Kerangka Teori Kerangka Teori dan Konsepsi

likuiditas pada bank umum studi kasus P.T Bank Century, Tbk dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, sedangkan kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Menurut M.Solly Lubis, kerangka teori merupakan pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dapat menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis. Hal ini dapat menjadi masukan eksternal bagi penulis. 17 Menurut Radbruch, tugas teori hukum adalah untuk membuat jelas nilai-nilai hukum dan postulat-postulat hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam. 18 Fungsi teori mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan pengarahan kepada penelitian yang akan dilakukan. Lembaga keuangan bank mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah 17 M.Solly Lubis, Filsafat Hukum dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju,1994, hal.80. 18 W.Friedmann, Legal Theory, New York: Columbia University Press, 1967, hal.3-4. Universitas Sumatera Utara peningkatan taraf hidup rakyat. Bank sebagai lembaga keuangan merupakan perantara keuangan financial intermediaries sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian. 19 Secara makro, peranan bank sentral sangat penting berhubung dunia perbankan adalah urat nadi perekonomian di suatu negara sehingga peranan sektor perbankan dapat mempengaruhi maju mundurnya perekonomian di negara yang bersangkutan. Sedangkan secara mikro, peranan bank sentral sangat menentukan untuk dapat meminimalkan risiko-risiko dari dunia perbankan yang pada gilirannya dapat melindungi masyarakat berhubung adanya dana masyarakat dalam bank-bank tersebut. 20 Pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap bank telah menciptakan hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya menjadi penting. Hal ini terjadi karena bank memiliki status yang unik di tengah masyarakat, selain bank sebagai suatu sandaran kepercayaan ia juga menempati posisi khusus sebagai tempat yang aman. Di samping itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya bank juga terlibat dengan masalah-masalah internal perusahaan dan individu sehingga peranan bank telah melampaui hubungan tradisional antara debitur dan kreditur. 21 Hubungan bank dengan nasabahnya dapat dikategorikan sebagai hubungan antara kreditur dan debitur, hubungan kepercayaan fiduciary relation dan hubungan 19 Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, Bandung: CV.Utomo, 2004, hal.36. 20 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003 hal.117. 21 Zulkarnain Sitompul, op.cit, hal.31. Universitas Sumatera Utara kerahasiaan confidential relation. Ketiga hubungan antara bank dengan nasabah tersebut ditambah lagi dengan hubungan kehati-hatian atau kearifan prudential relation. Keempat hubungan tersebut menjiwai hubungan bank dan nasabahnya. 22 Symons, Jr. berpendapat dengan menyebutkan hubungan bank dengan nasabah adalah sebagai hubungan debitur-kreditur, hanya memberikan sugesti tentang penetapan kewajiban yang sempit, istilah itu berkonotasi pada suatu janji yang tak bersyarat oleh debitur untuk membayar sejumlah uang yang sudah pasti jumlahnya pada waktu tertentu kepada kreditur yang telah menyediakan uang tersebut. Hal itu lebih lanjut memberikan konotasi bahwa debitur tidak mempunyai kewajiban lain, kecuali ditentukan secara tegas, khususnya yang menyangkut penggunaan uang yang dipinjam itu. Sebagai contoh misalnya dalam deposito bank. Bank dapat menggunakan uang itu dengan bebas menurut kehendaknya, tetapi hubungan bank dan nasabah tidak semata-mata hanya hubungan debitur-kreditur saja, hubungan tersebut juga sebagai suatu fiduciary relation. 23 Perlindungan hukum adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada setiap objek hukum. Menurut sistem perbankan Indonesia, perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan melalui dua cara, yakni perlindungan secara implisit implicit deposit protection dan perlindungan secara eksplisit explicit deposit protection, yaitu 22 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993, hal.9. 23 Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposan Di Indonesia Dewasa ini, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hal.41. Universitas Sumatera Utara perlindungan diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat. 24 Perlindungan secara implisit implisit deposit protection, yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang diperoleh melalui : 1 peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, 2 perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia, 3 upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya, 4 memelihara tingkat kesehatan bank, 5 melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian, 6 cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah, dan 7 menyediakan informasi risiko kepada nasabah. 25 Perlindungan secara eksplisit explicit deposit protection, yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sebagaimana 24 BPHN, Departemen Kehakiman-RI Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank, Jakarta: BPHN, 19931994, hal.53. 25 Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Jakarta: Sinar Harapan, 1998, hal.133-134. Universitas Sumatera Utara diatur dalam Keputusan Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum. 26 Dalam Undang-undang Perbankan tidak ada ketentuan yang secara khusus mengatur masalah perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah. Dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-undang Perbankan hanya disebutkan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. 27 Industri perbankan yang sehat juga perlu didukung pengawasan yang independen dan efektif seperti yang tertuang di dalam Pilar Ketiga API. Pengawasan independen dan efektif sangat diperlukan baik kini maupun jangka panjang, sebagai jawaban atas meningkatnya kegiatan usaha maupun kompleksitas risiko perbankan. Bank-bank tidak lagi hanya menjual produk dan jasa perbankan melainkan juga produk keuangan lain seperti asuransi, efek beragun aset, dan reksa dana sehingga diperlukan pengawasan yang lebih kompleks. 28 Penerapan pengawasan bank itu berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Karena hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank mempunyai dampak domino yang dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap lainnya, sehingga perbankan secara keseluruhan mengalami kesulitan. Oleh karena 26 Ibid. 27 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2000, hal.65. 28 Agus Sugiarto, Membangun Fundamental Perbankan Yang Kuat , http:www.ppatk.go.id , diakses tanggal 20 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara itu, kebutuhan untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan mutlak diperlukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat. 29 Tujuan pengawasan bank untuk meningkatkan keyakinan masyarakat, bahwa bank dari segi keuangan tergolong sehat, bank dikelola secara baik dan profesional serta tidak terkandung ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Tekanan dan perhatian diberikan aspek-aspek di dalam individual bank yang diharapkan dapat melindungi pengembalian dana masyarakat. Tujuan umum pengawasan dan pembinaan bank adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga aspek yaitu perbankan yang dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik dan perbankan yang berkembang secara wajar serta bermanfaat bagi perekonomian nasional. 30 Pemeliharaan kepentingan masyarakat dapat tercipta dengan mengupayakan agar secara individual bank beroperasi dengan sehat dan efisien. Dengan demikian akan tercipta perbankan yang aman serta mampu memenuhi kewajibannya kepada para deposan. Perbankan harus berkembang secara wajar sehingga pelayanan jasa perbankan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Perbankan sebagai pusat teknologi dan inovasi mampu secara aktif mencari dan mengembangkan potensi ekonomi yang belum tergali di dalam masyarakat. Bank harus dapat tumbuh namun pertumbuhan tersebut hendaknya berlangsung secara wajar. Bank yang sehat dan 29 Zulkarnain Sitompul, op.cit. 2005, hal.218. 30 Bismar Nasution, Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, disampaikan pada Diskusi Terbatas Mediasi Perbankan, diselenggarakan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Tiara Convention Center Medan, Kamis, 14 Februari 2007, hal. 9. Universitas Sumatera Utara efisien bermanfaat bagi perkembangan ekonomi dan dapat menunjang pengendalian moneter. 31 Dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, Bank Indonesia menetapkan beberapa jenis pengawasan yang didasarkan atas analisis terhadap kondisi suatu bank tertentu yaitu: 32 1. Pengawasan Normal rutin 2. Pengawasan Intensif intensive supervision 3. Pengawasan Khusus special surveillance Dalam menjalankan strategi pengawasan tersebut di atas, pendekatan pengawasan yang dilakukan terbagi atas dua jenis kegiatan yaitu pengawasan tidak langsung off site supervision dan pengawasan langsung on site examination. Secara ringkas, pengawasan tidak langsung merupakan tindakan pengawasan dan analisis yang dilakukan berdasarkan laporan berkala regulatory reports yang disampaikan oleh Bank, informasi dalam bentuk komunikasi lain serta informasi dari pihak lain. Sementara itu, pengawasan langsung dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada Bank untuk meneliti dan mengevaluasi tingkat kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku. Termasuk dalam kedua jenis pendekatan pengawasan tersebut di atas analisis kondisi bank, saat ini dan diwaktu yang akan datang forward looking. 31 Zulkarnain Sitompul, op.cit.2005, hal.220. 32 http:www.bi.go.id , diakses 26 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara Ad.1 Pengawasan Normal Pengawasan ini dilakukan terhadap bank yang memenuhi kriteria tidak memiliki potensi atau tidak membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya, frekuensi pengawasan dan pemantauan kondisi bank dilakukan secara normal sedangkan pemeriksaan terhadap jenis bank ini dilakukan secara berkala atau sekurang-kurangnya setahun sekali. Ad.2 Pengawasan Intensif Pengawasan intensif ini dilakukan bank yang memenuhi yang memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya. Langkah- langkah yang dilakukan Bank Indonesia pada bank dengan status pengawasan intensif, antara lain: 1. Meminta bank untuk melaporkan hal-hal tertentu kepada Bank Indonesia. 2. Melakukan peningkatan frekuensi pengkinian dan penilaian rencana kerja dengan penyesuaian terhadap sasaran yang akan dicapai. 3. Meminta bank untuk menyusun rencana tindakan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. 4. Menempatkan pengawas dan atau pemeriksa Bank Indonesia pada Bank, apabila diperlukan. Bagi bank dalam pengawasan intensif yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi keuangan dan manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui bahwa bank tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bank yang memiliki kesulitan Universitas Sumatera Utara yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya, maka bank tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai bank dengan status pengawasan khusus. Di samping itu, apabila diperlukan, intensitas pemeriksaan langsung pada bank pada umumnya meningkat terutama dalam rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen dan rencana perbaikan yang disampaikan manajemen bank kepada Bank Indonesia. Ad.3 Pengawasan Khusus Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Terhadap bank dengan status pengawasan khusus ini maka beberapa tindakan Bank Indonesia yang diambil, antara lain: 1. Memerintahkan bank dan atau pemegang saham bank untuk mengajukan rencana perbaikan permodalan capital restoration plan secara tertulis kepada Bank Indonesia. 2. Memerintahkan bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan perbaikan mandatory supervisory actions. 3. Memerintahkan bank dan atau pemegang saham bank untuk melakukan tindakan antara lain: a. mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank; b. menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modal bank; c. melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain; Universitas Sumatera Utara d. menjual bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban bank; e. menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain; f. menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain; dan atau g. membekukan kegiatan usaha tertentu bank. Salah satu teori pengawasan bank mengemukakan bahwa sistem pengawasan bank semata-mata untuk mewujudkan dan menjaga sistem perbankan yang sehat, akan tercapai apabila otoritas pengawasan secara efektif serta semua bank yang diawasi dalam kondisi terkendali sepenuhnya. Hal ini dimungkinkan apabila bank yang diawasi sedikit atau diupayakan menjadi sangat minimal, dan semua kegiatan bank sampai pada hal yang paling teknis diatur melalui seperangkat aturan yang ketat dan ruang gerak usaha bank dibatasi melalui berbagai aturan yang bersifat larangan. 33 Sehubungan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia, selama ini pelaksanaan fungsi sebagai lender of the last resort LoLR dilakukan oleh Bank Indonesia melalui pemberian fasilitas kredit kepada bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan dijamin dengan agunan berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. Hal ini dirasakan sangat terbatas dan belum mencakup fungsi the lender of the last resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau krisis. Fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban pemerintah, dalam hal suatu 33 Ibid, hal.221. Universitas Sumatera Utara bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan. 34 Teori di atas dianggap tepat apabila peranan industri perbankan sudah sampai pada tahap yang peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sudah berkurang. Teori tersebut lebih tepat bagi negara yang perekonomiannya sudah maju dan berbagai sumber pembiayaan kegiatan usaha dapat dilakukan sendiri oleh kalangan dunia usaha dan pasar modal sudah demikian berkembangnya, sehingga telah mampu menjadai sasaran pengerahan dana yang lebih efektif bagi dunia usaha. Apabila kondisi perekonomian belum mencapai pada tahap tersebut, penerapan sistem pengawasan semacam ini hanya menciptakan distorsi dalam pembangunan ekonomi. 35

2. Kerangka Konsepsi.