjakan tugas dan kadang hanya sekedar nongkrong. Karena pada saat AA berkumpul bersama teman-teman, ada teman yang sedang konsumsi shabu-shabu. Adapun alasan AA yang mendorong mengkonsumsi narkoba yaitu hanya sekedar ingin tahu serta ajakan teman-teman. Namun AA mengatakan dari rasa ingin tahu itu AA tergoda karena diajak teman dan akhirnya AA menggunakan shabu-shabu tersebut. Karena orang tua AA tidak mengetahui AA mengkonsumsi narkoba AA jadinya hampir setiap hari mengkonsumsi narkoba. Walaupun AA belum bekerja untuk membeli narkoba itu, AA mengatakan:

“Terkadang saya mencuri uang ibu saya, menjual handpone mereka dan perabotan rumah. Karena saya termasuk anaknya pendiam orang tua awalnya tidak menaruh rasa curiga kepada saya seperti saya meminta uang untuk bermain PS atau segala macam tetapi uang itu


(48)

dipakai untuk membeli narkoba. Terkahir saya ketergantungan sampai 9 tahun ini.”

Adapun penialain AA mengenai program-program yang ada di PSPP “insyaf” yaitu sudah sesuai dengan kebutuhan AA. Karena seperti halnya merokok tidak lah langsung diberhentikan tetapi masih merokok walaupun dalam satu ahri hanya 4 batang rokok yang dikonsumsi, tapi itu sudah sangat bagus. Karena nantinya AA dari narkoba dan terbebas juga dari rokok. Dan kalau masalah peraturan-peraturan yang ada di Panti Rehabilitasi ini AA sudah merasa senang karena kedisiplinan panti yang membuat AA merasa nyaman dan sudah menjadi keluarga.

AA mengakui perbuatannya bahwasannya selama yang dilakukan selama ini sudah sangat berdosa. Dimana halnya demi barang haram ini AA mencuri uang orang tuanya dan membodoh-bodohi orang tuanya. Adapun AA inginkan selama di panti yaitu bagaimana caranya supaya bisa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, yang bisa membuat orang tua bangga dan bahagia. Dari hasil wawancara tujuan AA setelah keluar dari panti rehabilitasi ini AA ingin membuka usaha tanpa membebani orang tuanya lagi.

5.2.5Informan Utama IV a. Keluarga : Ibu HH Nama : NB

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 50 tahun Agama : Kristen Pekerjaan : PNS Status : Menikah


(49)

Ibu NB adalah orang tua dari HH yang sedang di rehabilitasi di PSPP “Insyaf”. Pekerjaan ibu NB adalah PNS. Ibu NB memiliki 3 orang anak dan HH adalah anak bungsu dari anak Ibu NB. Ibu NB sudah jerah dengan kelakuan HH sehari-hari. Ibu NB mendapatkan informasi tentang panti rehabilitasi narkoba awalnya dari anaknya yang pertama tinggal di Aceh, tetapi awalnya anaknya di rehabiliatsi di swasta yang ada di Yogyakarta.

Pertama kali HH direhabilitasi di panti swasta tetap saja tidak ada peubahan, HH direhab atas kemauannya sendiri. Menurut Ibu NB:

“Saya sudah capek untuk mencari lokasi dimana lagi yang pantas untuk anak saya direhabilitasi karena anak saya sudah 5 kali direhabilitasi tapi tidak ada perubahan juga. Akhirnya saya pasrah dengan kelakuan dia dan putuskan untuk pindah tempat rehab. Setau saya dia dapat PSPP “Insyaf” ini mencari-cari di google dan ia direhab atas kemauannya sendiri tanpa paksaan dari keluarga”.

Sebaik HH masuk PSPP “Insyaf” untuk yang ke 5 kalinya, Ibu NB merasa sedih juga karena anaknya tidak kunjung sembuh, Ibu NB sempat pasrah atas perbuatan anaknya karena ia tidak tahu mau berbuat apalagi. Ibu NB sangat bersyukur karena anaknya masih memiliki sifat waras sehingga mau merehabilitasi dirinya lagi. Awal HH menggunakan narkoba Ibu NB dan keluarga sangat kecewa dan terkejut karena ia mengakui keburukannya, tetapi sebelum anaknya mengakui perbuatannya Ibu NB sudah mengetahui sebelumnya kalau anaknya pemakai karena dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.

Sebelum HH menjadi pengguna, komunikasi mereka sangat lancar tanpa ada hambatan apapun, tetapi sebaik HH menjadi pengguna Ibu HH sempat stress dan sempat putus asa karena anak satu-satunya lelaki kelakuannya seperti itu. HH di rehabilitasi sudah 2 (dua) bulan, biaya HH yang menanggung adalah keluarga dan


(50)

kebutuhan HH selalu terpenuhi. Tidak hanya itu HH sering mendapat dorongan positif dari keluarganya. Ibu NB berharap anaknya bisa sembuuh dari ketergantungan narkoba karena menurut Ibu NB itu bisa merusak kesehatan.

Saat HH mengkonsumsi narkoba HH sering menelpon kakaknya untuk minta uang dengan alasan yang berbeda-beda, padahal uang itu untuk membeli narkoba. apalagi membohongi ibunya dengan alasan yang lain juga. Bagi Ibu NB, merehabilitasi HH adalah hal yang sangat penting mau berapapun biayanya yang terpenting anaknya sembuh. Dari penglihatan Ibu NB selama menjenguk HH, ia sudah mulai sadar dan berubah kelakuanya karena kedewasaan dan kesopannaya bersama keluarganya, tetapi yang paling mengecewakan Ibu NB adalah kenapa anaknya semakin kurus, padahal setiap anaknya menelpon meminta kebutuhannya selalu dipenuhi.

Terkadang Ibu NB tidak tega melihat kondisi anaknya seperti itu, karena menurut Ibu NB kedisiplinan panti insyaf sangat ketat. Tapi mau gimana lagi ini semua demi kesembuhan anaknya. Ibu NB juga bangga kepada HH karena HH sudah berubah walaupun hanya baru beberapa bulan di rehabilitasi. Ibu NB sudah dapat mempelajari bgaimana cara mengatasi jika HH relaps lagi. Untuk kedepannya setelah nanti HH benar-benar sembuh dan keluar dari panti ini saya akan mengajarkan dia menjadi wirausaha agar dia membuat kesibukannya dengan pekerjaan yang saya berikan dan agar tidak terjadi relaps lagi.

b. Klien : Anak dari Ibu NB

Nama : HH Jenis Kelamin : Pria Umur : 25 tahun


(51)

Agama : Kristen Pekerjaan : Wiraswasta Status : Menikah

HH salah satu penduduk berasal dari kota Medan Helvetia yang mengikuti rehabilitasi. HH sudah direhabilitasi selama 2 (dua) bulan di PSP “Insyaf”. HH mengatakan:

“Saya senang berada di panti ini walaupun hanya baru 2 bulan, ini yang sudah ke 5 kalinya saya di rehabilitasi. Saya mau di rehabilitasi di panti ini karena kedisiplinannya yang berbeda dari swasta tempat saya di rehabilitasi sebelumya. Saya mendapatkan alamat panti ini mencari-cari dari internet. Pertama saya masuk panti ini, saya terkejut karena peraturannya yang sangat ketat misalnya untuk merokok saja sangat dibatasi tapi bagi saya itu sangat nyaman karena sudah bisa melupakan yang namanya narkoba”.

Menurut HH pada zaman sekarang ini dengan mudahnya narkoba di dapat baik dikalangan lingkungannya atau tempat lainnya, maka dari itu jenis narkoba yang pertama HH kenal adalah ganja. Dari ahsil wawancara AA mengatakan:

“Alasan yang mendorong saya untuk menggunakan narkoba yaitu karena ingin coba-coba dan adanya ajakan dari teman-teman sehingga saya tergoda untuk mencobanya. Saya mengkonsumsi narkoba dari tahun 2008, walaupun saya sudah 5 kali di rehabilitasi tapi sebaik keluar dari rehabilitasi saya tetap mengkonsumsi lagi itu terjadi karena peraturan pantinya tidak mengajarkan kedisiplinan kepada kami”.

HH menggunakan narkoba pada saat lagi berkumpul sama teman atau saat lagi sendiri berada dirumah. Awalnya HH memperoleh narkoba ini dari teman, karena pada saat HH ingin mengkonsumsi HH meminta dan menyuruh teman untuk memperoleh narkoba itu tetapi lama kelamaan HH dikenalkan kepada kepala bandar


(52)

di sekitar lingkungan rumahnya juga, dimana bandar ini sudah lama kenal sama teman HH, maka dari itu selanjutnya HH memperoleh narkoba dari bandar itu. karena HH sudah kenal dan saling komunikasi HH melakukan transaksi di daerah tempat tinggalnya. Tempat transaksi HH dengan bandarnya di kios atau tempat jualan, bandar atau pengedar telah bekerja sama dengan yang punya kios tersebut, karena untuk keamanan masing-masing. HH mengatakan:

“Semenjak saya mengkonsumsi narkoba lagi setelah di rehabilitasi di jawa sana lagi, saya menggunakan narkoba dirumah sendiri dan orang tua saya yang menyuruhnya juga. Karena takut saya merugikan orang lain di luaran sana. Namun karena rasa ketergantungan yang sangat tinggi akhirnya saya tidak berfikir apapun akibatnya saya sudah tidak takut sama polisi, dan saya menggunkan narkoba itu buat dirinya jadi pelupa atau pemalas dan akhirnya pekerjaan saya berantakan tidak menentu arah. Tapi sudah merasakan enak dan ingin mengkonsumsi terus baik siang hari atau malam hari”.

Masuk di PSPP “Insyaf” ini atas kemauan HH sendiri, karena ia merasa tidak bisa berubah sama sekali akhirnya ia jerah dengan dirinya sendiri. Dimana HH berkeinginan untuk hidup sehat tanpa ketergantungan narkoba karena ada teman HH meninggal karena ketergantungan narkoba, maka dari itu HH ingin sembuh dan mengikutirehabilitasi di PSPP “Insyaf” yang meyakinkan dirinya bisa berubah karena kedisiplinan panti ini.

Untuk mendapatkan narkoba HH telah menghabiskan banyak uang, dimulai dari uang jajannya semasa ia sekolah sampai ia bekerja hasilnya hanya untuk narkoba saja. Maka dari itu HH harus merubah hidupnya untuk hidup lebih sehat dan ingin menajuhi narkoba, tidak ingin memakai narkoba lagi dan dapat emrubah sikapnya menjadi lebih baik lagi. Dalam hidup HH faktor yang terberat dialami HH untuk tidak


(53)

mengkonsusmi narkoba yaitu pengaruh dari teman-teman di luaran sana. Mak dari itu cara HH mengatasinya mencari kesibukan sendiri.

Dari hasil wawancara, HH tidak betah dengan program-program yang ada di panti ini namun setelah beberapa minggu HH merasa lebih betah karena HH mulai bisa menerima semua kenyataan di panti. Dengan program-program yang ada di panti sudah sesuai dengan kebutuhannya, karena HH sekarang ini sudah tidak mengingat narkoba lagi. Dalam masa bimbingan program yang ada di panti HH selalu mengikuti bimbingan yang tertera, terutama bimbingan keterampilan ia sanagt senang dengan melakukan ketrampilan karena itu membuat dia melatih kesabarannya. Apalagi dengan bimbingan sosial membuat ia menjadi terbuka dengan keluarga dan menceritakan masalah apa yang ia alami. Tapi selama HH di rehabilitasi HH ingin menghubungi keluarganya, karena keluarganya lah yang mendukung ia terus-menerus untuk sembuh. Dan setiap keluarga berkunjung untuk melihat HH keluarga selalu memberikan respon positif untuknya sehingga ia berkeinginan untuk bernar-benar pulih dan ia mencegah agar tidak relaps lagi, karena HH tidak ingin untuk mengcewakan orang tuanya. HH berharap ini terakhir kalinya ia di rehabilitasi karena HH ingin menjadi anak yang baik dalam keluarganya. Tujuan HH setelah keluar dari panti ini yaitu ingin membuka usaha seperti buka bengkel mobil atau lainnya sehingga ia tidak dapat menggunakan narkoba lagi, dan HH ingin membuktikan kepada keluarga atau amsyarakat sekitar bahwa ia akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.


(54)

5.3 Analisis Data

5.3.1Program Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf”

Bahaya narkoba bukan lagi menajdi masalah indiviu sebagai pemakai narkoba atau keluarganya. Ini sudah menjadi ancaman bagi kelangsungan bangsa, karena yang menjadi korban adalah generasi muda. Ketika generasi muda hancur, maka hancurlah masa depan bangsa. memberantas narkoba tentu tidak cukup dengan perkataan saja sekeras apapun pernyataan itu. Pemerintah tidak bisa kerja sendiri. Hal yang dibutuhkan adalah tindakan nyata dari seluruh elemen masyarakat. Tindakan nyata itu tidak akan terwujud dan berjalan secara efektif apabila salah satu elemen dari masyarakat itu hanya sekedar menonton. Dibutuhkan kerjasama dengan semua pihak, saling mendukung dan mambantu akan mempermudah dalam pengentasan masalah narkoba ini.

Berbagai kegiatan dan program telah dilakukan, mulai dari kegitan pencegahan, pembinaan dan pemulihan pecandu (rehabilitasi) hingga program-program mendukung lainnya. Penggerebekan atau penangkapan oknum tertentu memang berguna, tetapi bila hanya mengandalkan hal tersebut akan sia-sia saja. Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok yang paling banyak mengkonsumsi narkoba adalah kalangan mahasiswa (9,9%). Pengguna narkoba dikalangan usia muda ini selalu identik dengan orang dari kalangan berada, padahal orang dari kalangan miskin tidak tertutup kemungkinan mendapat narkoba dari pergaulannya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Konselor Indra disamping itu keluarga juga harus terbuka dan tidak boleh menutup diri, karena bukan satu atau dua keluarga saja yang mengalami masalah anrkoba. Siapa saja bisa mengalaminya dan bukan berarti kelaurga yang menaglami adalah keluarga broken home, tetapi juga keluarga yang harmonis.


(55)

Sebagai pusat rehabilitasi negri yang bergerak di bidang pelaksanann rehabilitasi pecandu narkoba, Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf memiliki program-program yang disusun secara harmonis dengan melibatkan keluarga sebagai institusi pertama bagi pecandu narkoba untuk bersosialisasi.

Menurut pasal 1 UU No 35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya merupakan zat yang berguna untuk keperluan dalam bidang pengobatan, ilmu pengetahuan dan lainnya. Sayangnya zat tersebut sering disalahgunakan hingga menimbulkan ketagihan dan ketergantungan yang ebrdampak buruk terhadap fisik dan psikis (Badan Narkotika Nasional, 2009: 12).

“PC mengakui setiap JPS selesai memakai narkoba, mereka selalu bertengkar hebat. PC belajar untuk lebih sabar dan percaya kepada suaminya, apalagi selama menjalani rehabilitasi. PC berniat untuk memperbaiki rumah tangga mereka yang mulai renggang karena tingkah JPS. Tingkah laku JPS selama di rehabilitasi muali berubah, ia menjadi orang penyabar dan bisa mengendalikan dirinya.” (Informan PC)

“Karena ES merasa anak bungsu dan laki-laki satu-satunya dari keluarganya. Mungkin dia punya rasa untuk memiliki kebebasan sehingga orang tuanya tidak mengetahui kalau ES adalah pecandu narkoba. WK merasa kasihan kepada ES karena semenjak di rehabilitasi ES kelihatan kurus beda dari awal ES masuk pertama kalinya ia amsih kelihatan berisi.” (Informan WK)

“Semenjak ayah AA mengetahui AA adalah pemakai narkoba, mereka sering sekali bertengkar dan saling salah paham. AA merasa tertekan karena kondisi keluarganya yang selalu menyuruh dia menjadi anak berprestasi terus dan tekanan ekonomi juga salah satunya. Tanpa


(1)

• Terimakasih kepada seluruh Responden dan Keluarga respondenyang mau membantu saya dan memberikan informasi dalam melaksanakan peneltian ini.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR BAGAN………... x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………. 10

1.2 Perumusan Masalah……… 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian……….. 10

1.3.2 Manfaat Penelitian……… 11

1.4 Sistematika Penulisan………. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Narkoba 2.1.1 Definisi Narkoba……….. 13

2.1.2 Jenis-Jenis Narkoba……….. 14

2.2 Korban Penyalahgunaan Narkoba………. 19

2.2.1 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ………. 21

2.2.2 Dampak dari penyalahgunaan narkoba………. 23

2.2.3 Tanda-Tanda Korban Narkoba……….. 24


(3)

2.2.5 Tahap-Tahap Perubahan……… 26

2.3 Rehabilitasi 2.3.1 Definisi Rehabilitasi………... 28

2.3.2 Tujuan Rehabilitasi……….. 29

2.3.3 Sasaran Rehabilitasi………. 30

2.3.4 Fungsi Rehabilitasi……….. 30

2.3.5 Kode Etik dalam Layanan Rehabilitasi……… 32

2.3.6 Rehabilitasi Narkoba……… 33

2.4 Dukungan Keluarga 2.4.1 Defenisi Keluarga………. 34

2.4.2 Struktur Keluarga……….. 36

2.4.3 Dimensi Dukungan Keluarga……….. 37

2.4.4 Fungsi Keluarga……… 39

2.4.5 Dukungan Keluarga bagi Korban Penyalahguna Narkoba. 40

2.5 Konsep Penelitian……….. 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian……… 45

3.2 Lokasi Penelitian………. 45

3.3 Subyek Penelitian……… 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data………. 46

3.5 Teknik Analisa Data……… 47

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Panti Pamardi Putra Insyaf………. 49


(4)

4.2 Visi dan Misi Panti Pamardi Putra Insyaf………. 50

4.2.1 Visi Panti Pamardi Putra Insyaf………. 50

4.2.2 Misi Panti Pamardi Putra Insyaf………. 50

4.3 Struktur Organisasi………. 51

4.4 Fasilitas……… 53

4.5 Metode Pengobatan………. 58

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar………. 62

5.2 Hasil Temuan……… 63

5.2.1 Informan Kunci.………. 63

5.2.2 Informan Utama I……… 65

5.2.3 Informan Utama II……….. 73

5.2.4 Informan Utama III………. 81

5.2.5 Informan Utama IV………. 86

5.3 Analisis Data……… 92

5.3.1 Program Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf……… 92

5.3.1.1 Bimbingan Medis………. 97

5.3.1.2 Bimbingan Rohani ………. 98

5.3.1.3 Bimbingan Fisik……….. 99

5.3.1.4 Bimbingan Sosial……… 101

5.3.1.5 Bimbingan Keterampilan……… 101

5.3.2 Dukungan Keluarga 5.3.2.1 Dukungan Penilaian……… 102


(5)

5.3.2.3 Dukungan Informasi……….. 107

5.3.2.4 Dukungan Emosional………. 108

5.3.3 Tujuan Rehabilitasi

5.3.3.1 Terbebas dari dorongan narkoba……… 112

5.3.3.2 Menumbuhakan rasa tanggungjawab mantan

pecandu narkoba terhadap diri dan keluarga…. 112

5.3.3.3 Dapat bersosialisasi kemabali di tengah-tengah

masyarakat……… 113

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan………. 115

6.2 Saran……… 117


(6)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Alur Pikiran ………...………44


Dokumen yang terkait

Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

15 116 82

Implementasi Teknologi Pelayanan Sosial bagi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan

0 43 248

Dukungan Keluarga Dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

18 140 138

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA.

0 2 154

Dukungan Keluarga Dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

0 0 2

Dukungan Keluarga Dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

0 0 12

Dukungan Keluarga Dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

0 0 32

Dukungan Keluarga Dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

0 0 2

Dukungan Keluarga Dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

0 0 4

Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

0 0 21