B. Manajemen Likuiditas Bank
Dengan semakin meningkatnya risiko yang dihadapi oleh bank, maka bank perlu mengendalikan risiko dimaksud sehingga kualitas penerapan manajemen risiko
bank menjadi semakin meningkat. Upaya peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko tidak hanya ditujukan bagi kepentingan bank, tetapi juga bagi kepentingan
nasabah. Salah satu aspek penting dalam melindungi kepentingan nasabah dan dalam rangka pengendalian risiko adalah transparansi informasi terkait produk atau aktivitas
bank. Selain itu, peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko diharapkan akan mendukung efektivitas kerangka pengawasan bank berbasis risiko yang dilakukan
oleh Bank Indonesia. Salah satu kesulitan dan risiko bank yang terbesar adalah dalam hal
pengelolaan likuiditas bank. Seringkali terjadi mismatch atau ketidakcocokan matury, yaitu antara matury dana pada sisi pasiva dengan matury penempatan dana pada sisi
aktiva. Masalah tersebut timbul karena perolehan dana jangka panjang atau jangka pendek pada sisi pasiva tidak berada pada kontrol penguasaan bank. Mengahadapi
ketidakpastian atau ketidakstabilan penarikan dana oleh pemilik dana pada pos-pos pasiva di satu pihak dan di lain pihak kebutuhan waktu yang lebih longgar dalam
penempatan dana pada pos-pos aktiva yang menghasilkan bunga earning assets,
Universitas Sumatera Utara
maka bank harus cerdas mengendalikan likuiditas yang dipunyainya sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan kedua sisi kebutuhan.
88
1. Pengelolaan Kas Minimum 2. Controlling Maturity
3. Capital Adequacy Ratio 4. Laporan Likuiditas
Tujuan utama dari penerapan manajemen risiko untuk risiko likuiditas adalah untuk memastikan kecukupan dana secara harian baik pada saat kondisi normal
maupun kondisi krisis dalam pemenuhan kewajiban secara tepat waktu dari berbagai sumber dana yang tersedia, termasuk memastikan ketersediaan aset likuid yang
berkualitas tinggi. Penerapan manajemen risiko untuk risiko likuiditas secara efektif paling
kurang mencakup:
89
1. pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;
2. kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen risiko;
3. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko,
serta sistem informasi manajemen risiko; 4.
sistem pengendalian manajemen intern yang menyeluruh.
88
Gunarto Sunardi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 2003, hal.139.
89
Surat Edaran Bank Indonesia No.1116DPNP tanggal 6 Juli 2009, perihal Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan manajemen risiko untuk risiko likuiditas harus terintegrasi dengan penerapan manajemen risiko secara menyeluruh sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Dalam penerapan manajemen risiko ini, bank perlu melakukan evaluasi profil risiko likuiditas yang
dihadapi dikaitkan dengan kecukupan modal. Adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank adalah dimaksudkan
sebagai:
90
1. tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah
dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
2. tolak ukur untuk mendapatkan arah pembinaan dan pengembangan bank secara
individual maupun perbankan secara keseluruhan. Dalam Pasal 37 ayat 1 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, mengatur
dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar:
a. Pemegang saham menambah modalnya;
b. Pemegang saham mengganti Dewan Komisaris dan atau Direksi bank;
c. Bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya; d.
Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain; e.
Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban;
90
Rachmadi Usman, op.cit., hal.129.
Universitas Sumatera Utara
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada
pihak lain; g.
Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain.
Apabila tindakan sebagaimana dimaksud di atas belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank; dan atau menurut penilaian Bank Indonesia
keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan, pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usah bank dan memerintahkan Direksi bank untuk
segera menyelenggarakan RUPS guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi. Dalam hal Direksi bank tidk menyelenggarakan RUPS,
pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukkan tim likuidasi,
dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengn peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila bank yang bersangkutan akan dilikuidasi oleh pengadilan, terlebih dahulu bank akan dinyatakan pailit sesuai dengan Undang-undang Kepailitan dan
KUH Perdata, serta penyelesaian-penyelesaian kewajiban-kewajiban bank tersebut akan berpedoman pada undang-undang tersebut. Sedangkan apabila bank yang
bersangkutan melikuidasi sendiri, hal ini belum jelas pedoman apa yang dipakai dalam pelaksanaannya. Ini disebabkan maksud dan tujuan melikuidasi bank adalah
untuk melindungi kepentingan nasabah penyimpan agar terjamin haknya apabila
Universitas Sumatera Utara
masih berada pada bank yang izin usahanya sudah dicabut, tetapi masih melakukan kegiatan usahanya.
91
Dalam Undang-undang Perbankan yang lama hal ini tidak diatur sehingga hal ini merupakan peningkatan perlindungan hukum bagi nasabah. Dengan adanya
ketentuan di atas, dapat dicegah adanya bank yang telah dicabut izinnya tetapi tidak dilikuidasi sehingga mengakibatkan tidak terjaminnya hak-hak nasabah yang
menyimpan dananya pada bank yang bersangkutan.
C. Bantuan Kepada Bank Dalam Masalah Likuiditas