REVITALISASI BENTENG VASTENBURG Dengan Taman Budaya Sebagai Sebuah Rekomendasi Fungsi Baru

(1)

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REVITALISASI BENTENG VASTENBURG

Dengan

 

Taman

 

Budaya

 

Sebagai

 

Sebuah

 

Rekomendasi

 

Fungsi

 

Baru

 

TUGAS

 

AKHIR

 

Diajukan

 

Sebagai

 

Syarat

 

untuk

 

Mencapai

 

Gelar

 

Sarjana

 

Teknik

 

Arsitektur

 

Universitas

 

Sebelas

 

Maret

 

 

 

 

Disusun

 

Oleh

 

:

 

MUH.

 

LUTHFI

 

FAUZI

 

NIM.

 

I0202064

 


(2)

REVITALISASI BENTENG VASTENBURG

Dengan

 

Taman

 

Budaya

 

Sebagai

 

Sebuah

 

Rekomendasi

 

Fungsi

 

Baru

 

 

Disusun

 

Oleh

 

:

 

MUH.

 

LUTHFI

 

FAUZI

 

NIM.

 

I0202064

 

 

 

Menyetujui,

 

Surakarta,

   

November

 

2010

 

 

    

Pembimbing

 

I

 

 

 

 

       

Pembimbing

 

II

 

 

 

 

  

Ir.

 

Hardiyati,

 

MT

  

 

 

    

         

Ir.

 

Hari

 

Yuliarso,

 

MT

 

NIP.

 

19561209 198601 2 001

 

 

       

NIP.

 

19590725

 

199802

 

1

 

001

 

 

Mengesahkan,

 

 

     

Pembantu

 

Dekan

 

I

   

 

 

        

Ketua

 

Jurusan

 

Arsitektur

 

Fakultas

 

Teknik

 

 

             

Fakultas

 

Teknik

 

 

 

 

  

Ir.

 

Noegroho

 

Djarwanti,

 

MT

 

 

       

      

Ir.

 

Hardiyati,

 

MT

 

NIP.

 

19561112

 

198403

 

2

 

007

  

 

      

NIP.

 

19561209 198601 2 001

 

 

 

 

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(3)

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb,

Set elah sekian lama mengikut i proses perkuliahan akhirnya t iba saat nya unt uk menuliskan kat a-kat a pengant ar unt uk karya Tugas Akhir ini.

Syukur alhamdulillah t ak hent i-hent inya penulis panj at kan kepada Allah SWT karena at as limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan j udul “ Revitalisasi Benteng Vastenburg Dengan Taman Budaya Sebagai Sebuah Rekomendasi Fungsi Baru” sebagai syarat unt uk mendapat kan gelar Sarj ana Teknik St rat a Sat u di Jurusan Arsit ekt ur Fakult as Teknik Universit as Sebelas Maret Surakart a.

Proses penyelesaian Tugas Akhir ini t ent u saj a t idak lepas dari bant uan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena it u, penulis sampaikan t erima kasih kepada :

1. Ir. Hardiyat i, MT, selaku Ket ua Jurusan Arsit ekt ur Fakult as Teknik UNS sekaligus merangkap sebagai Dosen Pembimbing Pert ama Tugas Akhir ini.

2. Tit is Srimuda Pit ana, ST, M. Trop. Arch, selaku Pembimbing Akademis. 3. Ir. Hari Yuliarso, MT selaku Dosen Pembimbing Kedua Tugas Akhir.

4. Ir. M. Asrori, MT dan Ir. Maya Andria N, M. Eng, selaku Dosen Penguj i Tugas Akhir.

5. Sri Yuliani, ST, Mapp. Sc dan Ir. Yosaf at Winart o, MT, selaku Panit ia Tugas Akhir Jurusan Arsit ekt ur Fakult as Teknik UNS.

Akhir kat a penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan di sana-sini. Unt uk it u adanya krit ik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Biarlah laporan Tugas Akhir ini kembali ke kodrat nya, menj adi bagian dari deret an buku di rak perpust akaan. Alangkah gembiranya penulis apabila ada yang sudi unt uk membaca dan kemudian t ert arik unt uk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada. Amin.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surakart a,

Muh. Lut hf i Fauzi

 


(4)

. . . Pert erimakasihan

 

 

Allah SWT. . . Muhammad SAW. . . . .

Sholawat dan salam selalu unt uknya. Dan syaf aat nya yang akan selalu kit a nant ikan.

Keluargaku. . .

Bapak, unt uk segala kesabaran dan ket eladanannya yang seakan t ak ada uj ungnya. Ibu, unt uk segala perhat ian, do’ a dan rest unya. Mbak Idha, Dek Alfan. . .

Anin. . . .

Teman dalam segala hal, smoga kit a selalu dalam sat u t uj uan. . .

Sekolahku. . . .

Jurusan arsit ekt ur UNS (seluruh st af pengaj ar dan st af administ rasinya). Bu Nunuk, sang j uru mudi merangkap pembimbing TA. Pak Titis (pembimbing akademis) dan

penggant inya Pak Untung. Pak Hari (pembimbing TA). Pak Asrori dan Bu Maya (penguj i TA).

Konco2 sak Angkatan. . .

Ade, Kesit, Dias, Waduk, Anton, Itak-ituk, Aryanto, Agus Lotus, Maria Anik, Edi, Eko, Pipit, Dewo, Titus, Mbah Dukun, A’ ang, Bayu, Fitri, Alphad, Cacing, Ardi, Kingkong, Iman, Delita, Kandar, Sosor, Andin, Sisca, Iput, Moh. Ansori, Mursito, Fresly, Ami, Ira M, Ira K, Ij al, Ifal, Ichwan, Wari, Tika, Mart anto, Sigitop, Jefri, Damas, Feranita, Ita Asih, Sri, Aj i, Yandha, Tiwul, Wanti, Nope, Honda, Netti, Tere, Nisa, Riris, Riri, Budi, Tya, Opak, Dita, Nunuk, Wahyu, Zoom, Desi, Reni, Aris, Diba, Tri wahyu, Shinta, Yuni, Dicki, Kemot, Kodok. . .moga-moga ae ra ono sing kliwat an. . .

Konco sak Studio TA periode 117. . . . Yang daf t ar namanya ada di Pak Bej o Keluarga Fotografi Arsitektur (KFA). . . .

Pak Upok, Japrak, Puwor, Kenthus, Tyo, Alfian, Yogi, Sitek, Yan Hari, Bastian, Dian, Hepi.

[ 2003] Nia, Ayu ” aeng-aeng” , Eguh. [ 2004] Menyud, Pindi, Delon, Kiki, Doni, Silmi, . . . [ 2005] Lala, Muslim, Arfin, Samij o, Ikhsan, Faris, Ardi, Selvi, Lina, . . . [ 2006] Alfa, Mamad, Sela, Westi, Lala, Jamil, Cungkring, . . . .dst

Angkatan Lain. . . .

Ars’ 97, Ars’ 98, Ars’ 99, Ars’ 00, Ars’ 01, Ars’ 03, Ars’ 04, Ars’ 05, Ars’ 06, Ars’ 07, Ars’ 08, Ars’ 09. . . .dst

Kos Mega 27. . .

Bapak dan Ibu Karno, Wasis, Nina, Jekek, Warih, Susi, Franky, Chesar, Cornel, Oon, Pakdhe Gepeng, Sinyo, Ray, Yoga, Aang, Deni, Wawan. . .

Kont rakan Pucang Sawit

Mas Kun, Mas Robi, Kanda Jaka, Mas Ari, Mas Puwor, Pendekar, Affan, Ade, Halala, Faris, Alfa, Cemeng. . .

Kontrakan Ngoresan. . .

Mas Puwor, Affan, Pendekar, Ade, Kesit, Dias, Dika, Halala, Faris, Alfa, Cemeng. . . Kontrakan Kentingan Kulon. . .


(5)

Teladanku. . .

Gus Dur, seorang pluralis sej at i. Cak Nur, semangat nya unt uk membangun

ke-Indonesian yang maj emuk dan islam yang inklusif t ak akan pernah padam. Cak Nun, YB Mangunwij aya, arsit ekt ur sebagai sarana unt uk memanusiakan manusia. Eko Prawoto, penerima t ongkat est af et Romo Mangun.

AE 4658 MF yang selanj ut nya bergant i nama AE 4353 PI


(6)

 

Daft ar Isi

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

BAB I PENDAHULUAN 1

1. 1.

Judul

1

1. 2.

Lat ar Belakang

1

Bent eng Vast enburg 2

Revit alisasi : Taman Budaya 3

1. 3.

Permasalahan

3

1. 4.

Persoalan

3

1. 5.

Tuj uan Perancangan

4

1. 6.

Met ode Perancangan

4

1. 7.

Sist emat ika Penulisan

5

BAB II TINJAUAN 6

2. 1.

Arsit ekt ur Bent eng

6

2. 2.

Bent eng Vast enburg

7

Deskripsi Fisik Bent eng Vast enburg 11

Hot el dan Mall Sol o Bout i que 18

2. 3.

Bangunan Cagar Budaya

20

2. 4.

Bangunan Tua Bersej arah (Cagar Budaya)

26

Perluasan Tindakan Konservasi 27

Revit alisasi Kawasan Kot a 29

Beberapa Kasus dalam Pelest arian Bangunan Tua Bersej arah 31

2. 5.

Tinj auan Kot a

33

Sur akar t a Kot a Budaya” 33

Kawasan Budaya Kot a Surakart a 36

2. 6.

Tinj auan Bangunan di Bawah Permukaan Tanah (Landscaper)

38

BAB III ASPIRASI DAN PRESEDEN 42


(7)

 

(1) Pemilik Lahan 43

(2) Kerat on Kasunanan Surakart a 44

(3) Budayawan 44

(4) Akademisi 45

(5) Inst it usi 47

(6) Masyarakat dan Inst it usi 47

Menyimpulkan Aspirasi 52

3. 2. Preseden 53

(1) Fabr i ca, Bennet t on Communi cat i on Resear ch Cent er 53

(2) Rei chst ag 54

(3) Pyr ami d du Louvr e 56

(4) The Br i t i sh Museum 58

(5) Gedung Arsip Nasional 60

Menyimpulkan Preseden 62

BAB IV REKOMENDASI 64

4. 1. Taman Budaya yang Saya Rencanakan 64

(1) Esensi Taman Budaya 64

(2) Akt ivit as dalam Taman Budaya 65

(3) Gambaran Ruang dalam Taman Budaya 68

BAB V PROSES PERANCANGAN 72

5. 1. Membaca dan Mengenali Sit e 72

Respon Terhadap Eksist ing 81

5. 2. Menent ukan Akses dan Sirkulasi 84

5. 3. Peruangan 88

5. 4. Pendekat an Massa 91

5. 5. Penyelesaian St rukt ur 96

BAB VI HASIL RANCANGAN 98

6. 1. Ilust rasi Hasil Rancangan 98

DAFTAR PUSTAKA xi


(8)

 

Daft ar Gambar

Gambar 1. 1 Polemik Seput ar Vast enburg yang Termuat dalam Harian Lokal 2

Gambar 2. 1 Fot o Udara Bent eng Vast enburg 8

Gambar 2. 2 Gerbang Masuk Bent eng Vast enburg dari Arah Barat 9

Gambar 2. 3 Kondisi Bent eng Vast enburg Terkini 10

Gambar 2. 4 Gedung Premier West ern Hot el 13

Gambar 2. 5 Gedung BCA 13

Gambar 2. 6 Gedung Grha Solo Raya 13

Gambar 2. 7 Gedung PGS 13

Gambar 2. 8 Gedung BTC 13

Gambar 2. 9 Gedung Koperasi 45 13

Gambar 2. 10 Gedung DHC 45 Surakart a 14

Gambar 2. 11 Gedung Luwes Loj i Wet an 14

Gambar 2. 12 Gedung Bank Bukopin 14

Gambar 2. 13 Gedung GBPI Penabur 14

Gambar 2. 14 Gedung Kant or Pos Surakart a 14

Gambar 2. 15 Gedung Bank Danamon 14

Gambar 2. 16 Gedung Telkom Surakart a 15

Gambar 2. 17 Gedung Bank Indonesia 15

Gambar 2. 18 Gedung Bank Panin 15

Gambar 2. 19 Gedung Balaikot a Surakart a 15

Gambar 2. 21 Bat as Fisik dan Ukuran Dimensional Bent eng Vast enburg 16

Gambar 2. 22 Bangunan yang Terl et ak di Sebelah Selat an Bent eng 17

Gambar 2. 23 Beberapa Sudut dari Kawasan Bent eng 18

Gambar 2. 24 Proposal Rancangan Hot el dan Mall Solo Bout ique 19

Gambar 2. 25 Perpust akaan di Delf , Belanda 39

Gambar 2. 26 Suasana di Pusat Perpelanj aan Blok M 40

Gambar 2. 27 Lapangan Karebosi 40

Gambar 2. 28 Skema Rancangan Landscaper 41

Gambar 3. 1 Perubahan Skema Ruang pada Br i t i sh Museum 59

Gambar 5. 1 Ukuran Tapak Kawasan Vast enburg 72

Gambar 5. 2 Beberapa Bangunan yang Ada di Tapak Sit e 73

Gambar 5. 3 Bangunan Eksist ing Bank Danamon 73

Gambar 5. 4 Bangunan Eksist ing di Selat an Bent eng Vast enburg 74

Gambar 5. 5 Bangunan Eksist ing Rumah Tingga di Selat an Bent eng Vast enburg 74

Gambar 5. 6 Reservoir 74


(9)

 

Gambar 5. 8 Pohon Eksist ing di Dalam Tembok Bent eng 75

Gambar 5. 9 Suasana di Jl . Jend. Sudirman 77

Gambar 5. 10 Suasana di Jl. Mayor Kusmant o 78

Gambar 5. 11 Suasana di Jl. Kapt en Mulyadi 79

Gambar 5. 12 Keret a Api yang melewat i Jl. Mayor Sunaryo 80

Gambar 5. 13 Suasana di Jl. Mayor Sunaryo Pada Malam Hari 80

Gambar 5. 14 Perat uran Tak Tert ulis Tent ang Ket inggian Bangunan di Kawasan Gladak 81

Gambar 5. 15 Perlakuan Terhadap Bangunan Eksist ing 82

Gambar 5. 16 Perlakuan Terhadap Pohon Eksist ing 82

Gambar 5. 17 Memf ungsikan Kembal i Elemen Arsit ekt ur yang Ada 83

Gambar 5. 18 Gagasan Tent ang Pedest rian 83

Gambar 5. 19 Penempat an Plaza 84

Gambar 5. 20 Membuka Akses Pada Seluruh Sisi Sit e 85

Gambar 5. 21 Akses Publ ik yang Memakai Kendaraan 86

Gambar 5. 22 Akses Ut ama 86

Gambar 5. 23 Rencana Pedest rian 87

Gambar 5. 24 Rencana Sirkulasi Dalam Bent eng 87

Gambar 5. 25 Proses Pembent ukkan Ruang Menj adi Beberapa Unit Massa 91

Gambar 5. 26 Perpaduan Massa dan Taman 91

Gambar 5. 27 Menghubungkan Massa Baru dengan Jalur Sirkulasi 92

Gambar 5. 28 Perlakuan Terhadap Massa-Massa Baru 92

Gambar 5. 29 Sket sa-Sket sa Pembent ukan Massa Baru 95

Gambar 5. 30 Mat erial yang Mendominasi Tampil an Fisik Massa Baru 96


(10)

 

Daft ar Tabel

Tabel Dat a Kesenian Tradisional di Surakart a Tahun 2002 34

Tabel Kumpulan Aspirasi Tent ang Pemanf aat an Kembali Bent eng Vast enburg 51


(11)

I.

Pendahuluan

1. 1.

Judul

Revit alisasi Bent eng Vast enburg dengan Taman Budaya sebagai Sebuah Rekomendasi Fungsi Baru

1. 2.

Latar Belakang

“ Indonesia masa kini, dengan warisan arsi t ekt ur perkot aan kol onial dan pribuminya, harus menj awab pert anyaan-per t anyaan seput ar sej arah, nil ai budaya, pel est arian, penggunaan kembal i, at au penghancuran bangunan t ua…”

Cor Passchier

Kit a mempunyai begit u banyak bangunan bersej arah. Berbagai ragam dan corak bangunan bersej arah dapat kit a t emui dihampir sel uruh kot a di Indonesia, mul ai dari rumah t inggal, f asilit as pemerint ahan, f asilit as milit er dan f asilit as umum yang lain, yang kebanyakaan merupakan peninggalan kol onial dan berumur lebih dari 50 t ahun. Namun sayangnya hanya sedikit bangunan bersej arah t ersebut yang masih bert ahan sampai sekarang, it upun kebanyakan hanya menj adi bangunan kosong yang t ak berpenghuni. Kebanyakan yang lain t elah dirobohkan, digant i dengan bangunan baru yang lebih ‘ menj ual ’ . Mungkin hanya sebagian kecil yang nasibnya berunt ung, yang t elah mengalami konservasi dan mempunyai f ungsi baru.

Fakt anya di Indonesia, konservasi bangunan bersej arah (didal amnya mencakup renovasi, preservasi, rest orasi, rehabilit asi, rekonst ruksi dan revit alisasi) belum dilihat sebagai sebuah usaha kol ekt if dal am perencanaan dan perancangan kot a. Hanya segelint ir orang yang sadar akan pent ingnya nil ai-nil ai sej arah yang t erkandung dal am bangunan bersej arah t ersebut t erhadap perkembangan kot a kedepan. Sebagian orang masih menil ai bahwa bangunan bersej arah t elah menj adi bagian dari cerit a kel am masa kolonial yang t idak ingin diingat kembali. Mereka sepert inya lupa bahwa bagaimanapun pahit nya sej arah, keberadaanya bisa menj adi pembelaj aran unt uk menuj u ke arah yang l ebih baik, at au set idaknya menj adi pengingat t ent ang dari mana kit a berasal dan perist iwa apa yang t elah t erj adi sebelum kit a ada.

Permasalahan kot a kedepan adalah semakin sedikit nya l ahan kosong yang t ersedia. Sedangkan hasrat unt uk membangun akan sangat sulit dibendung, seiring semakin


(12)

bermunculan. Mau t ak mau harus ada upaya unt uk

mendaur ul ang

(meminj am ist ilah Galih Widj il Pangarsa) arsit ekt ur yang ada unt uk dapat mengimbangi perkembangan kot a ke arah

met ropol i s

. Membangun kemudian t idak harus dengan menggusur, merobohkan, menghilangkan arsit ekt ur yang t elah ada (t ermasuk didal amnya bangunan t ua bersej arah) t et api dengan menggunakannya kembal i unt uk mewadahi akt ivit as-akt ivit as baru masyarakat urban yang t erus bermunculan.

Benteng Vastenburg

Di Surakart a, isu akan dibangunnya hot el dan mall

Sol o Bout ique

berlant ai 13 di l okasi berdirinya Benda Cagar budaya (BCB) Bent eng Vast enburg memicu berbagai reaksi dari masyarakat , t erut ama kalangan budayawan dan pemerhat i kot a yang gencar melakukan penolakan.1 Terlepas dari kont roversinya, saya melihat hot el dan mall

Sol o

Bout ique

adalah sebuah usaha unt uk

mendaur ul ang

Bent eng Vast enburg,

memanf aat kannya unt uk f ungsi yang baru. Jika boleh menil ai, sah-sah saj a menempat kan bangunan baru unt uk memberi vit al it as dan ident it as baru pada kawasan Bent eng Vast enburg. Tet api pert anyaan yang muncul kemudian, apakah f ungsi dan arsit ekt ur yang diangkat t et ap berpij ak t erhadap kont eks sej arahnya. Apakah arsit ekt ur yang dipil ih t et ap mempert ahankan j ej ak-j ej ak sej arah yang ada. Apakah arsit ekt ur yang dipil ih t et ap menj aga ke-khas-an sebuah kawasan kot a, mengacu pada hadirnya pusat perbelanj aan dan bangunan perkant oran yang t el ah merubah st rukt ur kawasan sekit ar Gl adak menj adi kawasan komersial .

Sej at inya Bent eng Vast enburg menyimpan sej arah yang panj ang t ent ang perj alanan kot a Surakart a. Jej ak sej arah bent eng Vast enburg adal ah j ej ak sej arah kot a Surakart a j uga. Menghil angkannya berart i menghapus j ej ak sej arah kot a Surakart a. Keberadaan Bent eng Vast enburg merupakan simbol perl awanan yang gigih t erhadap penguasaan kolonial Bel anda pada wakt u it u.

1 Baca SoloPos Kamis 28 Agustus 2003

Gambar 1.1 Polemik seputar Vastenburg dari mulai isu akan dibangunnya hotel dan mall sampai penolakan dari masyarakat yang termuat dalam

harian lokal.


(13)

Apalagi kemudian set iap bangunan yang mempunyai nilai sej arah at au yang t elah berumur 50 t ahun dit et apkan sebagai Benda Cagar Budaya sepert i yang t elah diat ur dalam UU No. 5 t ahun 1992. Sehingga apapun kegiat an yang berkait an dengan Bent eng Vast enburg t elah diat ur oleh UU dan ada sanksi bagi yang mel anggarnya. Tet api pada kenyat aanya Bent eng t ersebut t el ah dimil iki swast a dan diikut i berbagai polemik mulai isu akan dibangun menj adi hot el dan mall , penolakan dari masyarakat sampai t idak mendapat kan izin dari Depbudpar sehingga sekarang nasibnya t erkat ung-kat ung.

Revitalisasi : Taman Budaya

Salah upaya unt uk melest arikan bangunan t ua bersej arah adalah dengan revit al isasi. Revit al isasi t ermasuk bagian dari konservasi. Secara harf iah pengert ian revit alisasi adalah proses, cara, perbuat an memvit alkan (menj adikan vit al).2 Namun pengert ian yang lebih sering digunakan adalah merubah t empat agar dapat digunakan yang lebih sesuai. Yang dimaksud dengan f ungsi yang lebih sesuai adal ah kegunaan yang t idak menunt ut perubahan drast is at au yang hanya menunt ut sedikit dampak minimal.3 Int inya adal ah memberikan f ungsi baru dengan penyesuaian t erhadap kont eks ke-kini-an. Unt uk kasus Bent eng Vast enburg sendiri upaya revit al isasi yang dilakukan adalah dengan memf ungsikannya kembal i sebagai sebuah t aman budaya. Tet api sebelumnya didahului dengan

publ ic hear ing

t erkait Bent eng Vast enburg dan mengkaj i beberapa preseden mengenai konservasi bangunan t ua.

1. 3.

Permasalahan

Polemik seput ar bent eng Vast enburg dimul ai dari st at us kepemil ikan Bent eng Vast enburg yang t el ah j at uh ke t angan swast a, isu akan dibangunnya hot el dan mall di lahan bent eng Vast enburg, penghilangan beberapa bangunan yang ada didalam bent eng, sampai kondisi bent eng yang sekian t ahun t erbengkalai sehingga membent uk kawasan mat i di pusat kot a.

Tanggung j awab kit a t erhadap peninggalan arsit ekt ur masa l alu.

Mencari bent uk konservasi yang sesuai unt uk Bent eng Vast enburg.

1. 4.

Persoalan

Merancang sebuah Taman Budaya sebagai f ungsi baru Bent eng Vast enburg yang t et ap rel evan t erhadap masa l al u, saat ini dan masa depan.


(14)

Desain arsit ekt ur yang dapat menyat u dengan Bent eng Vast enburg, yang dapat membent uk dialog ant ara ‘ yang l ama’ dengan ‘ yang baru’ sert a mampu mencit rakan periodesasi arsit ekt ur.

1. 5.

Tuj uan Perancangan

Tuj uan ut ama dari perancangan ini adalah mencari bent uk konservasi [ yang dianggap paling t epat ] unt uk Bent eng Vast enburg sebagai upaya menghidupkan kembal i bent eng Vast enburg. Bent uk konservasi yang relevan t erhadap kont eks sej arah, perkembangan kot a Surakart a saat ini dan masa depan. Sehingga nant inya arsit ekt ur yang muncul dapat membent uk dialog ant ara ‘ yang l ama’ dengan ‘ yang baru’ sert a mampu mencit rakan periodesasi arsit ekt ur.

1. 6.

Metode Perancangan

Perancangan ini menggunakan t iga met ode yang sal ing t erkait . Dimul ai dari pemaparan secara kronologis pol emik yang t erj adi seput ar Vast enburg dimul ai dari berpindahnya hak kepemilikan ke t angan swast a, st at us bent eng Vast enburg sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) mengacu pada UU No. 5 t ahun 1992, sampai kemudian muncul rencana unt uk membangun hot el dan mall

Sol o Bout ique

yang memicu pro dan kont ra.

Yang kedua yait u dengan met ode aspirat if , yait u dengan menyaring aspirasi (

publ ic hearing

) dari para pemangku kepent ingan (

st akehol der

), diant aranya dari pemilik lahan, pihak Kerat on, inst ansi t erkait , kalangan akademisi, budayawan, masyarakat dan inst it usi. Bagaimana aspirasi para pemangku kepent ingan t erkait dengan polemik seput ar Bent eng Vast enburg, sepert i apa keinginan mereka ke depan, f ungsi bangunan apa yang t epat , rancangan sepert i apa yang pal ing sesuai unt uk Bent eng Vast enburg.

Sedangkan met ode yang ket iga adalah dengan mempelaj ari preseden yang t erkait dengan konservasi bangunan t ua. Belaj ar bagaimana para arsit ek memperlakukan bangunan t ua, bagaimana f ungsi baru coba dimasukkan, bagaimana upaya mengait kan ant ara “ yang l ama” dengan “ yang baru” . Pemaparan preseden diarahkan ke dal am bent uk anal isis mengenai konsep dan sisi t eknis konservasi bangunan t ua yang digunakan oleh para perancangnya.

Dari ket iganya kemudian dit arik kesimpul an. Kesimpul an t ersebut digunakan sebagai dasar dalam mengaj ukan sebuah rekomendasi dengan merancang sebuah bangunan dengan f ungsi baru di areal Bent eng Vast enburg dalam upaya menghidupkan kembali kawasan Bent eng Vast enburg.


(15)

1. 7.

Sistematika Penulisan

Penul isan ini disusun dal am enam bagi an ut ama, ‘ Pendahul uan’ , ‘ Tinj auan’ , ‘ Preseden dan Aspirasi’ , ‘ Rekomendasi’ , ‘ Proses Perancangan’ , dan ‘ Hasil Rancangan’ . Bagian ‘ Pendahuluan’ mencakup j udul, pengert ian j udul , lat ar belakang, permasalahan dan persoal an, t uj uan perancangan, met ode perancangan yang digunakan dan susunan penulisan. Bagian kedua adalah ‘ Tinj uan’ disini akan dibahas apa saj a yang t erkait dengan j udul yang diambil. Meliput i arsit ekt ur bent eng, bent eng Vast enburg, bangunan cagar budaya, konservasi bangunan t ua bersej arah dan t erakhir t inj auan t ent ang kot a Surakart a. Pembahasan pada bab ini lebih di t ekankan pada bent uk ekspl orasi disert ai dengan t elaah-t elaah krit is. Dat a-dat a yang digunakan unt uk mel akukan ekspl orasi dan t el aah diambil dari beberapa sit us di int ernet dan beberapa pust aka yang t erkait . Bagian ket iga adalah ‘ Preseden dan Aspirasi’ , kesimpulan dari bagian ini digunakan sebagai pij akan dalam menent ukan bent uk konservasi [ yang dianggap pal ing t epat ] t erhadap kasus Bent eng Vast enburg. Keempat adalah ‘ Rekomendasi’ , sebuah usulan (rekomendasi) bent uk konservasi [ yang dianggap pal ing t epat ] t erhadap Bent eng Vast enburg. Pemilihan f ungsi [ yang dianggap pal ing t epat ] yang akan dimasukkan ke dalam bangunan baru yang akan dirancang kemudian. Bagian kel ima adalah ‘ Proses Perancangan’ , berupa t ahapan kronologis proses perancangan. Proses perancangan yang dimaksud lebih diarahkan ke anal isa-analisa desain. Dimulai dari analisa t ent ang sit e, penent uan akses dan sirkul asi, peruangan, bent uk massa dan st rukt ur yang diaplikasikan. Dan yang t erakhir, bagian keenam adalah ‘ Hasil Rancangan’ , berupa visualisasi hasil rancangan dalam bent uk ilust rasi 3 dimensi, yang menggambarkan kondisi Bent eng Vast enburg pasca revit alisasi.


(16)

II.

Tinj auan

2. 1.

Arsitektur Benteng

Arsit ekt ur bent eng banyak dibangun oleh Kongsi Dagang Bel anda di kawasan Hindia Timur at au VOC (Ver eeni gde Oost -Indi sche Compagni e) pada awal keberadaannya di wilayah Nusant ara (sebel um NKRI t erbent uk) yait u sekit ar abad ke-17. Mereka membangun bent eng-bent eng di dekat pant ai at au muara sungai di kot a-kot a pel abuhan pent ing dal am l alu l int as perdagangan di Asia Tenggara, hal t ersebut t erkait dengan usaha unt uk mempert ahanakan keamanan dan memperkuat pij akan kekuasaan dalam perdagangan. Sebut saj a misal nya Bent eng Bat avia yang dibangun ol eh Jan Piet erszoon Coen di pel abuhan Sunda Kel apa yang wakt u it u merupakan t it ik pent ing dalam lal u lint as perdagangan di Nusant ara.1 Coen membangun pos mil it er berbent uk bent eng dengan t uj uan unt uk mengendal ikan l al u l int as perdagangan di Asia Tenggara sel ama kurun wakt u 1618 hingga 1620. Bent eng ini kemudian diperl uas dengan rancangan Kast eel Bat avia. Dasar rancangan Kast eel Bat avia ini bersumber dari gagasan yang pernah dikembangkan oleh arsit ek Wil hem Gompert dari Wel dorf dan arsit ek It al ia Al essandro Pasqual ini dari Bologna yang membangun puri Hert og Wil l em V van Gulik pada t ahun 1538.2 Namun sekarang j ej ak f isik bent eng ini t el ah hil ang karena t el ah dihancurkan pada awal abad ke19.3

Mengingat t uj uan ut ama pembangunannya yang t erkait dengan pert ahanan, t ent unya pert imbangan-pert imbangan arsit ekt ur dari bent eng-bent eng yang dibangun pada awal kedat angan VOC t ersebut l ebih didasarkan kepent ingan mil it er. VOC membangun bent eng dengan l angsung mengapl ikasikan arsit ekt ur yang mereka bawa dari Eropa yang sej at inya kurang begit u sesuai dengan ikl im t ropis di wilayah Nusant ara. Ket idakmampuan arsit ekt ur bent eng beradapt asi dengan ikl im t ropis menyebabkan banyak t ent ara Belanda yang kemudian j at uh sakit at au bahkan meninggal dunia.

Dul unya di dal am bent eng t erdapat pemukiman dan dan berbagai inf rast rukt ur lainnya sepert i gerej a, rumah sakit , gudang, dll . Baru ket ika merasa keamanan t elah t erj amin dan hegemoni kekuasaan semakin kuat , baru kemudian mereka memperl uas wil ayah dengan

1 A. Bagoes P. Wiryomartono dalam buku Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia 2 Ibid.


(17)

membangun bangunan-bangunan permukiman dan inf rast rukt ur yang mereka perl ukan dil uar bent eng.

Seiring dengan semakin luasnya kekuasaan VOC di wil ayah Nusant ara, yang berl anj ut sekit ar abad ke-19, mendorong masuknya arsit ekt ur bent eng ke kawasan pedalaman. Wil ayah keraj aan marit im sepert i misal nya Mat aram t el ah mereka kuasai. Unt uk menj aga eksist ensinya, VOC kemudian membangun pusat kekuasaan, yang wakt u it u disebut Residen, dengan mengambil l okasi yang berdampingan dengan penguasa lokal baik sul t an maupun sunan.4 Tempat t inggal residen j ika mungkin dekat dengan al un-alun. Mereka kemudian membangun sebuah bent eng pert ahanan yang dit empat kan diant ara t empat t inggal residen dengan kerat on (sebagai pusat kekuasaan lokal ). Tuj uannya adal ah mengawasi segal a gerak-gerik dal am kerat on dan menghal au j ika ada serangan. Secara t at a l et ak f isik, posisi t empat t inggal residen dan bent engnya berusaha memperl emah sumbu Ut ara-Sel at an yang pada wakt u it u menj adi semacam sumbu f il osof is masyarakat Jawa, yang j uga merupakan akses ut ama rakyat menuj u kerat on. Didal am bent eng mereka membangun barak-barak yang dif ungsikan sebagai t empat t inggal praj urit dan kel uarganya. Sebagai cont oh bent eng Vast enburg dan bent eng Vredenburg yang dibangun di dekat pusat keraj aan yait u kerat on Surakart a dan Yogyakart a yang merupakan pecahan dari keraj aan Mat aram. Kedua bent eng ini mempunyai banyak kemiripan diant aranya t at a l et ak, bent uk bent eng, dan t uj uan pembangunan.

2. 2.

Bent eng Vast enburg

Bent eng Vast enburg adal ah sat u dari sekian banyak bent eng yang dibangun ol eh pemerint ah kol onial Bel anda pada awal keberadaannya di wil ayah Nusant ara dan merupakan sal ah sat u dari 275 bent eng yang t ersebar di sel uruh wil ayah Nusant ara.5 Tepat nya Bent eng Vast enburg didi rikan ol eh Gubernur Jenderal Bar on Van Imhof f pada t ahun 1775-1779 at au 32 t ahun set el ah berdirinya bangunan Kerat on Surakart a yang menj adi pusat keraj aan Mat aram baru.6 Awal nya bent eng ini diberi nama Gr oot moedi ghei d. Nama Vast enburg sendiri berart i ’ ist ana yang dikel ilingi t embok kuat ’ . Bent eng Vast enburg dul unya merupakan bent eng pert ahanan yang t erkait dengan posisi Kerat on Surakart a dan rumah Gubernur Bel anda. Bangunan ini merupakan t empat pasukan Belanda unt uk "mengawasi" akt ivit as Kerat on Surakart a sej ak pemerint ahan Paku Buwono III. Hal t ersebut


(18)

diperkuat ol eh l okasi bent eng yang t erl et ak diant ara Kerat on Kasunanan Surakart a dengan rumah Gubernur Bel anda, bahkan dul unya ada sal ah sat u meriam kuno yang diarahkan t epat ke kerat on. Sel ain unt uk mengawasi pergerakan kerat on, penempat an bent eng di l okasi t ersebut j uga unt uk memecah t iga t erit ori yait u perkampungan Arab yang t erlet ak di sebel ah barat , perkampungan Cina disebel ah ut ara-t imur dan kerat on di sebel ah sel at an. Ada semacam ket akut an dari pihak VOC apabil a t iga kekuat an t ersebut bergabung akan mengancam hegemoni VOC.

Bent uk bangunan t embok bent eng Vast enburg t idak banyak berbeda dengan bent eng-bent eng Bel anda di kot a-kot a l ainnya, sepert i eng-bent eng Vredeburg di Jogj a, eng-bent eng Ont moet ing di Ungaran, yait u berupa buj ur sangkar yang uj ung-uj ungnya t erdapat penonj olan ruang yang sama unt uk t eknik peperangan yang disebut sel eka (bast i on). Pint u masuk ada 2 yait u barat dan t imur dengan j embat an j ungkit yang menghadap ke t imur dan barat . Bangunan t erdiri dari beberapa barak yang t erpisah dengan f ungsi masing-masing dal am mil it er. Di t engahnya t erdapat l ahan t erbuka yang cukup l uas unt uk persiapan pasukan at au apel bendera.

Pada t ahun 1942 Belanda menyerah dan bent eng Vast enburg dimil iki ol eh t ent ara Jepang yait u T. Maze. Namun sekit ar t ahun 1945, pada saat RI merdeka, kepemil ikan bent eng Vast enburg akhirnya j at uh ke t angan kedaul at an RI dan dimil iki oleh pihak sipil at au Pemkot , yang kemudian dit empat i ol eh TNI selaku Badan Pert ahanan dan Keamanan RI hingga t ahun 1986. Pada t ahun 1970-1980-an bent eng ini sering digunakan sebagai t empat

Gambar 2.1. Foto udara benteng Vastenburg ketika masih menjadi benteng petahanan kolonial Belanda. Terlihat bangunan-bangunan di dalam benteng

maupun di luar benteng yang masih utuh.


(19)

pel at ihan kepraj urit an dan pusat Brigade Inf ent eri 6/ Trisakt i Bal adaya/ Kost rad unt uk wil ayah Karesidenan Surakart a dan sekit arnya.

Pada t ahun 1986, saat Surakart a dibawah kepemimpinan wal ikot a Hart omo, ada inisiat if dari pihak Pemkot unt uk memindahkan Kompi Brigif Kost rad ke lahan yang lebih l uas dan l ebih l ayak unt uk dit empat i, karena apabila markas Brigif Kost rad t ersebut t erl et ak di t engah kot a, dirasakan akan mengganggu pemandangan kot a Sol o. Berdasarkan SK wal ikot a, akhirnya markas Brigif Kost rad dipindahkan. Dengan al asan t ersebut , kemudian walikot a Sol o, Hart omo berinisiat if bahwa t anah sekit ar Bent ang Vast enburg harus dikel ol a ol eh invest or swast a, karena Pemkot membut uhkan dana unt uk pemindahan Brigif Kost rad t ersebut . Unt uk it u pada t ahun 1991 dil akukan proses t ukar guling. Oleh Pemkot bent eng ini dit ukar gul ingkan dengan pi hak swast a dan kini t el ah t erkapl ing-kapl ing dengan kepemil ikan l ima inst ansi berbeda. Berdasarkan Laporan St udi Arkeol ogis yang disusun BP3 Jat eng, kawasan t ersebut dikuasai l ima invest or swast a yait u mil ik Robby Sumampauw, Pondok Solo Permai (PSP), Badan Pert anahan Nasional (BPN), Bank Danamon dan pengusaha bernama Hart oko.7 Bahkan saat ini ada bagian kapl ing yang dimil iki oleh Bank Danamon t el ah berdiri bangunan baru.

Saat ini kondisi Bent eng Vast enburg sangat memprihat inkan. Sebagian besar f asad bangunan hancur, kecual i f asad t embok bent eng dan pint u gerbang ut ama yang masih

Gambar 2.2. Gerbang masuk dari arah barat ketika masih difungsikan sebagai markas Batalyon IV/Pulanggeni Devisi V TNI.


(20)

t erl ihat kokoh. Bagian l ain yang masih t ersisa dari Bent eng Vast enburg hanya t embok bat u bat a set inggi enam met er yang disert ai parit dengan l ebar ± 3 met er yang berkedalaman ± 2 met er dan 2 j embat an penghubung yang t erl et ak pada sisi barat dan t imur bent eng yang dul unya merupakan akses masuk menuj u bent eng. Tembok bent eng t ersebut berbent uk buj ur sangkar dengan penonj ol an ruang yang sama pada sudut -sudut nya yang dal am ist il ah t eknik peperangan disebut sel eka (bast i on). Pada penonj ol an sudut t ersebut dul unya digunakan para parj urit unt uk mel akukan pengawasan kondisi dil uar bent eng, sert a mel akukan pert ahanan j ika mendapat kan penyerangan. Pada bagian sel eka ini dulunya dit empat kan beberapa meriam, bukt i f isiknya masih dapat kit a t emukan sampai sekarang yait u adanya l ekukan pada bagian at as t embok bent eng.

Kondisi t embok bent eng sendiri t idak t erawat dan mul ai mengel upas, pecah-pecah dan dit umbuhi l umut . Bagian dal am l ahan yang dikel il ingi t embok bent eng yang dul unya merupakan t empat berdirinya beberapa bangunan yang dif ungsikan sebagai barak-barak praj urit dan keluarganya, saat ini t elah menj adi lahan kosong. Bangunan yang dulunya mengisi areal t ersebut t el ah dirobohkan. Apal agi sej ak t ahun 1980-an kawasan bent eng t ert ut up rapat dengan pagar seng yang mengel il ingi l ahan sel uas 40. 672 m2. Ket idakt erawat an sit us yang berumur l ebih dari 230 t ahun ini t el ah membent uk area mat i di t engah keramaian pusat kot a.

Bent eng Vast enburg menyimpan sej arah yang panj ang t ent ang perj al anan kot a Surakart a. Jej ak sej arah Bent eng Vast enburg adal ah j ej ak sej arah kot a Surakart a j uga.

Gambar 2.3. Salah satu foto yang diambil dari PGS yang memperlihatkan kondisi benteng Vastenburg saat ini.


(21)

Menghil angkannya berart i menghapus j ej ak sej arah kot a Surakart a. Keberadaan Bent eng Vast enburg merupakan simbol perlawanan yang gigih t erhadap penguasaan kol onial Bel anda pada wakt u it u.

Deskripsi Fisik Bent eng Vast enburg

Jika dit inj au dari posisinya pada st rukt ur kot a Surakart a, Bent eng Vast enburg t erl et ak di kawasan Gl adak yang bisa dikat akan sebagai pusat kot a Surakart a at au kawasan kot a int i, kawasan kot a int i sebagai cikal bakal t erbent uknya kot a Surakart a. Gl adak merupakan pert emuan sumbu Barat Timur (Jl . Sl amet Riyadi) dengan sumbu Ut ara Sel at an (Jl . Jend. Sudirman) dit andai dengan pat ung pahl awan Sl amaet Riyadi dan air mancur. Berdasarkan Rencana Umum Tat a Ruang Kot a (RUTRK) Kot amadya Dat i II Surakart a t ahun 1993-2013 f ungsi kawasan Gladak diperunt ukkan sebagai kawasan budaya, perkant oran (pusat administ rasi), perdagangan dan j asa.

Disekit ar Bent eng Vast enburg t erdapat bangunan-bangunan pent ing inf rast rukt ur kot a Surakart a yang beberapa diant aranya mempunyai nilai hist oris, karena dibangun pada masa pemerint ahan kolonial Bel anda dan memegang peranan pent ing dal am sej arah perkembangan kot a Surakart a. Sebut saj a Kant or Pos, Bank Indonesia, GBPI Penabur, Gedung Koperasi 45, Gedung DHC, Pasar Gedhe, Balaikot a (yang dul unya merupakan rumah t inggal Gubernur Jendral Bel anda yang sempat t erbakar dan direnovasi ul ang, t et api bent uk f isiknya t el ah banyak berubah), dan Kerat on Surakart a Hardiningrat .


(22)

(23)

Gambar 2.5. Gedung BCA, Jl. Slamet Riyadi [sumber : muslim adi wijaya] Gambar 2.4. Gedung Premier Western Hotel.

Jl. Slamet Riyadi

[sumber : muslim adi wijaya]

Gambar 2.6. Gedung Grha Solo Raya, Jl. Slamet Riyadi

[sumber : muslim adi wijaya]

Gambar 2.8. Gedung BTC, Jl. Kol. Sunaryo Gambar 2.9. Gedung Koperasi 45, Jl. Kol. Sunaryo [sumber : dokumen pribadi ] Gambar 2.7. Gedung PGS, Jl. Kol. Sunaryo


(24)

Gambar 2.12. Gedung Bank Bukopin, Jl. Jend. Sudirman

[sumber : muslim adi wijaya]

Gambar 2.11. Gedung Luwes Loji Wetan, Jl. Kapten Mulyadi

[sumber : www.skyscrapercity.com ]

Gambar 2.15. Gedung Bank Danamon, Jl. Jend. Sudirman

[sumber : muslim adi wijaya] Gambar 2.13. GBPI Penabur, Jl. Jend. Sudirman

[sumber : muslim adi wijaya]

Gambar 2.14. Gedung Kantor Pos Surakarta, Jl. Jend. Sudirman

[sumber : muslim adi wijaya] Gambar 2.10. Gedung DHC 45 Surakarta.

Jl. Kol. Sunaryo


(25)

Secara administ rat if kawasan Bent eng Vast enburg t ermasuk dal am kel urahan Kedung Lumbu Kecamat an Pasar Kl iwon Kot amadya Surakart a Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan bat as-bat as f isik kawasan Bent eng Vast enburg adal ah sebagai berikut :

-

Sebel ah barat : Jl . Jend. Sudirman

-

Sebel ah ut ara : Jl . Mayor Kusmant o

-

Sebel ah t imur : Jl . Kapt en Mul yadi

-

Sebel ah sel at an : Jl . Kol onel Sunaryo

Gambar 2.17. Gedung Bank Indonesia, Jl. Jend. Sudirman

[sumber : muslim adi wijaya] Gambar 2.16. Gedung Telkom Surakarta,

Jl. Mayor Kusmanto

[sumber : muslim adi wijaya]

Gambar 2.18. Gedung Bank Panin, Jl. Mayor Kusmanto

[sumber : dokumen pribadi]

Gambar 2.19. Balaikota Surakarta, Jl. Jend. Sudirman


(26)

Kawasan bent eng Vast enburg secara keseluruhan mempunyai l uas 66. 960 m2 dengan bent uk t apak kot ak dan kont ur t anah yang rel at if dat ar. Areal l ahan di dal am t embok bent eng mempunyai l uas ± 17. 590 m2, sedangkan l uasan bangunan t embok bent eng sendiri ± 10. 032 m2. Di areal t apak, sel ain t embok bent eng yang berbent uk persegi dengan penonj olan dibagian uj ung, ada beberapa bangunan yang mengisi kawasan bent eng, yait u Bank Danamon di bagian barat t apak dan dua bangunan yang t erlet ak di bagian sel at an t apak. Bangunan pert ama t erl et ak di depan BTC merupakan bangunan baru yang saat ini dif ungsikan sebagai pos keamanan BTC, bangunan kedua t erl et ak di depan gedung DHC yang saat ini dif ungsikan sebagai t empat t inggal yang dari penut uran pemil ik rumah merupakan bangunan asli yang saat ini masih t ersisa, yang dulunya dif ungsikan sebagai rumah t inggal praj urit VOC dan kel uarganya. Bangunan kedua ini t erdiri dari dua massa yang masing-masing dihubungkan oleh sel asar , massa pert ama yang l et aknya di bagian depan t erdapat beberapa ruang yang dif ungsikan sebagai ruang t idur, ruang t amu dan ruang makan, massa kedua yang l et aknya l ebih ke bel akang ruang-ruangnya dif ungsikan sebagai area servis sepert i kamar mandi, wc, gudang dan dapur.

Gambar 2.20. Batas fisik dan ukuran dimensional tapak kawasan benteng Vastenburg


(27)

Di t apak bent eng j uga ada beberapa sumur t ua yang masih t erl ihat f isiknya, wal aupun saat ini sudah t idak dapat dif ungsikan l agi. Di bagian t imur t embok bant eng t epat nya didekat j embat an gerbang t imur bent eng t erdapat sebuah reservoir.

Saat ini hampir sekel il ing kawasan bent eng banyak dit umbuhi rumput dan semak-semak l iar yang memberi kesan t ak t erawat . Hal ini dikarenakan hampir 20 t ahun areal ini t erbengkal ai. Kecuali pada bagian ut ara l ahan yang saat ini dimanf aat kan sebagai areal parkir gedung Tel kom yang berada t epat di sebelah ut ara bent eng, kondisinya agak lebih baik, rumput -rumput dan semak-semak t el ah dipot ong. Pada bagian barat bent eng saat ini masih t ert ut up pagar seng, sehingga pandangan dari Jl . Jend. Sudirman menj adi t erhal ang. Pada bagian sel at an t apak yang berbat asan l angsung dengan Jl . Mayor Sunaryo pada siang hari dij adikan l okasi para berj ual an oleh PKL, sedangkan pada mal am harinya digunakan sebagai area wisat a kul iner Gal abo (Gl adak Langen Bogan) dengan memanf aat kan Jl. Mayor Sunaryo yang dit ut up dari l al u l int as kendaraan.

Gambar 2.21. Dua bangunan yang terletak di bagian selatan Benteng Vastenburg


(28)

Hot el dan Mall Solo Boutique

Pada pert engahan t ahun 2003 ada rencana dari pihak invest or dan pemil ik lahan unt uk membangun sebuah hot el modern di areal l ahan bent eng Vast enburg.8 Namun rencana t ersebut sempat t erkat ung-kat ung, baru set el ah Bent eng Vast enburg dij adikan l okasi perhel at an SIEM (Sol o Int er nat i onal Et hni c Musi c) pada t ahun 2007, isu pembangun t ersebut kembal i menguat . Rencana t ersebut kemudian berkembang menj adi rencana unt uk membangun hot el dan mall dengan nama Sol o Bout i que. Ternyat a rencana t ersebut mendapat pert ent angan dari banyak pihak, t erut ama kal angan budayawan dan pemerhat i kot a. Rencana pembangunan t ersebut dianggap akan merusak Bent eng Vast enburg. Namun pemil ik l ahan berdal ih pembangunan t ersebut sebagai upaya revit al isasi bent eng Vast enburg dan akan sangat memperhat ikan apek t eknis agar nant inya t idak kehil angan nil ai hist orisnya. Rencananya hot el dan mal l Sol o Bout i que akan dibangun dengan

8Kompas, kamis 28 Agustus 2003

Gambar 2.22. Beberapa sudut pada kawasan sekitar Benteng Vastenburg yang memperlihatkan kondisi situs benteng saat ini.


(29)

ket inggian 13 lant ai, namun kemudian dikurangi menj adi 9 lant ai. Dapat dibayangkan skala bangunan t inggi t ersebut j ika kemudian rencana t ersebut direalisasikan, akan menenggel amkan eksist ensi Bent eng Vast enburg. Bahkan Prof . Eko Budiharj o mengibarat kannya sepert i sumpit yang menj ul ang dari dal am bent eng. Sel ain it u dikhawat irkan pada saat proses pel aksanaan pembangunan nant inya akan merusak art ef ak t embok bant eng yang masih t ersisa. Logika senderhananya, bangunan dengan 9 l ant ai past i akan membut uhkan t iang pancang yang cukup dal am, sedangkan unt uk mencapai kedal aman yang dibut uhkan past i memerl ukan al at pengebor t anah. Yang kemudian dit akut kan adalah get aran yang dit imbulkan saat pengeboran t anah dan penancapan t iang pancang akan merobohkan t embok bant eng.

Rencana t ersebut berl anj ut sampai pengaj uan IMB kepada Pemerint ah kot a. Pemil ik l ahan berdal ih bahwa rencana unt uk mendirikan hot el dan mal l Sol o Bout i que dengan 9 l ant ai dari semul a rencana semul a 13 lant ai t el ah mendapat kan berbagai perizinan

Gambar 2.23. Proposal rancangan Hotel dan Mall Solo Boutique dengan ketinggian 13 lantai yang diajukan oleh pihak investor. Seperti yang termuat dalam Solopos.


(30)

t ermasuk anal isis dampak l ingkungan (Amdal ).9 Tet api pihak Pemerint ah Kot a t idak begit u saj a mengel uarkan IMB, pasal nya wal aupun rencana t ersebut t el ah mendapat kan perizinan namun j ika IMB benar-benar dikel uarkan akan mendapat kan t ent angan dari berbagai pihak t erut ama kal angan budayawan dan masyarakat yang pedul i t erhadap bent eng Vast enburg.

Sampai pada akhirnya rencana unt uk mendirikan hot el dan mal l Sol o Bout i que

mengacu pada proposal yang diaj ukan t idak mendapat kan izin dari Depbudpar.10 Depbudpar t idak merekomendasikan pembangunan hot el dan mal l di dal am maupun di sekit ar sit us Bent eng Vast enburg karena akan merusak bangunan cagar budaya, sit us dan l ingkungannya. Sel anj ut nya, bent eng dan l ingkungannya t et ap dapat dikel ol a ol eh swast a dengan syarat t idak melakukan pengurangan, penambahan, perubahan, pemindahan, pembongkaran dan pendirian dan bangunan baru di dal am dan sekit arnya.

2. 3.

Bangunan Cagar Budaya

Suat u bangunan dapat dikat akan sebagai bangunan konservasi at au cagar budaya sehingga dikenai at uran unt uk mel est arikannya mengacu pada krit eria yang t el ah dit ent ukan. Pasca monumen ordonansi yang dij adikan keket apan hukum pada j aman pemerint ahan Hindia Bel anda, maka pemeri nt ah Republ ik Indonesia membuat Undang Undang No. 5 t ahun 1992 t ent ang Benda Cagar Budaya. Dal am UU no 5 t ersebut dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan benda cagar budaya adal ah : (dal am Bab 1 pasal 1) yait u : (1) Benda buat an manusi a, ber ger ak at au t i dak ber ger ak, yang ber upa kesat uan at au kel ompok, at au bagi an-bagi an at au si sa si sanya, yang ber umur sekur kur angnya 50 t ahun at au mewaki l i masa gaya yang khas dan mewaki l i masa gaya sekur ang-kur angnya 50 t ahun, ser t a di anggap mempunyai ni l ai pent i ng bagi sej ar ah, i l mu penget ahuan, dan kebudayaan ; (2) Benda al am yang di anggap mempunyai ni l ai pent i ng bagi sej ar ah, i l mu penget ahuan, dan kebudayaan.

Adapun ” sit us” adalah lokasi at au l ingkungan yang mengandung at au diduga mengandung benda cagar budaya t ermasuk l ingkungannya yang diperl ukan bagi pengamanannya. Dalam bab 1 pasal 2 menyebut kan sebagai berikut bahwa perl indungan benda cagar budaya dan sit us (l ingkungannya) unt uk bert uj uan mel est arikan dan memanf aat kannya unt uk memaj ukan kebudayaan nasional Indonesia.

9Solopos, 6 November 2008


(31)

Dal am Bab 2 Pasal 2 menyebut kan bahwa : (1) Semua benda cagar budaya di kuasai ol eh Negar a, (2) Penguasaan benda cagar budaya mel i put i benda cagar budaya yang t er dapat di wi l ayah hukum RI.

Dalam Bab 8 Pasal 26 menyebut kan “bahwa bar ang si apa dengan sengaj a mer usak benda cagar budaya dan si t us dan l i ngkungannya at au membawa, memi ndahkan, mengambi l , mengubah bent uk dan at au war na, memugar at au memi sahkan benda cagar budaya t anpa i j i n dar i pemer i nt ah dapat di pi dana dengan pi dana penj ar a sel ama l amanya 10 t ahun dan at au denda set i nggi -t i nggi nya 100 j ut a” .

Pasal 27 menyebut kan bahwa “bar ang si apa dengan sengaj a mel akukan pencar i an benda cagar budaya at au benda ber har ga yang t i dak di ket ahui pemi l i knya dengan car a menggal i , penyel aman, pengangkat an, at au dengan car a pencar i an l ai n t anpa i j i n pemer i nt ah dapat di pi dana dengan pi dana penj ar a sel ama 5 t ahun dan at au denda set i nggi nya 50 j ut a” .

Namun real it asnya pemerint ah at au masyarakat sendiri mengal ami kesul it an dalam mel akukan konservasi karena berbagai ket erbat asan. Pert ama, ket erbat asan penget ahuan dan wawasan mengenai konservasi. Tidak sedikit benda cagar budaya yang rusak disebabkan adanya niat baik t anpa dukungan penget ahuan memadai. Tindakan yang dit uj ukan unt uk memperbaiki at au mengembangkan f ungsinya mal ah dianggap merusak keasl ian. Kedua, ket erbat asan dana dalam pelest arian yang biasanya harus mengel uarkan biaya ekst ra dan l ebih besar dibandingkan dengan membangun biasa. Akibat nya pemil ik merasa kerepot an sendiri mengurusi benda cagar budaya dan kemudian membiarkan rusak agar bisa dibongkar nant inya. Ket iga, masalah regulasi dal am pel est arian yang sering bersif at mengambang yang menyebabkan t idak ada rekomendasi prakt is yang bisa dikerj akan. Bil a hal t ersebut t erj adi berl arut larut t anpa suat u penyelesaian akan berakibat f at al .

Adapun krit eria obyek at au benda at au l ingkungan at au kawasan sebagai bagian dari kot a yang yang harus dil est arikan sebagai berikut :

a. Menurut Nat i onal Regi st er of Hi st or i c Pl aces, Nat i onal Par k Ser vi ce US Depar t ement of Int er i or dan :

1. Obyek yang berkait an dengan suat u moment um at au perist iwa signif ikan baik dari kesej arahan dan kebudayaan yang menandai perj alanan suat u bangsa. Misal Gedung Sumpah Pemuda, Ist ana Negara at au Kat edral Jakart a. Bisa j adi bangunan t ersebut adal ah l ambang kej ayaan kol onial isme pada masa l al u namun


(32)

direbut kemerdekaan. Seandainya bel um merdeka t ent u obyek t ersebut berf ungsi l ain.

2. Kait an dengan kehidupan t okoh at au komunit as yang cukup pent ing dal am sej arah dan kebudayaan. Misal rumah Muhammad Husni Thamrin adalah seorang Bet awi anggot a Vol skr aad yang vokal menyuarakan kesej aht eraan rakyat dil est arikan. Keberadaan rumah-rumah Bet awi di Condet yang menunj ukkan bahwa pada masa it u merupakan l ingkungan Bet awi.

3. Obyek adal ah wuj ud at au represent asi dari suat u karakt er, karya, gaya, l anggam, t ipe, periode, t eknol ogi, met ode pembangunan yang memil iki nil ai art ist ik t inggi.

Kat egori obyek konservasi sebagai berikut :

1. Obyek keagamaan berupa peninggal an arsit ekt ur at au karya yang bernil ai keagamaan.

2. Bangunan at au bent uk st rukt ur yang t el ah dipindahkan dari l okasi eksist ing yang memiliki nil ai signif ikan dal am arsit ekt ur at au bent uk st rukt ur yang masih bert ahan t erkait dal am perist iwa sej arah t okoh t ert ent u.

3. Rumah, kant or at au ruang akt ivit as at au makam t okoh t erkenal dal am sej arah, dengan cat at an t idak ada t empat at au bangunan l ain yang t erkait dengan riwayat hidupnya.

4. Bangunan pada masa t ert ent u yang memil iki keunikan desain, gaya at au berkait an dengan perist iwa sej arah t ert ent u.

5. Bangunan hasil rekonst ruksi dan merupakan sat u-sat unya bangunan yang dapat disel amat kan.

6. Obyek berusia 50 t ahun yang memberi nilai yang cukup signif ikan at au pengecual ian yang dianggap pent ing.

Mengacu pada at uran yang dikeluarkan oleh Depar t ment of t he Envi r onment Ci r cul ar s 23/ 77The secret ary of st at e f or wal es menyebut kan sebagai berikut :

1. Semua bangunan yang didirikan sebel um t ahun 1700 yang masih bert ahan sesuai dengan kondisi aslinya.

2. Kebanyakan bangunan dari t ahun 1700 – 1914 hanya bangunan yang mempunyai kual it as dan karakt er khusus saj a, sel eksi didasarkan j uga pada prinsip membangun arsit ek t ert ent u.


(33)

-

Speci al val ue, (berdasarkan t ipe arsit ekt ural at au gambar kehidupan sosial ekonomi masa t ert ent u, cont ohnya : bangunan indust ri, st asiun, sekol ah RS, bal ai kot a),

-

Hasil aplikasi perkembangan t eknol ogi (cont oh bangunan st rukt ur baj a, at au awal penggunaan bet on)

-

Berkait an sengan sej arah at au t okoh t ert ent u,

-

Gr oup val ue (cont oh hasil perencanaan kot a) misal nya bangunan kot a pada t ahun 1914-1939 adal ah dari j enis –j enis bangunan yang mewakil i hasil arsit ekt ur periodenya.

4. Pengembangan j enis bangunan adal ah sebagai berikut :

-

Jenis l anggam bangunan : Modern, Kl asik, Vernakuler,

-

Jenis f ungsi bangunan: Bangunan Peri badat an, Bangunan Rekreasi Publik, Bangunan perkant oran dan komersial , Bangunan pendidikan, Bangunan perumahan, Bangunan pelayanan publik, Bangunan t ransport asi.

-

Bangunan yang mewakil i karya arsit ek t ert ent u t iap periode.

Menurut Met hodol ogy Used t o Rank Bui l di ng i n San Fr anci sco’ s Downt own Sur vey, dibagi dal am 4 krit eria :

1. Ar chi t ect ur e

-

St yl e/ t ype, cont oh pent ing dal am j enis, l anggam at au t radisi

-

Const r uct i on, cont oh pent ing dal am penggunaan bahan at au syst em konst ruksi

-

Age, cont oh pent ing yang berkait an dengan periode pembangunan

-

Desi gn, kual it as desain yang unik dan orisinal

-

Int er i or, kual it as desain yang unik dan akt rakt if

2. Hi st or y

-

Per son, berkait an dengan kegiat an pel aku sej arah

-

Event, berkait an dengan perist iwa sej arah

-

Pat t er ns, berkait an dengan kondisi sosial , budaya dan polit ik 3. Envi r oment mel iput i : Cont i nui t y, Set t i ng dan Landmar k

4. Int egr i t y Al t er at i ons, t erdapat perubahan kecil yang t idak mengubah kesel uruhan desain dan mat erial yang digunakan.


(34)

Menurut Ber nar d M Fei l den (1982) sebagai berikut :

1. Membangkit kan rasa kekaguman dan keingint ahuan yang berl ebih, t erut ama pada masyarkat yang membangunnya – merupakan symbol “cul t ur al i dent i t y” at au warisan budaya.

2. Bert ahan selama ±100 t ahun wal aupun t idak digunakan.

Menurut Al an Dol by (1978):

1. Produk karya seni – hasil nyat a dari pemikiran yang kreat if .

2. Bangunan yang merupakan bagian dari mat a rant ai perkembangan arsit ekt ur. 3. Sal ah sat u cont oh hasil perkembangan t eknol ogi.

4. Sal ah sat u cont oh dari aspek sosiol ogi yait u cara hidup suat u zaman.

5. Bangunan yang berkait an erat dengan suat u masyarakat at au perist iwa sej arah.

Menurut Cor Passchi er (2003) adal ah krit eria obj ek yang berkait an ant ara l ain :

1. Nil ai arsit ekt ur, cont oh pent ing suat u l anggam arsit ekt ur at au rancangan arsit ek t erkenal at au obyek memil iki nil ai est et ika yang berlandaskan pada kual it as bent uk dan det ail int erior ekst erior at au merupakan cont oh unik dan mewakil i suat u periodesasi sebuah l anggam.

2. Krit eria f ungsi obyek berkait an dengan l ingkungan kot a yait u kait an obyek dengan bangunan l ainnya at au “ur ban space” , sehingga menent ukan karakt erist ik dan kual it as arsit ekt ur kot a.

3. Merupakan bagian dari kompl eks bersej arah dan berharga unt uk dilest arikan. 4. Merupakan l andmark at au penanda “ t ownl andscape” .

5. Krit eria f ungsi obyek berkait an dengan l ingkungan sosial budaya karena berkait an dengan memori hist oris yang menj adi bukt i bagian dari t ahapan perkembangan kot a, f ungsi pent ing yang berkait an dengan aspek f isik, emosional dan religi.


(35)

Tabel

Klasifikasi Bangunan Cagar Budaya BENDA

CAGAR BUDAYA

LINGK. BANG. KRITERIA TOLOK UKUR

V v Nil ai Sej arah Terkait dengan perist iwa :

perj uangan, ket okohan, pol it ik, sosial , budaya yang menj adi simbol kesej arahan t ingkat nasional

V v Umur Bat as usia sekurang-kurangnya 50

t ahun

V v Keasl ian Keut uhan, baik sarana dan

prasarana lingkungan maupun st rukt ur, mat erial, t apak l ingkungan dan bangunan

V v Kel angkaan Keberadaannya sebagai sat u-sat unya

at au yang t erl engkap dari j enisnya yang masih ada pada lingkungan lokal , nasional at au dunia

v Tengeran/Landmar k Keberadaan sebuah bangunan

t unggal monumen at au bent ang alam yang dij adikan simbol dan wakil dari suat u l ingkungan sehingga merupakan t anda at au t engeran l ingkungan t ersebut .

v Arsit ekt ur Est et ika dan rancangan yang

menggambar kan suat u zaman dan gaya t ert ent u.

LINGKUNGAN I II III

Kriteria

A. Nil ai Sej arah Lingkungan

yang memenuhi seluruh krit eria t ermasuk yang mengal ami sedikit perubahan

Lingkungan yang memenuhi 3 krit eria, yang t el ah mengalami

perubahan namun masih memil iki beberapa unsur keasl ian

Lingkungan yang memenuhi 3 krit eria yang banyak

mengalami banyak perubahan dan kurang memil iki keasl ian

B. Umur C. Keasl ian D. Kel angkaan


(36)

A B C

BANGUNAN

Kriteria

A. Nil ai Sej arah V v

B. Umur V v

C. Keasl ian v

D. Kelangkaan v

E. Landmark v

F. Arsit ekt ur v v

Tabel

Perlakuan Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya Berdasarkan Klasifikasi Perda DKI no. 9 Tahun 1999 OBYEK

LINGKUNGAN I II III

Dipert ahankan Dimungkinkan

Adapt i f Reuse

Dimungkinkan Penyesuaian

Terhadap Perencanaan Kot a

BANGUNAN A B C

Tampak Depan V V v

St rukt ur Ut ama V V

Tat a Ruang V

Ornamen V

(Sumber : Ajeng R. Pitakasari & Prillia Verawati, 2007 dalam Selamatkan Warisan Budaya Bangsa , I-Arch, Architecture Magazine, Tenth Issue, 2007)

2. 4.

Konservasi Bangunan Tua Bersej arah (Cagar Budaya)

Konservasi secara umum diart ikan pelest arian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi t ernyat a memiliki serangkaian pengert ian yang berbeda-beda impl ikasinya. Ist il ah konservasi mengacu pada Piagam dari Int er nat i onal Counci l of Monument s and Si t e (ICOMOS) t ahun 1981 yait u : Char t er f or t he Conser vat i on of Pl aces of Cul t ur al Si gni f i cance, Burra, Aust ral ia. Dal am Bur r a Char t er pengert ian konservasi adal ah proses pengelol aan suat u t empat at au ruang at au obyek agar makna kult ural yang t erkandung didal amnya t erpelihara dengan baik. Pengert ian ini sebenarnya perl u diperl uas l ebih spesif ik yait u pemel iharaan morf ol ogi (bent uk f isik) dan f ungsinya.


(37)

Kegiat an konservasi mel iput i sel uruh kegiat an pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan sit uasi l okal maupun upaya pengembangan unt uk pemanf aat an l ebih l anj ut . Bil a dikait kan dengan kawasan maka konservasi kawasan at au sub bagian kot a mencakup suat u upaya pencegahan adanya akt ivit as perubahan sosial at au pemanf aat an yang t idak sesuai dan bukan secara f isik saj a.

Kegiat an konservasi ant ara l ain bisa berbent uk (a) preservasi, (b) rest orasi, (c) replikasi, (d) rekonst ruksi, (e) revit alisasi dan/ at au penggunaan unt uk f ungsi baru suat u aset masa l al u, (f ) rehabil it asi. Akt ivit as t ersebut t ergant ung dengan kondisi, persoal an, dan kemungkinan yang dapat dikembangkan dal am upaya pemel iharaan l ebih l anj ut . Masyarakat awam sering kel iru bahwa pel est arian bangunan bersej arah diarahkan menj adi

di ed monument (monumen st at is) t et api sebenarnya bisa dikembangkan menj adi l i f e monument yang bermanf aat f ungsional bagi generasi masa sekarang.

Suat u program konservasi sedapat mungkin t idak hanya dipert ahankan keasl iannya dan perawat annya namun t idak mendat angkan ni lai ekonomi at au manf aat l ain bagi pemil ik at au masyarakat l uas. Konsep pel est arian yang dinamik t idak hanya mendapat kan t uj uan pemel iharaan bangunan t ercapai namun dapat menghasil kan pendapat an dan keunt ungan l ain bagi pemakainya. Dal am hal ini peran arsit ek sangat pent ing dal am menent ukan f ungsi yang sesuai karena t idak semua f ungsi dapat dimasukkan. Kegiat an yang dil akukan ini membut uhkan upaya l int as sekt oral , mul t i dimensi dan disipl in, sert a berkel anj ut an. Dan pel est arian j uga merupakan upaya unt uk mencipt akan pusaka budaya masa mendat ang (f ut ur e her i t age), sepert i kat a sej arawan bahwa sej arah adal ah masa depan bangsa. Masa kini dan masa depan adal ah masa l al u generasi berikut nya.

Perluasan Tindakan Konservasi

Ist ilah-ist il ah lain dal am konservasi :

1. Rest orasi (dalam kont eks yang l ebih luas) ialah kegiat an mengembalikan bent ukan f isik suat u t empat kepada kondisi sebel umnya dengan menghil angkan t ambahan-t ambahan aambahan-t au merakiambahan-t kembali komponen eksisambahan-t ing ambahan-t eambahan-t api menggunakan maambahan-t erial baru.

2. Rest orasi (dalam kont eks t erbat as) ial ah kegiat an pemugaran unt uk mengembal ikan bangunan dan lingkungan cagar budaya semirip mungkin ke bent uk asalnya berdasarkan dat a pendukung t ent ang bent uk arsit ekt ur dan st rukt ur pada keadaan asal t ersebut dan agar persyarat an t eknis bangunan t erpenuhi. (Ref . UNESCO. PP.


(38)

3. Preservasi (dal am kont eks yang l uas) ial ah kegiat an pemeliharaan bent ukan f isik suat u t empat dalam kondisi eksist ing dan memperl ambat bent ukan f isik t ersebut dari proses kerusakan.

4. Preservasi (dal am kont eks yang t erbat as) ial ah bagian dari perawat an dan pemel iharaan yang int inya adal ah mempert ahankan keadaan sekarang dari bangunan dan lingkungan cagar budaya agar keandalan kel aikan f ungsinya t erj aga baik (Ref . UNESCO. PP. 36/ 2005).

5. Konservasi (dal am kont eks yang l uas) ial ah semua proses pengelol aan suat u t empat hingga t erj aga signif ikasi budayanya. Hal ini t ermasuk pemel iharaan dan mungkin (karena kondisinya) t ermasuk t indakan preservasi, rest orasi, rekonst ruksi, konsoil idasi sert a revit al isasi. Biasanya kegiat an ini merupakan kombinasi dari beberapa t indakan t ersebut .

6. Konservasi (dal am kont eks t erbat as) dari bangunan dan lingkungan ialah upaya perbaikan dal am rangka pemugaran yang menit ikberat kan pada pembersihan dan pengawasan bahan yang digunakan sebagai kont sruksi bangunan, agar persyarat an t eknis bangunan t erpenuhi. (Ref . UNESCO. PP. 36/ 2005).

7. Rekonst ruksi ialah kegiat an pemugaran unt uk membangun kembal i dan memperbaiki sekaurat mungkin bangunan dan lingkungan yang hancur akibat bencana alam, bencana l ainnya, rusak akibat t erbengkal ai at au keharusan pindah l okasi karena salah sat u sebab yang darurat , dengan menggunakan bahan yang t ersisa at au t ersel amat kan dengan penambahan bahan bangunan baru dan menj adikan bangunan t ersebut l aik f ungsi dan memenuhi persyarat an t eknis. (Ref . UNESCO. PP. 36/ 2005). 8. Konsol idasi ial ah kegiat an pemugaran yang menit ikberat kan pada pekerj aan

memperkuat , memperkokoh st rukt ur yang rusak at au mel emah secara umum agar persyarat an t eknis banguna t erpenuhi dan bangunan t et ap l aik f ungsi. Konsol idasi bangunan dapat j uga disebut dengan ist il ah st abil isasi kal au bagian st rukt ur yang rusak at au melemah bersif at membahayakan t erhadap kekuat an st rukt ur.

9. Revit al isasi ial ah kegiat an pemugaran yang bersasaran unt uk mendapat kan nil ai t ambah yang opt imal secara ekonomi, sosial , dan budaya dal am pemanf aat an bangunan dan lingkungan cagar budaya dan dapat sebagai bagian dari revit al isasi kawasan kot a l ama unt uk mencegah hil angnya aset -aset kot a yang bernilai sej arah karena kawasan t ersebut mengal ami penurunan produkt ivit as. (Ref . UNESCO. PP. 36/ 2005, Di t j en PU-Di t j en Tat a Per kot aan dan Tat a Pedesaan).


(39)

10.

Pemugaran adalah kegiat an memperbaiki at au memul ihkan kembali bangunan

gedung dan l ingkungan cagar budaya ke bent uk asl inya dan dapat mencakup pekerj aan perbaikan st rukt ur yang bisa di pert anggungj awabkan dari segi arkeologis, hist ories dan t eknis. (Ref . PP. 36/ 2005). Kegiat an pemul ihan arsiet kt ur bangunan gedung dan l ingkungan cagar budaya yang disamping perbaikan kondisi f isiknya j uga demi pemanf aat annya secara f ungsional yang memenuhi persyarat an keandal an bangunan.

Dari beberapa pengert ian mengenai konservasi maka seharusnya memungkinkan f ungsi bangunan l ama unt uk dimanf aat kan unt uk kegiat an baru yang l ebih rel evan dengan kondisi kekinian (adapt i ve r euse) selain memungkinkan pula pengalihan kegiat an l ama oleh akt ivit as baru t anpa harus menghancurkannya. Persoal an pel est arian bangunan t idak saj a memf okuskan pada arsit ekt ur saj a, t et api secara krit is harus t anggap t erhadap persoal an sosial , ekonomi dan budaya l ingkungan at au suat u kawasan kot a.

Revit alisasi Kawasan Kot a

Sal ah sat u kegiat an dari konservasi adal ah revit alisasi at au upaya unt uk mendaur-ul ang (r ecycl e) yang t uj uannya unt uk memberikan vit al it as baru, dan meningkat kan vit al it as yang ada at au bahkan menghidupkan kembal i vit al it as (re-vit a-lisasi) yang pada awal nya pernah ada namun t el ah memudar. Kegiat an revit alisasi muncul karena adanya permasal ahan yang muncul sej al an dengan perkembangan kot a yang begit u cepat dan membawa perubahan yang cukup drast is. Perubahan t ersebut seringkal i mengakibat kan t imbulnya masalah yang pembenahannya seri ngkal i memaksa kot a unt uk mengabaikan pihak-pihak t ert ent u dengan mengat asnamakan program peremaj aan kot a, penggusuran permukiman kumuh yang dilakukan dengan alasan demi keindahan kot a, perubahan t at anan perdagangan t radisional menj adi t at anan modern, penghancuran bangunan-bangunan lama dan digant i dengan bangunan baru dengan dalih t idak memberikan kont ribusi ekonomi bagi daerah. Sel anj ut nya, dapat dikat akan bahwa revit al isasi adal ah upaya unt uk mem-vit al -kan kembal i suat u kawasan at au bagian kot a yang dul unya pernah vit al / hidup akan t et api kemudian mengalami kemunduran/ degradasi. Skal a upaya revit al isasi biasa t erj adi pada t ingkat mikro kot a, sepert i sebuah j alan, at au bahkan skala bangunan, akan t et api j uga bias mencakup kawasan kot a yang yang l ebih l uas.


(40)

Revit al isasi kawasan diarahkan unt uk memberdayakan daerah dal am usaha menghidupkan kembali akt ivit as perkot aan dan vit al it as kawasan unt uk mewuj udkan kawasan yang l ayak huni (l i vabl e), mempunyai daya saing pert umbuhan dan st abil it as ekonomi l okal , berkeadil an sosial , berwawasan budaya sert a t erint egrasi dal am kesat uan sist em kot a. Karakt erist ik dari kawasan yang membut uhkan revit al isasi, adal ah kawasan mat i (t idak berkembang lagi), kawasan yang perkembangannya mel esat dari arah semul a, dan kawasan-kawasan yang “ dit inggalkan” . Sej arah perkembangan kot a di Barat mencat at bahwa memang kegiat an revit al isasi ini diawal i dengan pemaknaan kembal i daerah pusat kot a set el ah periode t ahun 1960-an. Bahkan ket ika isu pel est arian di dunia Barat meningkat pada periode pert engahan t ahun 1970-an, kawasan (pusat ) kot a t ua menj adi f okus kegiat an revit alisasi. Dil ihat dari pengert ian di at as, maka revit al isasi dapat menj adi al t ernat if dal am memecahkan masal ah pel est arian waj ah kot a lama, dan kebut uhan ruang t erat asi dengan meminimal isasikan pudarnya eksist ensi kot a l ama. Pada dasarnya proses revit al isasi kot a t erbagi menj adi beberapa t ahapan, yait u sebagai berikut : int ervensi f isik; rehabil it asi ekonomi; dan revit alisasi sosial / inst it usional .

Revit al isasi adal ah sal ah sat u pendekat an dal am meningkat kan vit al it as suat u kawasan kot a yang bias berupa penat aan kembal i pemanf aat an l ahan dan bangunan, renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat dit ingkat kan dan dikembangkan nil ai ekonomis dan sosial nya, rehabil it asi kual it as l ingkungan hidup, peningkat an int ensit as pemanf aat an l ahan dan bangunannya. Ol eh karena it u, revit al isasi kawasan kot a dapat j uga disebut sebagai konsep pel est arian yang t erint egrasi dengan “ waj ah” kot a l ama akan t et ap t erpel ihara, akt ivit as saat ini dapat t ert ampung dan dapat memberikan keunt ungan ekonomi (sebagai ef ek l anj ut an). Proses ini memerlukan dukungan dan peran akt if masyarakat , sehingga segal a usaha yang t el ah dil akukan oleh pemerint ah set empat t idak dipat ahkan l agi oleh masyarakat . Disamping hal it u, pemerint ah diharapkan dapat bert indak dengan l ebih t egas, yait u dengan memperj el as konsep-konsep konservasi kot anya, mempunyai produk-produk berkekuat an hukum, menindak oknum-oknum yang mel anggar, sert a mampu memot ivasi part isipasi masyarakat .


(41)

Beberapa Kasus dalam Pelest arian Bangunan Tua Bersej arah11

Di t ahun 1970-an di negara-negara Barat ada semacam t ren mel akukan penggusuran bangunan-bangunan t ua unt uk memberikan ruang bagi bangunan-bangunan baru. Bel akangan t indakan it u dirat api banyak orang dari berbagai kal angan. Mereka menyebut nya sebagai ar chi t ect ur e sui ci de, bunuh diri arsit ekt ural . Disebut begit u karena j ust ru pemerint ah merekal ah yang menghancurkan arsit ekt ur-arsit ekt ur t ua dan bersej arah yang seharusnya dil indungi.

Salah sat u yang banyak dikeluhkan dal am perkembangan kot a modern adal ah, hil angnya ciri khas waj ah-waj ah kot a yang t ergant ikan ol eh bangunan-bangunan bergaya int ernasional . Waj ah-waj ah t ersebut menj adi anoni mus dan t ak berj iwa. Karena it ulah warisan budaya menj adi pent ing mengingat gencarnya kegiat an modernisasi dan gl obalisasi kot a-kot a di dunia yang bila t idak dikendal ikan akan memberikan waj ah kot a yang sama diset iap kot a.

Kegiat an pelest arian bukanlah hal yang mudah dan t anpa t ant angan. Kinerj a kegiat an pel est arian sering mengal ami bent uran dengan kepent ingan pembangunan, sehingga pel est arian bangunan dan kawasan dianggap sebagai penghal ang pembangunan yang mengakibat kan t imbul nya pert ent angan-pert ent angan dal am pel est arian.

Permasalahan pel est arian t imbul akibat perbedaan kepent ingan unt uk melest arikan bangunan-lingkungan kuno/ kawasan bersej arah dengan t unt ut an kebut uhan j aman akan bangunan-lingkungan/ kawasan modern. Di sisi l ain masih banyak dit emukan adanya upaya pel est arian yang secara t idak disadari j ust ru t el ah merusak sit us benda cagar budaya it u sendiri. Pel est arian j uga harus dapat mengakomodasi kemungkinan perubahan, karena pel est arian harus dianggap sebagai upaya unt uk memberikan makna baru bagi warisan budaya it u sendiri. Sel ain it u, permasal ahan pel est arian secara makro t erdiri dari aspek ekonomi, sosial , dan f isik, sedangkan permasal ahan mikro pel est arian berkait an dengan sist em pengel ol aan warisan budaya yang t erdiri dari aspek l egal , sist em administ rasi, pirant i perencanaan, kuant it as dan kual it as t enaga pengel ol a, sert a pendanaan.

Keprihat inannya dal am bidang arsit ekt ur dan perkot aan di Indonesia dikemukakan ol eh Budihardj o (1985), bahwa arsit ekt ur dan kot a di Indonesia saat ini banyak yang menderit a sesak naf as. Bangunan-bangunan kuno bernil ai sej arah dihancurkan dan ruang-ruang t erbuka disul ap menj adi bangunan. Banyak perencanaan arsit ekt ur dan kot a yang dikerj akan t idak at as dasar cint a dan pengert ian sesuai et ik prof esional, melainkan


(42)

berdasarkan ekspl oit asi yang bermot if komersial , sehingga menghasil kan karya berkual it as rendah. Sat u perist iwa yang menarik perhat ian banyak orang pada t ahun 1991 adal ah, adanya rangkaian aksi prot es yang dil akukan ol eh para seniman dan budayawan dengan rencana akan dibongkarnya Gedung Senisono di Yogyakart a. Para seniman dan budayawan bermaksud ingin mempert ahankan gedung t ersebut , karena dikat akan secara ilmiah pun gedung it u memang mempunyai art i sej arah, bahkan di t empat inil ah Konggres Pemuda I, t ahun 1945 berlangsung. Kemudian disusul dengan kej adian di Kerat on Surakart a, para put eri Kerat on Kasunanan Surakart a mel ancarkan prot es mogok makan dengan akan dibangunnya sebuah hot el baru di dal am kawasan kerat on yang kabarnya akan merobohkan Bangsal Keput ren. Masal ah t ersebut berl anj ut dengan muncul nya para mahasiswa yang membent uk aksi sol idarit as unt uk mel est arikan budaya set empat dengan dirobohkannya sebagian dari bangunan di kawasan kerat on t ersebut .

Lain di Indonesia lain pula yang t erj adi di Kot a Kyot o. Warga Kot a Kyot o dan organisasi keagamaan menol ak rencana pemilik Kyot o Hot el menaikkan ket inggian bangunan dari 31 met er (8 l ant ai) menj adi 60 met er (16 l ant ai). Hal it u dilakukan, karena akan merusak l ansekap dan peninggal an sej arah kot a t ersebut . Bahkan dua kuil besar di kot a Kyot o, yait u kuil Ki nkaku-j i dan kuil Ki yomi zuder a memasang papan pengumuman di depan pint u masuk ke kuil t ersebut . Isi dari pengumuman adal ah, menol ak para wisat awan yang menginap di Kyot o Hot el dan hot el -hot el l ain yang mempunyai af i l i asi unt uk mengunj ungi kedua kuil t ersebut . Sel ain it u, pada kuil-kuil yang lain, dipasang papan-papan pengumuman yang bert uliskan: “ kit a menol ak bangunan t inggi yang akan menghancurkan sej arah dan l ansekap Kot a Kyot o” . Perl u diket ahui, sej ak dulu bangunan-bangunan yang t erdapat di pusat Kot a Kyot o ket inggianya dibat asi, yait u 45 met er. Masih di Jepang, di Kot a Hiroshima sebuah kel ompok yang t erdiri dari 15 organisasi mengusul kan unt uk mengubah perundangan agar At omi c Bomb Dome direkomendasikan dan didaf t arkan ke Uni t ed Nat i on sebagai sal ah sat u warisan sej arah dunia (wor l d her i t age). Sebaliknya, di akhir t ahun 50-an beberapa penduduk Hiroshima j ust ru mendukung penghancuran bangunan t ersebut unt uk memindahkan kenangan dari perang dunia. Namun akhirnya, pemerint ah kot a t et ap memberikan pendanaan unt uk pemel iharaan bangunan t ersebut .

Pada t ahun 1995, unt uk memperingat i akhir perang dunia ke-2 pemerint ah Korea Selat an memul ai dengan penghancuran simbol kekuasaan pemerint ahan kol onial Jepang, yang dibangun t ahun 1926. Sebuah penderek raksasa menarik dan mel epas uj ung dome bagian at ap bangunan yang t erbuat dari bat u granit . Bangunan it u t erl et ak di bagian t engah dari ist ana dinast i Yi, yang dit akl ukkan ol eh pemerint ah Jepang di t ahun 1910. Pada


(43)

kesempat an it u Presiden Ki m Young Sam mengat akan, ” hanya dengan membuka bagian at ap dari bangunan ini, kit a dapat dengan sungguh-sungguh mengembal ikan wuj ud dari ist ana Kyongbokkung, hal ini merupakan simbol kekuasaan yang sangat pent ing dal am sej arah nasional kit a. ”

Sebenarnya yang pal ing menarik adal ah muncul nya prot es dari masyarakat set empat yang ingin mempert ahankan warisan budayanya. Sebuah prot es yang dilakukan warga masyarakat sudah menj adi sat u kesadaran, bahwa masyarakat t elah ikut membuat sat u l ompat an dal am membant u kel ancaran proses pel est arian bangunan kuno dan kawasan bersej arah. Ada rasa memil iki muncul dari masyarakat dengan wuj ud prot es t ersebut .

Dengan demikian, kehendak unt uk membisniskan kot a (merencanakan ruang kot a didasarkan unt ung rugi) hendaknya dipert imbangkan masak-masak, karena set iap kot a mempunyai budaya dan sej arah yang mungkin berbeda dengan kot a-kot a l ainnya. Demikian j uga, kal au kit a bandingkan dengan beberapa kot a-kot a di negara Asia l ainnya mempunyai sej arah dan warisan budaya yang sangat panj ang. Penghuni dari masing-masing kot a t ersebut hidup dengan masa l al u dan masa sekarang, sekal igus f isik dan spirit ual nya.

2. 5.

Tinj auan Kot a

Surakart a Kot a Budaya”

Surakart a adalah ist il ah administ rat if unt uk menyebut Sol o. Sol o sendiri berasal dari

Sal a, sebuah desa kecil dit epian Kal i Pepe, desa yang dij adikan l okasi pindahnya pusat keraj aan Mat aram dari di Kart osura pasca geger Pecinan yang memaksa keraj aan Mat aram t erbagi menj adi Surakart a dan Yogyakart a, mel al ui sebuah perj anj ian yang diberi nama perj anj ian Giyant i. Perkembangan Surakart a ke depan dihadapkan pada posisi yang dil emat is. Di sat u sisi merupakan kot a bekas keraj aan dengan segal a bent uk peninggal an budaya dan t radisinya yang harus dilest arikan. Di sisi l ain ada t unt ut an ke-kini-an unt uk mengarah t erbent uknya kot a modern (met r opol i s) dengan mengekor kot a-kot a di Amerika dan Eropa yang l ebih universal dengan meninggal kan segal a bent uk t radisi.

Di Surakart a sendiri masih sering dan rut in digel ar berbagai rit ual kebudayaan. Kebudayaan yang j ika dirunut sej arahnya merupakan peninggal an keraj aan Mat aram Hindu. Sebut saj a Gr ebeg sur o, sekat en, sawal an, berbagai ki r ab, dl l . At aupun yang beberapa t ahun t erakhir mul ai rut in diselengarakan, event s-event s berskal a nasional maupun int ernasional yang bert emakan budaya. Semacam Sol o Bat i k Car ni val (SBC), Sol o


(44)

(SIPA), dll yang rencananya secara reguler akan diadakan set iap t ahun. Apal agi t el ah ada ISI Surakart a (dul unya STSI), dimana generasi baru dididik unt uk mengenal , mempel aj ari, memproduksi dan mereproduksi (meminj am ist il ah Draj at Trikart no), sert a mement askan kegiat an seni-budaya.

Begit u j uga dengan pent as-pent as kesenian yang masih dapat kit a saksikan, dari yang sif at nya t radisional sampai yang l ebih modern. Sepert i misalnya pement asan wayang kulit yang pada mal am-mal am t ert ent u masih secara rut in digelar di pendopo TBS. Demikian hal nya dengan pement asan wayang orang yang sampai saat ini masih dapat kit a saksikan di gedung wayang orang Sriwedari, wal aupun dari hari ke hari semakin sedikit orang yang berminat menont on. Pament asan t ari. At au yang lebih modern, sepert i pent as-pent as t eat er yang umumnya masih disel engarakan dal am l ingkup yang t erbat as yait u lingkungan kampus. At aupun bent uk seni yang lain sepert i konser musik, pameran l ukisan, pameran f ot ograf i seni inst al asi dan pat ung.

Tabel Data Kesenian Tradisional di Kota Surakart a Tahun 2002

Macam Kesenian Banyaknya

Kelompok Jenis Organisasi Anggota Seniman

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tari

2. Musik

3. Vokal

4. Teater

5. Seni Rupa

1. Daerah 2. Pergaulan 3. Lain-lain 1. Karawitan 2. Orkes keroncong 3. Orkes melayu 4. Band 5. Angklung 6. Kulintang 7. Lain-lain 1. Seni SWR 2. Koor 3. Lain-lain 1. Wayang orang 2. Ketoprak 3. Drama 4. Pedalangan 5. Ludruk 6. Lain-lain 1. Lukis 2. Patung 3. Tatah sungging

70 - 6 95 99 26 9 - - - 23 - - 5 24 12 - - - 6 - - 4.246 - 290 1.908 1.581 375 78 - - - 643 - - 267 772 272 - - - 20 - - 5 - - 84 106 - - - - - - - - - 71 - 14 - - 4 - -


(45)

4. Ukir kayu 5. Lain-lain

- -

- -

- -

Jumlah 375 10.452 284

(Sumber: BPS Surakarta)

Sat u l angkah diambil ol eh pemerint ah dengan mel uncurkan sl ogan Sol o’ s Past i s Sol o’ s Fut ur e. Menghadirkan masa depan kot a Surakart a sebagai represent asi masa l al u. Langkah yang kemudian diambil adal ah dengan memodif ikasi rit ual -rit ual dan pr oduk-produk budaya sedemikian rupa at au mencipt akan kegiat an-kegiat an kebudayaan baru, mengekor kegiat an sej enis yang sukses disel enggarakan di kot a lain, sehingga mampu menj adi daya t arik wisat a t erut ama wisat a budaya. Promosi besar-besaran dil akukan, bahkan j ika perl u memakai embel -embel nasional at au int ernasional . Namun kegiat an t ersebut t erkesan sepert i kegiat an pariwisat a yang dipaksakan. Pariwisat a t idak dicipt akan t api merupakan kebiasaan yang t erl embaga dal am budaya.12

Tindakan memodif ikasi budaya t ersebut masih saj a menempat kan budaya sebagai sebuah komodit as, barang dagangan yang t uj uan ut amanya adalah mendat angkan keunt ungan f inansial . Bukan menempat kan budaya sebagai sebuah ident it as kot a, j at i diri kot a yang membedakan Sol o dengan kot a l ain, yang dikemudian hari dapat menj adi modal ut ama perkembangan kot a ke depan.

Membangun ident it as kot a it u yang pent ing. Cara yang dapat dil akukan adal ah sebanyak mungkin mencipt akan int eraksi ant ara khalayak dengan kegiat an seni-budaya. Sebanyak mungkin menggel ar pent as seni-budaya di ruang-ruang publik baik t emporer maupun regul er. Memuncul kan rasa memil ki yang akhirnya ada keinginan unt uk menj aga dan mel est arikan. Disinil ah makna ident it as kot a t erbent uk.

Kegiat an l ain yang int ens dil akukan Pemkot dal am menat a kot a sebagai upaya mewuj udkan sl ogan Sol o’ s Past i s Sol o’ s Fut ur e adal ah merehabil it asi ruang-ruang publ ik. Sebut saj a rel okasi PKL di sekit ar Monumen 45 dan mengembal ikannya menj adi ruang t erbuka hij au dengan memberi pagar pada sekel il ing kawasan (t indakan ini pat ut dipert anyakan, bukankah dengan memagari ruang publ ik akan mempersempit akses publ ik it u sendiri? Padahal hidup dan mat inya ruang publ ik dit ent ukan ol eh aksesibil it asnya13), proyek ci t y wal k, memper sol ek Balekambang dan Taman Sriwedari (proyek yang pert ama kali dikerj akan adal ah dengan memberi pagar pada sekel il ing kawasan Taman Sriwedari,


(46)

wal aupun dengan memperl akukan eksist ing dengan kurang hormat yait u menempel kan pagar dengan gapura Radya Pust aka sehingga dari l uar gapura t idak l agi t erl ihat ), memugar berbagai pasar t radisional t ermasuk pasar Triwindu, dan sebagainya.

Sayangnya dal am berbagai rehabil it asi ruang-ruang publ ik diat as sangat minim sekal i ket erl ibat an publ ik (masyarakat ). Hal t ersebut memil iki kemiripan dengan apa yang dikat akan oleh Eko Budiharj o, pada kebanyakan perencana kot a dan lingkungan, masyarakat acap kal i dil ihat sekedar sebagai konsumen yang pasif .14 Padahal sebagai makhl uk yang berakal dan berbudaya, manusia membut uhkan rasa penguasaan dan pengawasan t erhadap habit at dan l ingkungannya. Seringkali keinginan dan kebut uhan publik (masyarakat ) t idak sepenuhnya t erwadahi dal am ruang publ ik. Bahkan l ebih j auh Eko Budiharj o menambahkan bil a warga kot a t idak dil ibat kan dal am proses perencanaan dan pembangunan kot anya, t idak diberi kesempat an unt uk berperan secara akt if , t idak memperol eh pel uang unt uk membant u, menambah, merubah, menyempurnakan l ingkungannya akan kit a dapat kan kot a yang apat is, acuh t ak acuh, dan mungkin agresif . Akibat nya desain yang dihasil kan t idak menyent uh subst ansinya, t idak mampu mengakomodir kepent ingan publ ik. Dampaknya, ruang publ ik yang t el ah dibangun kemudian t idak berf ungsi sebagaimana mest inya, t idak berdampak signif ikan t erhadap perkembangan kot a at au bahkan sangat j arang dikunj ungi oleh publ ik.

Pemerint ah kot a masih mel ihat rehabil it asi ruang publ ik t ersebut sekedar proyek. Perencanaan dan perancangannya t idak mel al ui sebuah sayembara t erbuka secara umum yang memungkinkan muncul nya gagasan-gagasan yang l ebih variat if , yang muncul dari masyarakat sendiri, yang mungkin l ebih akomodat if t erhadap kebut uhan masyarakat , lebih mewakili kepent ingan publik. Padahal pada hakekat nya keberadaan ruang publ ik t ersebut adalah diperunt ukkan bagi masyarakat (publ ik). Jika t idak ada ket erl ibat an publ ik didal amnya bagaimana bisa dikat akan sebagai ruang publ ik.

Kawasan Budaya Kot a Surakart a

Tak hanya yang berbent uk rit ual , j ej ak kebudayaan di Surakart a j uga t erekam dal am berbagai sit us arsit ekt ural . Pada set iap bangunan at au kawasan t ersebut menyimpan sej arah yang panj ang t ent ang perkembangan kot a Surakart a. Disamping it u j uga memil iki peran t erhadap perkembangan kot a Surakart a sert a mewakil i l anggam arsit ekt ur yang

14


(47)

berkembang (menj adi t ren) pada j amannya. Sehingga keberadaannya membent uk suat u kawasan yang khas.

Sebagai kot a yang sudah berusia hampir 250 t ahun, Surakart a memil iki banyak kawasan dengan sit us bangunan t ua bersej ar ah at au dikenal dengan kawasan budaya. Sel ain bangunan t ua yang t erpencar dan berser akan di berbagai l okasi, ada j uga yang t erkumpul di sekian l okasi sehingga membent uk beberapa kawasan kot a t ua, t ent unya dengan l at ar bel akang sosial nya masing-masing.

Di Kot a Surakart a sendiri set idaknya ada 9 kawasan yang t ermasuk kawasan budaya yakni : Kerat on Surakart a dan sekit arnya, t ermasuk Pasar Kliwon dan Loj i Wet an; Pura Mangkunegaran; Bent eng Vast enburg t ermasuk j uga Pasar Gede, Kepunt on dan Bal ong; Kawasan Laweyan; Kawasan Taman Sriwedari dan sekit arnya t er masuk Museum Radya Pust aka dan St adion; Kawasan Banj arsari ; Kawasan Bal ai Kambang; Kawasan Taman Tirt onadi dan Kawasan Taman Jurug.15

Krat on Kasunanan Surakart a t ent u saj a adal ah bangunan pal ing pokok dal am konsep penat aan ruang Sol o. Perencanaan krat on ini mirip dengan konsep yang digunakan dalam pembangunan Krat on Kesul t anan Yogyakart a.

Solo merupakan salah sat u kot a pert ama di Indonesia yang dibangun dengan konsep t at a kot a modern. Krat on yang dibangun berdekat an dengan Bengawan Sol o selalu t erancam banj ir. Karena it u dibangunl ah t anggul yang hingga kini masih dapat dil ihat membent ang dari selat an wil ayah Jurug hingga kawasan Sol o Baru. Boulevard yang memanj ang l urus dari arah barat l aut menuj u ke depan al un-al un ist ana (sekarang Jal an Sl amet Riyadi) dirancang unt uk mengarahkan pandangan ke arah Gunung Merbabu.

Terdapat pul a pengel ompokan pemukiman unt uk warga pendat ang. Kawasan Pasar Gede (Pasar Gedhe Hardj onagoro) dan Pasar Bal ong merupakan t empat perkampungan orang Tionghoa, sement ara kawasan pemukiman orang Arab (kebanyakan dari Hadramaut ) t erl et ak di kawasan Pasar Kl iwon.

Pedagang bat ik Jawa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 banyak mendirikan usaha dan t empat t inggal di kawasan Laweyan (sekarang mencakup Kampung Laweyan, Tegal sari, Tegal ayu, Tegal rej o, Sondakan, Bat ikan, dan Jongke). Di kawasan ini j uga didirikan pert ama kal i organisasi bercorak Isl am-nasional yang pert ama di Indonesia oleh Haj i Samanhudi, Syarikat Dagang Isl am pada t anggal 16 Okt ober 1905. [ 1] Bekas kej ayaan


(1)

98

VI. Hasil Rancangan

6. 1. Ilustrasi Hasil Rancangan

Situasi Benteng Vastenburg


(2)

99

Gerbang Barat dan Bangunan Pengelola


(3)

100

Bangunan Eksisting yang Difungsikan sebagai Cafe dan Restaurant


(4)

101

Bangunan Cinemas


(5)

xi

Daftar Pustaka

Pet er J. M. Nas, Masa Lal u dal am Masa Ki ni Ar si t ekt ur di Indonesi a, Gramedia Pust aka Ut ama, Jakart a, 2009.

Bagoes P. Wiryomart omo, Seni Bangunan dan Seni Bi na Kot a di Indonesi a: Kaj i an Mengenai

Konsep, St r ukt ur , dan El emen Fi si k Kot a sej ak Per adaban Hi ndu-Budhha, Isl am hi ngga sekar ang, Gramedia Pust aka Ut ama, Jakart a, 1995.

Galih Widj il Pangarsa, Ar si t ekt ur unt uk Kemanusi aan : Ter opong Vi sual Cul t ur e at as Kar ya-kar ya Eko Pr awot o, Wast u Laras Graf ika, Surabaya, 2008.

Heinz Frick, Pol a St r ukt ur al dan Tekni k Bangunan di Indonesi a, Kanisius, Yogyakart a, 1997.

Y. B Mangunwij aya, Wast u Ci t r a : Pengant ar ke Il mu Budaya Bent uk Ar si t ekt ur Sendi -sendi Fi l saf at nya beser t a Cont oh-cont oh Pr akt i s Edi si Bar u, Gramedia Pust aka Ut ama, Jakart a, 2009

[ Archit ect ural Ebook] A Hi st or y of Ar chi t ect ur al Conser vat i on, Jukka Jokileht o, But t erwort h-Hienemann, 1999

[ Archit ect ural Ebook] Conser vat i on of Hi st or i c Bui l di ngs Thi r d Edi t i on, Bernard M. Feilden, Archit ect ural Press, 2003


(6)

xii

Lampiran