Perlindungan Dana Nasabah Bank

m. Menetapkan jumlah tambahan modal yang wajib disetor oleh pemegang saham bank dalam program penyehatan; n. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan wewenang sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf m.

C. Perlindungan Dana Nasabah Bank

Lembaga perbankan adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian, guna tetap mengekalkan kepercayaan masyarakat terhadap bank, pemerintah harus berusaha melindungi masyarakat dari tindakan lembaga atau oknum bank yang tidak bertanggung jawab dan merusak sendi kepercayaan masyarakat. Apabila suatu saat terjadi merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan tersebut, hal tersebut merupakan bencana bagi ekonomi negara secara keseluruhan dan keadaan tersebut sangat sulit untuk dipulihkan kembali. 65 Adanya krisis ekonomi memberikan dampak yang besar pada perbankan swasta nasional. Dengan ditutupnya kegiatan usaha bank telah memberikan dampak kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Salah satu upaya untuk tetap mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, yaitu melalui asuransi deposito yang dalam pengertian Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 disebut Lembaga Penjamin Simpanan LPS. Lembaga ini merupakan 65 Muhamad Djumhana, op.cit, hal.337. Universitas Sumatera Utara suatu badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas simpanan nasabah penyimpan, melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya. Tujuan dibentuknya lembaga ini adalah dalam rangka melindungi kepentingan nasabah serta usaha untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. 66 Melihat begitu besarnya risiko yang dapat terjadi apabila kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan merosot, tidak berlebihan apabila usaha perlindungan konsumen jasa perbankan mendapat perhatian yang khusus. Dalam rangka usaha melindungi konsumen secara umum yang telah diatur dalam Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menjadi landasan hukum yang kuat, baik untuk pemerintah maupun masyarakat itu sendiri secara swadaya untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen. Dalam rangka pemberdayaan konsumen jasa perbankan, maka Bank Indonesia sebagai bank sentral bertanggung jawab sebagai pelaksana otoritas moneter sangat diharapkan mempunyai kepeduliannya. 67 Permasalahan perlindungan konsumen perbankan juga merupakan salah satu yang menjadi pilar dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, yaitu pilar keenam “mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan”. Salah satu upaya ke arah sana dilakukan melalui penciptaan standar-standar yang jelas dan mudah dipahami dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi 66 Lihat Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. 67 Muhamad Djumhana, op.cit, hal.337. Universitas Sumatera Utara informasi produk perbankan. Di samping itu, edukasi kepada masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat dapat lebih memahami risiko dan keuntungan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan serta dapat melakukan pengelolaan keuangan secara optimal dan bijaksana. 68 Beberapa mekanisme yang dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank adalah sebagai berikut: 69 1 Pembuatan peraturan baru Lewat pembuatan peraturan baru di bidang perbankan atau merevisi peraturan yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan kepada nasabah suatu bank. Banyak peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan melindungi nasabah. Akan tetapi, lebih banyak lagi diperlukan seperti itu dari apa yang terdapat dewasa ini. 2 Pelaksanaan peraturan yang ada Salah satu cara lain untuk memberikan perlindungan kepada nasabah adalah dengan melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan melindungi nasabah sehingga dapat dijamin law enforcement yang baik. Peraturan perbankan tersebut harus ditegakkan secara objektif tanpa melihat siapa direktur, komisaris, atau pemegang saham dari bank yang bersangkutan. 68 Muhamad Djumhana, op.cit, hal.338. 69 Munir Fuady, op.cit., hal.104-105. Universitas Sumatera Utara 3 Perlindungan nasabah deposan lewat Lembaga Asuransi Deposito Perlindungan nasabah, khususnya nasabah deposan melalui lembaga asuransi deposito yang adil dan predictable ternyata dapat juga membawa hasil yang positif. 4 Memperketat perizinan bank Memperketat pemberian izin untuk suatu pendirian bank baru adalah salah satu cara agar bank tersebut agar bank tersebut kuat dan qualified sehingga dapat memberikan keamanan bagi nasabahnya. 5 Memperketat pengaturan di bidang kegiatan bank Ketentuan yang menyangkut kegiatan bank banyak juga yang secara langsung atau tidak langsung bertujuan untuk melindungi pihak nasabah. Pengaturan- pengaturan tersebut misalnya ketentuan mengenai permodalan, manajemen, aktiva produktif, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan kesehatan bank. 6 Memperketat pengawasan bank Dalam rangka meminimalkan risiko yang ada dalam bisnis bank, maka pihak otoritas, khususnya Bank Indonesia juga dalam hal ini Menteri Keuangan harus melakukan tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada, baik terhadap bank-bank pemerintah maupun terhadap bank swasta. Hanya saja perlu diperhatikan di sini bahwa sebagai pengawas, Bank Indonesia tidak dapat Universitas Sumatera Utara mencampuri secara langsung urusan intern dari bank yang diawasinya itu. Sebab, pengendalian bank tersebut tetap menjadi kewenangan pengurus bank tersebut. Karena itu, harus jelas batas-batas dari ikut campur tangan Bank Indonesia sehingga tidak mengambil porsi kewenangan dari pengurus bank tersebut. Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana, hakikat perlindungan hukum tersebut adalah melindungi kepentingan dari nasabah penyimpan dana dan simpanannya terhadap risiko kerugian. Perlindungan hukum ini juga merupakan upaya untuk mempertahankan dan memelihara kepercayaan masyarakat khususnya nasabah, maka sudah sepatutnya dunia perbankan perlu memberikan perlindungan hukum itu. 70 Dalam Undang-undang Perbankan tidak ada ketentuan yang secara khusus mengatur masalah perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah. Dalam Undang- undang Perbankan hanya disebutkan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia lihat Pasal 29 ayat 1. Secara teoretis bank yang dinyatakan sehat, tampaknya cukup aman untuk menyimpan dana di bank tersebut, akan tetapi apakah itu dapat menjamin, bahwa bank tersebut tidak akan dicabut izin usahanya atau dilikuidasi. 71 Menurut sistem perbankan Indonesia, perlindungan terhadap nasabah penyimpan, dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: 72 70 Hermansyah, op.cit., hal.134. 71 Sentosa Sembiring, op.cit., hal.65. 72 Marulak Pardede, op.cit., hal.30-31. Universitas Sumatera Utara 1. Perlindungan secara implicit implisit deposit protection, yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank yang diawasi. Perlindungan ini diperoleh melalui: a. peraturan perundang-undangan di bidang perbankan Melalui pembuatan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan yang bertujuan baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan perlindungan hukum kepada nasabah terutama terhadap nasabah penyimpan. b. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas perbankan melakukan pengawasan dan pembinaan kepada bank sebagaimana yang diatur dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-undang Perbankan. c. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya; d. Memelihara tingkat kesehatan bank; Bank harus senantiasa memperhatikan tingkat kesehatannya agar bank dapat terus menjalankan kegiatan usahanya. Karena kesehatan bank dapat mempengaruhi kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut. e. Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian; Universitas Sumatera Utara Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya harus berlandaskan pada prinsip kehati-hatian prudential banking. Hal ini dilakukan agar menjaga kepercayaan nasabah terhadap bank. f. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah; Pemberian kredit yang diberikan oleh bank tidak boleh melebihi dari batas maksimum pemberian kredit sebagaimana yang tercantum dalam Undang- undang Perbankan sehingga dapat mencegah terjadinya kredit macet yang akan merugikan nasabah. g. Menyediakan informasi risiko kepada nasabah. Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian nasabah dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi bank sehingga memberikan transparansi bagi dunia perbankan. 2. Perlindungan secara eksplisit explicit deposit protection, yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini muncul pendapat para ahli perbankan, untuk menghindari kemungkinan kekurangpercayaan masyarakat terhadap jasa perbankan, dirasakan perlu untuk mewujudkan Lembaga Asuransi Deposito, seperti halnya di Amerika Serikat dikenal dengan Lembaga Federal Deposit Insurance Company FDIC. Dengan adanya asuransi ini, maka kemungkinan akan terjadinya bank pailit, ataupun mismanajemen dari direksi tidak perlu terlalu dirisaukan karena sudah ada lembaga penjamin dalam hal ini yakni Lembaga Asuransi. 73 Sebagaimana diketahui, munculnya FDIC di Amerika Serikat sendiri adalah juga tidak terlepas dari krisis perbankan sekitar Tahun 1930. Bank pada waktu itu terpaksa gulung tikar ataupun menggabungkan diri dengan bank lainnya merger. Bank yang terpaksa gulung tikar ini, pada umumnya adalah bank yang belum mapan. Untuk mengatasi hal inilah lahir The Banking Acts of 1933 and 1935. Kedua Undang- undang inilah yang mempunyai sejarah tersendiri dalam perkembangan Lembaga . Keuangan Bank di AS. Hal ini dikarenakan fungsi bank dipisahkan antara bank komersial dan tugas bank sebagai lembaga investasi. Untuk menghindari depresi bank pada Tahun 1930 ini dibentuklah lembaga asuransi deposito. 74 Pengalaman menunjukkan bahwa baik di Indonesia maupun negara-negara lain terdapat beberapa bank yang mengalami kesulitan dan terpaksa harus ditutup sehingga merugikan masyarakat, karena sebagian atau seluruh dananya tidak dapat diperoleh kembali. Kenyataan demikian akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat 73 Sentosa Sembiring, op.cit., hal.65. 74 Ibid., hal.65. Universitas Sumatera Utara mengenai perlindungan kepada masyarakat penyimpan dana. Oleh karenanya dikeluarkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan LPS. Di dalam Undang-Undang LPS ini ditetapkan penjaminan simpanan nasabah bank yang diharapkan dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan dapat meminimimkan risiko yang membebani anggaran negara atau risiko yang menimbulkan morald hazard. Penjaminan simpanan nasabah bank tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Simpanan LPS. LPS mempunyai 2 dua fungsi, yakni: 75 a. menjamin simpanan nasabah penyimpan; dan b. turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas, tetapi dapat mencakup sebanyak mungkin nasabah. Dalam hal bank tidak dapat menjalankan usahanya dan harus dicabut izin usahanya, LPS akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu. Dalam Pasal 11 Undang-undang LPS ditentukan bahwa nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah dan nilai simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu atau lebih kriteria sebagai berikut: a. terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan; 75 Lihat Pasal 4 UU LPS. Universitas Sumatera Utara b. terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun; c. jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari sembilan puluh persen dari jumlah nasabah penyimpan seluruh bank; atau d. terjadi ancaman krisis yang berpotensi mengakibatkan merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan membahayakan stabilitas sistem keuangan. LPS melakukan tindakan penyelesaian atau penanganan bank yang mengalami kesulitan keuangan dalam kerangka mekanisme kerja yang terpadu, efisien dan efektif untuk menciptakan ketahanan sektor keuangan Indonesia atau disebut Indonesia Financial Safety Net IFSN. LPS bersama dengan Menteri Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan LPP menjadi anggota Komite Koordinasi. Tindakan penyelesaian atau penanganan bank gagal oleh LPS didahului berbagai tindakan lain oleh Bank Indonesia dan LPP sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bank Indonesia melalui mekanisme sistem pembayaran, akan mendeteksi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan dapat menjalankan fungsinya sebagai lender of the last resort. LPP juga dapat mendeteksi kesulitan tersebut dan berupaya mengatasi dengan menjalankan fungsi pengawasannya, antara lain berupa tindakan agar pemilik bank menambah modal atau menjual bank, atau agar bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain. Apabila kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan semakin memburuk, antara lain ditandai dengan menurunnya tingkat solvabilitas bank, tindakan penyelesaian dan penanganan lain harus segera dilakukan. Dalam keadaan ini, Universitas Sumatera Utara penyelesaian dan penanganan bank gagal diserahkan kepada LPS yang akan bekerja setelah terlebih dahulu dipertimbangkan perkiraan dampak pencabutan izin usaha bank terhadap perekonomian nasional. Dalam hal pencabutan izin usaha bank diperkirakan memiliki dampak terhadap perekonomian nasional, tindakan penanganan dilakukan LPS yang didasarkan pada Keputusan Komite Koordinasi. 76 PT Bank Century, Tbk merupakan salah satu bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik. Meskipun mendapatkan dana bantuan berupa dana talangan bailout tetapi nasabah belum mendapatkan ganti rugi yang layak atas produk bank yang dinilai merugikan nasabah. Prinsip perlindungan nasabah itu tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jika terjadi kerugian yang dialami nasabah, di dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen, kewajiban pembuktian terletak pada pelaku usaha bukan konsumen. 76 Lihat Ketentuan Umum dalam Penjelasan Atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Universitas Sumatera Utara

BAB III PEMBERIAN LIKUIDITAS PADA BANK UMUM