Latar belakang perubahan tersebut dikemukakan dalam Penjelasan Umum Perpu Nomor 2 Tahun 2008 tersebut, yaitu adanya krisis keuangan akhir-akhir tahun
ini di Amerika Serikat yang merupakan krisis terbesar sejak krisis Tahun 1929 telah memaksa pemerintah Amerika Serikat memberikan dana talangan atau bantuan
likuiditas kepada industri keuangan yang bermasalah sebesar USD 700 tujuh ratus miliar. Krisis keuangan ini dipicu dari masalah pembiayaan kredit properti subprime
mortgage yang dilakukan kurang hati-hati. Dampak krisis keuangan ini berimbas pada berbagai negara termasuk Indonesia karena sistem global saling onterdependi.
Pemerintah Indonesia sudah, tengah, dan akan terus melakukan berbagai langkah antisipatif dan mengambil langkah-langkah responsif dalam membendung dampak
krisis keuangan Amerika Serikat sehingga stabilitas sistem keuangan tetap terpelihara.
C. Penyelamatan terhadap Bank Gagal Pada PT. Bank Century, Tbk
PT. Bank Century, Tbk didirikan pada 6 Desember 2004 merupakan hasil merger tiga bank yakni Bank CIC Internasional, Bank Pikko dan Bank Danpac yang
sejak 21 November 2008 diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan dan berubah nama menjadi Bank Mutiara.
Persetujuan prinsip atas akuisisi diputuskan dalam rapat dewan Gubenur Bank Indonesia pada 27 November 2001 dengan memberikan persetujuan akuisisi meski
Chinkara Capital Ltd tidak memenuhi persyaratan administratif berupa publikasi atas
Universitas Sumatera Utara
akuisisi oleh Chinkara Capital Ltd, laporan keuangan Chinkara untuk tiga tahun terakhir, dan rekomendasi pihak berwenang di negara asal Chinkara Capital Ltd dan
rapat dewan gubenur Bank Indonesia hanya mensyaratkan agar ketiga bank tersebut melakukan merger, memperbaiki kondisi bank, mencegah terulangnya tindakan
melawan hukum, serta mencapai dan mempertahankan Capital Adequacy Ratio CAR 8 delapan persen.
Izin akuisisi pada akhirnya diberikan pada tanggal 5 Juli 2002 meski dari hasil pemeriksaan BI terdapat indikasi adanya perbuatan melawan hukum yang melibatkan
Chinkara Capital Ltd, pada Bank CIC akan tetapi BI tetap melanjutkan proses merger atas ketiga bank tersebut meski berdasarkan hasil pemeriksaan BI periode Tahun
2001 hingga Tahun 2003 ditemukan adanya pelanggaran signifikan oleh ketiga bank tersebut antara lain, pada Bank CIC, terdapat transaksi
Surat-surat Berhaga SSB fiktif senilai US 25 dua puluh lima juta yang melibatkan Chinkara Capital
Ltd dan terdapat beberapa SSB yang berisiko tinggi sehingga bank wajib
membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP
127
yang berakibat rasio kecukupan modal CAR menjadi negatif, serta pembayaran kewajiban General
Sales Management 102 GSM 102 dan penarikan Dana Pihak Ketiga DPK dalam jumlah besar yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan likuiditas, serta
pelanggaran Posisi Devisa Neto PDN. pada Bank Pikko terdapat kredit
macet Texmaco yang ditukarkan dengan surat utang jangka menengah atau medium
127
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan kualitas Aktiva Produktif.
Universitas Sumatera Utara
term note MTN Dresdner Bank yang tidak punya notes rating dan berkualitas rendah dibawa masuk dalam merger PT. Bank Century,Tbk sehingga bank wajib
membentuk PPAP yang berakibat rasio kecukupan modal menjadi negatif. Proses akuisisi seharusnya dapat dibatalkan jika mengacu pada persyaratan yang ditentukan
oleh Bank Indonesia dalam persetujuan akuisisi tanggal 5 Juli 2002, persyaratan tersebut antara lain menyebutkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap
Bank CIC terbukti bahwa bilamana Chinkara Capital Ltd sebagai pemegang saham bank melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan akan tetapi
pada 6 Desember 2004, Bank Indonesia malah memberikan persetujuan merger atas ketiga bank tersebut.
Pemberian persetujuan merger tersebut dipermudah berdasarkan catatan Direktur Direktorat Pengawasan Bank kepada Deputi Gubernur Bank Indonesia dan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 22 Juli 2004. Bentuk kemudahan tersebut adalah berupa SSB pada Bank CIC yang semula dinilai macet oleh Bank
Indonesia menjadi dinilai lancar sehingga kewajiban pemenuhan setoran kekurangan modal oleh
Pemegang Saham Pengendali PSP menjadi lebih kecil dan
akhirnya rasio kecukupan modal
seolah-olah memenuhi persyaratan merger, termasuk hasil fit and propper test ”sementara” atas pemegang saham dalam hal ini
Rafat Ali Rizvi yang dinyatakan tidak lulus lalu ditunda penilaiannya dan tidak diproses lebih lanjut. pemberian kelonggaran tersebut tidak pernah dibahas dalam
Universitas Sumatera Utara
forum dewan gubenur Bank Indonesia namun hanya dilaporkan dalam catatan Direktur Direktorat Pengawasan Bank tanggal 22 Juli 2004.
128
Aturan hukum yang mengatur kebijakan bank sebagi agen penjual reksadana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia yang ditujukan kepada semua Bank
Umum di Indonesia yaitu Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 719DPNP tanggal 14 Juni 2005 yang mengatur perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang
melakukan aktivitas berkaitan dengan Reksa Dana. Didalam SE tersebut diatur ketentuan apabila bank menjadi agen penjualan produk reksadana harus memenuhi
kriteria seperti kutipan sebagai berikut angka II huruf B tentang Penerapan manajemen risiko untuk masing-masing aktivitas, Nomor 2 huruf b mengenai Bank
Sebagai Agen Penjual Efek Reksadana yang berbunyi: “Bank maupun pegawai Bank yang telah memperoleh izin sebagai wakil
agen penjual efek reksa dana dilarang bertindak sebagai sub agen penjual efek reksa dana atau mengalihkan fungsi agen penjual efek reksa dana kepada
pihak lain”.
Selama periode Tahun 2005–2008, dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BI atas PT. Bank Century,Tbk yang diterbitkan pada 31 Oktober 2005, diketahui bahwa
posisi rasio kecukupan modal PT. Bank Century,Tbk per 28 Februari 2005 dua bulan setelah merger adalah negatif 132,5 seratus tiga puluh dua koma lima bila sesuai
dengan ketentuan dalam PBI Nomor 321PBI2001 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Bank Minimum Bank Umum dan PBI Nomor 69PBI2004 tentang Tindak
Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank sebagaimana diubah
128
http:id.wikipedia.orgwikiBank_Century , diakses tanggal 25 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
dengan PBI Nomor 738PB 12005, seharusnya PT. Bank Century,Tbk ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan khusus sejak adanya Laporan Hasil Pemeriksaan
Bank Indonesia atas PT. Bank Century, Tbk diterbitkan pada 31 Oktober 2005.
129
Bank Indonesia kemudian kembali menyetujui untuk tidak melakukan penyisihan 100 seratus persen atau pengakuan kerugian membentuk yang
berbentuk PPAP terhadap SSB tersebut padahal menurut PBI Nomor 72 PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum,seharusnya atas SSB
tersebut dilakukan PPAP atau penyisihan cadangan kerugian sebesar 100 seratus persen
dengan demikian hal tersebut sudah dapat merupakan rekayasa akuntansi yang dilakukan PT. Bank Century, Tbk agar laporan keuangan bank tetap menunjukkan
kecukupan modal dan ini kembali disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pengawas bank-bank.
130
Kegagalan PT. Bank Century, Tbk terjadi di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan domestik yang genting karena terkena dampak krisis
keuangan global. Kondisi ini mencapai puncaknya pada bulan November 2008 ketika tekanan pada pasar modal dan valas serta stabilitas nilai tukar semakin meningkat.
Situasi tersebut menyebabkan risiko-risiko yang dihadapi perbankan semakin meningkat tajam. Selain itu, mencermati kegentingan situasi yang ada, maka jika PT.
Bank Century, Tbk tidak diselamatkan dikhawatirkan akan memberikan dampak berantai contagion effect yang dapat menciptakan instabilitas pada sistem keuangan
129
http:id.wikipedia.orgwikiBank_CenturyPemilikan , diakses tanggal 25 Maret 2011
130
http:id.wikipedia.orgwikiBank_Century , diakses tanggal 25 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
dan perekonomian nasional. Berdasarkan pertimbangan tersebut , maka rapat KSSK pada 20 November 2008 akhirnya memutuskan bahwa PT. Bank Century, Tbk harus
diselamatkan karena ditengarai sebagai bank gagal yang berpotensi sistemik.
131
Menurut analisis Menteri Keuangan Sri Mulyani, situasi saat penyelamatan PT. Bank Century, Tbk. dipengaruhi:
132
1. Muncul kebijakan “blanket guarantee” pinjaman penuh simpanan di bank
di negara Australia, malaysia, dan singapura sehingga memicu penarikan dana dari bank-bank kecil ke bank besar di dalam negeri.
2. Keputusan pemerintah Amerika Serikat yang menolak penyelamatan Lehman
Brothers yang bisa memicu penarikan dana dari bank-bank asing yang ada di Indonesia.
3. Alasan mendasar penyelamatan PT Bank Century, Tbk adalah untuk
mencegah kejatuhan 23 dua puluh tiga bank kecil lain di Indonesia. Terdapat lima aspek yang digunakan Bank Indonesia untuk melakukan
analisis terhadap bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik, yaitu:
133
a. Institusi Keuangan;
b. Pasar Keuangan;
c. Sistem Pembayaran;
131
http:banking.blog.gunadarma.ac.idperaturan-BIQA_Dampak_Sistemik.pdf
,
diakses tanggal 25 Maret 2011
132
Perbankan Indonesia dan Kasus bank Century, MK Perbankan D3 MA, Senin 14 September 2009.
133
http:banking.blog.gunadarma.ac.idperaturan-BIQA_Dampak_Sistemik.pdf
,
diakses tanggal 25 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
d. Sektor Riil;
e. Psikologi Pasar.
Data kuantitatif yang menjadi dasar analisis PT. Bank Century, Tbk sebagai bank yang ditengarai berdampak sistemik memperhatikan data kuantitaif sebagai
berikut:
134
1 Kondisi makro ekonomi, termasuk data mengenai pertumbuhan ekonomi, kondisi
neraca pembayaran, nilai tukar rupiah, kondisi pasar modal, dan kondisi pasar keuangan internasional;
2 Penurunan DPK sebagai indikator penurunan kepercayaan, yang bersumber dari
Laporan Bulanan Bank Umum LBU maupun hasil pengamatan langsung oleh pengawas Bank Indonesia;
3 Interbank stress-testing dampak contagion, yang bersumber dari hasil kajian
Bank Indonesia dengan menggunakan data-data LBU; 4
Simulasi ketahanan likuiditas perbankan terhadap 18 delapan belas bank dan 5 lima bank dengan total asset yang hampir sama dengan PT. Bank Century, Tbk
yang bersumber dari hasil kajian Bank Indonesia dengan menggunakan data LBU dan informasi pengawas;
5 Dampak terhadap sistem pembayaran, yang bersumber dari data Real Time
Gross-Settlement RTGS dan Kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
134
http:banking.blog.gunadarma.ac.idperaturan-BIQA_Dampak_Sistemik.pdf , diakses
tanggal 25 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
LPS melakukan penanganan PT. Bank Century, Tbk berdasarkan Keputusan Komite Stabilitas Keuangan KSSK dan Keputusan Komite Koordinasi KK
tanggal 21 November 2008 yang memutuskan penyerahan PT.Bank Century, Tbk kepada LPS untuk ditangani sesuai dengan Undang-undang LPS.
Bank Indonesia melakukan tugas pengawasan bank berdasarkan Undang- undang Perbankan khususnya Pasal 37 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
69PBI2004 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 738PBI2005 serta Surat Edaran Intern Nomor 943Intern tanggal 15 November
2007 perihal Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank.
Pengucuran FPJP berawal ketika PT. Bank Century, Tbk mengajukan permohonan reposisi aset kepada BI pada Oktober 2008 sebesar Rp 1 satu triliun,
karena mengalami kesulitan likuiditas. Namun menurut audit Badan Pemeriksa Keuangan BPK, BI memproses permohonan itu sebagai permohonan Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek FPJP. Pada saat permohonan diajukan, rasio kecukupan modal CAR PT. Bank Century, Tbk adalah 2,35 dua koma tiga lima persen.
Sedangkan dalam PBI Nomor 1026PBI2008 menyatakan sebuah bank harus memiliki CAR minimal delapan persen untuk mengajukan permohonan pendanaan.
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal 14 November 2008, BI mengubah PBI tersebut sehingga bank yang hanya memiliki CAR positif bisa mengajukan permohonan.
135
Pada bulan yang sama, PT. Bank Century, Tbk juga menerima kucuran dana LPS hingga mencapai Rp 6,7 enam koma tujuh triliun. Pengucuran dana LPS itu
bermula pada 20 November 2008, ketika Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menetapkan PT. Bank Century, Tbk. sebagai bank gagal
berdampak sistemik. Keputusan itu kemudian disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku KSSK melalui surat rahasia Nomor 10232GBIRahasia tanggal 20 November
2008. Kemudian KSSK mengadakan rapat pada 21 November 2008 dini hari. Rapat dimulai pukul 00.11 WIB dan dilanjutkan dengan rapat tertutup pada pukul 04.00
WIB sampai 06.00 WIB.
136
LPS berdasarkan Keputusan KSSK dan KK tanggal 21 November 2008 yang memutuskan penyerahan PT. Bank Century, Tbk kepada LPS untuk ditangani sesuai
dengan Undang-undang LPS. LPS melakukan penanganan terhadap PT. Bank Century,Tbk berdasarkan Undang-undang LPS, penanganan bank gagal yang
berdampak sistemik dilakukan melalui penyelamatan dan sejak dilakukan penanganan bank gagal, LPS mengambil alih segala hak dan wewenang RUPS,
kepemilikan, kepengurusan, danatau kepentingan lain pada PT. Bank Century,Tbk. Jumlah tambahan modal yang disetorkan LPS kepada PT. Bank Century, Tbk yaitu
135
http:www.tvonenews.tvwwwberita32247kpk_periksa_mantan_direktur_pengawasan_b ank_indonesia.html
, diakses tanggal 25 Maret 2011.
136
http:www.tvonenews.tvwwwberita32247kpk_periksa_mantan_direktur_pengawasan_b ank_indonesia.html
, diakses tanggal 25 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
sebesar Rp 6,762 enam koma tujuh ratus enam puluh dua triliun seluruhnya atas hasil penilaian Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas perbankan sehingga bank
tersebut memenuhi ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank.
137
Konsepsi mengenai penyelamatan bank berdampak sistemik atas dasar Perpu Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan. Pada dasarnya
keputusan untuk menyelamatkan PT. Bank Century, Tbk tidak didasarkan oleh besarnya biaya penyelamatan tetapi atas dasar penetapan PT. Bank Century, Tbk
sebagai bank gagal berdampak sistemik sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat 1 b Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Pengamat hukum perbankan, Pradjoto mengatakan kasus PT. Bank Century,Tbk terjadi karena lemahnya pengawasan Bank Indonesia, di tambah lagi
perilaku buruk pemiliknya sehingga merugikan keuangan negara. Pemilik PT. Bank Century, Tbk melakukan penerbitan produk perbankan fiktif sehingga pada saat
dilakukan penyelamatan dana dari pemerintah meningkat sangat tinggi sampai Rp 6,7 enam koma tujuh triliun. Antara lain dengan menerbitkan surat-surat berharga SSB
dan letter of credit LC fiktif yang diakui sebagai bagian dari aset PT. Bank Century,Tbk.
138
Pada pemeriksaan PT. Bank Century, Tbk tanggal 28 Februari 2005, terdapat pelanggaran Posisi Devisa Netto PDN atas penanaman dana dalam SSB valas.
137
http:erabaru.netnasional50-jakarta8496-century-rugikan-negara-karena-lemahnya- pengawasan-bank-indonesia
, diakses tanggal 25 Maret 2011
138
http:erabaru.netnasional50-jakarta8496-century-rugikan-negara-karena-lemahnya- pengawasan-bank-indonesia
, diakses tanggal 25 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
Untuk menyelesaikan pelanggaran PDN tersebut, Bank Indonesia meminta agar bank menyusun action plan atas penyelesaian pelanggaran PDN tersebut dan bank
berkomitmen untuk menyelesaikan paling lambat pada akhir 25 Desember 2005. Dalam kenyataannya, bank telah menyelesaikan pelanggara PDN tersebut pada
tanggal 29 Desember 2005. Penyelesaian pelanggaran ini dilakukan berdasarkan PBI Nomor 513PBI2003 tentang Posisi Devisa Netto Bank Umum dan dirubah dengan
PBI Nomor 737PBI2005 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 513PBI2003 tentang Posisi Devisa Netto Bank Umum.
139
PBI Nomor 1030PBI2008, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah bank yang mengajukan FPJP, di antaranya adalah menyerahkan jaminan aset.
Dalam hal ini, Bank Indonesia bertindak sebagai layaknya bank, yang memberi pinjaman dan meminta jaminan aset dari debiturnya. Jaminan aset kolateral yang
diserahkan manajemen PT. Bank Century,Tbk kepada Bank Indonesia adalah Aset Kredit atau kira-kira sama dengan hak tagih. Jadi PT. Bank Century, Tbk memiliki
tagihan kredit kepada para nasabah, dan tagihan kredit itulah yang dialihkan ke Bank Indonesia sebagai jaminan.
Dalam laporan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan BPK pada April 2009 sebelum kasus PT. Bank Century,Tbk meledak ke permukaan pada Juli 2009,
ditemukan bahwa dokumen Aset Kredit senilai Rp 232,5 dua ratus tiga puluh koma lima miliar baru diserahkan tiga hari setelah pengucuran termin pertama, alias 17
November 2008 ke Bank Indonesia. Hal ini berarti Bank Indonesia dengan sadar
139
http:www.bi.go.id , diakses tanggal 25 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
mengucurkan dana talangan terlebih dulu, tanpa meneliti kelengkapan dokumen Aset Kredit
yang dijadikan
jaminan. Dan pada pengucuran selanjutnya, saat Bank Indonesia sudah memberikan dana Rp 187,2 seratus delapan puluh tujuh koma dua
miliar pada 18 November 2008, namun dokumen jaminannya baru diterima dua hari kemudian. Menurut BPK, dua kesalahan beruntun ini melanggar aturan yang dibuat
Bank Indonesia sendiri. Pasal 8 PBI Nomor 10302008, misalnya, menyebut bahwa permohonan FPJP wajib dilengkapi dokumen seperti daftar aset yang menjadi agunan
serta dokumen pendukung. Jadi, daftar agunan dan dokumennya harus diserahkan dulu, lalu BI membuat penilaian, dan fasilitas pun dikucurkan. Pasal 9 menyatakan,
persetujuan BI atas permohonan FPJP dilakukan bila antara lain bank memenuhi persyaratan kelengkapan permohonan FPJP.
140
Dalam kasus PT. Bank Century, Tbk nasabah bank yang dirugikan karena dananya yang disimpan ke dalam PT. Bank Century, Tbk tersebut sulit sekali untuk
dikembalikan sepenuhnya. Hal ini mengakibatkan posisi nasabah menjadi tidak terlindungi karena dananya sampai sekarang tidak juga diperoleh dimana pada
tanggal 6 April 2010, belasan nasabah mendatangi Gedung DPR untuk meminta perlindungan terhadap dana nasabah pada PT. Bank Century, Tbk yang mencapai 1,4
satu koma empat triliun rupiah.
141
140
http:www.jakartabeat.nethumaniorakanal-humaniorapolitika263-sepuluh-keganjilan- bank-century-bagian-4.html
, diakses 23 Maret 2011.
141
http:nasional.kompas.comread201004061654586Nasabah.Century.Pemerintah.Jangan .Lupakan.Kami
, diakses tanggal 14 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
Pemilik PT. Bank Century, Tbk melakukan penerbitan produk perbankan fiktif sehingga pada saat dilakukan penyelamatan dana dari pemerintah meningkat
tinggi hingga mencapai 6,7 enam koma tujuh triliun rupiah. Selain itu, perilaku buruk pemilik PT. Bank Century, Tbk antara lain dengan menerbitkan SSB dan letter
of credit fiktif yang diakui sebagai bagian dari aset PT. Bank Century, Tbk. Hal ini dapat terjadi karena pengawasan Bank Indonesia terhadap PT. Bank Century,Tbk
lemah. Aturan hukum yang mengatur kebijakan bank sebagi agen penjual reksadana
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia yang ditujukan kepada semua Bank Umum di Indonesia yaitu Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 719DPNP tanggal
14 Juni 2005 yang mengatur perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang melakukan aktivitas berkaitan dengan Reksa Dana. Di dalam Surat Edaran tersebut
diatur ketentuan apabila bank menjadi agen penjualan produk reksadana harus memenuhi kriteria seperti kutipan sebagai berikut : angka II huruf B tentang
Penerapan manajemen risiko untuk masing-masing aktivitas, Nomor 2 huruf b mengenai Bank Sebagai Agen Penjual Efek Reksadana yang berbunyi bank maupun
pegawai Bank yang telah memperoleh izin sebagai Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana dilarang bertindak sebagai Sub Agen Penjual Efek Reksa Dana atau
mengalihkan fungsi Agen Penjual Efek Reksa Dana kepada pihak lain. Di samping itu adanya oknum pegawai PT. Bank Century, Tbk melalui bank menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
nasabah berpikir bahwa produk tersebut adalah produk perbankan, padahal merupakan produk pasar modal yang tidak dijamin LPS.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 29 ayat 4 berbunyi: “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”.
Selanjutnya dalam Pasal 5 berbunyi: “Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh bank sebagaimana dimaksud dalam ayat
2, ayat 3, dan ayat 4 ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Hal ini juga bertentangan dengan ketentuan Pasal 29 ayat 2 dan ayat 3 Undang-undang Perbankan. Dalam Pasal 29 ayat 2 Undang-undang Perbankan
menyatakan: “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”.
Selanjutnya Pasal 29 ayat 3 berbunyi: “Dalam memberikan Kredit atau Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank”. Dalam konteks pengawasan terhadap PT. Bank Century, Tbk, Bank Indonesia
apabila mempunyai dugaan tertentu, dapat pula memerintakan suatu bank menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila
menurut penilaian Bank Indonesia merupakan tindakan yang patut diduga merupakan tindak pidana perbankan. Dan kemudian Bank Indonesia dapat melakukan
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan untuk meneliti kebenaran atas dugaan tersebut. Di samping itu Bank Indonesia dalam menjalankan tugas pengawasan dengan menggunakan dua
pendekatan baik pengawasan berdasarkan kepatuhan agar dapat memastikan bahwa bank dikelola dengan baik dan benar berdasarkan prinsip kehati-hatian dan
pengawasan berdasarkan risiko yang memungkinkan otoritas pengawas bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul
di bank. Oleh karenanya apabila bank melakukan dua pendekatan ini dalam menjalankan fungsi pengawasannya maka kasus seperti yang terjadi pada PT. Bank
Century,Tbk tidak perlu terjadi lagi. Selain itu, jumlah bank yang begitu banyak akibat dari liberasisasi perbankan
menyebabkan Bank Indonesia tidak dapat secara optimal melaksanakan fungsi pengawasannya. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang sangat besar bagi dunia
perbankan seperti yang terjadi pada kasus PT Bank Century, Tbk yang ditengarai berdampak sistemik. Sedangkan pengaturan terhadap dampak sistemik bank tersebut
tidak jelas indikator apa yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk menentukan bank tersebut berdampak sistemik. Dalam ketentuan Pasal 3 ayat 2 PBI Nomor
81PBI2006 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat hanya menyebutkan dampak sistemik adalah potensi penyebaran masalah contagion effect dari suatu bank
bermasalah yang dapat mengakibatkan kesulitan likuiditas bank-bank lain sehingga berpotensi menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap stabilitas sistem keuangan.
Oleh karenanya kasus yang terjadi pada PT. Bank Century, Tbk dinilai dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi kepecayaan masyarakat terhadap dunia perbankan yang memberikan dampak domino terhadap bank-bank yang lain sehingga dapat mempengaruhi
perekonomian terutama sistem keuangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1.
Perlindungan hukum terhadap nasabah pada bank yang menerima bantuan likuiditas adalah dengan melindungi kepentingan nasabah penyimpan dana dan
simpanannya terhadap risiko kerugian. Dalam Undang-undang Perbankan tidak ada ketentuan yang secara khusus mengatur masalah perlindungan hukum
terhadap simpanan bank. Perlindungan terhadap nasabah penyimpan, dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : Pertama, perlindungan secara implicit Implisit
Deposit Protection, yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan
bank yang diawasi. Kedua, perlindungan secara eksplisit Explicit Deposit Protection, yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang
menjamin simpanan masyarakat. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam
Keputusan Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum dan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Universitas Sumatera Utara