4. Konservasi Bangunan Tua Bersej arah Cagar Budaya

26 A B C BANGUNAN Kriteria A. Nil ai Sej arah V v B. Umur V v C. Keasl ian v D. Kelangkaan v E. Landmark v F. Arsit ekt ur v v Tabel Perlakuan Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya Berdasarkan Klasifikasi Perda DKI no. 9 Tahun 1999 OBYEK LINGKUNGAN I II III Dipert ahankan Dimungkinkan Adapt i f Reuse Dimungkinkan Penyesuaian Terhadap Perencanaan Kot a BANGUNAN A B C Tampak Depan V V v St rukt ur Ut ama V V Tat a Ruang V Ornamen V Sumber : Ajeng R. Pitakasari Prillia Verawati, 2007 dalam Selamatkan Warisan Budaya Bangsa , I-Arch, Architecture Magazine, Tenth Issue, 2007

2. 4. Konservasi Bangunan Tua Bersej arah Cagar Budaya

Konservasi secara umum diart ikan pelest arian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi t ernyat a memiliki serangkaian pengert ian yang berbeda-beda impl ikasinya. Ist il ah konservasi mengacu pada Piagam dari Int er nat i onal Counci l of Monument s and Si t e ICOMOS t ahun 1981 yait u : Char t er f or t he Conser vat i on of Pl aces of Cul t ur al Si gni f i cance , Burra, Aust ral ia. Dal am Bur r a Char t er pengert ian konservasi adal ah proses pengelol aan suat u t empat at au ruang at au obyek agar makna kult ural yang t erkandung didal amnya t erpelihara dengan baik. Pengert ian ini sebenarnya perl u diperl uas l ebih spesif ik yait u pemel iharaan morf ol ogi bent uk f isik dan f ungsinya. 27 Kegiat an konservasi mel iput i sel uruh kegiat an pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan sit uasi l okal maupun upaya pengembangan unt uk pemanf aat an l ebih l anj ut . Bil a dikait kan dengan kawasan maka konservasi kawasan at au sub bagian kot a mencakup suat u upaya pencegahan adanya akt ivit as perubahan sosial at au pemanf aat an yang t idak sesuai dan bukan secara f isik saj a. Kegiat an konservasi ant ara l ain bisa berbent uk a preservasi, b rest orasi, c replikasi, d rekonst ruksi, e revit alisasi dan at au penggunaan unt uk f ungsi baru suat u aset masa l al u, f rehabil it asi. Akt ivit as t ersebut t ergant ung dengan kondisi, persoal an, dan kemungkinan yang dapat dikembangkan dal am upaya pemel iharaan l ebih l anj ut . Masyarakat awam sering kel iru bahwa pel est arian bangunan bersej arah diarahkan menj adi di ed monument monumen st at is t et api sebenarnya bisa dikembangkan menj adi l i f e monument yang bermanf aat f ungsional bagi generasi masa sekarang. Suat u program konservasi sedapat mungkin t idak hanya dipert ahankan keasl iannya dan perawat annya namun t idak mendat angkan ni lai ekonomi at au manf aat l ain bagi pemil ik at au masyarakat l uas. Konsep pel est arian yang dinamik t idak hanya mendapat kan t uj uan pemel iharaan bangunan t ercapai namun dapat menghasil kan pendapat an dan keunt ungan l ain bagi pemakainya. Dal am hal ini peran arsit ek sangat pent ing dal am menent ukan f ungsi yang sesuai karena t idak semua f ungsi dapat dimasukkan. Kegiat an yang dil akukan ini membut uhkan upaya l int as sekt oral , mul t i dimensi dan disipl in, sert a berkel anj ut an. Dan pel est arian j uga merupakan upaya unt uk mencipt akan pusaka budaya masa mendat ang f ut ur e her i t age , sepert i kat a sej arawan bahwa sej arah adal ah masa depan bangsa. Masa kini dan masa depan adal ah masa l al u generasi berikut nya. Perluasan Tindakan Konservasi Ist ilah-ist il ah lain dal am konservasi : 1. Rest orasi dalam kont eks yang l ebih luas ialah kegiat an mengembalikan bent ukan f isik suat u t empat kepada kondisi sebel umnya dengan menghil angkan t ambahan- t ambahan at au merakit kembali komponen eksist ing t et api menggunakan mat erial baru. 2. Rest orasi dalam kont eks t erbat as ial ah kegiat an pemugaran unt uk mengembal ikan bangunan dan lingkungan cagar budaya semirip mungkin ke bent uk asalnya berdasarkan dat a pendukung t ent ang bent uk arsit ekt ur dan st rukt ur pada keadaan asal t ersebut dan agar persyarat an t eknis bangunan t erpenuhi. Ref . UNESCO. PP. 36 2005 . 28 3. Preservasi dal am kont eks yang l uas ial ah kegiat an pemeliharaan bent ukan f isik suat u t empat dalam kondisi eksist ing dan memperl ambat bent ukan f isik t ersebut dari proses kerusakan. 4. Preservasi dal am kont eks yang t erbat as ial ah bagian dari perawat an dan pemel iharaan yang int inya adal ah mempert ahankan keadaan sekarang dari bangunan dan lingkungan cagar budaya agar keandalan kel aikan f ungsinya t erj aga baik Ref . UNESCO. PP. 36 2005 . 5. Konservasi dal am kont eks yang l uas ial ah semua proses pengelol aan suat u t empat hingga t erj aga signif ikasi budayanya. Hal ini t ermasuk pemel iharaan dan mungkin karena kondisinya t ermasuk t indakan preservasi, rest orasi, rekonst ruksi, konsoil idasi sert a revit al isasi. Biasanya kegiat an ini merupakan kombinasi dari beberapa t indakan t ersebut . 6. Konservasi dal am kont eks t erbat as dari bangunan dan lingkungan ialah upaya perbaikan dal am rangka pemugaran yang menit ikberat kan pada pembersihan dan pengawasan bahan yang digunakan sebagai kont sruksi bangunan, agar persyarat an t eknis bangunan t erpenuhi. Ref . UNESCO. PP. 36 2005 . 7. Rekonst ruksi ialah kegiat an pemugaran unt uk membangun kembal i dan memperbaiki sekaurat mungkin bangunan dan lingkungan yang hancur akibat bencana alam, bencana l ainnya, rusak akibat t erbengkal ai at au keharusan pindah l okasi karena salah sat u sebab yang darurat , dengan menggunakan bahan yang t ersisa at au t ersel amat kan dengan penambahan bahan bangunan baru dan menj adikan bangunan t ersebut l aik f ungsi dan memenuhi persyarat an t eknis. Ref . UNESCO. PP. 36 2005 . 8. Konsol idasi ial ah kegiat an pemugaran yang menit ikberat kan pada pekerj aan memperkuat , memperkokoh st rukt ur yang rusak at au mel emah secara umum agar persyarat an t eknis banguna t erpenuhi dan bangunan t et ap l aik f ungsi. Konsol idasi bangunan dapat j uga disebut dengan ist il ah st abil isasi kal au bagian st rukt ur yang rusak at au melemah bersif at membahayakan t erhadap kekuat an st rukt ur. 9. Revit al isasi ial ah kegiat an pemugaran yang bersasaran unt uk mendapat kan nil ai t ambah yang opt imal secara ekonomi, sosial , dan budaya dal am pemanf aat an bangunan dan lingkungan cagar budaya dan dapat sebagai bagian dari revit al isasi kawasan kot a l ama unt uk mencegah hil angnya aset -aset kot a yang bernilai sej arah karena kawasan t ersebut mengal ami penurunan produkt ivit as. Ref . UNESCO. PP. 36 2005, Di t j en PU-Di t j en Tat a Per kot aan dan Tat a Pedesaan . 29 10. Pemugaran adalah kegiat an memperbaiki at au memul ihkan kembali bangunan gedung dan l ingkungan cagar budaya ke bent uk asl inya dan dapat mencakup pekerj aan perbaikan st rukt ur yang bisa di pert anggungj awabkan dari segi arkeologis, hist ories dan t eknis. Ref . PP. 36 2005 . Kegiat an pemul ihan arsiet kt ur bangunan gedung dan l ingkungan cagar budaya yang disamping perbaikan kondisi f isiknya j uga demi pemanf aat annya secara f ungsional yang memenuhi persyarat an keandal an bangunan. Dari beberapa pengert ian mengenai konservasi maka seharusnya memungkinkan f ungsi bangunan l ama unt uk dimanf aat kan unt uk kegiat an baru yang l ebih rel evan dengan kondisi kekinian adapt i ve r eus e selain memungkinkan pula pengalihan kegiat an l ama oleh akt ivit as baru t anpa harus menghancurkannya. Persoal an pel est arian bangunan t idak saj a memf okuskan pada arsit ekt ur saj a, t et api secara krit is harus t anggap t erhadap persoal an sosial , ekonomi dan budaya l ingkungan at au suat u kawasan kot a . Revit alisasi Kawasan Kot a Sal ah sat u kegiat an dari konservasi adal ah revit alisasi at au upaya unt uk mendaur- ul ang r ecycl e yang t uj uannya unt uk memberikan vit al it as baru, dan meningkat kan vit al it as yang ada at au bahkan menghidupkan kembal i vit al it as re-vit a-lisasi yang pada awal nya pernah ada namun t el ah memudar. Kegiat an revit alisasi muncul karena adanya permasal ahan yang muncul sej al an dengan perkembangan kot a yang begit u cepat dan membawa perubahan yang cukup drast is. Perubahan t ersebut seringkal i mengakibat kan t imbulnya masalah yang pembenahannya seri ngkal i memaksa kot a unt uk mengabaikan pihak-pihak t ert ent u dengan mengat asnamakan program peremaj aan kot a, penggusuran permukiman kumuh yang dilakukan dengan alasan demi keindahan kot a, perubahan t at anan perdagangan t radisional menj adi t at anan modern, penghancuran bangunan-bangunan lama dan digant i dengan bangunan baru dengan dalih t idak memberikan kont ribusi ekonomi bagi daerah. Sel anj ut nya, dapat dikat akan bahwa revit al isasi adal ah upaya unt uk mem-vit al -kan kembal i suat u kawasan at au bagian kot a yang dul unya pernah vit al hidup akan t et api kemudian mengalami kemunduran degradasi. Skal a upaya revit al isasi biasa t erj adi pada t ingkat mikro kot a, sepert i sebuah j alan, at au bahkan skala bangunan, akan t et api j uga bias mencakup kawasan kot a yang yang l ebih l uas. 30 Revit al isasi kawasan diarahkan unt uk memberdayakan daerah dal am usaha menghidupkan kembali akt ivit as perkot aan dan vit al it as kawasan unt uk mewuj udkan kawasan yang l ayak huni l i vabl e , mempunyai daya saing pert umbuhan dan st abil it as ekonomi l okal , berkeadil an sosial , berwawasan budaya sert a t erint egrasi dal am kesat uan sist em kot a. Karakt erist ik dari kawasan yang membut uhkan revit al isasi, adal ah kawasan mat i t idak berkembang lagi, kawasan yang perkembangannya mel esat dari arah semul a, dan kawasan-kawasan yang “ dit inggalkan” . Sej arah perkembangan kot a di Barat mencat at bahwa memang kegiat an revit al isasi ini diawal i dengan pemaknaan kembal i daerah pusat kot a set el ah periode t ahun 1960-an. Bahkan ket ika isu pel est arian di dunia Barat meningkat pada periode pert engahan t ahun 1970-an, kawasan pusat kot a t ua menj adi f okus kegiat an revit alisasi. Dil ihat dari pengert ian di at as, maka revit al isasi dapat menj adi al t ernat if dal am memecahkan masal ah pel est arian waj ah kot a lama, dan kebut uhan ruang t erat asi dengan meminimal isasikan pudarnya eksist ensi kot a l ama. Pada dasarnya proses revit al isasi kot a t erbagi menj adi beberapa t ahapan, yait u sebagai berikut : int ervensi f isik; rehabil it asi ekonomi; dan revit alisasi sosial inst it usional . Revit al isasi adal ah sal ah sat u pendekat an dal am meningkat kan vit al it as suat u kawasan kot a yang bias berupa penat aan kembal i pemanf aat an l ahan dan bangunan, renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat dit ingkat kan dan dikembangkan nil ai ekonomis dan sosial nya, rehabil it asi kual it as l ingkungan hidup, peningkat an int ensit as pemanf aat an l ahan dan bangunannya. Ol eh karena it u, revit al isasi kawasan kot a dapat j uga disebut sebagai konsep pel est arian yang t erint egrasi dengan “ waj ah” kot a l ama akan t et ap t erpel ihara, akt ivit as saat ini dapat t ert ampung dan dapat memberikan keunt ungan ekonomi sebagai ef ek l anj ut an. Proses ini memerlukan dukungan dan peran akt if masyarakat , sehingga segal a usaha yang t el ah dil akukan oleh pemerint ah set empat t idak dipat ahkan l agi oleh masyarakat . Disamping hal it u, pemerint ah diharapkan dapat bert indak dengan l ebih t egas, yait u dengan memperj el as konsep-konsep konservasi kot anya, mempunyai produk-produk berkekuat an hukum, menindak oknum-oknum yang mel anggar, sert a mampu memot ivasi part isipasi masyarakat . 31 Beberapa Kasus dalam Pelest arian Bangunan Tua Bersej arah 11 Di t ahun 1970-an di negara-negara Barat ada semacam t ren mel akukan penggusuran bangunan-bangunan t ua unt uk memberikan ruang bagi bangunan-bangunan baru. Bel akangan t indakan it u dirat api banyak orang dari berbagai kal angan. Mereka menyebut nya sebagai ar chi t ect ur e sui ci de , bunuh diri arsit ekt ural . Disebut begit u karena j ust ru pemerint ah merekal ah yang menghancurkan arsit ekt ur-arsit ekt ur t ua dan bersej arah yang seharusnya dil indungi. Salah sat u yang banyak dikeluhkan dal am perkembangan kot a modern adal ah, hil angnya ciri khas waj ah-waj ah kot a yang t ergant ikan ol eh bangunan-bangunan bergaya int ernasional . Waj ah-waj ah t ersebut menj adi anoni mus dan t ak berj iwa. Karena it ulah warisan budaya menj adi pent ing mengingat gencarnya kegiat an modernisasi dan gl obalisasi kot a-kot a di dunia yang bila t idak dikendal ikan akan memberikan waj ah kot a yang sama diset iap kot a. Kegiat an pelest arian bukanlah hal yang mudah dan t anpa t ant angan. Kinerj a kegiat an pel est arian sering mengal ami bent uran dengan kepent ingan pembangunan, sehingga pel est arian bangunan dan kawasan dianggap sebagai penghal ang pembangunan yang mengakibat kan t imbul nya pert ent angan-pert ent angan dal am pel est arian. Permasalahan pel est arian t imbul akibat perbedaan kepent ingan unt uk melest arikan bangunan-lingkungan kuno kawasan bersej arah dengan t unt ut an kebut uhan j aman akan bangunan-lingkungan kawasan modern. Di sisi l ain masih banyak dit emukan adanya upaya pel est arian yang secara t idak disadari j ust ru t el ah merusak sit us benda cagar budaya it u sendiri. Pel est arian j uga harus dapat mengakomodasi kemungkinan perubahan, karena pel est arian harus dianggap sebagai upaya unt uk memberikan makna baru bagi warisan budaya it u sendiri. Sel ain it u, permasal ahan pel est arian secara makro t erdiri dari aspek ekonomi, sosial , dan f isik, sedangkan permasal ahan mikro pel est arian berkait an dengan sist em pengel ol aan warisan budaya yang t erdiri dari aspek l egal , sist em administ rasi, pirant i perencanaan, kuant it as dan kual it as t enaga pengel ol a, sert a pendanaan. Keprihat inannya dal am bidang arsit ekt ur dan perkot aan di Indonesia dikemukakan ol eh Budihardj o 1985, bahwa arsit ekt ur dan kot a di Indonesia saat ini banyak yang menderit a sesak naf as. Bangunan-bangunan kuno bernil ai sej arah dihancurkan dan ruang- ruang t erbuka disul ap menj adi bangunan. Banyak perencanaan arsit ekt ur dan kot a yang dikerj akan t idak at as dasar cint a dan pengert ian sesuai et ik prof esional, melainkan 11 Seperti dikutip dari artikel ”Pelestarian Bangunan Kuno sebagai Aset Sejarah Budaya Bangsa” 32 berdasarkan ekspl oit asi yang bermot if komersial , sehingga menghasil kan karya berkual it as rendah. Sat u perist iwa yang menarik perhat ian banyak orang pada t ahun 1991 adal ah, adanya rangkaian aksi prot es yang dil akukan ol eh para seniman dan budayawan dengan rencana akan dibongkarnya Gedung Senisono di Yogyakart a. Para seniman dan budayawan bermaksud ingin mempert ahankan gedung t ersebut , karena dikat akan secara ilmiah pun gedung it u memang mempunyai art i sej arah, bahkan di t empat inil ah Konggres Pemuda I, t ahun 1945 berlangsung. Kemudian disusul dengan kej adian di Kerat on Surakart a, para put eri Kerat on Kasunanan Surakart a mel ancarkan prot es mogok makan dengan akan dibangunnya sebuah hot el baru di dal am kawasan kerat on yang kabarnya akan merobohkan Bangsal Keput ren. Masal ah t ersebut berl anj ut dengan muncul nya para mahasiswa yang membent uk aksi sol idarit as unt uk mel est arikan budaya set empat dengan dirobohkannya sebagian dari bangunan di kawasan kerat on t ersebut . Lain di Indonesia lain pula yang t erj adi di Kot a Kyot o. Warga Kot a Kyot o dan organisasi keagamaan menol ak rencana pemilik Kyot o Hot el menaikkan ket inggian bangunan dari 31 met er 8 l ant ai menj adi 60 met er 16 l ant ai. Hal it u dilakukan, karena akan merusak l ansekap dan peninggal an sej arah kot a t ersebut . Bahkan dua kuil besar di kot a Kyot o, yait u kuil Ki nkaku-j i dan kuil Ki yomi zuder a memasang papan pengumuman di depan pint u masuk ke kuil t ersebut . Isi dari pengumuman adal ah, menol ak para wisat awan yang menginap di Kyot o Hot el dan hot el -hot el l ain yang mempunyai af i l i asi unt uk mengunj ungi kedua kuil t ersebut . Sel ain it u, pada kuil-kuil yang lain, dipasang papan- papan pengumuman yang bert uliskan: “ kit a menol ak bangunan t inggi yang akan menghancurkan sej arah dan l ansekap Kot a Kyot o” . Perl u diket ahui, sej ak dulu bangunan- bangunan yang t erdapat di pusat Kot a Kyot o ket inggianya dibat asi, yait u 45 met er. Masih di Jepang, di Kot a Hiroshima sebuah kel ompok yang t erdiri dari 15 organisasi mengusul kan unt uk mengubah perundangan agar At omi c Bomb Dome direkomendasikan dan didaf t arkan ke Uni t ed Nat i on sebagai sal ah sat u warisan sej arah dunia wor l d her i t age . Sebaliknya, di akhir t ahun 50-an beberapa penduduk Hiroshima j ust ru mendukung penghancuran bangunan t ersebut unt uk memindahkan kenangan dari perang dunia. Namun akhirnya, pemerint ah kot a t et ap memberikan pendanaan unt uk pemel iharaan bangunan t ersebut . Pada t ahun 1995, unt uk memperingat i akhir perang dunia ke-2 pemerint ah Korea Selat an memul ai dengan penghancuran simbol kekuasaan pemerint ahan kol onial Jepang, yang dibangun t ahun 1926. Sebuah penderek raksasa menarik dan mel epas uj ung dome bagian at ap bangunan yang t erbuat dari bat u granit . Bangunan it u t erl et ak di bagian t engah dari ist ana dinast i Yi , yang dit akl ukkan ol eh pemerint ah Jepang di t ahun 1910. Pada 33 kesempat an it u Presiden Ki m Young Sam mengat akan, ” hanya dengan membuka bagian at ap dari bangunan ini, kit a dapat dengan sungguh-sungguh mengembal ikan wuj ud dari ist ana Kyongbokkung , hal ini merupakan simbol kekuasaan yang sangat pent ing dal am sej arah nasional kit a. ” Sebenarnya yang pal ing menarik adal ah muncul nya prot es dari masyarakat set empat yang ingin mempert ahankan warisan budayanya. Sebuah prot es yang dilakukan warga masyarakat sudah menj adi sat u kesadaran, bahwa masyarakat t elah ikut membuat sat u l ompat an dal am membant u kel ancaran proses pel est arian bangunan kuno dan kawasan bersej arah. Ada rasa memil iki muncul dari masyarakat dengan wuj ud prot es t ersebut . Dengan demikian, kehendak unt uk membisniskan kot a merencanakan ruang kot a didasarkan unt ung rugi hendaknya dipert imbangkan masak-masak, karena set iap kot a mempunyai budaya dan sej arah yang mungkin berbeda dengan kot a-kot a l ainnya. Demikian j uga, kal au kit a bandingkan dengan beberapa kot a-kot a di negara Asia l ainnya mempunyai sej arah dan warisan budaya yang sangat panj ang. Penghuni dari masing-masing kot a t ersebut hidup dengan masa l al u dan masa sekarang, sekal igus f isik dan spirit ual nya.

2. 5. Tinj auan Kot a